Anda di halaman 1dari 22

PENGERTIAN DAN DEFINISI KEBAKARAN HUTAN

Kebakaran Hutan merupakan suatu faktor lingkungan dari api yang memberikan pengaruh terhadap
hutan, menimbulkan dampak negatif maupun positif. Kebakaran Hutan yang terjadi adalah akibat ulah
manusia maupun faktor alam. Penyebab Kebakaran Hutan yang terbanyak karena tindakan dan kelalaian
manusia. Ada yang menyebutkan hampir 90% Kebakaran Hutan disebabkan oleh manusia sedangkan
hanya
10%
yang
disebabkan
oleh
alam.
Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan
dilanda api sehingga berakibat timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan.
Upaya pencegahan Kebakaran Hutan merupakan suatu usaha Perlindungan Hutan agar kebakaran hutan
yang berdampak negatif tidak meluas.
Menurut Kamus Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Kebakaran Hutan (Wild Fire
Free Burning, Forest Fire) didefinisikan sebagai :
1. Kebakaran yang tidak disebabkan oleh unsur kesengajaan yang mengakibatkan kerugian.
Kebakaran terjadi karena faktor-faktor:
o

alam (misalnya musim kemarau yang terlalu lama)

manusia (misalnya karena kelalaian manusia membuat api di tengah-tengah hutan di


musim kemarau atau di hutan-hutan yang mudah terbakar.

2. Bentuk Kerusakan Hutan yang disebabkan oleh api di dalam areal hutan negara.
Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebut juga Api Hutan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang terjadi di dalam hutan, yang
membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3 macam kebakaran hutan, Jenis-jenis
kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai hutan dan
membakar seresah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api permukaan cepat merambat,
nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua tipe kebakaran
berasal dari api permukaan.
2. Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh tajuk tanaman pokok
terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat,
maka api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi
apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.
3. Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan. Oleh karena
sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala
api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan dalam waktu yang lama pada suatu
tempat.

Ketahuilah bahwa kebakaran hutan merupakan faktor utama penyebab kerusakan hutan di Indonesia, dan
setiap tahunnya puluhan bahkan ratusan ribu hektar hutan di Indonesia terbakar. Ini merupakan suatu
kerugian yang begitu besar bagi Indonesia mengingat kita tidak bisa memanfaatkan hutan yang terbakar
tersebut. Dan inilah pembahasan mengenai penyebab dan dampak kebakaran hutan.

Source : https://www.flickr.com/photos/pldove/6086616723/

Penyebab Kebakaran Hutan


1. Aktivitas Vulkanis
Salah satu penyebab kebakaran hutan adalah karena aktivitas vulkanis dari gunung berapi seperti hutan
yang terbakar karena terkena aliran lahar atau hawa panas (wedus gembel) letusan gunung merapi.
Berdasarkan pengalaman yang ada kebakaran seperti ini sulit untuk diantisipasi, tetapi mungkin bisa
diminimaliasir.
2. Sambaran Petir
Sambaran petir juga bisa menjadi sebab terjadinya kebakaran hutan, terlebih ketika musim kemarau. Kita
semua tahu bahwa musim kemarau hutan-hutan akan menjadi kering dan keringnya hutan ini akan
memudahnya terjadinya kebakaran ketika petir datang menyambar. Hal ini bisa diminimalisir dengan
menyiramnya.
3. Ulah Tangan Manusia
Salah satu yang menyebabkan terbakarnya hutan adalah karena ulah tangan manusia seperti
membersihkan lahan pertanian, membuka lahan pertanian bahkan hingga tindakan vandalisme dari
segelintir atau sekelompok orang. Tindakan-tindakan seperti ini harus segera dihentikan dengan sosialiasi
kepada masyarakat.
4. Kecerobohan Manusia
Kebakaran hutan yang disebabkan manusia tidak hanya yang sifanya disengaja seperti yang telah
dijelaskan pada no 3 sebelumnya, melainkan juga karena ketidaksengajaan atau kecerobohan manusia.
Tindakan dari kecerobohan manusia tersebut antara lain membuang puntung rokok dan lupa mematikan
api ungun.

Dampak Kebakaran Hutan


Dampak kebakaran hutan tentulah merugikan bagi kehidupan, oleh sebab itu kita harus berusaha agar
hutan tidak terbakar dan senantiasa lestari. Dan inilah beberapa point dampak kebakaran hutan bagi
kehidupan dimuka bumi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menghasilkan gas emisi garbon dioksida penyebab utama global warming.


Mematikan berbagai jenis flora dan fauna yang ada didalam hutan tersebut.
Dapat menyebabkan banjir (musim hujan) dan kekeringan (musim kemarau).
Kekeringan yang terjadi bisa menyebabkan gagal panen dan kelaparan.
Kekeringan juga bisa menyebabkan tidak beroperasinya PLTA.
Hilangnya potensi keuntungan yang digunakan sebagai sumber pendapatan.

7. Bisa menyebabkan semakin banyaknya orang-orang yang menderita ISPA.


8. Dapat merusak sarana dan prasarana seperti banguna, rumah, mobil, dll.
9. Menyebabkan gangguan dalam pekerjaan seperti penundaan penerbangan.

