Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKAKAH MANAJEMEN BENCANA

KEBAKARAN HUTAN

Kelompok 4 :

1. M.Hari Rudi (15200 )


2. Rossalia Octavia (1520070)
3. Sascha Ananda (1520071)
4. Yulis Eka (1520081)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan makalah
“Manajemen Bencana” tentang Kebakaran Hutan dapat diselesaikan dengan baik.
Meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan yang masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang. Semoga makalah iki dapat bermaanfaat dan dipahami
bagi yang membacanya.

Kepanjen, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR…………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………

1.1 Latar Belakang………………………………………………………..


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….
1.3 Tujuan…………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….

2.1 Definisi Kebakaran Hutan……………………………………………

2.2 Penyebab Kebakaran Hutan………………………………………….

2.3 Macam macam Kebakaran Hutan……………………………………

2.4 Efek dari Kebakaran Hutan…………………………………………..

2.5 Dampak pada kesehatan………………………………………………

2.6 Tugas dan tanggung jawab perawat…………………………………..

2.7 Pencegahan Kebakaran Hutan………………………………………..

BAB III PENUTUP……………………………………………………..

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………

3.2 Saran…………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana kebakaran hutan dan lahan akhir-akhir ini sudah semakin


mengganggu, baik ditinjau dari sudut pandang sosial maupun ekonomi.
Pencemaran lingkungan tidak dapat dihindarkan, bahkan sudah mempengaruhi
hubungan politik antar negara tetangga. Luas wilayah yang terbakar saat ini
seolah mengingatkan semua pihak pada kejadian yang sama sekitar sepuluh
tahun yang lalu. CIFOR (2006) melaporkan bahwa pada 1997/1998 sekitar 10
juta hektar hutan, semak belukar dan padang rumput terbakar, sebagian besar
dibakar dengan sengaja. Di lain pihak, Setyanto dan Dermoredjo (2000)
menyebutkan bahwa kebakaran hutan paling besar terjadi sebanyak lima kali
dalam kurun waktu sekitar 30 tahun (1966-1998), yakni tahun 1982/1983 (3,5
juta ha), 1987 (49.323 ha), 1991 (118.881 ha), 1994 (161.798 ha) dan
1997/1998 (383.870 ha). Terdapat perbedaan data yang sangat mencolok
antara kedua laporan tersebut diatas, namun tanpa meniadakan perlunya
informasi tentang luas areal hutan dan lahan yang terbakar, satu hal yang
sangat penting adalah bahwa kebakaran ini telah merugikan banyak pihak.

Dampak kebakaran hutan dan lahan yang paling menonjol adalah


terjadinya kabut asap yang sangat mengganggu kesehatan masyarakat dan
sistem transportasi sungai, darat, laut, dan udara. Secara sektoral dampak
kebakaran ini mencakup sektor perhubungan, kesehatan, ekonomi, ekologi dan
sosial, termasuk citra bangsa di mata negara tetangga dan dunia (Hermawan,
2006). Dampak kebakaran terhadap produksi di sektor pertanian diduga tidak
terlalu besar karena pembakaran dilakukan untuk penyiapan/pembersihan
lahan, bukan dalam masa pertanaman, kecuali jika kebakaran menjalar secara
tidak terkendali pada lahan yang sedang berproduksi.
Kebakaran hutan dan lahan terjadi setiap tahun dengan luas cakupan dan
jumlah titik api (hot spot) yang bervariasi. Kejadian ini sebenarnya telah
diantisipasi, namun tidak berdaya melakukan pencegahan. Menurut berbagai
hasil kajian dan analisis (CIFOR, 2006 dan Walhi, 2006), penyebab kebakaran
hutan dan lahan berhubungan langsung dengan perilaku manusia yang
menginginkan percepatan penyiapan lahan (land clearing) untuk persiapan
penanaman komoditas perkebunan. Para pihak yang berkepentingan ingin
segera menyiapkan lahan dengan biaya yang serendah-rendahnya dan
sekaligus mengharapkan kenaikan tingkat kemasaman (pH) tanah (dari sekitar
3 sampai 4 menjadi 5 sampai 6) agar 3 tanaman perkebunan (sawit dan akasia,
misalnya) dapat tumbuh dengan baik. Juga dilaporkan bahwa perladangan
tradisional yang menerapkan sistem usaha tani gilir balik tidak dapat
disalahkan sepenuhnya karena jumlah wilayah yang terbakar pada lahan-lahan
tersebut hanya sekitar 20 persen dari total keseluruhan yang terbakar.

