Anda di halaman 1dari 2

Kebakaran Hutan

Indonesia sering disebut sebagai paru-paru dunia karena memiliki kawasan hutan yang cukup
banyak dari Sabang sampai Merauke. Hutan dianggap memiliki peran sentral sebagai penghasil
oksigen bagi umat manusia. Namun, dibeberapa tahun Indonesia sering mengalami kebakaran hutan
yang membuat area hutan di Indonesia makin menyempit. Hal ini tentu saja membawa kerugian yang
fantastis untuk negara dan juga mengancam kesehatan masyarakat, tak hanya di Indonesia tapi juga
seluruh dunia.

Kebakaran hutan adalah bencana yang selalu menarik perhatian sebagai isu lingkungan dan
ekonomi. Kebakaran sendiri dianggap sebagai ancaman potensial bagi pembangunan berkelanjutan
karena efeknya secara langsung bagi ekosistem. Secara garis besar kebakaran hutan disebabkan oleh
dua faktor utama, faktor alami dan faktor ulah manusia yang tidak terkontrol.

Faktor alami seperti pengaruh El-Nino, menyebabkan kemarau panjang hingga tanaman jadi
sangat kering, hal ini menjadi bahan bakar potensial jika terkena percikan api yang berasal dari batu
bara yang muncul di permukaan ataupun dari pembakaran lain yang tidak disengaja maupun
disengaja. Selain itu, Faktor alami lain yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran yaitu sambaran
petir dimana menimbulkan percikan api dan sering mengenai benda yang tinggi, erupsi gunung
merapi, dan iklim dengan suhu tinggi akibat pemanasan global.

Lebih dari 90% penyebab kebakaran hutan merupakan ulah manusia, baik yang disengaja
melakukan pembakaran atau akibat kelalaian dalam menggunakan api. Banyak pihak mengatakan
penyebabnya adalah aktivitas berladang masyarakat lokal yang tidak bisa dibendung dan buruknya
kebijakan dari pemerintah. Namun selain itu, terdapat berbagai ulah manusia yang menyebabkan
kebakaran, diantaranya membuang putung rokok sembarangan, pembakaran sampah, penggunaan
api untuk persiapan lahan, penebangan, dan pemburuan.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, rekapitulasi
total luas kebakaran hutan di Indonesia pada 30 September tahun 2020 mencapai 274.375,00 ha. Juru
Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, Muhammad Iqbal Damanik menyebut, berdasarkan riset
Greenpeace sejak 2015 hingga 2019, seluas 4,4 juta hektare hutan di Indonesia sudah hangus dilahap
api. Dalam kurun tersebut, Indonesia kehilangan hutan setara delapan kali pulau Bali.
Dampak kebakaran hutan bukan hal yang bisa disepelekan. Bukan hanya lingkungan, tetapi
ekosistem kehidupan, contohnya menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer,terbunuhnya
satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat.
Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik di suatu daerah turut punah sebelum
sempat dikenali.

Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat


sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil. Kekeringan juga akan mengurangi
volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik
(PLTA) pada musim kemarau. Musnahnya bahan baku industri perkayuan. Ini bisa mengakibatkan
perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja
menjadi kehilangan pekerjaan. Ini yang membuat penyebab kebakaran hutan akibat ulah manusia
harus lebih diperhatikan agar masalah kebakaran hutan bisa terus berkurang.

Kebakaran hutan harus dicegah sedini mungkin agar tidak semakin meluas. Beberapa lembaga
pemerintah memiliki berbagai kebijakan tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran. Hindari
membakar apapun di area hutan, memantau titik api (titik api di Indonesia terdapat di Provinsi
Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi), selalu melakukan patroli dan pengawasan dengan lebih ketat,
mengadakan penyuluhan dan edukasi, dan melakukan reboisasi kembali.

Anda mungkin juga menyukai