PENDAHULUAN
Kebakaran hutan adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat
memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir,
kecerobohan manusia dan pembakaran. Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil
Belakangan ini kebakaran hutan semakin menarik perhatian dunia Internasional sebagai
isu lingkungan dan ekonomi, kebakaran dianggap sebagai ancaman potensial bagi pembangunan
Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan
aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup mencenangkan bagi
dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor dunia guiness yang dirilis oleh
Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di dunia,
Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta hektar hutan
dirusakan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005, sebuah tingkat kerusakan hutan sebesar 2%
setiap tahunnya.
Di awal Maret 2014, kebakaran hutan dan lahan gambut di provinsi Riau, Sumatera,
Indonesia, melonjak hingga titik yang tidak pernah ditemukan sejak krisis kabut asap Asia
Tenggara pada Juni 2013. Hampir 50.000 orang mengalami masalah pernapasan akibat kabut
asap tersebut, menurut Badan Penanggulangan Bencana Indonesia. Citra-citra satelit dengan
cukup dramatis menggambarkan banyaknya asap polutan yang dilepaskan ke atmosfer, yang juga
Minggu lalu Global Forest Watch, sebuah sistem online baru yang mencatat perubahan
tutupan hutan serta kebakaran hutan secara nyaris seketika, melaporkan dalam serangkaian tulisan
bahwa pembukaan lahan untuk tujuan agrikultur menjadi pendorong utama dari terjadinya
kebakaran ini. Seperti yang terjadi sebelumnya, sekitar setengah dari kebakaran tersebut
berlangsung di lahan yang dikelola oleh perusahaan tanaman industri, kelapa sawit, serta kayu.
Global Forest Watch menunjukkan bahwa sebagian dari kebakaran yang paling besar berada pada
lahan yang telah sebenuhnya ditanami, terlepas dari fakta bahwa banyak dari perusahaan ini yang
pertanyaan penting. Di bawah ini, kami menggunakan data Global Forest Watch untuk lebih jauh
Sejak 20 Februari hingga 11 Maret, Global Forest Watch mendeteksi 3.101 peringatan
titik api dengan tingkat keyakinan tinggi di Pulau Sumatera dengan menggunakan Data Titik Api
Aktif NASA. Angka tersebut melebihi 2.643 total jumlah peringatan titik api yang terdeteksi pada
13-30 Juni 2013, yaitu puncak krisis kebakaran dan kabut asap sebelumnya. Grafik berikut
menunjukan distribusi titik api di kawasan (Gambar 1) serta pola dari peringatan titik api sejak
Fakta bahwa jumlah kebakaran kini terjadi lebih sering dibandingkan dengan Juni 2013
sangatlah mengkhawatirkan, terutama melihat usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah
Indonesia serta negara lainnya untuk mengatasi masalah kebakaran sejak saat itu. Krisis terakhir
ini jelas berhubungan dengan kekeringan ekstrim yang sekarang melanda kawasan, yang juga
membuat pembakaran semakin mudah serta meningkatkan kemungkinan api menyebar dengan
tidak terkendali.
Selama bulan Juni 2013, mayoritas kebakaran yang terjadi terpusat di Provinsi Riau,
Pulau Sumatera, Indonesia. Angka yang cukup mengejutkan, yaitu sebanyak 87 persen dari
peringatan titik api di sepanjang Sumatera pada 4-11 Maret berada di Provinsi Riau. Lihat
animasi di bawah yang menunjukkan wilayah dimana kerapatan titik api paling banyak terjadi di
Riau selama 12 hari terakhir, serta gambar dimana api terjadi pada area konsesi.
C. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Kebakaran hutan, bukanlah hal yangbaru terjadi di Indonesia, maupun di dunia, tetapi
kebakaran hutan di daerah Riau yang kini sedang manjadi isu hangat permasalahan lingkungan di
Indonesia, dianggap sebagai kebakaran hutan yang menyebabkan dampak asap paling parah
dalam sejarah. Asap dari peristiwa ini masih menyelimuti, enggak hanya Riau, tetapi mencapai
terutama Dumai, mencapai 900 polutant standard index (PSI) pada Senin, 24 Juni 2013, sekitar
pukul 16.00 WIB. Hal ini dinilai sangat berbahaya untuk lingkungan dan tubuh manusia.
Dalam wawancaranya dengan Antara, Pakar lingkungan dari Universitas Riau, sekaligus
Guru Besar Lingkungan Universitas Riau, Prof Adnan Kasri menyatakan, "Sebelumnya, di
sekitar tahun 1997, kasus kebakaran hebat memang sempat terjadi. Namun, masih melanda
sebagian besar kawasan hutan alam. Dampak kabut asapnya ketika itu juga enggak separah kali
ini, di mana pencemaran udara sudah jauh berada di atas ambang normal."
Dibandingkan dengan kasus-kasus kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1990 hingga
kasus paling parah yang terjadi pada tahun1997, belum ada dampak pencemaran udara yang
separah kejadian kali ini. Asap tebal yang terbawa angin hingga Singapura dan Malaysia ini,
bahkan terlihat melalui foto satelit yang diambil oleh NASA MODIS pada Senin, 24 Juni 2013.
Hingga kini, polisi telah menyiapkan 14 tersangka pembakaran hutan yang diduga bertujuan
membuka lahan baru untuk keuntungan beberapa pihak. Puluhan milyar rupiah akhirnya
Kebakaran hutan akhir-akhir ini menjadi perhatian internasional sebagai isu lingkungan
dan ekonomi khususnya setelah terjadi kebakaran besar di berbagai belahan dunia tahun 1997/98
yang menghanguskan lahan seluas 25 juta hektar. Kebakaran tahun 1997/98 mengakibatkan
degradasi hutan dan deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar US $ 1,6-2,7 milyar dan biaya
akibat pencemaran kabut sekitar US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita akibat kebakaran
hutan tersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan dampak ekonomi bagi
kegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya yang terkait dengan emisi karbon
bahwa kebakaran hutan Indonesia telah menelan kerugian antara US $ 2,84 milayar sampai US $
4,86 milyar yang meliputi kerugian yang dinilai dengan uang dan kerugian yang tidak dinilai
dengan uang. Kerugian tersebut mencakup kerusakan yang terkait dengan kebakaran seperti kayu,
kematian pohon, HTI, kebun, bangunan, biaya pengendalian dan sebagainya serta biaya yang
Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami
tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering
muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar.
Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit Landsat 7 ETM+ tahun 2002/2003, total
daratan yang ditafsir adalah sebesar 187,91 juta ha kondisi penutupan lahan, baik di
dalam maupun di luar kawasan, adalah : Hutan 93,92 juta ha (50 %), Non hutan 83,26
juta ha (44 %), dan Tidak ada data 10,73 juta ha (6 %). Khusus di dalam kawasan hutan
yaitu seluas 133,57 juta ha, kondisi penutupan lahannya adalah sebagai berikut : Hutan
85,96 juta ha (64 %), Non hutan 39,09 juta ha (29 %) dan Tidak ada data 8,52 juta ha (7
Kebakaran hutan Indonesia pada tahun 1997/98 saja telah menghanguskan seluas
11,7 juta hektar. Kebakaran terluas terjadi di Kalimantan dengan total lahan terbakar 8,13
juta hektar, disusul Sumatera, Papua Barat, Sulawesi dan Jawa masing-masing 2,07 juta
hektar, 1 juta hektar, 400 ribu hektar dan 100 ribu hektar (Tacconi, 2003). Kebakaran
hutan setiap tahunnya telah memberikan dampak negatif bagi keanekaragaman hayati.