Penyebab Dari Rumah


#1. Boros Listrik
Penggunan listrik yang wajar dan sesuai kebutuhan tentu prilaku manusia bijak. Semua orang
menginginkan hal tersebut bisa di lakukan oleh setiap individu. Tapi, ternyata untuk hemat dalam
penggunaan listrik bukanlah pekerjaan yang mudah bagi sebagian besar orang. Akibatnya, hal ini sebagai
penyumbang pemanasan global terjadi.
Himbaun atau kampanye hemat listrik (save energy) sudah banyak di lakukan, tapi tetap saja banyak
rumah yang boros dalam pemakaian listrik.
#2. Halaman Rumah tanpa pepohonan

Tumbuhan hijau atau pepohonan bisa membuat udara menjadi sejuk dan menetralkan suhu udara sehingga
bisa di simpulkan bahwa pohon (tumbuhan) bisa mengatasi suhu panas yang tinggi. Jika memang benar
demikian, maka selayaknya setiap rumah mau menanam pohon di pekarangan rumahnya. Tapi hal ini juga
tidak dilakukan oleh banyak rumah, apakah lagi rumah di perkotaan yang lebih memilih membangun
gedung daripada menanam pepohonan hijau.
Kalau setiap pekarangan atau halaman rumah tidak ada pohon, maka wajarlah yang namanya pemanasan
global itu terjadi.
#3. Model Rumah Kaca
Salah satu dari banyaknya pemanasan global terjadi karena model rumah atau gedung dengan konsep
rumah kaca. Sehingga dari rumah kaca memantulkan cahaya ke udara, bukan menyerap sinar matahari.
Jika satu atau dua rumah saja maka tidak terlalu berdampak. Namun yang terjadi bukan saja rumah,
gedung -gedung pencakar langit pun memakai konsep bangunan kaca. Jika yang terjadi demikian, maka

pemanasan global adalah prestasi yang di hasilkan dari banyak rumah dan gedung yang bermodelkan
kaca.
Kembali ke halaman atas
.
Penyebab Dari Lingkungan

#4. Bahan Bakan Kenderaan


Bahan bakan dari kendaran selain mengganggu bagi kesehatan manusia, juga bisa memberikan
bertambahnya pemasanasan global dari polusi udara yang di hasilkan.
Kita ketahui, jumlah kendaraan terus bertambah, tidak ada pengurangan. Pengguna sepeda motor dari
tahun ketahun terus meningkat penggunanya. Begitu juga dengan pengendara mobil tidak mau kalah.
Sementara sepeda motor dan mobil yang lama tidak di musnahkan atau tetap di biarkan beredar.
Update jumlah kendaraan di Indonesia bisa di lihat di sini _http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&id_subyek=17ab=12
#5. Polusi asap dari industri Pabrik
Dengan alasan membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia, maka banyak pabrik industri yang
tumbuh dan berkembang. Tidak lain dan tidak bukan untuk mensejahterakan rakyat. Supaya bisa
mendapatkan penghasilan dengan bekerja. Masuk akal?# mikir
Jika pernyataan di atas benar, maka wajar jika kita mendapatkannya, ya mendapatkan rasa panasnya bumi
karena banyak polusi asap dari pabrik industri. Ini memang dilema, di satu sisi untuk kepentingan rakyat,
tapi di sisi lain mengorbankan eksistensi bumi.
Untuk mengetahui jumlah pabrik besar dan sedang di Indonesia, maka Anda bisa lihat di sini
_http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=09ab=2

#6. Pembakaran Hutan dan ilegal loging


Apakah Anda tahun berapa hektar jumlah hutan Indonesia? Dan sudah berapa berkurang akibat
pembakaran hutan dan ilegal loging?
Sumber mangatakan bahwa sekitar 50 % pemanasan global disebabkan oleh CO2, dimana emisi CO2
disebabkan oleh penggunaan bahan bakarfosil dan kerusakan/pembakaran hutan.
Hutan banyak fungsi, di samping bisa mencegah terjadinya banjir, hutan juga bisa mereduksi suhu panas
bumi yang cendrung meningkat.
Tapi apa yang terjadi jika hutan sebagai warisan nenek moyang di bakar dan di tebang (baca: di curi) oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab?
Dalam mencegah pembakaran hutan dan ilegal loging, peran pemerintah harus serius dalam
menanganinya , karena sudah banyak terjadi dan terus terjadi beberapa bulan lalu di provinsi Riau.
Penyebab Dari Alam
#7. Usia Bumi Yang sudah tua

Planet bumi yang sudah mencapai usia 4,6 miliar tahun


menjadi penyebab juga. Artinya sudah sangat tua. Ibarat manusia jika sudah tua, pasti banyak penyakit
yang mudah menyerang. Begitu juga bumi. Penyakit yang diderita bumi hari ini adalah pemanasan global
dan hujan asam serta banyak lagi yang lain.
Nah, yang menjadi pertanyaan adalah apakah karena bumi sudah tua, lalu pemasanan global tidak bisa di
atasi? Jika ada solusi, bagaimana cara mengatasi pemanasan global yang terjadi ? Anda bisa baca di sini
untuk jawaban dari pertanyaan tersebut. klik sekarang.
#8. Bocornya lapisan ozon
Sinar matahai yang memancar kebumi tidak langsung sampai kebumi, karena ada laipsan ozon yang
melakukan filter terlebih dahulu. Hal itu jika memang lapisan ozon memang masih normal. Yang terjadi
sekarang ini adalah lapisan ozon sudah menipis bahkan ada yang bilang sudah bocor.

Sebuah sumber mengatakan bahwa: Berdasarkan pemantauan menggunakan instrumen Total Ozone
Mapping Spectrometer (TOMS) pada satelit Nimbus 7 dan Meteor 3, kerusakan ini telah menimbulkan
sebuah lubang yang dikenal sebagai lubang ozon di kedua kutub
bumi._http://riorenhardputra13030.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?cat=2
Oleh sebab itu ada di peringati hari ozon internasional yang jatuh setiap tanggal 16 Setember. Anda sudah
tahukan?

