Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugrahkan kepada bangsa indonesia merupakan kekayaan yang wajib
disyukuri, dikelola dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya
karena memberikan manfaat serba guna kpada umat manusia. Oleh karana itu
hutan dikuasai oleh negara dan diselenggarakn untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat bagi generasi sekarang maupun yang akan mendatang.

Kebakaran hutan akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia khususnya di


wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan
dan lahan pada periode 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2006. Jumlah hotspot
pada tahun tersebut sebesar 146.264 titik dengan luas kebakaran hutan 32.198,58
Ha dan lahan seluas 23.735,67 Ha. Mengingat pentingnya sumberdaya hutan
dalam menambah devisa negara, agar tidak terjadi penurunan, maka upaya
perlindungan hutan dari gangguan luar terutama dari kebakaran hutan perlu
diusahakan semaksimal mungkin (Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan,
2010).

Kebakaran dalam hutan dapat terjadi bila tersedia tiga komponen yaitu
bahan bakar yang potensial, oksigen atau udara dan penyalaan api dan lima faktor
utama yang menjadi penyebab kebakaran hutan yaitu penutupan lahan, curah
hujan, rataan suhu udara, kecepatan angin dan topografi (ketinggian
tempat/elevasi). Seluruh komponen penyusun hutan pada dasarnya dapat
merupakan bahan bakar untuk kebakaran hutan. Pohon – pohon penyusun hutan
merupakan bagian terbesar dari komponen hutan yang dapat berperan sebagai
bahan bakar mempunyai potensi dan kemudahan yang sangat bervariasi.
Perbedaan kemudahan terbakar tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan jenis
atau komposisi jenis tanaman. Jenis pohon – pohon berdaun lebar lebih sulit
terbakar dibanding pohon – pohon berdaun jarum yang banyak mengandung resin
(Sumardi dan Widyastuti, 2004).

1
II. PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan Di Wilayah Kalimantan Dan


Sumatra

2.1.1Penyebab kebakaran Hutan di Kalimantan

Penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut lebih dari 99% adalah akibat
ulah manusia, baik yang sengaja melakukan pembakaran ataupun akibat kelalaian
dalam menggunakan api. Hal ini didukung oleh kondisi-kondisi tertentu yang
membuat rawan terjadinya kebakaran, seperti gejala El Nino, kondisi fisik gambut
yang terdegradasi dan rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Kebakaran hutan yang tidak disengaja berawal dari musim panas yang
berkepanjangan. Pada musim panas sumber-sumber air menjadi kering termasuk
hutan terjadi kehilangan air karena proses evapotranspirasi. Batang, ranting, dan
daun yang kering merupakan sumber bahan bakar yang potensial untuk terjadinya
kebakaran hutan. Bila ada pemicu seperti terjadinya gesekan antara batang atau
ranting pohon akan menimbulkan api, kemudian kebakaran akan menyebarluas
dengan cepat. Hal ini menjadi lebih parah jika terjadi pada lahan-lahan gambut
seperti beberapa daerah di Indonesia. Seperti Kebakaran hutan di Kalimantan
Tengah yang mempunyai lahan gambut.

Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa hutan


telah terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang lalu.
Kebakaran besar kemungkinan terjadi secara alamiah selama periode iklim yang
lebih kering dari iklim saat itu. Namun, manusia juga telah membakar hutan lebih
dari 10 ribu tahun yang lalu untuk mempermudah perburuan dan membuka lahan
pertanian. Catatan tertulis satu abad yang lalu dan sejarah lisan dari masyarakat
yang tinggal di hutan membenarkan bahwa kebakaran hutan bukanlah hal yang
baru bagi hutan Indonesia (Schweithelm, J dan D. Glover, 1999).

Menurut Danny (2001), penyebab utama terjadinya kebakaran hutan di


Kalimantan Timur adalah karena aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil yang
disebabkan oleh kejadian alam. Proses kebakaran alami menurut Soeriaatmadja
(1997), bisa terjadi karena sambaran petir, benturan longsuran batu, sing- kapan
batu bara, dan tumpukan srasahan. Namun menurut Saharjo dan Husaeni (1998),
kebakaran karena proses alam tersebut sangat kecil dan untuk kasus Kalimatan
kurang dari 1%. Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh munculnya fenomena
iklim El-Nino seperti kebakaran yang terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan
1997 (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan UNDP, 1998).
Perkembangan kebakaran tersebut juga memperlihatkan terjadinya perluasan

2
penyebaran lokasi kebakaran yang tidak hanya di Kalimantan Timur, tetapi
hampir di seluruh propinsi, serta tidak hanya terjadi di kawasan hutan tetapi juga
di lahan non hutan.