1.2 Rumusan masalah


1. Mengetahui apa itu definisi dari kebakaran hutan?
2. Mengetahui apa penyebab dari kebakaran hutan?
3. Mengetahui macam macam kebakaran hutan ?
4. Mengetahui efek dari kebakaran hutan?
5. Mengetahui apa saja dampak kebakaran hutan bagi kesehatan?
6. Mengetahui apa saja tugas dan tanggung jawab seorang perawat?
7. Mengetahui bagaimana pencegahan kebakaran hutan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memahami masalah bencana kebakaran hutan

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Dapat mengetahui apa itu definisi dari kebakaran hutan?
2. Dapat mengetahui apa penyebab dari kebakaran hutan?
3. Dapat mengetahui macam macam kebakaran hutan ?
4. Dapat mengetahui efek dari kebakaran hutan?
5. Dapat mengetahui apa saja dampak kebakaran hutan bagi kesehatan?
6. Dapat mengetahui apa saja tugas dan tanggung jawab seorang perawat?
7. Dapat mengetahui bagaimana pencegahan kebakaran hutan ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebakaran Hutan

Kebakaran dan pembakran merupakan sebuah kata dengan kata dasar yang
sama tetapi mempunyai makna yang berbeda. Kebakaran identic dengan kejadian
yang tidak disengaja sedangkan pembakaran identic dengan kejadian yang
disengaja diinginkan tetapi tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan
terjadinya suatu kebakaran. Penggunan istilah kebakaran hutan dengan
pembakaram terkendali merupakan suatu istilah yang berbeda. Penggunaan istilah
ini sering kali mengakibatkan timbulnya persepsi yang salah terhadap dampak
yang ditimbulkan.

Kebakaran hutan menurut Suharjo (2003) adalah :

1. Pembakaranyang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi bahan


bakar alam dari hutan seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati
yang tetap berdiri, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunana dan
pohon pohonan.
2. Setiap kebakaran yang bukan dilakukan secara sengaja pada areal areal
yang tidak direncanakan.

Kebakaran hutan dibedakan dengan kebakaran lahan. Kebakaran hutan


yaitu kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan, sedangkan kebakaran
lahan adalah kebakaarn yang terjadi di luar kawasan hutan.

2.2 Penyebab Kebakaran Hutan

2.2.1 Kebakaran yang Disebabkan oleh Alam


Ada beberapa kejadian alam yang bisa menyebabkan kebakaran
hutan terjadi. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor alam biasanya
tidak menimbulkan dampak luas. Dan biasanya, kebakaran hutan yang
disebabkan oleh faktor alam tidak menimbulkan kerugian sebesar
kebakaran hutan yang disebabkan oleh kesengajaan manusia.

Berikut beberapa kejadian alam yang bisa memicu timbulnya


kebakaran hutan.

1) Musim kemarau panjang. Musim kemarau yang berkepanjangan dapat


berakibat naiknya suhu di berbagai wilayah termasuk hutan. Suhu yang
tinggi tersebut dapat memicu terjadinya kebakaran hutan.
2) Sambaran petir. Sambaran petir juga dapat berpotensi menyebabkan
kebakaran hutan. Perubahan iklim yang terjadi akibat penyebab
pemanasan global juga bisa menyebabkan seringnya sambaran petir itu
terjadi.
3) Aktivitas vulkanis. Hal ini dapat terjadi di wilayah pegunungan berapi.
Wilayah hutan di gunung berapi dapat terbakar ketika aktivitas vulkanis
itu terjadi. Misalkan saja ketika gunung berapi meletus, lahar dari gunung
berapi tersebut mengenai hutan di lingkungan gunung berapi itu sehingga
hutan mengalami kebakaran.
4) Ground fire. Ground fire merupakan kebakaran yang terjadi di
dalam lapisan tanah. Musim kemarau berkepanjangan merupakan
penyebab dari kebakaran dalam tanah ini. Biasanya, kebakaran ini terjadi
di daerah yang memiliki lahan gambut sehingga lahan gambut tersebut
terbakar ketika suhu udara naik seiring kemarau panjang yang terjadi.

Meskipun kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor alam sangat mungkin
terjadi, sayangnya bencana kebakaran hutan yang melanda Indonesia setiap
tahunnya merupakan bencana yang terjadi akibat kesengajaan manusia.

