Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

SEMESTER 2 REGULER A

FKIP
PRODI SENI TARI DAN MUSIK

REZA NURWIANSYAH
F06112008

HUTAN DI KALIMANTAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunianya kita bisa memperoleh kesempatan melanjutkan sekolah di jenjang perguruan tinggi. Makalah ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan kita akan pengetahuan, pemahaman dan panduan untuk menganalisis segala hal yang berkaitan dengan Hutan di Kalimantan. Makalah ini di batasi dan fokuskan dengan masalah Hutan di Kalimantan Barat. Sehingga kita dapat merekam dan mengambil manfaat agar mampu lebih dalam mengenali potensi hutan, dari cara kekayaan dan manfaat, sampai melestarikan warisan nenek moyang tersebut. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menganalisis segala hal yang berkaitan dengan hutan di sekitar kita, sehingga kita dapat menjadi manusia yang berkualitas dalam upaya mencapai kesejahteraan diri maupun ini. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih. memberikan sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran rakyat Indonesia sekarang

LATAR BELAKANG
Kalimantan Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki wilayah terluas di Indonesia, Propinsi Kalimantan Barat sebagai salah satu penyangga paru paru dunia mempunyai luas 46.807 km2 atau 7,53 persen dari 600 km dan sekitar 850 km dari barat ke timur. Dilihat dari besarnya wilayah, maka Kalimantan barat termasuk rovinsi terbesar keempat setelah pertama Irian Jaya, Kalimantan timur dan Kalimantan tengah. Dan dilihat dari luas hutan Kalimantan Barat mempunyai luas hutan sebesar 9,176 juta hektar. Kabupaten Kubu Raya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Pontianak dengan total populasi 500.970 jiwa (2010) dengan kepadatan 71,71 jiwa/km2. Keadaan hutan di kubu raya yang masih terbilang hijau kini telah beredar pemberitaan tentang pembalakan dan pembakaran hutan yang begitu berakibat fatal untuk penduduk khususnya lingkungan di Kubu Raya. Kasus ini terjadi pada bulan Oktober 2010 lalu. Sedangkan menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) bandara supadio, Girwanto menjelaskan tekanan udara yang sebelumnya menguat sekarang cenderung melemah. Sangat kita sayangkan memang hal ini bisa terjadi di bumi khatulistiwa, dimana kita sendiri tahu dan sadar bahwa hutan mempunyai peran besar dalam menciptakan lingkungan yang hijau dan asri.

RUMUSAN MASALAH
1. Alasan dari pembakaran hutan yang terjadi di Kabupaten Kubu Raya 2. Dampak dari pembakaran hutan yang terjadi di Kabupaten Kubu Raya

TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan alasan dari pembakaran hutan di Kabupaten Kubu Raya 2. Mendeskripsikan dampak dari pembakaran hutan di Kabupaten Kubu Raya

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.1 Latar Belakang.2 Rumusan Masalah3 Tujuan Penelitian.4 I. Alasan dari Pembakaran Hutan yang terjadi di Kabupaten Kubu Raya.5 II. Dampak Pembakaran Hutan yang terjadi di Kabupaten Kubu Raya... ...6 Kesimpulan..7 Daftar Pustaka..8

1. Alasan Pembakaran Hutan di Kabupaten Kubu Raya


Sebagian besar di daerah KALBAR terutama Kubu Raya sangat sering sekali dengan yang namanya kebakaran hutan atau pembakaran lahan. Salah satu faktor pembakaran lahan tersebut adalah pembakaran hutan untuk di jadikan suatu perkebunan seperti kelapa sawit yang sekarang dapat dipandang sebagai ancaman. Kebakaran lahan di Kalimantan Barat, memang semakin meluas. Insiden ini terjadi hampir di setiap saat di beberapa lokasi berbeda. Namun, kabut asap dari kebakaran lahan belum menganggu aktivitas penerbangan. Di Rasau Jaya (Kabupaten Kubu Raya) dalam beberapa pekan setiap harinya selalu terjadi kebakaran lahan, tapi untungnya lokasi masih jauh dari Bandara (Supadio). Lokasi kebakaran lahan juga berada di Kota Pontianak dan sekitarnya. Kejadian ini berlangsung sporadis dan dalam waktu yang hampir bersamaan di setiap lokasi. Pemicu kebakaran memang diduga berasal dari aktivitas pembukaan lahan pertanian, pembangunan pabrik dan penanaman padi dan sawit. Sebenarnya kalau kita telaah lagi bahwasannya kebakaran hutan terjadi karena faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam biasa terjadi pada musim kemarau ketika cuaca sangat panas. Namun, sebab utama dari kebakaran hutan adalah pembukaan lahan itu sendiri yang meliputi : 1. Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali. Pembukaan lahan dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor dan mencari ikan. pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah rawa/gambut.

2. Penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan bekas HPH dan di daerah yang beralang-alang. 3. Konflik antara pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat karena status lahan sengketa Perusahaan-perusahaan kelapa sawit kemudian menyewa tenaga kerja dari luar untuk bekerja dan membakar lahan masyarakat lokal yang lahannya ingin diambil alih oleh perusahaan, untuk mengusir masyarakat. Kebakaran mengurangi nilai lahan dengan cara membuat lahan menjadi terdegradasi, dan dengan demikian perusahaan akan lebih mudah dapat mengambil alih lahan dengan melakukan pembayaran ganti rugi yang murah bagi penduduk asli. 4. Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran untuk memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa sawit. 5. Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan 6. Kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pembukaan lahan Penyebab Lain kebakaran hutan, diantaranya: 7. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan. 9. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau

2. Dampak Pembakaran Hutan di Kabupaten Kubu Raya


Kebakaran hutan di Kalimantan Barat adalah peristiwa dimana hutan yang digologkan sebagai ekologi alamiah mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh aktfitas pembakaran secara besar-besaran. Pada dasarnya, peristiwa ini memberi dampak negatif maupun positif. Namun, jika dicermati, dampak negatif kebakaran hutan jauh lebih mendominasi ketimbang dampak positifnya. Oleh sebab itu hal ini penting untuk dicegah agar dampak negatifnya tidak merugikan masyarakat terlalu banyak. Salah satu upaya pencegahan yang paling mendasar adalah dengan memahami penyebab terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran hutan di Kalimantan Barat (Kabupaten Kubu Raya) perlu ditanggulangi secara tepat sebab peristiwa ini memiliki dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Apa saja? Berikut uraiannya: 1.Kebakaran hutan akan menyebarkan sejumlah emisi gas karbon ke wilayah atmosfer dan berperan dalam fenomena penipisan lapisan ozon. 2.Dengan terbakarnya hutan, satwa liar akan kehilangan rumah tempat mereka hidup dan mencari makan. Hilangnya satwa dalam jumlah yang besar tentu akan berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem. 3.Hutan identik dengan pohon. Dan pepohonan identik sebagai pendaur ulang udara serta akarnya berperan dalam mengunci tanah serta menyerap air hujan. Jika pepohonan berkurang, dipastikan beberapa bencana akan datang seperti banjir atau longsor. 4.Kebakaran hutan akan membuat kita kehilangan bahan baku industri yang akan berpengaruh pada perekonomian. 5.Jumlah hutan yang terus berkurang akan membuat cuaca cenderung panas. 6.Asap dari hutan akan membuat masyarakat terganggu dan terserang penyakit yang berhubungan dengan pernapasan. 7.Kebakaran hutan bisa berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke sebuah Negara.

Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan di Indonesia, Kementerian Kehutanan fokus pada tiga sasaran/target utama yang dituangkan dalam rencana strategis pengendalian kebakaran hutan tahun 2010-2014, yaitu : (1) peningkatan sistem pencegahan, pemadaman, dan penanggulangan dampak kebakaran lahan dan hutan; (2) pengurangan luas kawasan hutan yang terbakar; (3) peningkatan dukungan pemerintah dan masyarakat dalam upaya mengendalian kebakaran hutan. Target hingga tahun 2014 adalah pengurangan hotspot di pulau Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi hingga 20% tiap tahun dari rerata tahun 2005-2009, pengurangan luas kawasan hutan yang terbakar hingga 50% dalam waktu 5 tahun dibanding kondisi rata-rata tahun 2005-2009, dan peningkatan kapasitas SDM pemerintah dan masyarakat dalam usaha pengurangan resiko dan penanganan bahaya kebakaran hutan di 30 daerah operasi di 10 propinsi rawan kebakaran. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah menjalin kerjasama internasional bidang kebakaran hutan terkait komitmen Indonesia, penyegaran Manggala Agni di 44 lokasi, pembentukan 25 regu Manggala Agni, pelatihan Satuan Manggala Agni Reaksi Taktis (SMART) untuk 510 orang, pembentukan 180 regu Masyarakat Peduli Api (MPA), kerjasama dengan TNI. Untuk memperkuat kelembagaan, akan diupayakan juga peningkatan status anggota Manggala Agni menjadi PNS serta peningkatan Daerah Operasi (Daops) menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT). Selain itu, pemerintah Indonesia juga melakukan kerjasama teknik pengendalian kebakaran hutan dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui proyek Programme of Community Development of Fires Control in Peat Land Area tahun 2010-2015 di kabupaten Kubu Raya dan Bengkayang, Kalimantan Barat, dan kabupaten Siak, Riau. Untuk memperkuat Brigade Manggala Agni, diupayakan peningkatan peran masyarakat melalui pembentukan satuan Masyarakat Peduli Api (MPA). Hingga tahun 2009 telah terbentuk MPA yang beranggotakan sebanyak 5.157 orang. Jumlah Manggala Agni sendiri saat ini 1.590 orang (196 diantaranya anggota SMART) yang tersebar di 30 daops pada 9 Balai Besar dan balai KSDA serta taman nasional rawan kebakaran.

KESIMPULAN
Akhirnya dengan penulisan dan penjabaran dari makalah ini kita menjadi tahu penyebab dan dampak dari Pembakaran Hutan dan sadar akan kayanya manfaat hutan bila kita bersama sama menjaga dan melestarikan mereka. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk masyarakat Kalimantan Barat agar mampu lebih jeli lagi dalam menjaga warisan nenek moyang, paru paru dunia, dan kekayaan hasil yang melimpah dari tumbuh tumbuhan, hewan, dan semua ekosistem yang menempati hutan hutan di pulau Borneo. Maka selanjutnya dapat di simpulkan bahwa penyebab dari pembakaran hutan itu sendiri adalah sebagai berikut : 1. Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali. Pembukaan lahan dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor dan mencari ikan. pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah rawa/gambut. 2. Konflik antara pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat karena status lahan sengketa Perusahaan-perusahaan kelapa sawit kemudian menyewa tenaga kerja dari luar untuk bekerja dan membakar lahan masyarakat lokal yang lahannya ingin diambil alih oleh perusahaan, untuk mengusir masyarakat. Kebakaran mengurangi nilai lahan dengan cara membuat lahan menjadi terdegradasi, dan dengan demikian perusahaan akan lebih mudah dapat mengambil alih lahan dengan melakukan pembayaran ganti rugi yang murah bagi penduduk asli.

3. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan. Dan dampak yang di timbulkan dari pembakaran hutan itu sendiri adalah sebagai berikut : 1. Kebakaran hutan akan menyebarkan sejumlah emisi gas karbon ke wilayah atmosfer dan berperan dalam fenomena penipisan lapisan ozon. 2. Dengan terbakarnya hutan, satwa liar akan kehilangan rumah tempat mereka hidup dan mencari makan. Hilangnya satwa dalam jumlah yang besar tentu akan berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem. 3. Hutan identik dengan pohon. Dan pepohonan identik sebagai pendaur ulang udara serta akarnya berperan dalam mengunci tanah serta menyerap air hujan. Jika pepohonan berkurang, dipastikan beberapa bencana akan datang seperti banjir atau longsor.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/7562 http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/04/penyebab-dan-dampakkebakaran-hutan-di.html

Anda mungkin juga menyukai