Anda di halaman 1dari 8

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kebakaran Hutan”. Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat menambah wawasan
bagi kita semua tentang kebakaran hutan. Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Desy
Safitri selaku dosen penulis dalam mata kuliah Pendidikan Kependudukan Lingkuungan
Hidup, yang telah memberi tugas makalah ini kepada penulis.

Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis minta maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini dan penulis sangat mengharapakan masukan, kritik
dan saran demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan pihak lain yang membacanya.
2

I.I Latar Belakang

Hutan adalah suatu kawasan yang dipenuhi dengan pepohonon dan tumbuh-tumbuhan
lainnya. Selain pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, di dalam Hutan juga terdapat berbagai
hewan yang hidup didalamnya. Hutan merupakan sumber kehidupan bagi manusia sebagai
paru-paru bagi dunia ini, yaitu menyerap karbondioksida yang dapat membahayakan manusia
dan juga merupakan penghasil oksigen. Menurut Bank Dunia melaporkan luas kawasan hutan
di Indonesia mencapai 944.320,00 km² atau setara dengan 94.432.000 Ha pada tahun 2010,
sekitar 46,46% wilayah Indonesia merupakan kawasan perhutanan.

Kebakaran yang cukup luas itu tampak dari video kamera tanpa awak milik BPBD
Kabupaten Kuningan. Kepulan asap tampak jelas di antara hutan-hutan Gunung Ciremai.
Kepala BPBD Kabupaten Kuningan, Indra Bayu Permana menyampaikan, kepulan asap
tersebut berada di kawasan Blok Cileutik. Titik ini merupakan area yang saat ini menjadi
konsentrasi. "Ini hari ketiga, dari laporan pertama di hari Jumat. Meluas. Jelas meluas.
Karena progres dimulai dari laporan 50 hektar, 100 hektar hingga estimasi hari ini 133 hektar
sampai 150 hektar luas yang terdampak," kata Indra Bayu saat ditemui Kompas.com di
sekitar Kecamatan Pesawahan, Kabupaten Kuningan, Minggu (27/8/2023). Titik titik api juga
terus bertambah dari tiga titik, menjadi 5 titik di hari pertama. Kemudian meluas menjadi
sekitar 8 hingga sepuluh titik yang terbakar. Sebagian titik api sudah padam dan sisa blok
Cileutik dan Karang Dingding, yang masih diupayakan dan menjadi titik fokus. Perluasan
kobaran api ini terjadi karena dua faktor, pertama banyaknya bahan material yang mudah
terbakar. Keduanya, kondisi angin yang kencang dan juga berubah-ubah sehingga membuat
bara atau percikan api terbang ke berbagai arah. "Mudah menyebar karena posisinya kering,
kemudian titik arah angin berubah-ubah. Jumat malam Sabtu angin ke arah atas, akhirnya
meluas ke atas. Hari berikutnya ke arah bawah makanya ke arah Cileutik. Nah itulah
kesulitannya," tambah Indra. Kebakaran ini berdampak langsung terhadap habitat tanaman di
kawasan tersebut. Beberapa tanaman atau pohon yang terbakar antara lain, semak belukar,
alang-alang, pohon kaliandra, dan tanaman liar lainnya. Proses pemadaman api yang melanda
kawasan BTNGC, kata Indra, dilakukan oleh banyak pihak. Tim BTNGC, BPBD, Polhut,
TNI, POLRI, Lembaga atau Organisasi Pecinta Alam AKAR, masyarakat sekitar dan lainnya.

Indonesia menduduki urutan ke-9 dalam peringkat negara dengan hutan terbesar di
Dunia. Rusia memiliki hutan seluas 7.762.602 km2 atau sekitar 45,40% wilayah Rusia
3

tertutup oleh Hutan. Sedangkan yang berada di urutan kedua adalah Brasil dengan besar
hutannya seluas 4.776.980 km2. Sebesar 56,1% wilayah Brasil merupakan kawasan
perhutanan.

Banyak sekali pelanggaran dan tragedi yang menimpa hutan. Dari bencana alam
hingga ulah tangan manusia menyebabkan hutan tidak lagi menjalankan fungsinya dengan
baik. Untuk itu penulis membuat makalah ini guna memenuhi tugas mengenai mata kuliah
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang akan membahas tentang kebakaran
hutan dari kelompok 2. Dimulai dari definisi, dampak yang ditimbulkan, kasus kebakaran
yang pernah terjadi, dsb.
4

I.II Rumusan Masalah

1. Apa itu hutan dan manfaat hutan ?


2. Apa jenis-jenis hutan di indonesia?
3. Apa pengertian kebakaran hutan?
4. Mengapa bisa terjadi kebaran hutan?
5. Apa dampak kebakaran hutan?
6. Bagaimana Kebijakan KLHK dalam pengendalian kebakaran hutan?
7. Bagaimana upaya pengendalian kebakaran hutan?
8. Bagaimana penanganan pasca kebakaran?
9. Apa contoh kasus kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia?

I.III Tujuan Penulisan

Berikut ini merupakan tujuan dari makalah ini dibuat yaitu :


- Mengetahui pengertian hutan, kebakaran hutan dan jenis-jenis hutan di
Indonesia
- Mengetahui penyebab kebakaran hutan, dampak kebakaran hutan, kebijakan
KLHK dalam pengendalian kebakaran hutan.
- Mengetahui upaya penanganan kebakaran hutan, contoh kasus kebakaran
hutan di Indonesia dan penanganan pasca kebakaran.
5

I.IV Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada orang yang membacanya
khususnya mahasiswa kelas A Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UMC angkatan 2020:

- Membuka wawasan mengenai fungsi dan jenis hutan umumnya di Indonesia.