Penyebab Dari Kebijakan Pemerintah


Pemerintah bisa mencegah atau minimal mengurangi terjadinya pemanasan global khususnya di
Indonesia. Karena pemerintah punya power yang bisa membuat regulasi regulasi. Tapi apa yang terjadi
sekarang ini dengan program pemerintah dalam mengatasi masalah pemanasan global? Di bawah ini
beberaapa fakta yang terjadi
#9. Minimnya ruang terbuka hijau

Pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Jakarta, Nirwono Yoga, menilai sejauh ini belum ada lonjakan
persentase yang berarti terhadap jumlah ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di Jakarta, sebagaimana di
lansir dari media online _http://koran-jakarta.com.
Upaya pemerintah di setiap daerah sangat minim untuk membangun ruang terbuka hijau. Hal ini bisa di
lihat dengan susah sekali kita menemukannya. Walau sekarang ada beberapa kota seperti Bandung dan
Surabaya yang sedang menggalakkan. Maka hal itu bisa di jadikan contoh bagi kota-kota lain.
#10.Jumlah kendaraan terus bertambah

Hal ini sudah di bahas di atas, tapi ini hal ini harus mendapat sikap dari pemerintah dengan mengeluarkan
kebijakan dalam kendaraan bermotor. Misal dengan keluarnya kendaraan terbaru, maka kendaraan tahun
lama bisa di cabut atau di daur ulang atau apalah. Yang penting jumlah kendaraan bermotor bisa
berkurang, bukan malah bertambah.
Yang terjadi saat ini adalah jumlah kendaraan bermotor bertambah, namun tidak di barengi dengan
infrasrtuktur jalan, sehingga bukan hanya polusi udara yang berdampak kepada pemanasan global terjadi,
kemacetan pun selalu menghiasi jalan.
http://silontong.com/2014/06/03/10-penyebab-dari-pemanasan-global-dan-pengertian-global-warming/
Kenaikan permukaan laut
Kenaikan permukaan laut (Bahasa Inggris: sea level rise) adalah fenomena naiknya permukaan laut
yang disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks.
Permukaan laut telah mengalami kenaikan setinggi 120 meter sejak puncak zaman es 18.000 tahun yang
lalu. Kenaikan tertinggi muka air laut terjadi sebelum 6.000 tahun yang lalu. Sejak 3.000 tahun yang lalu
hingga awal abad ke-19, muka air laut hampir tetap hanya bertambah 0,1 hingga 0,2 mm/tahun; sejak
tahun 1900, permukaan laut naik 1 hingga 3 mm/tahun; sejak tahun 1992 satelit altimetri
TOPEX/Poseidon mengindikasikan laju kenaikan muka laut sebesar 3 mm/tahun. Perubahan ini bisa jadi
merupakan pertanda awal dari efek pemanasan global terhadap kenaikan muka air laut. Pemanasan global
diperkirakan memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan muka air laut pada abad ke-20 ini.
Muka air laut lokal dan eustatik
Muka laut rata-rata lokal (local mean sea level atau disingkat LMSL) didefinisikan sebagai tinggi laut
terhadap titik acu (benchmark) di darat, dirata-ratakan terhadap suatu periode waktu tertentu yang cukup
panjang, sebulan atau setahun, sehingga fluktuasi akibat gelombang dan pasang surut sebisa mungkin
dapat dihilangkan. Kita juga harus menyesuaikan perubahan LMSL yang diketahui untuk memasukkan
pergerakan vertikal daratan yang bisa jadi memiliki orde yang sama dengan orde perubahan muka air laut
(mm/tahun). Pergerakan daratan terjadi karena penyesuaian isostatik mantel akibat melelehnya

lempengan es di akhir zaman es terakhir. Tekanan atmosferik (efek inversi barometrik), arus laut, dan
perubahan temperatur air laut setempat semua dapat memengaruhi LMSL.
Perubahan eustatik (kebalikan dari perubahan setempat) menghasilkan perubahan terhadap muka air laut
global, seperti perubahan volume air di lautan dunia atau perubahan volume di samudera.
Perubahan jangka pendek dan periodik
Ada beberapa faktor yang dapat menghasilkan perubahan jangka pendek permukaaan air laut (dari orde
beberapa menit hingga 14 bulan).

Penyebab jangka pendek (periodik)

Skala waktu
(P = periode)

Pengaruh
vertikal

Perubahan muka air laut periodik


Pasang surut astronomis

612 jam P

0,210+ m

Pasang surut periode panjang


Variasi Rotasional (Chandler wobble)

14 bulan P

Fluktuasi meteorologis and oseanografis


Tekanan atmosfer

Jam hingga bulan

0,7 hingga 1,3


m

Angin (storm surges)

15 hari

Hingga 5 m

Evaporasi and presipitasi (yang mungkin saja mengikuti pola


jangka panjang)

Hari hingga minggu

Topografi permukaan laut (perubahan densitas air dan arus)

Hari hingga minggu Hingga 1 m

El Nio/osilasi selatan

6 bulan setiap 510


Hingga 0,6 m
tahun
Variasi musiman

Kesetimbangan air di antara Samudera (Atlantik, Pasifik, Hindia)


Variasi musiman kemiringan permukaan air laut
Runoff/banjir sungai

2 bulan

1m

Perubahan musiman densitas air (temperatur dan salinitas)

6 bulan

0,2 m

Menit hingga jam

Hingga 2 m

Seiches
Seiches (gelombang berdiri)

Gempa Bumi
Tsunami (yang membangkitkan gelombang periode panjang yang
Jam
membawa petaka)

Hingga 10 m

Perubahan tiba-tiba permukaan tanah

Hingga 10 m

Menit

Perubahan jangka panjang

Perubahan muka air laut dan temperatur relatif


Bermacam-macam faktor memengaruhi volume dan massa lautan yang mengakibatkan perubahan muka
laut eustatik dalam jangka panjang. Dua pengaruh paling utama adalah temperatur (karena volume air
bergantung pada temperatur), dan massa air yang tersimpan di darat dan laut sebagai air segar (fresh
water) di sungai, danau, glasier, tutupan es di kutub, dan es di lautan. Pada skala waktu yang panjang
(skala geologis), perubahan bentuk samudera dan distribsi daratan/lautan akan memengaruhi tinggi muka
laut.
Hasil pengamatan memperkirakan bahwa peningkatan muka laut akibat meningkatnya temperatur adalah
sekitar 1 mm/tahun di dekade terakhir ini. Studi yang didasarkan pada pengamatan dan pemodelan
hilangnya massa glasier dan tutupan es menunjukkan sumbangannya terhadap naiknya muka laut rata-rata
sebesar 0,2 s.d. 0,4 mm/tahun pada abad ke-20.
Glasier dan tutupan es
Setiap tahun sekitar 8 mm air dari seluruh permukaan laut mengalir ke lempengan es Antartika dan
Greenland sebagai hujan salju. Jika tidak ada dari es itu yang kembali ke laut, maka muka laut akan turun
8 mm setiap tahunnya. Meskipun air dalam jumlah yang hampir sama kembali ke laut dalam gunung es

