Anda di halaman 1dari 3

Kebakaran Hutan

Diperbarui 6 hari lalu Hutan, Peristiwa

Kebakaran hutan dan lahan (Foto: pxhere.com)


Di masa lalu membakar hutan banyak dipraktekkan oleh para peladang
tradisional atau peladang berpindah untuk membuka lahan. Karena
biayanya murah, praktek ini diadopsi oleh perusahaan-perusahaan
kehutanan dan perkebunan. Hingga saat ini membuka lahan dengan
metode pembakaran hutan sudah dianggap lumrah.
Dalam lingkup ilmu kehutanan ada sedikit perbedaan istilah antara
pembakaran hutan dan kebakaran hutan. Pembakaran hutan identik
dengan kejadian yang disengaja pada satu lokasi tertentu secara
terkendali. Gunanya untuk membuka lahan, meremajakan hutan, atau
mengendalikan hama. Sedangkan kebakaran hutan lebih pada kejadian
tidak disengaja atau dapat juga terjadi secara alamiah.
Pada prakteknya proses pembakaran hutan bisa menjadi tidak terkendali
dan memicu kebakaran hutan. Banyak pristiwa kebakaran hutan besar
dipicu oleh aktivitas pembakaran hutan. Kebakaran hutan di Indonesia
menjadi penyumbang terbesar laju deforestasi. Bahkan lebih besar
dibanding konversi lahan untuk pertanian dan illegal logging.1
Secara teoritis kebakaran hutan terjadi karena ada interaksi antara bahan
bakar, oksigen dan panas pada kondisi tertentu. Bila ketiga unsur tersebut
ada secara bersamaan maka kebakaran akan terjadi. Oleh karena itu
prinsip untuk menanggulanginya adalah dengan memutus salah satu unsur
tersebut. Biasanya dengan menghilangkan bahan bakar atau panas.
PENYEBAB :
Terjadi Secara Alamiah
Kebakaran hutan secara alami banyak dipicu oleh petir, lelehan lahar
gunung api, dan gesekan antara pepohonan. Sambaran petir dan gesekan
pohon bisa berubah menjadi kebakaran bila kondisi hutannya
memungkinkan, seperti kekeringan yang panjang.
Di hutan-hutan subtropis seperti Amerika Serikat dan Kanada, sambaran
petir dan gesekan ranting pepohonan sering memicu kebakaran. Namun
di hutan hujan tropis seperti Indonesia, hal ini sedikit mustahil. Karena
terjadinya petir biasanya akan diiringi oleh turunnya hujan atau petir terjadi
di sepanjang hujan. Sehingga sangat tidak mungkin menimbulkan
kebakaran.
Pemicu alamiah lainnya adalah gesekan antara cabang dan ranting
pepohonan. Hal ini pun biasanya hanya terjadi di hutan-hutan yang kering.
Hutan hujan tropis memiliki kelembaban tinggi sehingga kemungkinan
gesekan antar pohon menyebabkan kebakaran sangat kecil.
Dipicu Aktivitas Manusia
Kebakaran hutan yang dipicu kegiatan manusia bisa diakibatkan dua hal,
secara sengaja dan tidak sengaja. Kebakaran secara sengaja kebanyakan
disebabkan karena eksploitasi sumber daya alam, baik untuk meremajakan
hutan, membersihkan lahan atau memberantas hama. Sedangkan
kebakaran tak disengaja lebih disebabkan oleh kelalaian, seperti lupa
mematikan api unggun, membakar sampah, membuang puntung rokok
sembarangan, dan tindakan kelalaian lainnya.
Di Indonesia, 99% kejadian kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas
manusia baik sengaja maupun tidak sengaja. Hanya 1% diantaranya yang
terjadi secara alamiah.4 Sejak era tahun 1980-an pembukaan lahan
perkebunan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri diduga menjadi
penyebab utamanya.

Referensi

1.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan ↩
2. Saharjo, B.H. 2003. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Lestari Perlukah
Dilakukan. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. ↩
3. Syaufina, L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Bayumedia, Malang. ↩
4. Biang Kerok Pembakaran Hutan dan Lahan, 276 Perusahaan Dibidik. SINDONEWS. ↩
5. Fikri Faisal, dkk. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernapasan. CDK-189/ vol. 39 no. 1,
th. 2012. ↩
6. Suratmo FG. 1974. Perlindungan Hutan. IPB Press, Bogor. ↩
7. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. ↩
8. Profil Manggala Agni. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. ↩
9. Luca Tacconi. 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia: Penyebab, Biaya dan Implikasi
Kebijakan. CIFOR. Hal 1. ↩
10. Keadaan Hutan Indonesia tahun 2001. Forest Watch Indonesia (FWI), Bogor. ↩
Kebakaran Hutan di Kalimantan Barat
Siaga I

Kalimantan Barat memberlakukan status siaga I akibat


tingginya intensitas pembakaran lahan di Pontianak dan wilayah sekitarnya.

"Status siaga I telah ditetapkan sejak pekan lalu," kata Kepala Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan (Mangga Agni) Daerah Operasional Pontianak Asmadi, Selasa (12/7).

Ia mengatakan pembakaran lahan tersebar di sejumlah lokasi di wilayah Kabupaten Pontianak dan Kubu
Raya. Lokasi tersebut, yakni di Kecamatan Sungaikunyit, Toho, dan Siantan, serta Kubu, Terentang, Rasau
Jaya, Sungairaya, Telukpakedai dan Sungaiambawang. Kebakaran ini menghanguskan sekitar 62 hektare
(ha) lahan.

"Kebakaran lahan terbanyak terjadi pada 9 dan 10 Juli lalu, yakni masing-masing di lima dan empat lokasi.
Sedangkan, data untuk dua hari terakhir masih diinventarisasi," ujarnya.

Kebakaran di kawasan pinggiran Pontianak ini sebagian besar terjadi di lokasi lahan milik warga. Kecuali,
kebakaran di Desa Peniti I, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak yang berada di areal milik salah satu
perusahaan perkebunan kelapa sawit.

"Kebakaran lahan di Desa Peniti I terpantau pada Minggu kemarin (10/7), dan menghanguskan sekitar 25
ha lahan," jelas Junaidi.

Intensitas pembakaran lahan yang terus meningkat dalam sepekan ini mulai mencemari kota Pontianak.
Udara di Ibu Kota Kalimantan Barat itu mulai diselimuti kabut asap. Kondisi ini terutama dirasakan pada
pagi dan malam hari.

Meski demikian, kabut asap belum mengganggu jadwal penerbangan, dan kualitas udara di Pontianak pun
masih dikategorikan belum berbahaya bagi kesehatan warga.

"Kualitas udara di Pontianak berfluktuasi, tapi masih didominasi kategori sedang," ujar Kepala Subbidang
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Kalimantan Barat Yenny.

Sumber:micom

Anda mungkin juga menyukai