Berbagai jenis kayu kini telah menjadi langka. Kayu eboni (Dyospyros ebenum dan D.
celebica), kayu ulin (Eusyderoxylon zwageri), ramin (Gonystylus bancanus), dan
beberapa jenis meranti (Shorea spp.) adalah contoh dari beberapa jenis kayu yang sudah
sulit ditemukan di alam. Selain itu, puluhan jenis kayu kurang dikenal (lesser-known
species) saat ini mungkin telah menjadi langka atau punah sebelum diketahui secara pasti
mengalami kebakaran baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja yang berdampak
Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari hasil hutan tidak
mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sedikit
banyak mengganggu aktivitasnya dan hal tersebut tentu saja ikut mempengaruhi
Terganggunya kesehatan
Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama munculnya penyakit
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Gejalanya bisa ditandai dengan rasa sesak di
dada dan mata agak berair. Untuk Riau kasus yang paling sering terjadi menimpa di
Pekanbaru sendiri lebih dari 200 orang harus dirawat di rumah sakit akibat asap tersebut.
Produktivitas menurun
Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita bisa keluar
dengan menggunakan masker tetapi sinar matahari dipagi hari tidak mampu menembus
ketebalan asap yang ada. Hal ini tentu saja menyebabkan waktu kerja seseorangpun
berkurang karena ia harus menunggu sedikit lama agar matahari mampu memberikan
Kebakaran bukan hanya memusnahkan berjenis-jenis pohon dan berbagai jenis habitat
satwa lainnya. Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan
sulitnya jalan keluar karena api telah mengepung dari segala penjuru.
Ancaman erosi
Pada saat hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah akibat terbakar
sebagai pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke bawah yang pada
akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga longsor.
Hutan sebelum terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi sebagai catchment area,
penyaring karbondioksida maupun sebagai mata rantai dari suatu ekosistem yang lebih
besar yang menjaga keseimbangan planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi
catchment area tersebut juga hilang dan karbondioksida tidak lagi disaring namun
melayang-layang diudara. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat
terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang telah terbakar
tersebut.
Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi yang muncul di bagian hulu.
Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan
membawa seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai
Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya lautan. Pada
akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa spesies lainnya menjadi
Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di bagian hilir sungai.
Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat erosis yang terus
menerus.
Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga sehingga sebagian negara tetangga
ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari kebakaran di negara Indonesia. Akibatnya
adalah hubungan antara negara menjadi terganggu dengan munculnya protes keras dari
Malaysia dan Singapura kepada Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir
kebakaran hutan agar asap yang ditimbulkannya tidak semakin tebal. Hilangnya sejumlah
spesies dan berbagai dampak yang ditimbulkan ternyata kalah penting dibanding protes
PENUTUP
A. Cara Penangulagannya
Upaya Pencegahan
1. Memantapkan kelembagaan.
2. Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan
5. Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian kebakaran hutan.
Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara
Lingkungan Hidup.
7. Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non kehutanan,
Upaya Penanggulangan
pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama siaga dan I dan II.
Pasukan BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan
Kalbar.
Bantuan pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk kebakaran
di Lampung.
B. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari dampak kebakaran hutan bagi ekosistem adalah:
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya
hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat
luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian
yang dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena
itu perlu perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan
Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan
kebakaran hutan, pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas.
C. Saran
Saran kami ialah, karena hutan merupakan sebagai sumber paru paru dunia maka kita
http://www.wri.org/blog/2014/03/kebakaran-hutan-di-indonesia-mencapai-tingkat-tertinggi-
sejak-kondisi-darurat-kabut
http://ipdn-artikelgratis.blogspot.com/2008/11/dampak-kebakaran-hutan-terhadap-keaneka.html
http://himka1polban.wordpress.com/chemlib/makalah/makalah-kebakaran-hutan/
http://www.kawankumagz.com/read/kebakaran-hutan-riau-2013-pencemaran-udara-jauh-di-
atas-normal