dan dari melelehnya es di tepinya, para ilmuwan tidak tahu mana yang lebih besar - es yang masuk atau
es yang keluar. Perbedaan antara input dan output es disebut sebagai kesetimbangan massa (mass
balance). Kesetimbangan ini sangat penting karena menyebabkan perubahan muka laut global.
Paparan-paparan es (ice shelves) yang melayang di permukaan laut jika mencair tidak akan mengubah
permukaan laut. Demikian juga halnya dengan mencairnya tutupan es di kutub utara yang terdiri dari
kumpulan es yang melayang yang tidak akan menaikkan muka laut secara signifikan. Hal ini terjadi
karena yang mencair adalah air segar yang meskipun akibat mencairnya mereka dapat menaikkan
permukaan laut, namun ordenya cukup kecil dan umumnya dapat diabaikan. Namun demikian hal itu
dapat juga dibantah dengan menyatakan bahwa jika paparan es mencair, maka ia adalah sebuah pertanda
dari mencairnya lempengan es di Greenland dan Antartika.

Masih kurangnya pemahaman para ilmuwan tentang perubahan penyimpanan air teresterial
(terrestrial storage of water). Antara tahun 1910 dan 1990 perubahan sedemikian rupa bisa jadi
memberikan kontribusi 1,1 hingga +0,4 mm/tahun.

Jika semua glasier dan tutupan es mencair, kenaikan muka laut diproyeksikan sekitar 0,5 m. Jika
pencairan juga terjadi pada lempengan es di Greenland dan Antartika (keduanya memiliki es di
atas permukaan laut), maka kenaikan akan menjadi lebih drastis lagi, 68,8 m. Keruntuhan
reservoir interior lempengan es Antartika Barat akan menaikan permukaan laut setinggi 5-6 m.

Akibat Lain Kenaikan Permukaan Laut Dunia

Indonesia Kehilangan 26 Pulau


Kerusakan lingkungan, terutama akibat penambangan pasir laut dan abrasi dianggap sebagai
biang keladi lenyapnya secara fisik 26 pulau di Indonesia. Dari 17.506 pulau, kini jumlahnya
melorot menjadi 17.480 pulau. Data ini dihimpun oleh Departemen Kelautan dan Perikanan,
yang masih terus melakukan pendataan dan akan selesai dirangkum tahun 2009 mendatang.
Hilangnya pulau-pulau ini semakin kentara sejak 8 tahunan lalu, pada saat penambangan pasir
laut semakin marak. Yang menjadi kekhawatiran Departemen Kelautan dan Perikanan adalah
jumlah pulau yang hilang diperkirakan semakin menjadi dengan adanya perubahan iklim.
Diperkirakan hingga tahun 2030, akan hilang sekitar 2000 an pulau di Indonesia, bila tidak
dilakukan pencegahan sedini mungkin. Kembali Hutagalung: Pemanasan global telah
mengakibatkan kenaikan air laut. Di Jakarta saja 5 hinga 8 milimeter tiap tahunnya. Ini serius
untuk masa depan. Diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan 25 tahun ke depan lah, lebih dari
2000 pulau yang akan tenggelam. Departemen Kelautan dan Perikanan menyatakan
perlindungan laut juga merupakan faktor penting dalam memperlambat perubahan iklim. Apalagi,
terumbu karang, padang lamun, dan biota laut lainnya dapat menyerap karbondioksida sebanyak
246 juta ton per tahun. Untuk itu, Departemen Kelautan dan Perikanan akan mengupayakan
bantuan perlindungan kelautan Indonesia dalam Konferensi Iklim Internasional yang akan
berlangsung di Bali Desember mendatang.
http://www.dw-world.de/dw/article/0,2144,2977544,00.html
Desa di Alaska menerima bantuan untuk relokasi karena perubahan iklim
Desa di Newtok dan 400 penduduk Yupik Eskimo menerima US$3 juta dari negara bagian
Alaska, AS untuk membantu merelokasi diri mereka ke tanah yang lebih aman dan lebih tinggi.
Dari 213 desa asli di Alaska, kurang lebih 86 persen daerahnya sudah dapat dilihat fenomena
mencairnya es secara permanen, es abadi yang tenggelam, banjir besar, badai yang hebat, dan
erosi daerah pantai. Enam desa harus mengambil tindakan segera untuk memastikan keselamatan
penduduknya. Dengan dana bantuan dari negara bagian, penduduk Yupik Eskimo di Newtok
sekarang dapat mulai membangun kembali desa di tanah yang lebih tinggi dan lebih terlindungi.
Pemerintah mengalokasikan tambahan US$13 juta untuk perlindungan Desa Yupik yang rapuh di

tahun berikutnya.
http://ap.google.com/article/ALeqM5iWeAsairnfC4lqysPZN42yNHRUgAD91924D00
Selandia Baru membantu penduduk Pulau Kiribati dalam menghadapi perubahan iklim
Karena kenaikan permukaan air laut, 94.000 orang yang tinggal di Pulau Kiribati yang ada di
daratan rendah harus memindahkan rumah mereka. Presiden Kiribati, Anote Tong telah
menyampaikan ucapan terima kasihnya atas bantuan Selandia Baru yang mengizinkan keluarga
Kiribati yang terkena dampak ini untuk berimigrasi dan berharap agar negara lain akan bertindak
sama. Selandia Baru dan Kiribati juga telah menandatangani deklarasi bersama yang akan
menyediakan Kiribati US$30 juta dalam pendanaan untuk upaya seperti proyek kota yang
berkelanjutan.
http://www.radioaustralia.net.au/news/stories/200806/s2269300.htm?tab=latest
Orang Kanada di barat daya Kolombia bersiaga terhadap kenaikan permukaan laut