2.2.2 Kebakaran yang Disebabkan Kesengajaan Manusia

Bencana kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan merupakan


bencana tahunan yang telah terjadi di Indonesia sejak lama. Berbagai
upaya yang telah dilakukan pemerintah nyatanya belum mampu mencegah
bencana serupa terulang di tahun berikutnya. Lalu faktor apa saja yang
dapat menyebabkan kebakaran hutan bila ditinjau dari faktor manusia itu
sendiri.

Berikut ini penjelasan mengenai penyebab kebakaran hutan akibat


faktor manusia.

1. Pembakaran lahan tidak terkendali akan memberikan dampak akibat hutan


gundul. Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet
meluas ke lahan hutan merupakan penyebab kebakaran hutan yang terjadi
akibat kesengajaan manusia. Pembukaan lahan perkebunan biasanya
merupakan latar belakang dilakukannya pembakaran lahan. Dalam skala
kecil, kebakaran ini masih bisa diatasi. Sayangnya, jika kebakaran ini
merupakann ulah perusahaan besar dan dalam skala besar, akan sangat
sulit untuk memadamkan api dalam kebakaran. Kebakaran seperti ini akan
sangat berbahaya ketika terjadi di lahan gambut atau rawa.

2. Konflik antara perusahaan dan masyarakat pemilik lahan. Perusahaan yang


ingin mengambil alih lahan dari masyarakat pemilik lahan biasanya
melakukan pembakaran terhadap lahan yang disengketakan. Pembakaran
lahan dapat berakibat lahan menjadi terdegradasi sehingga nilai lahan
berkurang. Dengan cara tersebut, perusahaan akan lebih mudah merebut
lahan dari masyarakat yang memiliki lahan.

3. Protes oleh penduduk lokal. Penduduk lokal yang merasa lahannya direbut
juga sering melakukan pembakaran lahan sebagai bentuk protes karena
perusahaan perkebunan merebut lahan milik mereka.

4. Faktor ekonomi masyarakat lokal. Masyarakat lokal yang ingin membuka


lahan dan hanya memiliki sedikit biaya biasanya melakukan cara instan
untuk membuka lahan. Mereka membakar hutan untuk membuka lahan
baru. Cara tersebut dianggap lebih mudah dan murah meski akibat yang
ditimbulkan sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan dan akan
lebih mudah menjadi penyebab pencemaran udara.
5. Kurangnya penegakan hukum. Meskipun aturan mengenai pembakaran
hutan jelas-jelas dilarang, namun karena hukum yang diberikan bagi yang
melanggar masih sangat lemah, akibatnya banyak juga oknum yang
melanggar aturan dan membakar hutan secara besar-besaran untuk
membuka lahan. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan besar.

6. Meninggalkan bekas api unggun atau membuang puntung rokok di hutan.


Hal ini biasa terjadi ketika seorang pendaki gunung atau seseorang yang
melakukan perjalanan dalam hutan. Api unggun yang dinyalakan biasanya
ditinggalkan begitu saja sehingga berpotensi menyebabkan kebakaran.

2.3 Macam macam kebakaran hutan

Istilah kebakaran hutan di dalam ensiklopedia kehutanan Indonesia


disebut juga api hutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa kebakaran hutan atau
api hutan adalah api liar yang terjadi di dalam hutan, yang membakar
sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal 3 macam kebakaran
hutan, jenis jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
:

