Nim : 1406119106
9. Menyusun legislasi nasional untuk menjamin akses dan pembagian keuntungan yang
berkeadilan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati
2.Bagaimana kita dapat membangun model restorasi hutan yang memenuhi kelayakan
ekonomi?
Salah satu cara yang di lakukan adalah membuat PROYEK RESTORASI DAN
KONSERVASI LAHAN GAMBUT
Kegiatan Restorasi Hutan Lahan Gambut Katingan Proyek ini akan memberikan kontribusi
dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dunia, kawasan gambut akan dikelola secara
lestari dengan cara melindungi dan memulihkan kawasan tersebut dengan prinsip pengelolaan
hutan berbasis masyarakat yang diharapkan memberikan dampak positif terhadap masyarakat
sekitar sebagai bagian dari ekosistem itu sendiri. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan
dan menerapkan sebuah model pengelolaan sumber daya alam dengan menurunkan laju
deforestasi, pelestarian keanekaragaman hayati, retorasi ekosistem dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lokal.
A) Tujuan iklim
Menurunkan emisi gas rumah kaca dengan pencegahan deforestasi dan degradasi hutan,
pencegahan kebakaran hutan dan lahan dan pecegahan pengeringan gambut.
Meningkatkan fungsi dan nilai ekologis dengan skala bentang alam melalui restorasi
ekosistem
Melakukan penelitian dan pengembangan untuk menerapkan pratek termuktahir dan terbaik
yang ada saat ini.
B) Tujuan masyarakat
Melakukan penelitian dan pengembangan untuk menerapkan pratek termuktahir dan terbaik
yang ada saat ini.
Menghilangkan pemicu deforestasi dan degradasi hutan dan memelihara populasi flora dan
fauna yang sehat melalui program koservasi dan perlindungan keanekaragaman hayati
Memelihara habitat alam dan integritas ekologis dengan melakukan restorasi ekosistem
3.Apa implikasi bagi keragaman hayati dan lingkungan menggunakan aforestasi sebagai
cara mitigasi karbon?
Berbagai hasil penelitian di bidang perubahan iklim yang selama ini dilakukan,
mengindikasikan bahwa perubahan iklim dan dampaknya sedang terjadi di Indonesia.
Peristiwa-peristiwa bencana yang terjadi di Indonesia, menunjukkan bahwaperubahan iklim
bukan lagi sebuah isu. Perubahan iklim adalah sebuah fakta yang harus dihadapi oleh
masyarakat di bumi. Terjadinya perubahan iklim berkaitan erat dengan perilaku manusia
sekaligus iklim itu sendiri.
Kerentanan-kerentanan yang terjadi telah mulai mengancam kelangsungan kehidupan
masyarakat yang jika tidak segera diantisipasi, dikhawatirkan akan mengganggu
keberlangsungan kehidupan sekaligus pencapaian tujuan pembangunan di Indonesia. Hal ini
mendorong kita untuk beradaptasi secara bijaksana terhadap perubahan iklim, sehingga kita
dapat menyesuaikan diri dan memperkuat ketahanan dalam kehidupan.
Ada dua konsep utama yang diperkenalkan oleh regim moderniatas untuk menghadapi
dampak perubahan iklim, yaitu mitigasi dan adaptasi. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
adalah sebuah upaya yang dilakukan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Secara
singkat, mitigasi berarti sebuah usaha yang dilakukan untuk mencegah, menahan dan atau
memperlambat efek gas rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan global di
bumi. Berkebalikan dengan mitigasi, adaptasi lebih kepada upaya yang dilakukan untuk
menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim yang telah terjadi dan dirasakan oleh
manusia di bumi.
Mitigasi perubahan iklim didefinisikan sebagai sebuah intervensi antropogenik untuk
menurunkan tekanan antropogenik terhadap sistem iklim, termasuk didalamnya strategi untuk
mengurangi sumber-sumber penghasil gas-gas rumah kaca dan meningkatkan penyerapan
karbon. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan, seperti dari sisi sosial,
ekonomi, politik, dan teknologi; yang semuanya dapat mendukung penurunan emisi yang
berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Terdapat empat strategi utama penerapan mitigasi. Salah satunya
adalah: Eliminasi, yaitu menghindari penggunaan alat-alat penghasil emisi gas rumah kaca.
Tindakan ini memberikan penghematan biaya yang terbesar dan dapat langsung dirasakan.
Contoh: Mematikan lampu saat tidak digunakan; mematikan A/C saat tidak ada orang
didalam ruangan.
Startegi lainnya yang dpat dilakukan dalam mengatasi damapak perubahan Iklim
adalah: Pengurangan. Yaitu sebuah tindakan dapat dilakukan dengan mengganti peralatan
lama dan/atau mengoptimalkan struktur yang sudah ada. Tindakan mitigasi seperti ini sangat
efektif dan dapat integrasikan ke dalam bisnis sehari-hari dengan usaha minimum. Contoh:
Memasukkan efisiensi energi ke dalam pengambilan keputusan investasi
Hal lainnya yang dapat dilakukan dalam mengatasi perubahan iklim adalah Subtitusi.
Sekalipun langkah ini memiliki konsekswensi atau implikasi biaya investasi yang tinggi.
namun, akan melahirkan dampak positif terhadap penurunan potensi emisi melalui subtitusi
sangatlah tinggi. Contoh: Penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik
dan/atau pemanas.
Mitigasi perubahan iklim dapat juga dilakukan dengan merubahn habbit dalam hidup
kita sehari hari. Efisiensi energi dapat dilakukan melalui substitusi ataupun melalui
penghematan. Penghematan energi seringkali turut menurunkan emisi penyebab perubahan
iklim. Penggunaan energi secara efisien juga dapat menghemat biaya.
Dalam menghadapi perubahan iklim, tidak ada satu solusi untuk semua dalam usaha
efisiensi energi. Justru sebaliknya, solusi bisa berbeda-beda tergantung dari kasus per kasus.
Bagaimanapun juga, banyak tindakan efisiensi energi yang dapat diterapkan dengan biaya
investasi rendah dan usaha minimum (tindakan tanpa/rendah biaya). Efisiensi energi yang
membutuhkan biaya lebih tinggi harus diimbangi dengan penghematan biaya energi yang
dikeluarkan.
Hutan juga perlu bantuan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim Perubahan iklim
akan membahayakan hutan, sehingga kita juga membutuhkan langkah-langkah untuk
melindungi hutan dan berbagai fungsi ekosistemnya.Agar hutan terus menyediakan jasa-jasa
ekosistemnya yang berharga, pengelolaan hutan berkelanjutan dan/ atau konservasinya
sangatlah penting. Proyek-proyek mitigasi terkait hutan, seperti halnya proyek-proyek
REDD+, berpotensi untuk mendukung hutan beradaptasi dengan perubahan iklim melalui
pengurangan tekanan terhadap hutan yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Caranya adalah
dengan menghubungkan wilayah-wilayah berhutan dan dengan melestarikan pusat-pusat
penting keanekaragaman hayati. Upaya-upaya untuk membantu hutan beradaptasi (adaptasi
untuk hutan) harus berlangsung sejalan dengan upaya-upaya untuk memanfaatkan hutan
untuk adaptasi.
4.Bagaimana kita memilih spesies terbaik yang secara simultan memberi manfaat ekologis
dan ekonomis?
5.Apa cara terbaik menjamin proyek restorasi hutan/bentang alam menambah nilai
bentang alam dalam hal keterkaitan antara populasi dan habitat, memfalisitasi aliran gen,
migrasi spesies, selain melengkapi pemanfaatan lahan dan penghidupan masyarakat
lokal?
Jangka Panjang
Pendekatan bentang alam mencoba memberi cara dan konsep terbaik mengelola lahan agar
tercipta keseimbangan antara tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan. Pendekatan ini juga
dipandang sebagai jalan mencapai target Aichi yang bertujuan mengembangkan strategi
nasional konservasi dan pemanfaatan lestari keragaman biologi di 193 negara. Target ini
disepakati dalam Konvensi Keragaman Hayati PBB.
Reed menyatakan bahwa kesejalanan filosofi pendekatan bentang alam, target Aichi, dan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), secara teoritis, cukup untuk meyakinkan para
donor, pengambil kebijakan, dan para peneliti untuk berkomitmen menjalankan inisiatif
bentang alam agar dapat terdanai dengan baik, terencana jangka panjang, dan berskala besar.
Menjaga Konsistensi
Satu cara bentuk spesifik pendekatan bentang alam adalah upaya mengintegrasikan ilmu
pengetahuan warga. Dengan melibatkan masyarakat dalam penelitian ilmiah, kita dapat
secara efektif memantau seberapa baik pendekatan bentang alam bekerja, dan
mengidentifikasi tantangan-tantangan besarnya. Dalam membangun komitmen jangka
panjang melampaui durasi pendanaan proyek, inisiatif ini perlu ditanamkan secara lokal,
meningkatkan kapasitas lokal, dan mendorong pemberdayaan kelompok marjinal. Jika
dilakukan secara efektif, pemantauan partisipatoris memberi jalan pelibatan pemangku
kepentingan lokal dan membuat mereka bisa mengevaluasi langkah menuju tujuan, yang
mereka sendiri bantu rumuskan,
Gambaran Besar
Setiap orang yang terlibat dalam pendekatan bentang alam harus secara total terlibat. Reed
menyatakan bahwa salah satu tantangan besar adalah kemauan politik harus lebih besar dan
memerlukan keterlibatan penuh dari seluruh pemangku kepentingan. Ia menyatakan bahwa
setiap orang yang terlibat perlu mendapat panduan yang jelas dan tahu apa yang diharapkan.
Ia juga menekankan perlunya seluruh pemangku kepentingan mengambil pendekatan yang
fleksibel dan aplikatif di lapangan. Tidak perlu mencoba memaksakan pendekatan kaku.
Memahami situasi spesifik bentang alam, seringkali malah memberi jalan terbaik
menentukan strategi mana yang lebih efektif,Dalam sebuah bentang alam, seringkali, target
sektor tertentu bertentangan dan berdampak negatif pada tujuan sektor lain. Pendekatan lebih
holistik akan mampu mengindentifikasi sinergi dan timbal-balik yang terjadi dalam bentang
alam, dan merespon secara tepat.
Lakukan Saja
Kita tidak perlu daftar keberhasilan. Sekadar berupaya melangkah mencapai tujuan ini sudah
cukup sebagai awal. Kita perlu mengakui kompleksitas dan memahami bahwa tidak ada cetak
biru pendekatan bentang alam, kata Reed.
Seringkali harus kita harus merangkak, menggunakan pendekatan coba-coba, belajar dari
kesalahan, sambil berproses memperbaiki tata kelola, dan dengan itu, kita dapat melangkah
maju,
6.Bagaimana kita yakin bahwa kebutuhan masyarakat asli yang bergantung pada
tegaknya sistem hutan terpenuhi seraya menyediakan produk kayu untuk pertumbuhan
ekonomi?
Sekitar 60 juta penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada hutan bahkan
lebih dari separuh penduduknya bergantung pada energi biomasa tradisional, termasuk kayu
bakar, sebagai sumber energi utama, khususnya di daerah pedesaan. Sebagai ekosistem
kompleks kaya akan biomasa, banyak energi tersimpan pada hutan Indonesia. Hutan tidak
hanya dilihat sebagai sumber energi, namun juga sebagai sarana mitigasi perubahan iklim
melalui penyerapan energi.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan di Jakarta, Rabu (22/3)
bahwa secara global, hutan menyediakan energi sekitar 10 kali lebih besar dari konsumsi
tahunan energi utama dunia. Di Indonesia, dengan lebih dari setengah area di daratan yang
tertutupi oleh pohon, tersimpan biomasa yang berlimpah, yang dapat digunakan penduduknya
untuk memenuhi kebutuhan energi. Tantangan terbesar adalah bagaimana menggunakan
hutan sebagai sumber daya yang berharga secara berkesinambungan dan bertanggung jawab.
Sekitar 80 persen konsumsi kayu bakar dalam negeri adalah untuk kebutuhan rumah tangga
dan 20 persen untuk tujuan industri dan komersial. Di sisi lain, selama satu dekade terakhir
kebutuhan kayu bakar di Indonesia telah menurun sebesar 35 persen, dan kecenderungan ini
diharapkan berlanjut di masa depan.
"Dari generasi ke generasi, hutan luas Indonesia dan pohon di luar hutan telah memenuhi
kebutuhan kayu begitu banyak orang di daerah pedesaan. Belakangan ini, kita telah mulai
mewujudkan potensi besar hutan melalui penciptaan energi yang lebih efisien dan
berkelanjutan, misalnya dalam bentuk pelet kayu dan bahan bakar hayati," kata Menteri LHK
Siti Nurbaya pada pembukaan rangkaian peringatan Hari Hutan Internasional di auditorium
Dr. Soedjarwo, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta.
Tempat energi Menurut Menteri LHK Siti Nurbaya, hutan juga merupakan tempat dari
berbagai bentuk energi lainnya seperti panas bumi, tenaga air, bahkan tenaga angin. Hutan
merupakan sumber energi sangat besar bagi pembangunan ekonomi dan manusia di
Indonesia. Melihat dari pertumbuhan cepat daerah perkotaan di Indonesia, lebih dari separuh
penduduknya kini tinggal di daerah perkotaan. Pepohonan memainkan peran penting dalam
perkembangan perkotaan untuk tujuan estetika dan lainnya. Lebih dari itu, hutan bisa menjadi
sumber pendapatan bagi komunitas yang tinggal di hutan. Di Provinsi Gorontalo,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaksanakan sebuah program bioenergi, di
mana kayu bakar sangat penting bagi ekonomi masyarakat desa. Sebuah contoh dalam
mendukung inisiatif penduduk setempat dalam penggunaan energi baru dan terbarukan, dan
kolaborasi yang efektif antara program pemerintah dengan penduduk setempat.
7.Pengaturan institusional apa yang memungkinkan petani kecil dalam bentang alam
bersama memasarkan jasa ekosistem dari reforestasi sebagian lahan mereka?
rsyad, S. 1980. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah. IPB> Bogor.
Kodoatie, R.J. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta.
Ridker, Ronald. 1982. Sumberdaya Lingkungan dan Pendudk. Pusat Penelitian dan
Studi Kependudukan. UGM. Yogyakarta.
Sandy, 1980. Masalah Tata Guna Lahan, Tata lingkungan di Indonesia. Jurusan
Geografi. Univ. Indonesia. Jakarta.
Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan.
Jakarta.