Laporan baru dari pemerintah federal Kanada mengatakan bahwa kenaikan permukaan laut satu
meter dapat memberi dampak kepada 220.000 orang yang hidup di area pantai Vancouver.
Permukaan air laut telah naik 4 sampai 5 mm setiap tahunnya. Laporan juga menyatakan bahwa
jika air laut terus naik, maka 4600 hektar lahan pertanian dan 15.000 hektar area pemukiman di
Kolumbia akan terkena banjir. Lois Jackson, walikota dari Delta, Kolombia, berkata: Fenomena
ini sekarang telah terjadi, dan bukan teori lagi.
http://www.canada.com/theprovince/news/story.html?id=9d54cfd8-874f-4c89-bd64f3f7e2b17bd1&k=25491
Pulau Tuvalu di Jepang Hampir Tenggelam
Ahli lingkungan Jepang, Shuichi Endo sedang mencoba mengambil photo Pulau Tuvalu yang
dihuni oleh 10 ribu orang di negara kepulauan Pasifik untuk meningkatkan kesadaran akan
ancaman serius dari penduduk di Pulau Tuvalu. Pulau ini terletak hanya beberapa meter di atas
permukaan laut dan terancam tenggelam karena permukaan air laut naik secara signifikan karena
pemanasan global.
http://www.abc.net.au/ra/news/stories/200803/s2196990.htm?tab=pacific

Garis Pesisir Pantai Skotlandia Terkikis Akibat Perubahan Iklim


Pemerintah Skotlandia mengeluarkan laporan yang menyatakan erosi di pesisir sepanjang 740
mil, bersama dengan naiknya permukaan air laut. Air yang berubah menjadi semakin asam juga
membahayakan satwa liar. Richard Lochhead, sekretaris kabinet urusan pedesaan dan lingkungan
berkata tentang situasi darurat ini, Ini terjadi sekarang dan kita harus bertindak.
http://news.scotsman.com/scotland/740-miles-of-Scottish-coast.3960702.jp
Tingkat Kenaikan Air Laut Mungkin Lebih Tinggi Daripada Prediksi Sebelumnya
Selama konferensi ilmu geologi Eropa, ilmuwan-ilmuwan memprediksi bahwa mencairnya
lapisan es dan memanasnya air laut bisa menaikkan ketinggian air laut sebesar 1,5 meter.
Ramalan ini tiga kali lebih besar daripada yang dilaporkan oleh Panel Antarpemerintah untuk
Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (IPCC) tahun lalu. Temuan ini telah menaikkan
keprihatinan dari para imuwan maupun para pemerintah dari negara-negara yang ada di tepi
pantai dan kepulauan. Dr. Benjamin Fong Chao adalah Dekan dari Institut Ilmu Bumi di
Universitas Nasional Pusat di Taiwan serta mantan peneliti di NASA mengatakan: "Salah satu
dampak utama dari pemanasan global adalah peningkatan level air laut. Hal ini benar-benar
menjadi masalah yang serius karena bagian penting dari peradaban kita berada beberapa meter di
atas permukaan laut. Jadi kenaikan air laut berapa pun dan kapan pun akan mempunyai dampak
yang besar bagi ekonomi dunia dan kehidupan manusia. Sebagai negara kepulauan, Taiwan
seharusnya sangat bersungguh-sungguh dengan masalah ini. Selain itu permukaan laut seperti
thermometer yang menunjukkan keseriusan dari pemanasan global. Dalam pandangan itu,
masalah kenaikan air laut harus dimonitor dari dekat." Berdasarkan analisis terakhir yang
dilakukan oleh tim Inggris-Finlandia, permukaan laut selama 2000 tahun telah stabil. Pengukuran
menunjukkan peningkatan hanya 2 cm di abad ke-18 dan 6 cm di abad ke-19, tapi tiba-tiba
menjadi 19 cm atau lebih dari setengah kaki di abad yang lalu. Hal ini karena mencairnya lapisan
sungai es. Bagi ahli iklim, angka yang kecil ini sangatlah berarti, dengan implikasi yang lebih
kompleks dari yang dimengerti sejauh ini.
Kepulauan Torres Strait Dilanda Kenaikan Level Laut Karena Perubahan Iklim
Setengah dari penduduk kepulauan Torres Strait 18 Australia mengalami banjir dalam dua tahun
terakhir sebagai akibat dari air pasang yang terus-menerus. Penduduk lokal percaya bahwa
peningkatan banjir yang terus-menerus ini disebabkan oleh pemanasan global. Dr. Donna Green,
seorang ilmuwan di Universitas New South Wales Australia, telah memulai bantuan secara
pribadi kepada penduduk dengan mengatur lokakarya dan pertemuan untuk membantu mereka
beradaptasi terhadap pengaruh perubahan iklim. Saat ini ada diskusi tentang berpindah ke area
yang lebih tinggi sebagai satu-satunya cara melindungi mereka dari naiknya permukaan air laut.
http://www.independent.co.uk/environment/climate-change/sinking-without-trace-australiasclimate-change-victims-821136.html
Desa-desa Pantai di India Timur Akan Tenggelam
Kenaikan permukaan air laut sehubungan dengan perubahan iklim telah mengakibatkan lebih dari
100 keluarga dari Desa Satabhaya dan Kanhupur mencari tempat penampungan di pedalaman. Air
diperkirakan telah naik paling sedikit 9 meter ke arah Desa Kanhupur hanya tahun ini saja dan
telah membanjiri rumah-rumah, lahan pertanian, sekolah dasar, dan sumur yang digunakan oleh
penduduk setempat. Di Satabhaya, sebuah kuil berusia 800 tahun yang berdiri dua kilometer dari

laut 10 tahun yang lalu, sekarang berdiri di atas air pada waktu pasang.
http://southasia.oneworld.net/article/view/160270/1
http://www.pemanasanglobal.net/kutub/kenaikan_permukaan_laut_dunia.htm

