Anda di halaman 1dari 15

DISUSUN OLEH

AYU INDAH SARI(1520045)


NANANG EKO (1520064)
 Trakeostomi adalah operasi membuat jalan
udara melalui leher langsung ke trakea
untuk mengatasi asfiksi apabila ada
gangguan pertukaran udara pernapasan.
Trakeostomi diindikasikan untuk
membebaskan obstruksi jalan napas bagian
atas, melindungi trakea serta cabang-
cabangnya terhadap aspirasi dan
tertimbunnya discharge bronkus, serta
pengobatan terhadap penyakit (keadaan)
yang mengakibatkan insufisiensi respirasi.
 Trakea merupakan tabung berongga yang
disokong oleh cincin kartilago. Panjang trakea pada
orang dewasa 10-12 cm.
 Trakea berfungsi untuk menyediakan tempat bagi
udara yang di bawa masuk dan udara yang
dikeluarkan. Sebagai jalan masuk udara ke paru
paru. Mengusir debu-debu halus yang lolos dari
penyaringan di rongga hidung.
 Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya
mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan
udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total
dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang
trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
 Proteksi terhadap aspirasi
1.Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang
sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
2.Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk
pembersihan
3.Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke
traktus respiratorius
4.Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah
pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intra
toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal
Indikasi :
 Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
 Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara
fisiologis
 Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
 Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina
ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik
yang timbul melalui mekanisme serupa
 Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital,
traumaeksterna dan interna, infeksi, tumor.
 Cedera parah pada wajah dan leher
 Setelah pembedahan wajah dan leher
 Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan
sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
 Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus,
trauma kapitis berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan
obat, serta selama dan sesudah operasi laring.
Kontraindikasi :
 Infeksi pada tempat pemasangan, dan
gangguan pembekuan darah yang tidak
terkontrol, seperti hemofili.
Menurut letak insisinya, trakeostomi
dibedakan menjadi :
 Trakeostomi elektif : Insisi horisontal
 Trakeostomi emergensi : Insisi vertikal
Menurut waktu dilakukannya tindakan,
trakeostomi dibedakan menjadi :
 trakeostomi darurat dan segera dengan
persiapan sarana sangat kurang
 trakeostomi berencana (persiapan sarana
cukup) dan dapat dilakukan secara baik
Jenis Tindakan Trakeostomi :
1. Surgical trakeostomy
2. Percutaneous Tracheostomy
3. Mini tracheostomy
Perawatan trakeostomi meliputi:
 Pembersihan secret atau biasa disebut
trakeobronkial toilet,
 Perawatan luka pada trakeostomi
 Perawatan anak kanul
 Humidifikasi untuk menjaga kelembapan
Tujuan Perawatan Trakeostomi :
 Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi
(Pluging)
 Untuk mencegah infeksi
 Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi
dan oksigenasi)
 Bronkial toilet yang efektif
 Mencegah pipa tercabut
Menurut Riza & Pudji (2016)

 Trakeostomi diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian


atas, melindungi trakea serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan
tertimbunnya discharge bronkus, serta pengobatan terhadap penyakit
(keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi. Myiasis adalah
manifestasi ektoparasit pada jaringan sehat atau nekrotik oleh larva lalat
Diptera dan dapat diklasifikasikan sebagai obligat, fakultatif dan aksidental
myasis. Kasus myiasis sering dihubungkan dengan kondisi sosial ekonomi
rendah dengan tingkat hygiene yang rendah. Spesies Chrysomya Spsering
menyebabkan cavitary myasis pada negara Afrika, Asia dan Indonesia.
 Kasus myiasis trakeostomi jarang ditemukan, faktor predisposisi berupa
kebersihan yang buruk kanul luar dan dalam, bau dari luka trakeostomi,
dan kebersihan lingkungan tempat tinggal. Pasien ini mempunyai
kebiasaaan tidak menuutup kanul trakea dengan kassa atau sapu tangan
dan pasien sering membersihkan sekitar kanul trakea menggunakan bulu
ayam.
 Myiasis trakeostomi memberi gejala berupa sensasi
benda asing di sekitar trakea kanul, nyeri, dan perdarahan.
Berdasarkan anamnesa, pasien mengeluh keluar
belatung dari trakea kanul dileher sejak 2 hari yang lalu,
sebelumnya pasien terasa gremet-gremet dileher ,
disertai nyeri seperti menggigit. Pada kassa trakea
dilaporkan sering merembes darah seusai dengan hasil
pemeriksaan fisik yang menunjukkan trakea kanul patensi
baik, tampak larva disekitar trakea kanul, rembesan
darah dengan jaringan sekitar hiperemi. T ampak larva
di peri stoma, sebagian ada yang keluar dari stoma.
 Pada pemeriksaan darah pasien ini didapatkan
leukositosis (15700/µL) dan peningkatan neutrofil
(89,5%). Pada literatur , pemeriksaan darah pada
penderita parasit didapatkan adanya peningkatan
eosinofil dan peningkatan neutrofil. Lekositosis juga
didapatkan, karena umumnya disertai infeksi sekunder.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai