Kebakaran Hutan merupakan suatu faktor lingkungan dari api yang memberikan pengaruh terhadap
hutan, menimbulkan dampak negatif maupun positif. Kebakaran Hutan yang terjadi adalah akibat ulah
manusia maupun faktor alam. Penyebab Kebakaran Hutan yang terbanyak karena tindakan dan kelalaian
manusia. Ada yang menyebutkan hampir 90% Kebakaran Hutan disebabkan oleh manusia sedangkan
hanya
10%
yang
disebabkan
oleh
alam.
Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan
dilanda api sehingga berakibat timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan.
Upaya pencegahan Kebakaran Hutan merupakan suatu usaha Perlindungan Hutan agar kebakaran hutan
yang berdampak negatif tidak meluas.
Menurut Kamus Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Kebakaran Hutan (Wild Fire
Free Burning, Forest Fire) didefinisikan sebagai :
1. Kebakaran yang tidak disebabkan oleh unsur kesengajaan yang mengakibatkan kerugian.
Kebakaran terjadi karena faktor-faktor:
o
2. Bentuk Kerusakan Hutan yang disebabkan oleh api di dalam areal hutan negara.
Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebut juga Api Hutan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang terjadi di dalam hutan, yang
membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3 macam kebakaran hutan, Jenis-jenis
kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai hutan dan
membakar seresah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api permukaan cepat merambat,
nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua tipe kebakaran
berasal dari api permukaan.
2. Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh tajuk tanaman pokok
terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat,
maka api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi
apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.
3. Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan. Oleh karena
sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala
api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan dalam waktu yang lama pada suatu
tempat.
Ketahuilah bahwa kebakaran hutan merupakan faktor utama penyebab kerusakan hutan di Indonesia, dan
setiap tahunnya puluhan bahkan ratusan ribu hektar hutan di Indonesia terbakar. Ini merupakan suatu
kerugian yang begitu besar bagi Indonesia mengingat kita tidak bisa memanfaatkan hutan yang terbakar
tersebut. Dan inilah pembahasan mengenai penyebab dan dampak kebakaran hutan.
Source : https://www.flickr.com/photos/pldove/6086616723/
Tumbuhan hijau atau pepohonan bisa membuat udara menjadi sejuk dan menetralkan suhu udara sehingga
bisa di simpulkan bahwa pohon (tumbuhan) bisa mengatasi suhu panas yang tinggi. Jika memang benar
demikian, maka selayaknya setiap rumah mau menanam pohon di pekarangan rumahnya. Tapi hal ini juga
tidak dilakukan oleh banyak rumah, apakah lagi rumah di perkotaan yang lebih memilih membangun
gedung daripada menanam pepohonan hijau.
Kalau setiap pekarangan atau halaman rumah tidak ada pohon, maka wajarlah yang namanya pemanasan
global itu terjadi.
#3. Model Rumah Kaca
Salah satu dari banyaknya pemanasan global terjadi karena model rumah atau gedung dengan konsep
rumah kaca. Sehingga dari rumah kaca memantulkan cahaya ke udara, bukan menyerap sinar matahari.
Jika satu atau dua rumah saja maka tidak terlalu berdampak. Namun yang terjadi bukan saja rumah,
gedung -gedung pencakar langit pun memakai konsep bangunan kaca. Jika yang terjadi demikian, maka
pemanasan global adalah prestasi yang di hasilkan dari banyak rumah dan gedung yang bermodelkan
kaca.
Kembali ke halaman atas
.
Penyebab Dari Lingkungan
Sebuah sumber mengatakan bahwa: Berdasarkan pemantauan menggunakan instrumen Total Ozone
Mapping Spectrometer (TOMS) pada satelit Nimbus 7 dan Meteor 3, kerusakan ini telah menimbulkan
sebuah lubang yang dikenal sebagai lubang ozon di kedua kutub
bumi._http://riorenhardputra13030.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?cat=2
Oleh sebab itu ada di peringati hari ozon internasional yang jatuh setiap tanggal 16 Setember. Anda sudah
tahukan?
Pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Jakarta, Nirwono Yoga, menilai sejauh ini belum ada lonjakan
persentase yang berarti terhadap jumlah ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di Jakarta, sebagaimana di
lansir dari media online _http://koran-jakarta.com.
Upaya pemerintah di setiap daerah sangat minim untuk membangun ruang terbuka hijau. Hal ini bisa di
lihat dengan susah sekali kita menemukannya. Walau sekarang ada beberapa kota seperti Bandung dan
Surabaya yang sedang menggalakkan. Maka hal itu bisa di jadikan contoh bagi kota-kota lain.
#10.Jumlah kendaraan terus bertambah
Hal ini sudah di bahas di atas, tapi ini hal ini harus mendapat sikap dari pemerintah dengan mengeluarkan
kebijakan dalam kendaraan bermotor. Misal dengan keluarnya kendaraan terbaru, maka kendaraan tahun
lama bisa di cabut atau di daur ulang atau apalah. Yang penting jumlah kendaraan bermotor bisa
berkurang, bukan malah bertambah.
Yang terjadi saat ini adalah jumlah kendaraan bermotor bertambah, namun tidak di barengi dengan
infrasrtuktur jalan, sehingga bukan hanya polusi udara yang berdampak kepada pemanasan global terjadi,
kemacetan pun selalu menghiasi jalan.
http://silontong.com/2014/06/03/10-penyebab-dari-pemanasan-global-dan-pengertian-global-warming/
Kenaikan permukaan laut
Kenaikan permukaan laut (Bahasa Inggris: sea level rise) adalah fenomena naiknya permukaan laut
yang disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks.
Permukaan laut telah mengalami kenaikan setinggi 120 meter sejak puncak zaman es 18.000 tahun yang
lalu. Kenaikan tertinggi muka air laut terjadi sebelum 6.000 tahun yang lalu. Sejak 3.000 tahun yang lalu
hingga awal abad ke-19, muka air laut hampir tetap hanya bertambah 0,1 hingga 0,2 mm/tahun; sejak
tahun 1900, permukaan laut naik 1 hingga 3 mm/tahun; sejak tahun 1992 satelit altimetri
TOPEX/Poseidon mengindikasikan laju kenaikan muka laut sebesar 3 mm/tahun. Perubahan ini bisa jadi
merupakan pertanda awal dari efek pemanasan global terhadap kenaikan muka air laut. Pemanasan global
diperkirakan memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan muka air laut pada abad ke-20 ini.
Muka air laut lokal dan eustatik
Muka laut rata-rata lokal (local mean sea level atau disingkat LMSL) didefinisikan sebagai tinggi laut
terhadap titik acu (benchmark) di darat, dirata-ratakan terhadap suatu periode waktu tertentu yang cukup
panjang, sebulan atau setahun, sehingga fluktuasi akibat gelombang dan pasang surut sebisa mungkin
dapat dihilangkan. Kita juga harus menyesuaikan perubahan LMSL yang diketahui untuk memasukkan
pergerakan vertikal daratan yang bisa jadi memiliki orde yang sama dengan orde perubahan muka air laut
(mm/tahun). Pergerakan daratan terjadi karena penyesuaian isostatik mantel akibat melelehnya
lempengan es di akhir zaman es terakhir. Tekanan atmosferik (efek inversi barometrik), arus laut, dan
perubahan temperatur air laut setempat semua dapat memengaruhi LMSL.
Perubahan eustatik (kebalikan dari perubahan setempat) menghasilkan perubahan terhadap muka air laut
global, seperti perubahan volume air di lautan dunia atau perubahan volume di samudera.
Perubahan jangka pendek dan periodik
Ada beberapa faktor yang dapat menghasilkan perubahan jangka pendek permukaaan air laut (dari orde
beberapa menit hingga 14 bulan).
Skala waktu
(P = periode)
Pengaruh
vertikal
612 jam P
0,210+ m
14 bulan P
15 hari
Hingga 5 m
El Nio/osilasi selatan
2 bulan
1m
6 bulan
0,2 m
Hingga 2 m
Seiches
Seiches (gelombang berdiri)
Gempa Bumi
Tsunami (yang membangkitkan gelombang periode panjang yang
Jam
membawa petaka)
Hingga 10 m
Hingga 10 m
Menit
dan dari melelehnya es di tepinya, para ilmuwan tidak tahu mana yang lebih besar - es yang masuk atau
es yang keluar. Perbedaan antara input dan output es disebut sebagai kesetimbangan massa (mass
balance). Kesetimbangan ini sangat penting karena menyebabkan perubahan muka laut global.
Paparan-paparan es (ice shelves) yang melayang di permukaan laut jika mencair tidak akan mengubah
permukaan laut. Demikian juga halnya dengan mencairnya tutupan es di kutub utara yang terdiri dari
kumpulan es yang melayang yang tidak akan menaikkan muka laut secara signifikan. Hal ini terjadi
karena yang mencair adalah air segar yang meskipun akibat mencairnya mereka dapat menaikkan
permukaan laut, namun ordenya cukup kecil dan umumnya dapat diabaikan. Namun demikian hal itu
dapat juga dibantah dengan menyatakan bahwa jika paparan es mencair, maka ia adalah sebuah pertanda
dari mencairnya lempengan es di Greenland dan Antartika.
Masih kurangnya pemahaman para ilmuwan tentang perubahan penyimpanan air teresterial
(terrestrial storage of water). Antara tahun 1910 dan 1990 perubahan sedemikian rupa bisa jadi
memberikan kontribusi 1,1 hingga +0,4 mm/tahun.
Jika semua glasier dan tutupan es mencair, kenaikan muka laut diproyeksikan sekitar 0,5 m. Jika
pencairan juga terjadi pada lempengan es di Greenland dan Antartika (keduanya memiliki es di
atas permukaan laut), maka kenaikan akan menjadi lebih drastis lagi, 68,8 m. Keruntuhan
reservoir interior lempengan es Antartika Barat akan menaikan permukaan laut setinggi 5-6 m.
tahun berikutnya.
http://ap.google.com/article/ALeqM5iWeAsairnfC4lqysPZN42yNHRUgAD91924D00
Selandia Baru membantu penduduk Pulau Kiribati dalam menghadapi perubahan iklim
Karena kenaikan permukaan air laut, 94.000 orang yang tinggal di Pulau Kiribati yang ada di
daratan rendah harus memindahkan rumah mereka. Presiden Kiribati, Anote Tong telah
menyampaikan ucapan terima kasihnya atas bantuan Selandia Baru yang mengizinkan keluarga
Kiribati yang terkena dampak ini untuk berimigrasi dan berharap agar negara lain akan bertindak
sama. Selandia Baru dan Kiribati juga telah menandatangani deklarasi bersama yang akan
menyediakan Kiribati US$30 juta dalam pendanaan untuk upaya seperti proyek kota yang
berkelanjutan.
http://www.radioaustralia.net.au/news/stories/200806/s2269300.htm?tab=latest
Orang Kanada di barat daya Kolombia bersiaga terhadap kenaikan permukaan laut
Laporan baru dari pemerintah federal Kanada mengatakan bahwa kenaikan permukaan laut satu
meter dapat memberi dampak kepada 220.000 orang yang hidup di area pantai Vancouver.
Permukaan air laut telah naik 4 sampai 5 mm setiap tahunnya. Laporan juga menyatakan bahwa
jika air laut terus naik, maka 4600 hektar lahan pertanian dan 15.000 hektar area pemukiman di
Kolumbia akan terkena banjir. Lois Jackson, walikota dari Delta, Kolombia, berkata: Fenomena
ini sekarang telah terjadi, dan bukan teori lagi.
http://www.canada.com/theprovince/news/story.html?id=9d54cfd8-874f-4c89-bd64f3f7e2b17bd1&k=25491
Pulau Tuvalu di Jepang Hampir Tenggelam
Ahli lingkungan Jepang, Shuichi Endo sedang mencoba mengambil photo Pulau Tuvalu yang
dihuni oleh 10 ribu orang di negara kepulauan Pasifik untuk meningkatkan kesadaran akan
ancaman serius dari penduduk di Pulau Tuvalu. Pulau ini terletak hanya beberapa meter di atas
permukaan laut dan terancam tenggelam karena permukaan air laut naik secara signifikan karena
pemanasan global.
http://www.abc.net.au/ra/news/stories/200803/s2196990.htm?tab=pacific
laut 10 tahun yang lalu, sekarang berdiri di atas air pada waktu pasang.
http://southasia.oneworld.net/article/view/160270/1
http://www.pemanasanglobal.net/kutub/kenaikan_permukaan_laut_dunia.htm
Salah satu caranya, tentu saja dengan menghindari memakai bom ikan saat menangkap ikan,
karena masih banyak cara lain yang lebih aman dan nyaman bagi semua pihak. Pemakaian bahan
peledak sendiri juga dapat membahayakan si pemakai (nelayan atau siapa pun yang memakai
bom ikan untuk menangkap ikan).
3. Pemanasan global.
Dari semua fauna di dunia, tanpa mengecilkan yang lainnya, tidak bisa dimungkiri bahwa
beruang kutub merupakan fauna yang terkena dampaknya secara langsung. Bahaya pemanasan
global yang diterima oleh beruang kutub terbilang cukup besar. Tidak bisa tidak, habitat beruang
kutub sangat terpengaruh oleh bahaya tren perubahan iklim yang mengarah pada pemanasan
global.
Sebagaimana penelitian oleh para ilmuwan, pemanasan global menyebabkan es di kutub mencair.
Cairnya es di kutub memang secara perlahan, namun bila itu terus berlanjut, hitungan kira-kira
20.000 sampai 25.000 ekor beruang kutub yang masih bertualang dengan bebas di habitatnya
sana, diperkirakan akan benar-benar punah dalam 100 tahun mendatang.
4. Pembalakan liar.
Gorila merupakan salah satu hewan langka yang rawan punah bila pembalakan liar terus-menerus
dilakukan. Pembalakan liar, sebagaimana yang diketahui umum, menggunakan cara-cara yang
keliruselain fakta bahwa aktivitas penebangan ini dilakukan di luar hukum yang berlakujuga
sembarangan dan cenderung membahayakan habitat yang ada di dalam hutan itu sendiri.
Terutama spesies gorila gunung yang tinggal 720 ekor, hal ini sangat memprihatinkan mengingat
gorila gunung merupakan bagian dari ekosistem yang harus dijaga keseimbangannya.
tanaman. Selain itu mayoritas penduduk dunia tergantung dari obat-obatan berbasis tanaman.
Pengarang laporan itu, Belinda Hawkins, menyatakan Bukan suatu pernyataan yang berlebihan
untuk mengatakan bahwa jika penurunan cepat dari spesies-spesies ini tidak dihentikan, maka hal
ini dapat menurunkan stabilitas perawatan kesehatan global di masa mendatang.
http://www.naturalnews.com/023402.html
Pemanasan Global Mengakibatkan Migrasi Hewan
Penelitian telah menunjukkan bahwa 30 spesies reptil dan amfibi berpindah menuju tempat yang
lebih tinggi ke ekosistem yang lebih dingin. Ahli biologi Christopher Raxworthy dari Museum
Amerika untuk Sejarah Alam mengatakan bahwa pada akhirnya tidak ada lahan yang lebih tinggi
yang tersedia. Dua spesies katak dan tokek sekarang berada dalam bahaya kepunahan.
http://news.xinhuanet.com/english/2008-06/18/content_8393537.htm
Perubahan Iklim dapat Membuat Spesies Burung Australia di Tepi Jurang Kepunahan
Dengan 10 spesies burung yang sudah punah dan 60 lainnya yang berada di ambang nasib yang
sama. Profesor David Paton dari Unversitas Adelaide di Australia mengatakan, Ada risiko nyata
bahwa Anda akan kehilangan setengah spesies burung dari wilayah ini. Saya pikir itu adalah
sesuatu yang tidak boleh ditolerir oleh masyarakat mana pun. Profesor Paton merencanakan
sebuah proyek berskala besar untuk menumbuhkan tanaman hingga 150.000 hektar di Gunung
Lofty Ranges di Australia selatan yang akan melindungi flora dan fauna asli dari kepunahan.
Diperkirakan bahwa pekerjaan ini membutuhkan minimum hampir US$19 juta untuk
meluncurkan Inisiatif Pemulihan Hutan. Dr. Paton optimis bahwa kehilangan spesies yang
bertambah dapat dihindari jika habitat yang cocok dan subur dipulihkan kembali.
http://www.abc.net.au/news/stories/2008/06/18/2277949.htm?section=justin
Ikan-ikan Hiu Terancam Punah Akibat Perubahan Iklim
Studi baru-baru ini yang dimuat dalam jurnal Pelestarian Biologi menyatakan bahwa populasi
dari banyak spesies ikan hiu yang berkurang dengan cepat membuat para ilmuwan prihatin
tentang dampaknya terhadap ekosistem laut secara keseluruhan. Kelompok-kelompok pelestarian
menyerukan agar dilakukan langkah-langkah global untuk melindungi ikan hiu itu, bahkan
beberapa jenis hampir lenyap sama sekali.
http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/7446112.stm
Spesies Anjing Laut Pertama Kali Dideklarasikan Punah Akibat dari Kegiatan Manusia
Setelah tidak terlihat selama lebih dari 50 tahun, anjing laut di Karibia atau India Barat sekarang
dinyatakan punah. Anjing laut subtropis yang pernah ditemukan secara berlimpah di Laut Karibia,
Teluk Meksiko, dan sebelah barat Samudera Atlantik, pada dasarnya diburu sampai punah. Dua
spesies berhubungan lainnya, anjing laut Mediteranian dan Hawai baru-baru ini terdaftar sebagai
satwa yang terancam punah, dengan perlindungan intensif yang diperlukan untuk menghindari
kepunahan mereka juga.
http://www.ens-newswire.com/ens/jun2008/2008-06-09-02.asp
Hewan primata lebih terancam daripada yang diperkirakan
Dr. Russell Mittermeier, Ketua dari Konservasi Internasional dan ketua dari Persatuan
Internasional untuk Pelestarian Alam, telah melaporkan bahwa hampir separuh dari semua spesies
monyet dan kera berada dalam ancaman kepunahan akibat kegiatan penebangan hutan dan
perburuan untuk daging. Hal ini menunjukkan pengurangan hampir 10% dari sebuah penelitian
yang dilaksanakan 5 tahun lalu. Dr. Mittermeier menyatakan, Kami memiliki data yang kuat
untuk menunjukkan bahwa situasi tersebut lebih parah daripada yang kita bayangkan. Ia
melanjutkan dengan berkata bahwa 304 spesies dari simpanse, orang hutan, kera berlengan
panjang, dan kukang mungkin akan lenyap kecuali jika dilakukan tindakan yang cukup untuk
melestarikan habitat mereka serta melindungi mereka.
http://www.enn.com/wildlife/spotlight/37847
http://www.primate-sg.org/ram.htm
Naiknya Kandungan CO2 di Atmosfer Mengganggu Kehidupan Laut
Para ilmuwan dari Universitas Plymouth di Inggris melakukan evaluasi dampak karbon dioksida
yang diserap laut melalui sebuah studi di lubang CO2 alamiah yang ditemukan di Laut
Mediterania. Studi tersebut menunjukkan bahwa di dekat lubang dasar laut ini, CO2 membuat air
menjadi lebih asam dan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman laut dalam perbandingan
yang sama dengan pengasaman. Karena berkurangnya kalsium di air yang asam, kerangka keong
menjadi hancur dan terumbu karang tidak dapat terbentuk. Dr. Carol Turley dari Laboratorium
Laut Plymouth mengatakan, Ini berarti satu-satunya cara untuk mengurangi pengasaman laut
adalah dengan pengurangan emisi CO2 dalam jumlah yang besar."
http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/7437862.stm
kong-watchers-say.html
Perubahan Iklim dan Polusi Mempengaruhi Burung-burung di Seluruh Dunia
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) berkata pada hari Selasa bahwa
penurunan secara keseluruhan jumlah burung yang bermigrasi adalah tanda bahaya adanya
perubahan dalam keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Burung-burung amat sensitif terhadap
perubahan iklim dan karena itu bisa menjadi indikator yang tepat akan perubahan pola iklim.
Burung-burung air seperti pinguin secara khusus rentan terharap efek perubahan iklim. Heidi
Geisz, ahli biologi laut di Institut Ilmu Laut Virginia di AS, telah menemukan pestisida terlarang
DDT dalam badan pinguin Adlie. Diperkirakan bahwa zat tersebut terperangkap dalam lapisan
es pada tahun 1960 ketika DDT diproduksi dan sekarang terlepas karena perubahan iklim.
http://www.telegraph.co.uk/earth/main.jhtml?xml=/earth/2008/05/08/eatoxic108.xml
Para pembuat Undang-Undang AS mulai memperhatikan lautan dan perubahan iklim
Sebuah simposium 3-hari di Washington, DC, berakhir tanggal 5 Juni, dimana ilmuwan-ilmuwan
terkemuka, konsultan-konsultan pelestarian lingkungan, dan para pembuat kebijakan AS
membicarakan keprihatiaan mengenai dampak pemanasan global terhadap lautan.
Dr. Lara Hansen, Chief Scientist, World Wildlife Fund International Climate Change
Programme:
Kita terus menambah emisi CO2 kita secara global. Kita perlu menguranginya, idealnya sebesar
90 persen lebih karena masalah-masalah seperti laut yang semakin bersifat asam akan terus
terjadi selama lautan terus menyerap CO2 dari atmosfer. Para ahli Dana Margasatwa Dunia
mengatakan bahwa kehidupan laut belum pernah berada dalam keadaan rentan seperti saat ini.
Mereka menunjuk dampak besar terhadap populasi hewan yang tergantung dari lautan seperti
beruang kutub dan singa laut. Topik lain yang diangkat dalam simposium itu mulai dari terumbu
karang sampai dengan sampah dan adaptasi makhluk laut. Salah satu diskusi panel berfokus pada
hubungan antara lautan dan kesehatan manusia. Dr. Paul Sandifer dan Senator John Kerry adalah
dua orang yang ikut dalam diskusi ini. Dialong disimpulkan dengan langkah-langkah praktis yang
bisa dilakukan oleh individu untuk membantu melindungi perairan di Bumi agar kehidupan
semua spesies terjamin.
Dr. Paul Sandifer, Senior Scientist, National Oceanic and Atmospheric Administration,
USA:
Kita dapat bertindak dengan hati-hati saat memakai dan membuang bahan-bahan kimia kita, juga
pemakaian bahan kimia yang umum dalam rumah tangga, semua yang bisa dibawa air dari
halaman, hutan, dan ladang.
Senator John Kerry, Democratic Party Massachusetts, USA:
Orang awam bisa melakukan berbagai hal. Buatlah pilihan yang cerdas untuk jenis produk yang
mereka beli. Belajarlah sendiri dari internet mengenai produk-produk hijau dan berbagai hal yang
bisa dilakukan. Kurangi mengemudi, mengemudilah lebih efisien, gantilah lampu pijar,
perbaikilah efisiensi energi di rumah, jadilah lebih peduli dengan jejak karbon, dengan satu atau
lain cara, dan hormatilah lingkungan.