Kepunahan Hewan Akibat Problematika Lingkungan dan Ulah Manusia


http://bangjuju.com/kepunahan-hewan-akibat-problematika-lingkungan-dan-ulah-manusia/
Di dalam dunia fauna, seperti yang diketahui secara luas, masih berlaku hukum rimba di mana
siapa yang kuat dan mampu bertahan hidup, dialah yang menang. Sementara, belakangan ini yang
terjadi justru manusia memaksakan tangan-tangannya pada fauna sampai mereka pun tergolong
pada kategori hewan langka yang nyaris punah.
Tangan manusia nakal tidak secara langsung mengganggu habitat hewan, misalnya saja manusia
yang melakukan aktivitas yang menyebabkan pemanasan global dan pemanasan global inilah
yang memicu kepunahan hewan. Fisik beberapa spesies hewan tidak didesain untuk tahan pada
cuaca yang cukup panas.
Dengan pemanasan global di mana suhu Bumi kian menghangat dari waktu ke waktu, tidak
mengherankan bila pemberitaan mengenai kepunahan satu jenis hewan dalam beberapa periode
sering ditayangkan. Sebenarnya tidak hanya fauna yang semakin langka, flora pun begitu, namun
mungkin tidak terlalu heboh. Berikut ini beberapa alasan atau penyebab kelangkaan dan
kepunahan hewan.
1. Kolektor, Kuliner, dan Obat.
Langkanya hewan dan tumbuhan bukan sekadar akibat gelap matanya manusia yang melakukan
perburuan terhadap mereka dengan berbagai alasan. Alasan yang bukan hanya dari sisi finansial,
hewan dan tumbuhan langka diburu oleh manusia bermata hijau untuk diserahkan para kolektor
kaya raya, namun juga karena keperluan obat-obatan atau makanan.
Seperti hiu yang diburu demi memuaskan hasrat para pecinta masakan sirip ikan hiu dan olahan
lainnya, karena menurut mereka hiu selain lezat juga berkhasiat untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan stamina. Begitupun dengan tokek yang nasibnya sama naas karena dipercaya
bahwa daging tokek dapat menyembuhkan penyakit tertentu.
2. Bahan peledak.
Contohnya saja terumbu karang rusak karena pemakaian bahan peledak dalam proses
penangkapan ikan, biasanya oleh para nelayan. Padahal, polip atau ribuan hewan kecil seperti
terumbu karang memiliki peran sangat baik untuk menyeimbangkan sistem panas Bumi. Maka,
sudah sepantasnya untuk tidak merusak terumbu karang demi menjaga keberlangsungan dunia,
sama halnya dengan menjaga kelebatan dan kelestarian hutan.

Salah satu caranya, tentu saja dengan menghindari memakai bom ikan saat menangkap ikan,
karena masih banyak cara lain yang lebih aman dan nyaman bagi semua pihak. Pemakaian bahan
peledak sendiri juga dapat membahayakan si pemakai (nelayan atau siapa pun yang memakai
bom ikan untuk menangkap ikan).
3. Pemanasan global.
Dari semua fauna di dunia, tanpa mengecilkan yang lainnya, tidak bisa dimungkiri bahwa
beruang kutub merupakan fauna yang terkena dampaknya secara langsung. Bahaya pemanasan
global yang diterima oleh beruang kutub terbilang cukup besar. Tidak bisa tidak, habitat beruang
kutub sangat terpengaruh oleh bahaya tren perubahan iklim yang mengarah pada pemanasan
global.
Sebagaimana penelitian oleh para ilmuwan, pemanasan global menyebabkan es di kutub mencair.
Cairnya es di kutub memang secara perlahan, namun bila itu terus berlanjut, hitungan kira-kira
20.000 sampai 25.000 ekor beruang kutub yang masih bertualang dengan bebas di habitatnya
sana, diperkirakan akan benar-benar punah dalam 100 tahun mendatang.
4. Pembalakan liar.
Gorila merupakan salah satu hewan langka yang rawan punah bila pembalakan liar terus-menerus
dilakukan. Pembalakan liar, sebagaimana yang diketahui umum, menggunakan cara-cara yang
keliruselain fakta bahwa aktivitas penebangan ini dilakukan di luar hukum yang berlakujuga
sembarangan dan cenderung membahayakan habitat yang ada di dalam hutan itu sendiri.
Terutama spesies gorila gunung yang tinggal 720 ekor, hal ini sangat memprihatinkan mengingat
gorila gunung merupakan bagian dari ekosistem yang harus dijaga keseimbangannya.

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Flora dan Fauna

Perubahan Iklim Membahayakan Kelangsungan Spesies Wilayah Tropis


Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Science
menunjukkan bahwa hanya satu atau dua derajat pemanasan dapat menghilangkan spesies
wilayah tropis. Ilmuwan dari Universitas Washington di AS telah menemukan bahwa flora dan
fauna yang hidup di iklim tropis telah beradaptasi terhadap temperatur tertinggi yang dapat
ditoleransi oleh mereka. Namun, sedikit saja kenaikan dalam pemanasan dapat menciptakan
kondisi yang melampaui kemampuan spesies itu untuk beradaptasi. Para ilmuwan juga
memperingatkan bahwa wilayah tropis mengandung mayoritas dari spesies dunia.
http://www.cbc.ca/consumer/story/2008/05/05/polar-bears.html
Keadaan Rapuh dari Tanaman Obat Membahayakan Kesehatan Publik
Suatu penelitian internasional yang dilakukan oleh Perlindungan Kebun Raya Internasional
menunjukkan bahwa kira-kira 400 tanaman obat menghadapi resiko punah karena efek perubahan
iklim pada ekosistem dan juga praktik-praktik seperti pemungutan hasil panen dan penebangan
hutan yang berlebihan. Spesies-spesies tanaman obat yang terancam saat ini termasuk magnolia,
yang telah lama digunakan sebagai obat tradisionil China untuk kehilangan ingatan sehubungan
dengan usia dan penyakit jantung. Lebih dari setengah resep obat dunia saat ini diambil dari

tanaman. Selain itu mayoritas penduduk dunia tergantung dari obat-obatan berbasis tanaman.
Pengarang laporan itu, Belinda Hawkins, menyatakan Bukan suatu pernyataan yang berlebihan
untuk mengatakan bahwa jika penurunan cepat dari spesies-spesies ini tidak dihentikan, maka hal
ini dapat menurunkan stabilitas perawatan kesehatan global di masa mendatang.
http://www.naturalnews.com/023402.html
Pemanasan Global Mengakibatkan Migrasi Hewan
Penelitian telah menunjukkan bahwa 30 spesies reptil dan amfibi berpindah menuju tempat yang
lebih tinggi ke ekosistem yang lebih dingin. Ahli biologi Christopher Raxworthy dari Museum
Amerika untuk Sejarah Alam mengatakan bahwa pada akhirnya tidak ada lahan yang lebih tinggi
yang tersedia. Dua spesies katak dan tokek sekarang berada dalam bahaya kepunahan.
http://news.xinhuanet.com/english/2008-06/18/content_8393537.htm
Perubahan Iklim dapat Membuat Spesies Burung Australia di Tepi Jurang Kepunahan
Dengan 10 spesies burung yang sudah punah dan 60 lainnya yang berada di ambang nasib yang
sama. Profesor David Paton dari Unversitas Adelaide di Australia mengatakan, Ada risiko nyata
bahwa Anda akan kehilangan setengah spesies burung dari wilayah ini. Saya pikir itu adalah
sesuatu yang tidak boleh ditolerir oleh masyarakat mana pun. Profesor Paton merencanakan
sebuah proyek berskala besar untuk menumbuhkan tanaman hingga 150.000 hektar di Gunung
Lofty Ranges di Australia selatan yang akan melindungi flora dan fauna asli dari kepunahan.
Diperkirakan bahwa pekerjaan ini membutuhkan minimum hampir US$19 juta untuk
meluncurkan Inisiatif Pemulihan Hutan. Dr. Paton optimis bahwa kehilangan spesies yang
bertambah dapat dihindari jika habitat yang cocok dan subur dipulihkan kembali.
http://www.abc.net.au/news/stories/2008/06/18/2277949.htm?section=justin
Ikan-ikan Hiu Terancam Punah Akibat Perubahan Iklim
Studi baru-baru ini yang dimuat dalam jurnal Pelestarian Biologi menyatakan bahwa populasi
dari banyak spesies ikan hiu yang berkurang dengan cepat membuat para ilmuwan prihatin
tentang dampaknya terhadap ekosistem laut secara keseluruhan. Kelompok-kelompok pelestarian
menyerukan agar dilakukan langkah-langkah global untuk melindungi ikan hiu itu, bahkan
beberapa jenis hampir lenyap sama sekali.
http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/7446112.stm

Spesies Anjing Laut Pertama Kali Dideklarasikan Punah Akibat dari Kegiatan Manusia
Setelah tidak terlihat selama lebih dari 50 tahun, anjing laut di Karibia atau India Barat sekarang
dinyatakan punah. Anjing laut subtropis yang pernah ditemukan secara berlimpah di Laut Karibia,
Teluk Meksiko, dan sebelah barat Samudera Atlantik, pada dasarnya diburu sampai punah. Dua
spesies berhubungan lainnya, anjing laut Mediteranian dan Hawai baru-baru ini terdaftar sebagai
satwa yang terancam punah, dengan perlindungan intensif yang diperlukan untuk menghindari
kepunahan mereka juga.
http://www.ens-newswire.com/ens/jun2008/2008-06-09-02.asp
Hewan primata lebih terancam daripada yang diperkirakan
Dr. Russell Mittermeier, Ketua dari Konservasi Internasional dan ketua dari Persatuan
Internasional untuk Pelestarian Alam, telah melaporkan bahwa hampir separuh dari semua spesies
monyet dan kera berada dalam ancaman kepunahan akibat kegiatan penebangan hutan dan
perburuan untuk daging. Hal ini menunjukkan pengurangan hampir 10% dari sebuah penelitian
yang dilaksanakan 5 tahun lalu. Dr. Mittermeier menyatakan, Kami memiliki data yang kuat
untuk menunjukkan bahwa situasi tersebut lebih parah daripada yang kita bayangkan. Ia
melanjutkan dengan berkata bahwa 304 spesies dari simpanse, orang hutan, kera berlengan
panjang, dan kukang mungkin akan lenyap kecuali jika dilakukan tindakan yang cukup untuk
melestarikan habitat mereka serta melindungi mereka.
http://www.enn.com/wildlife/spotlight/37847
http://www.primate-sg.org/ram.htm
Naiknya Kandungan CO2 di Atmosfer Mengganggu Kehidupan Laut
Para ilmuwan dari Universitas Plymouth di Inggris melakukan evaluasi dampak karbon dioksida
yang diserap laut melalui sebuah studi di lubang CO2 alamiah yang ditemukan di Laut
Mediterania. Studi tersebut menunjukkan bahwa di dekat lubang dasar laut ini, CO2 membuat air
menjadi lebih asam dan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman laut dalam perbandingan
yang sama dengan pengasaman. Karena berkurangnya kalsium di air yang asam, kerangka keong
menjadi hancur dan terumbu karang tidak dapat terbentuk. Dr. Carol Turley dari Laboratorium
Laut Plymouth mengatakan, Ini berarti satu-satunya cara untuk mengurangi pengasaman laut
adalah dengan pengurangan emisi CO2 dalam jumlah yang besar."
http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/7437862.stm