a. Api Permukaan atau Kebakaran permukaan adalah kebakaran yang


terjadi pada lantai hutan dan membakar seresah, kayu-kayu kering
tanaman bawah. Sifat api permukaan cepat merambat, nyalanya
besar dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua
tipe kenakaram berasal dari api permukaan.
b. Api tajuk atau kebakaran tajuk adalah kebakaran yang membakar
selruh tajuk tanaman pokok terutama pada jenis jenis hutan yang
daunnya mudah terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka
api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain.
Hal ini tidak terjadi apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tida saling
bersentuhan .
c. Api tanah adalah api yang membakarlapisan organic yang dibawah
lantai hutan. Oleh karena sedikit udara dan bahan organic ini,
kebakaran yang terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala api.
Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan dalam
waktu yang lama pada suatu tempat.
2.4 Efek dari kebakaran hutan
Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat
kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan
mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran
hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain.
Menurut Rully Syumanda (2003), menyebutkan ada 4 aspek yang
terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan. Keempat dampak
tersebut mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak
terhadap hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan
pariwisata.
Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi. Kebakaran hutan
memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi yang diantaranya meliputi:
1. Terganggunya aktivitas sehari-hari; Asap yang diakibatkan oleh kebakaran
hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi
bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
2. Menurunnya produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat
kebakaran hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
3. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan;
Selain itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah
hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata
pencarian).
4. Meningkatnya hama; Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian
spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang
berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan
akan membuat sebagian binatang kehilangan habitat yang kemudian
memaksa mereka untuk keluar dari hutan dan menjadi hama
seperti gajah, monyet, dan binatang lain.
5. Terganggunya kesehatan; Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran
udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran
pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
6. Tersedotnya anggaran negara; Setiap tahunnya diperlukan biaya yang
besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk
merehabilitasi hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal
kesehatan masyarakat dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara.
7. Menurunnya devisa negara. Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa
negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk
pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain
itu, menurunnya produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya
berpengaruh pada devisa negara.
Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan.
Kebakaran hutan memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan
lingkungan yang diantaranya adalah:
1. Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora,
kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah
binatang. Bebrabagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan)
terancam punah akibat kebakaran hutan.
2. Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi.
Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan
lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan
angin sekalipun.
3. Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan
waktu yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali
hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau
padang ilalang.
4. Penurunan kualitas air; Salah satu fungsi ekologis hutan adalah
dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak
hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
5. Pemanasan global; Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas
CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan
menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon.
Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan
global.
6. Sendimentasi sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa
erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.
7. Meningkatnya bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan
akibat kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir,
tanah longsor, dan kekeringan) meningkat.
Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara; Asap hasil
kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah
sekitar hutan saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain
bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura,
Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata; Kebakaran
hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung
ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan
dan berbagai sarana pendukungnya, terganggunya transportasi,
terutama transportasi udara. Kesemunya berakibat pada penurunan
tingkat wisatawan secara nasional.
Mengingat sedemikian kompleknya dampak yang
diakibatkan oleh kebakaran hutan sudah selayaknya kita semua
mewaspadai. Sekalipun tinggal jauh dari hutan, menumbuhkan
kesadaran akan bahaya kebakaran hutan mungkin salah satunya.

2.5 Dampak dari kebakaran hutan terhadap kesehatan


1. Kabut asap dapat menyebabkan iritasi lokal atau setempat pada selaput
lendir di hidung, mulut dan tenggorokan yang memang langsung kena
asap kebakaran hutan. Serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan
dan mungkin juga infeksi.
2. Gangguan serupa juga dapat terjadi di mata dan kulit, yang langsung
kontak dengan asap kebakaran hutan, menimbulkan keluhan gatal,
mata berair, peradangan dan infeksi yang memberat.

3. Dampak kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru


kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK. Karena asap kebakaran
hutan akan masuk terhirup ke dalam paru. Kemampuan kerja paru
menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan
mengalami kesulitan bernapas.

4. Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang,


sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi. Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, utamanya karena
ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dll
penyebab penyakit (agent) dan buruknya lingkungan (environment).

5. Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi


juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan
makanan yang tidak terlindungi. Kalau kemudian air dan makanan
terkontaminasi itu dikonsumsi masyarakat, maka bukan tidak mungkin
terjadi gangguan saluran cerna dan penyakit lainnya.

6. Secara umum maka berbagai penyakit kronik di berbagai organ tubuh


(jantung, hati, ginjal dll) juga dapat saja memburuk. Ini terjadi karena
dampak langsung kabut asap, maupun dampak tidak langsung di mana
kabut asap menurunkan daya tahan tubuh dan juga menimbulkan stres.

7. Mereka yang berusia lanjut dan anak-anak (juga mereka yang punya
penyakit kronik) dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan
untuk mendapat gangguan kesehatan.
2.6 Tugas dan tanggung jawab perawat
Seorang perawat harus memiliki aspek psikologis dan
membutuhkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, aspek psikologis
yang dimaksud berupa pengetahuan(kognitif), keterampilan, intelektual,
ketelitian dan kecepatan kerja, kerjasama, percaya diri, kmandirian,
ketekunan. Aspek psikologis ini sangat penting yang harus disiapkan oleh
tenaga perawat dalam menghadapi situasi kejadian bencana ( Abdelghany
Ibrahim, 2014)., sehingga mencegah timbulnya dampak psikologis baik
bagi perawat sendiri maupun pada korban yang ditangani berupa
ganggguan kecemasan akibat bencana yang terjadi.
Kesiapsiagaan adalah serangkain kegiatam yang dilakukan untuk
mengatasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya (Seyedin, Abbasi Dolatabadi, & Rajabifard, 2015).