Pada wilayah kalimantan barat, kebakaran hutan disebabkan oleh budaya


instan di tengah masyarakat yang serba mau cepat, budaya instan itu
menginginkan pembersihan ladang yang serba cepat. Adanya pembakaran lahan
yang membuat hutan juga ikut seta terbakar karena dimana . Pada musim panas
sumber-sumber air menjadi kering termasuk hutan terjadi kehilangan air karena
proses evapotranspirasi. Batang, ranting, dan daun yang kering merupakan sumber
bahan bakar yang potensial untuk terjadinya kebakaran hutan. Bila ada pemicu
seperti terjadinya gesekan antara batang atau ranting pohon akan menimbulkan
api, kemudian kebakaran akan menyebarluas dengan cepat.

2.1.2 Penyebab kebakaran hutan di sumatra

Pada wilayah sumatra, terjadi kebakaran hutan yang disebabkan terjadinya


kekeringan dan gelombang panas yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan
dan semakin cepat merambatnya api yang begitu besar dikarenakan kondisi
lingkungan yang sangat panas yang mengakibatkan degredasi hutan. Penyebab
lainnya terjadinya kebakaran hutan di sumatra adalah karena aktivitas manusia
dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh kejadian alam. Proses kebakaran
alami bisa terjadi karena sambaran petir, benturan longsuran batu, sing- kapan
batu bara, dan tumpukan serasahan.

2.2 Dampak Kebakaran Terhadap Lingkungan Dan Alam Sekitar

Asap tebal kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan secara pasti mulai
makan korban. Mula-mula masyarakat – terutama di Pulau Jawa yang tak terkena
asap tak terlalu peduli ketika diberitakan bahwa asap itu menyebabkan puluhan
penerbangan dibatalkan dan mengancam kesehatan lebih dari 20 juta orang. Tapi,
dalam waktu singkat, ancaman itu berubah jadi kenyataan. Puluhan ribu orang
harus masuk rumah sakit karena menderita infeksi saluran penapasan, ribuan
terserang penyakit paru-paru, dan ratusan yang lain terkena radang mata.
Beberapa puluh orang jatuh pingsan dan beberapa penderita asma diberitakan
meninggal dunia.

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:

 Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan


pada 1997 menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton
karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala Nature 2002). Sebagai
perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun
tersebut adalah 6 miliar ton.

3
 Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran,
terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan
banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat
dikenali/diteliti.
 Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan
kekeringan di saat musim kemarau.
 Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur
pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah
terpencil.
 Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim
kemarau yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada
musim kemarau.
 Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh
lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup
karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi
penganggur/kehilangan pekerjaan.
 Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi
penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa
menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.
 Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi
kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi.
Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di
tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada
keperluan mendesak. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan
mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi
pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang.
Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim
kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi
penerbangan. Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-
sungai, karena terbatasnya jarak pandang.

2.3 Cara Memadamkan Kebakaran

Pada saat terjadi kebakaran hutan, ada beberapa cara untuk memadamkan
kebakaran, diantaranya dengan memanggil mobil pemadam kebakaran dengan
jumlah yang banyak dengan menyambungkan beberapa selang lalu atur selang
dalam menembakan pada bagian yang terkena kebakaran,Agar api segera padam.

Ada metode lain dengan menggunakan paku bumi, paku bumi ini bekerja dengan
cara ditancapkan di tanah yang terdeteksi adanya api. Karena paku bumi ini
menggunakan air dicampur zat kimia, sehingga pemadamannya lebih cepat.

4
2.4 Upaya Untuk Mencegah dan Menanggulangi Kebakaran Hutan

1. Pencegahan Kebakaran Hutan


2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat didaerah-daerah rawan
kebakaran.
3. Sosialisasi sistem pembukaan lahan tanpa bakar.
4. Pembentukan brigade kebakaran swakarsa di hutan yang rawan kebakaran.
5. Gelar regu dan peralatan pemadam kebakaran.
6. Pembangunan greenbelt.
7. Rehabilitasi kawasan bekas kebakaran.
8. Pelatihan bagi masyarakat.
9. Pemadaman dan Deteksi Dini
10. Pengecekan titik api dan pemanfaatan data hotspot dari satelit untuk
disebarluaskan.

2.5 Usaha-Usaha Pemerintah Yang Telah Dilakukan Untuk Mencegah Dan


Menanggulangi Kebakaran Hutan

Usaha usaha pemerintah untuk mencegah terjadinya kebakaran kembali


diantaranya:

1. Memperingatkan warga sekitar hutan untuk tidak membakar rumput atau


puing-puing.
2. Memeriksa peraturan setempat tentang perjanjian dan pembatasan
larangan pembkaran.
3. Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang telah
ditentukan.
4. Jangan melakukan aktifitas pembakaran ketika cuaca berangin.
5. Jangan merokok ketika melakukan kerjaan atau kegiatan yang dilakukan
dihutan.
6. Mobil, truk dan mesin harus memiliki sistem tempat pembuangan uap
ketika beroperasi didekat hutan.
7. Penanggulangan hutan di Indonesia telah di atur dengan jelas di dalam
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009. Adapun
upaya penanggulangan yang dimaktub tersebut antara lain:
8. Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran
hutan di semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan
langkah pembinaan terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika
kawasan hutan telah memasuki status Siaga I dan juga Siaga II.
9. Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan
serta dana pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan
hingga instansi lain bahkan juga pihak swasta.

5
10. Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait
melalui dengan PUSDALKARHUTNAS dan juga di lever daerah dengan
PUSDALKARHUTDA tingkat I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga
hutan.

2.6 Ekosistem Yang Terkena Dampak Kebakaran Hutan Dikedua Wilayah


Tersebut

Ekosistem yang terkenan dampak kebakarn dikedua wilayah, Dengan


terbakarnya hutan menyebabkan kerusakan vegetasi, kerusakan tanah hutan,
kerusakan margasatwa dalam hal ini banyak satwa yang musnah, kerusakan
ekosistem, hilangnya keindahan alam.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya kebakaran hutan khususnya

 Terhadap flora dan fauna

Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan


alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol.
Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat Hilangnya sejumlah spesies; selain
membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup
sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan)
terancam punah akibat kebakaran hutan. Selain itu, kebakaran hutan dapat
mengakibatkan terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena
kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat
menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum
sempat dikenali/diteliti.

Beberapa dampak kebakaran tehadap hewan dan tumbuhan antara lain sebagai
berikut:

1) Ekosistem binatang

Kebakaran hutan akan mengakibatkan banyak binatang yang akan


kehilangan tempat tinggal yang digunakan untuk berlindung serta tempat untuk
mencarimakan. Dengan demikian, hewan yang tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan baru setelah terjadinya kebakaran tersebut akan mengalami penurunan
jumlah bahkan dapat mengalami kepunahan. Contoh dampak kebakaran hutan
bagi beberapa hewan antara lain sebagai berikut:

Ekosistem tumbuhan

Kehidupan tumbuhan berhubungan erat dengan hutan yang merupakan


tempat hidupnya. Kebakaran hutan dapat mengakibatkan berkurangnya vegetasi
tertentu.

6
Contoh dampak kebakaran hutan terhadap tumbuhan adalah sebagai berikut:

Tumbuhan tingkat tinggi (akar pohon, semak atau rumput)

Tumbuhan tingkat rendah (bakteri, cendawan dan Ganggang)

Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, sehingga


apabila terjadi hujan maka hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah,
sehingga mendapatkan energi pukulan hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan
oleh vegetasi penutup tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur
tanah.

2) Terhadap keanekaragaman hayati

Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragaman


hayati. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya
mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka,
sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah
hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai
daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit
diperhitungkan.

3) Terhadap mikroorganisme

Kebakaran hutan dapat membunuh organisme (makroorganisme dan


mikroorganisme) tanah yang bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah.
Makroorganisme tanah misalnya: cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi
dan drainase tanah, dan mikroorganisme tanah misalnya: mikorisa yang dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Ca, Mg, dan Fe akan terbunuh.
Selain itu, bakteri penambat (fiksasi) nitrogen pada bintil-bintil akar tumbuhan
Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi ntrogen akan menurun.
Mikroorganisme, seperti bakteri dekomposer yang ada pada lapisan serasah saat
kebakaran pasti akan mati. Dengan temperatur yang melebihi normal akan
membuat mikroorganisma mati, karena sebagian besar mikroorganisma tanah
memiliki adaptasi suhu yang sempit. Namun demikian, apabila mikroorganisme
tanah tersebut mampu bertahan hidup, maka ancaman berikutnya adalah
terjadinya perubahan iklim mikro yang juga dapat membunuhnya. Dengan
terbunuhnya mikroorganisme tanah dan dekomposer seperti telah dijelaskan di
atas, maka akan mengakibatkan proses humifikasi dan dekomposisi menjadi
terhenti.

4) Terhadap organisme dalam tanah

Kebakaran hutan biasanya menimbulkan dampak langsung terhadap kematian


populasi dan organisme tanah serta dampak yang lebih signifikan lagi yaitu

7
merusak habitat dari organisme itu sendiri. Perubahan suhu tanah dan hilangnya
lapisan serasah, juga bisa menyebabkan perubahan terhadap karakteristik habitat
dan iklim mikro. Kebakaran hutan menyebabkan bahan makanan untuk organisme
menjadi sedikit, kebanyakan organisme tanah mudah mati oleh api dan hal itu
dengan segera menyebabkan perubahan dalam habitat, hal ini kemungkinan
menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme yang sangat besar dalam
habitat. Efek negatif ini biasanya bersifat sementara dan populasi organisme tanah
akhirnya kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa tahun.

8
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyebab utama terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan adalah karena


aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh kejadian alam.
Proses kebakaran alami bisa terjadi karena sambaran petir, benturan longsuran
batu, sing- kapan batu bara, dan tumpukan srasahan.

Pada wilayah sumatra, terjadi kebakaran hutan yang disebabkan terjadinya


kekeringan dan gelombang panas yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan
dan semakin cepat merambatnya api yang begitu besar dikarenakan kondisi
lingkungan yang sangat panas yang mengakibatkan degredasi hutan dan tentunya
juga karena ada ulah dari manusia.

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:Menyebarkan


emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya
tanaman baik karena kebakaran, Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di
saat musim hujan dan kekeringan di saat musim kemarau, Kekeringan yang
ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai
dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil, Kekeringan juga akan
mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan
terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau, Musnahnya bahan
baku industri perkayuan, Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru, Asap yang ditimbulkan
menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain
pendidikan, agama dan ekonomi.

Cara mengatasi kebakarn hutan dengan memanggil mobil pemadam kebakaran


dan paku bumi.

Upaya Pencegahan Kebakaran Hutan dengan ;Melakukan penyuluhan


kepada masyarakat didaerah-daerah rawan kebakaran, Sosialisasi sistem
pembukaan lahan tanpa bakar, Pembentukan brigade kebakaran swakarsa di hutan
yang rawan kebakaran, Gelar regu dan peralatan pemadam kebakaran.

Untuk menanggulangi Kebakaran bisa dengan : Memberdayakan sejumlah


posko yang bertugas menanggulangi kebakaran hutan di semua tingkatan,
memindahkan segala macam sumber daya, memantapkan koordinasi antara
sesama instansi, dan bekerjasama dengan pihak luar.

Usaha usaha pemerintah untuk mencegah terjadinya kebakaran kembali


diantaranya: Memperingatkan warga sekitar hutan untuk tidak membakar rumput

9
atau puing-puing, memeriksa peraturan setempat tentang perjanjian dan
pembatasan larangan pembakaran, Melakukan aktivitas pembakaran minimal
dengan jarak yang telah ditentukan, Jangan melakukan aktifitas pembakaran
ketika cuaca berangin dan lain sebagainya.

Ekosistem yang terkenan dampak kebakarn dikedua wilayah, Dengan


terbakarnya hutan menyebabkan kerusakan vegetasi, kerusakan tanah hutan,
kerusakan margasatwa dalam hal ini banyak satwa yang musnah, kerusakan
ekosistem, hilangnya keindahan alam.

B. Saran

Kita sebagai manusia harus lebih bisa membuka kesadaran kita untuk
menjaga hutan agar tidak ada lagi kebakaran hutan yang terjadi, merawat dan
melestarikannya karena hutan adalah salah satu tempat tinggat untuk makhluk
hidup lainnya seperti hewan-hewan dan tumbuhan yang sudah langkah
keberadaannya.

10

Anda mungkin juga menyukai