- Mengetahui gejala kebakaran hutan.
- Mengetahui dampak dari kebakaran hutan serta cara penanganan bencana
kebakaran hutan.

I.V Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini yaitu dengan mencari
literatur dari internet dan buku.
6

BAB II

PEMBAHASAN

II.I Pengertian Kebakaran Gunung Ciremai

Gunung Ciremai, salah satu gunung tertinggi di Jawa Barat, kembali dilanda
kebakaran pada Rabu (9/8/2023). Kebakaran ini merupakan yang kedua kalinya terjadi di
bulan Agustus 2023, setelah sebelumnya juga terjadi pada Minggu (25/8/2023). Kebakaran
ini menghanguskan lahan dan hutan yang masuk kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai
(TNGC), yang merupakan habitat bagi berbagai flora dan fauna langka. Apa penyebab,
dampak, dan upaya penanggulangan kebakaran di Gunung Ciremai? Artikel ini akan
membahas beberapa aspek terkait dengan kebakaran tersebut.

Penyebab Kebakaran

Menurut Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Kabupaten


Kuningan Teguh Setiawan, penyebab kebakaran di Gunung Ciremai belum dapat dipastikan
secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga menjadi pemicu kebakaran, antara
lain:

Faktor alam, seperti angin kencang, suhu udara tinggi, dan kekeringan akibat musim
kemarau. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan api mudah berkobar dan menyebar ke
berbagai arah.

Faktor manusia, seperti aktivitas pembakaran lahan oleh warga sekitar untuk
membuka lahan pertanian atau perkebunan. Faktor ini dapat menyebabkan api tidak
terkendali dan meluas ke kawasan hutan.

Faktor kelalaian, seperti pembuangan puntung rokok atau korek api yang masih
menyala oleh pengunjung atau pendaki. Faktor ini dapat menyebabkan api menyulut bahan-
bahan mudah terbakar seperti daun kering atau semak belukar.

Dampak Kebakaran

Kebakaran di Gunung Ciremai menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan


dan masyarakat, antara lain:
7

Dampak lingkungan, seperti kerusakan ekosistem, hilangnya habitat flora dan fauna,
penurunan kualitas udara, dan perubahan iklim mikro. Dampak ini dapat mengancam
keberlangsungan hidup berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang hidup di Gunung
Ciremai, seperti bunga bangkai raksasa, burung elang jawa, lutung jawa, dan macan tutul
jawa.

Dampak sosial, seperti gangguan kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan


masyarakat sekitar. Dampak ini dapat menyebabkan masyarakat mengalami gangguan
pernapasan, iritasi mata, atau alergi akibat menghirup asap kebakaran. Selain itu, masyarakat
juga dapat mengalami ketakutan, kepanikan, atau trauma akibat melihat api yang
membahayakan.

Dampak ekonomi, seperti kerugian materiil, penurunan pendapatan, dan hilangnya


potensi wisata. Dampak ini dapat menyebabkan masyarakat kehilangan harta benda, tanaman,
atau ternak akibat terbakar. Selain itu, masyarakat juga dapat kehilangan sumber penghasilan
dari sektor pertanian, perkebunan, atau pariwisata akibat terganggunya aktivitas ekonomi.

Upaya Penanggulangan

Upaya penanggulangan kebakaran di Gunung Ciremai melibatkan berbagai pihak,


baik pemerintah maupun masyarakat. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain:

Upaya pemadaman api, yang dilakukan oleh petugas gabungan dari BTNGC, BPBD
Kabupaten Kuningan, Damkar Kabupaten Kuningan, TNI, Polri, serta relawan dan
masyarakat. Upaya ini dilakukan dengan menggunakan alat pemadaman kebakaran hutan dan
lahan (PKHL), seperti jet shooter dan mesin pemompa air. Upaya ini juga dilakukan dengan
cara manual dan mekanis, seperti membuat sekat bakar, memotong ranting, atau menyiram
air.

Upaya pencegahan api, yang dilakukan oleh petugas gabungan dengan melakukan
penyisiran dan pendinginan di sekitar lokasi kebakaran. Upaya ini bertujuan untuk mencari
dan memadamkan sisa api sekecil apa pun yang masih menyala, agar tidak menjalar kembali.
8

Upaya rehabilitasi lahan, yang dilakukan oleh BTNGC dengan melakukan penanaman
kembali tanaman yang terbakar. Upaya ini bertujuan untuk memulihkan ekosistem dan
keanekaragaman hayati di Gunung Ciremai.

Upaya sosialisasi dan edukasi, yang dilakukan oleh BTNGC dengan melakukan
sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sekitar tentang bahaya dan dampak kebakaran
hutan, serta cara-cara pencegahan dan penanggulangannya. Upaya ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan
Gunung Ciremai.

Kesimpulan

Kebakaran di Gunung Ciremai adalah peristiwa yang menyedihkan dan merugikan


bagi lingkungan dan masyarakat. Kebakaran ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik alam
maupun manusia, dan menimbulkan berbagai dampak, baik lingkungan, sosial, maupun
ekonomi. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang komprehensif dan kolaboratif
dari semua pihak terkait, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk memadamkan api,
mencegah api, merehabilitasi lahan, dan mensosialisasikan serta mengedukasi masyarakat.
Dengan demikian, diharapkan Gunung Ciremai dapat kembali menjadi gunung yang indah,
hijau, dan lestari.

Anda mungkin juga menyukai