2.7 Pencegahan kebakaran hutan


Fenomena kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi di
Indonesia hampir setiap tahunnya memang menjadi perhatian banyak
pihak. Bagaimana tidak, akibat kejadian tersebut kerugian yang
ditimbulkan pun cukup besar. Kerugian dari sektor ekonomi seperti
banyak aktifitas yang harus dihentikan dan juga memaksa warga
terdampak untuk tidak beraktifitas diluar rumah. Sementara itu, kabut asap
yang terjadi akibat kebakaran hutan menimbulkan masalah kesehatan,
seperti masyarakat rentan terkena penyakit gangguan pernapasan dan juga
akan menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta
menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan juga infeksi.
Kebakaran hutan terjadi akibat ulah manusia. Dampaknya, banyak
masyarakat yang harus terkena imbasnya karena ulah manusia tidak
bertanggung jawab. Mencegah hutan dari kebakaran merupakan hal
penting yang harus diketahui oleh warga dan juga petugas yang berada di
wilayah sekitar hutan. Sebab, bukan tidak mungkin hanya karena hal
sepele bisa terjadi kebakaran hutan dan menyebabkan kerusakan ekosistem
yang fatal. Dan berikut adalah tips mencegah kebakaran hutan adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan peringatan
Masih banyak warga yang tinggal disekitar hutan yang masih
belum mempunyai pengetahuan yang memadai tentang hutan dan
menyebabkan kerusakan ekosistem yang fatal. Masih banyak warga yang
membakar rumput saat musim kemarau yang disertai angin kencang.
Sehingga penyebaran api akan mudah dan meluas. Sehingga memang
perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat di sekitar hutan untuk
tidak membakar rumput dan puing puing.

b. Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang telah


ditentukan
Seperti diketahui, Jarak minimal yang harus diperhatikan untuk
melakukan pembakaran terhadap sampah atau puing-puing adalah minimal
50 kaki dari bangunan dan 500 kaki dari hutan. Hal tersebut harus bisa
diterapkan oleh warga yang ingin membakar rumput di area hutan.

c. Pastikan api sudah mati


Sebelum warga pergi meninggalkan tempat pembakaran, sangat
disarankan untuk membersihkan area tersebut dari bahan bahan yang
mudah terbakar.

d. Hindari membakar ketika cuaca berangin


Angin kencang menjadi faktor utama kebakaran hutan semakin
meluas. Api akan semakin kencang dan besar dan tentu ini sangat
berbahaya
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebakaran dan pembakran merupakan sebuah kata dengan kata dasar yang
sama tetapi mempunyai makna yang berbeda. Kebakaran identic dengan kejadian
yang tidak disengaja sedangkan pembakaran identic dengan kejadian yang
disengaja diinginkan tetapi tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan
terjadinya suatu kebakaran. Penggunan istilah kebakaran hutan dengan
pembakaram terkendali merupakan suatu istilah yang berbeda. Penggunaan istilah
ini sering kali mengakibatkan timbulnya persepsi yang salah terhadap dampak
yang ditimbulkan.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Saya


menyadari bahwa penbuatan makalah ini masih sangat kurang. Kritik dan saran
sangat diperlukan guna untuk membangun pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdelghany Ibrahim, F. A. (2014). Nurses Knowledge, Attitudes, Practices and


Familiarity Regarding Disaster and Emergency Preparedness – Saudi Arabia.
American journal of nursing science. (http://doi.org/10.11648/j.ajns.20140302.12)

Schweithelm, J. dan D. Glover, 1999. Penyebab dan Dampak Kebakaran. Dalam


Mahalnya Harga Sebuah Bencana: Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan
Asap di Indonesia.

Seyedin, H., Abbasi Dolatabadi, Z., & Rajabifard, F. (2015). Emergency Nurses’
Requirements for Disaster Preparedness. Trauma Monthly, 20(4).
(http://doi.org/10.5812/traumamon.29033)

https://media.neliti.com/media/publications/44013-ID-memahami-penyebab-
kebakaran-hutan-dan-lahan-serta-upaya-penanggulangannya-kasus.pdf

http://www.academia.edu/16900714/ Kebakaran_Hutan

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/penyebab-kebakaran-hutan-dan-cara-
penanggulangannya

http://www.academia.edu/26098363/Kebakaran_Hutan_dan_Lahan

http://lifestyle.bisnis.com/read/20140314/220/210887/8-dampak-asap-kebakaran-
terhadap-kesehatan

http://pusatkrisis.kemkes.go.id/cara-mencegah-kebakaran-hutan-dan-lahan

Anda mungkin juga menyukai