Hari Lautan Sedunia Menawarkan Kesempatan untuk Melindungi Lautan


Untuk menghormati hari tersebut yang dirayakan secara informal oleh PBB dan organisasiorganisasi lain pada tanggal 8 Juni, Badan Pelestarian Alam yang berbasis di AS telah
mengeluarkan daftar perubahan sederhana yang bisa dilakukan orang untuk merawat lautan dunia
yang rapuh dengan lebih baik. Daftar paling atas adalah meminimalkan pemakaian plastik dengan
beralih ke
produk yang bisa dipakai ulang seperti tas belanja kain. Perubahan yang lain adalah membuang
bahan kimia dengan benar dan tidak menuangnya ke dalam saluran air karena mereka bisa
mengalir langsung ke sungai dan laut.
http://www.prweb.com/releases/nature_conservancy/world_ocean_day/prweb1000324.htm
Populasi Ikan Dunia Menyusut
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan bahwa 75% dari semua spesies ikan komersial
telah ditangkap secara berlebihan. Callum Roberts, profesor konservasi laut di Universitas York,
Inggris, serta para ilmuwan lainnya, mengatakan bahwa penangkapan ikan berskala industri sejak
90 tahun yang lalu telah menyebabkan bukan hanya hilangnya ikan, tetapi seluruh rantai makanan
biologis. Dr. Roberts menyarankan penetapan segera area perlindungan permanen
di seluruh lautan di dunia, untuk memungkinkan pemulihan ikan sebelum terlalu terlambat.
http://www.guardian.co.uk/environment/2008/may/11/fishing.food
Perubahan Perilaku Burung Berhubungan dengan Perubahan Iklim
Para peneliti Universitas Oxford di Inggris menemukan bahwa burung gelatik batu sekarang
bertelur kira-kira 2 minggu lebih awal daripada setengah abad yang lalu, sebagai penyesuaian
terhadap pemanasan global. Sementara itu, terlihatnya dua burung tropis di dekat Pulau Po Toi di
bagian paling selatan Hong Kong, untuk yang pertama kalinya, juga disebabkan oleh temperatur
yang lebih hangat. Ketua Lembaga Pemantau Burung Hong Kong, Cheung Ho-fai mengatakan,
Burung-burung sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan mengamati mereka adalah cara
yang baik untuk memahami perubahan-perubahan.
http://www.earthtimes.org/articles/show/204511,global-warming-brings-tropical-birds-to-hong-

kong-watchers-say.html
Perubahan Iklim dan Polusi Mempengaruhi Burung-burung di Seluruh Dunia
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) berkata pada hari Selasa bahwa
penurunan secara keseluruhan jumlah burung yang bermigrasi adalah tanda bahaya adanya
perubahan dalam keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Burung-burung amat sensitif terhadap
perubahan iklim dan karena itu bisa menjadi indikator yang tepat akan perubahan pola iklim.
Burung-burung air seperti pinguin secara khusus rentan terharap efek perubahan iklim. Heidi
Geisz, ahli biologi laut di Institut Ilmu Laut Virginia di AS, telah menemukan pestisida terlarang
DDT dalam badan pinguin Adlie. Diperkirakan bahwa zat tersebut terperangkap dalam lapisan
es pada tahun 1960 ketika DDT diproduksi dan sekarang terlepas karena perubahan iklim.
http://www.telegraph.co.uk/earth/main.jhtml?xml=/earth/2008/05/08/eatoxic108.xml
Para pembuat Undang-Undang AS mulai memperhatikan lautan dan perubahan iklim
Sebuah simposium 3-hari di Washington, DC, berakhir tanggal 5 Juni, dimana ilmuwan-ilmuwan
terkemuka, konsultan-konsultan pelestarian lingkungan, dan para pembuat kebijakan AS
membicarakan keprihatiaan mengenai dampak pemanasan global terhadap lautan.
Dr. Lara Hansen, Chief Scientist, World Wildlife Fund International Climate Change
Programme:
Kita terus menambah emisi CO2 kita secara global. Kita perlu menguranginya, idealnya sebesar
90 persen lebih karena masalah-masalah seperti laut yang semakin bersifat asam akan terus
terjadi selama lautan terus menyerap CO2 dari atmosfer. Para ahli Dana Margasatwa Dunia
mengatakan bahwa kehidupan laut belum pernah berada dalam keadaan rentan seperti saat ini.
Mereka menunjuk dampak besar terhadap populasi hewan yang tergantung dari lautan seperti
beruang kutub dan singa laut. Topik lain yang diangkat dalam simposium itu mulai dari terumbu
karang sampai dengan sampah dan adaptasi makhluk laut. Salah satu diskusi panel berfokus pada
hubungan antara lautan dan kesehatan manusia. Dr. Paul Sandifer dan Senator John Kerry adalah
dua orang yang ikut dalam diskusi ini. Dialong disimpulkan dengan langkah-langkah praktis yang
bisa dilakukan oleh individu untuk membantu melindungi perairan di Bumi agar kehidupan
semua spesies terjamin.
Dr. Paul Sandifer, Senior Scientist, National Oceanic and Atmospheric Administration,
USA:
Kita dapat bertindak dengan hati-hati saat memakai dan membuang bahan-bahan kimia kita, juga
pemakaian bahan kimia yang umum dalam rumah tangga, semua yang bisa dibawa air dari
halaman, hutan, dan ladang.
Senator John Kerry, Democratic Party Massachusetts, USA:
Orang awam bisa melakukan berbagai hal. Buatlah pilihan yang cerdas untuk jenis produk yang
mereka beli. Belajarlah sendiri dari internet mengenai produk-produk hijau dan berbagai hal yang
bisa dilakukan. Kurangi mengemudi, mengemudilah lebih efisien, gantilah lampu pijar,
perbaikilah efisiensi energi di rumah, jadilah lebih peduli dengan jejak karbon, dengan satu atau
lain cara, dan hormatilah lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai