Istilah Tragedy of the commons adalah sebuah konsep yang dipopulerkan oleh Garret Hardin
pada tahun 1968. Secara umum istilah tersebut merupakan konsep yang menunjukan kondisi
akan pemanfaatan sumberdaya bersama (commons), akan tetapi setiap individu bertindak demi
keuntungannya masing-masing sehingga mengakibatkan berkurangnya sumberdaya tersebut.
Melalui artikelnya, Garret Hardin sebagai seorang ahli ekologi menghidupkan kembali konsep
yang diciptakan oleh William Forster Lloyd pada tahun 1883 untuk menggambarkan apa yang
terjadi ketika banyak orang bersama-sama berbagi sumberdaya yang terbatas jumlahnya,
seperti lahan ternak, tempat memancing, dan udara yang bersih. Argumen Garret Hardin adalah
situasi tersebut dapat memberi keuntungan pribadi dalam jangka pendek karena berlawanan
dengan kepentingan umum, namun akan berakhir buruk untuk semua orang, termasuk yang
menggunakan sumberdaya tersebut secara berlebihan. Berdasarkan ringkasan pribadi, di
bawah ini merupakan beberapa poin penting yang menjadi garis besar dari artikel-artikel
dengan judul “The Tragedy of The Commons” karya Garret Hardin (1968) dan “The Tragedy
Of The Commons Revisited” karya Beryl Crowe (1969).
A. Konsep Umum
Terdapat dua pandangan yang berbeda dalam penyelesaian suatu masalah, yaitu suatu
masalah hanya dapat diselesaikan dengan cara teknis dan suatu masalah tidak selalu dapat
diselesaikan dengan cara teknis. Garret Hardin memberi contoh dengan peningkatan kekuatan
militer, di mana apabila untuk melindungi keamanan nasional ditempuh dengan cara teknis
atau berperang, maka hal ini dapat memperburuk keamanan nasional. Oleh karenanya, cara
non-teknis dapat menjadi alternatif bagi permasalahan tersebut karena pelaku perang adalah
manusia yang perlu pendekatan manusiawi dengan memprioritaskan nilai kemanusiaan dan
ide-ide secara moralitas. Gambaran tersebut dapat diaplikasikan pada masalah pertumbuhan
penduduk yang dapat diatasi dengan cara non-teknis bukan cara teknis.
Logika kebebasan dalam kepemilikan bersama terlah berlangsung sejak lama, akan
tetapi dampak negatif yang berpotensi untuk terjadi karena eksploitasi oleh umat manusia
kurang diperhatikan. Kebutuhan akan sumberdaya dan segala aktivitas yang dilakukan
semaksimal mungkin untuk mendapatkan sumberdaya ketika jumlah populasi belum terlalu
banyak, hal itu masih dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan aspek yang ditimbulkan.
Akan tetapi ketika jumlah populasi telah melebihi daya dukung lingkungan, hal ini dapat
menimbulkan tragedi. Tragedi bersama dapat terjadi ketika satu individu berpikir bahwa untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal, maka ia harus melakukan sesutau meskipun itu
memiliki dampak yang buruk. Akan tetapi karena setiap orang berpikir secara rasional, maka
mereka juga melakukan hal yang sama demi meraih keuntungan dan terhindar dari kerugian,
situasi ini mengunci manusia ke dalam suatu sistem yang tidak dapat dihindari.
Tragedi kebebasan juga diperlihatkan pada permasalahan polusi. Seperti limbah, bahan
kimia, radioaktif, dan limbah panas yang masuk ke perairan; gas beracun dan asap berbahaya
yang mencemari udara; serta efek buruk lainnya. Perhitungan matematis manusia secara
rasional adalah biaya yang dikeluarkan membuang limbah ke area milik bersama lebih kecil
dibanding mengolah limbah tersebut terlebih dahulu. Ketika pikiran semacam ini telah masuk
ke dalam logika setiap orang, manusia telah terjebak dalam suatu sistem “kecurangan dalam
sarang sendiri” di mana setelahnya manusia bertindak seolah tidak bersalah, rasional, dan bebas
berbuat apa saja tanpa memedulikan lingkungan sekitar.
Beberapa sumberdaya, apabila dikonsumsi dalam jumlah yang kecil masih dapat
memperbaharui diriya sendiri. Namun seiring dengan bertambahnya populasi, pengambilan
sumberdaya tersebut juga meningkat jumlahnya. Dalam menangani hal ini, moralitas
diperlukan agar tragedi kebersamaan dapat dicegah. Akan tetapi moralitas pada masa sekarang
tidak lagi dapat terbentuk secara alami oleh sistem sosial yang ada. Ketika manusia pada zaman
sekarang menjadi lebih individualistis, kesederhanaan dalam pengambilan sumberdaya perlu
diatur dengan menggunakan moralitas dan pola etika, namun melalui cara yang lain. Cara
tersebut dapat diterapkan dalam peraturan perundang-undangan sebuah negara, sehingga
nantinya dapat menimbulkan Tindakan manusia yang lebih teratur dan menjadi sebuah
kesadaran tersendiri untuk menjadi lebih sederhana.
G. Solusi Permasalahan
Dalam ilmu alam kontemporer, masalah-masalah yang ada di dunia pada saat ini seperti
populasi, perang atom, dan kerusakan lingkungan tidak lagi memiliki penyelesaian secara
teknis. Oleh karenanya, Garret Hardin membuat tiga asumsi kritis dalam menyampaikan
masalah teknis yang tidak dapat dibawakan ke ranah politik dan sosial untuk solusi. Inti asumsi
tersebut adalah dapat diciptakan kriteria penilaian dan sistem pembobotan dalam kehidupan
nyata agar melalui penilaian tersebut, pemaksaan dapat disepakati bersama untuk
menghasilkan pemecahan masalah yang efektif dalam masyarakat modern, serta sistem
administrasi yang didukung oleh kriteria penilaian dan pemaksaan dalam menyelesaikan
masalah dapat melindungi kepemilikan bersama.
Mengacu pada beberapa poin penting yang menjadi garis besar artikel “The Tragedy of
The Commons”, dapat disimpulkan bahwa masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan cara
teknis memiliki cara non-teknis sebagai alternatifnya. Tragedi kebersamaan dapat terjadi dalam
banyak hal, seperti misalnya pengelolaan sumberdaya, ekosistem laut, permasalahan polusi,
permasalahan populasi, dan lain sebagainya. Kebebasan yang tidak diikuti dengan
tanggungjawab akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan umat manusia, terlebih
ketika jumlah populasi semakin bertambah. Oleh karenanya, perlu melibatkan moralitas dan
hati Nurani dalam menyelesaikan tragedi kebersamaan ini. Selain itu masalah yang ada pada
saat ini juga dapat diselesaikan melalui pemaksaan yang telah disetujui bersama melalui
kebijakan dan pertauran lainnya agar manusia dapat hidup secara berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Hardin, Garrett. 1968. The Tragedy of The Commons.
Crowe, Beryl. 1969. The Tragedy of the Commons Revisited.