Sayangnya, dalam beberapa kurun waktu terakhir, pengerukan sumber daya alam
secara besar-besaran semakin menjadi-jadi. Semakin lama, semakin tidak
mempertimbangkan dampak apa yang akan terjadi akibat ulah mereka tersebut.
Mulai dari perburuan satwa-satwa liar, maupun yang dilindungi, pengeboran minyak
bumi yang tidak bisa diperbarui, polusi dari asap pabrik dan kendaraan, penebangan
hutan secara liar, dan juga pembukaan lahan dengan cara membakar hutan.
Diantara kegiatan-kegiatan yang merusak alam tersebut, salah satu hal yang
menjadi masalah penting dan belum ditemukan solusinya adalah kegiatan
pembakaran hutan di Indonesia.
Indonesia yang terletak di daerah iklim tropis memiliki kawasan hutan yang masuk
dalam kelas kebakaran tingkat satu. Artinya, hutan di Indonesia termasuk jenis hutan
yang paling sulit untuk terbakar. Namun kenyataannya, peristiwa kebakaran hutan
seakan tidak bisa lepas dari negara ini setiap tahun.
Beberapa peristiwa terbakarnya hutan dalam skala besar pun pernah terjadi di
Indonesia. Sebagian besar memang dikarenakan kegiatan manusia, yaitu pada
tahun 1982-1983, 1987, 1991, 1994, dan tentunya kebakaran hutan 1997 yang
masuk dalam kebakaran hutan skala besar dan berdampak ke negara-negara
tetangga.
Daftar Isi
Tujuan dari pembakaran hutan secara besar-besaran yang terjadi di Sumatera dan
Kalimantan tersebut, adalah untuk kegiatan pembukaan lahan hutan.
Akan tetapi cara yang digunakan salah, yaitu menggunakan cara tradisional berupa
tebang bakar yang menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun.
Penyebab utama meluasnya kebakaran hutan pada tahun 1997 diduga akibat
pengaruh badai El-Nino yang menyebabkan musim di Indonesia mengalami
kemarau berkepanjangan.
Keringnya kawasan hutan berdampak pada mudahnya vegetasi hutan terbakar,
bahkan menyebabkan asap kebakaran menyebar hingga ke berbagai negara.
Pixabay
Kebakaran hutan tahun 1997 itu sendiri merupakan akumulasi dari serangkaian
aktivitas pembakaran dan penebangan hutan yang meningkat beberapa tahun
sebelumnya. Hal ini tidak lepas dari permintaan masyarakat akan kebutuhan produk
dari bahan kayu jati dan mahoni yang semakin tinggi.
Proses pemadaman yang coba dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan dibantu
negara-negara lain juga mengalami kesulitan. Kesulitan ini dikarenakan banyaknya
bara api yang tersisa setelah kebakaran dipadamkan. Sisa-sisa bara api yang tertiup
angin, sangatlah mudah memicu timbulnya kebakaran baru.
Total kerugian dari dampak kabut asap yang menyelimuti negara-negara lain
diperkirakan mencapai $4,47 miliar. Tentu, Indonesia menjadi salah satu negara
yang paling dirugikan.
Bahkan, pada tahun 2018, di hutan sepanjang pantai Malibu, California, Amerika
Serikat terjadi kebakaran yang menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang tercatat paling banyak mengalami
kebakaran hutan terbesar sepanjang sejarah sejak 1871 hingga tahun 2018.
Tentunya daftar tersebut hanya mencatat terbakarnya hutan pada zaman modern
saja dan tidak menyertakan kebakaran yang mungkin terjadi pada masa silam.
Kebakaran tersebut menimbulkan kerugian yang luar biasa besar, baik dari segi
lingkungan, maupun segi ekonomi. Sebab, tingkat kehancuran yang diakibatkan dari
suatu hutan yang terbakar sangatlah kompleks.
Tidak hanya sebatas itu, tentu kerugian dari segi sosial juga sangat perlu
diperhatikan. Terutama bagi warga yang terkena dampak langsung, seperti infeksi
saluran pernapasan, hingga warga yang rumahnya habis dilalap api.
1. Faktor Alam
Selain disebabkan oleh manusia, kebakaran kawasan hutan juga bisa terjadi secara
alami akibat serangkaian kejadian alam. Beberapa faktor yang menyebabkan
kebakaran di hutan alami, antara lain:
Akibat terkena sambaran petir. Satu atau beberapa pohon dapat terbakar
akibat tersambar petir dan menyebabkan kebakaran hutan secara meluas,
terutama apabila didukung oleh cuaca yang kering dan memiliki suhu area
yang tinggi.
Letusan gunung berapi juga dapat menyebabkan kebakaran lahan hutan,
terutama kebakaran pada pepohonan yang terkena abu vulkanis dan aliran
lahar yang sangat panas.
Musim kemarau yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan hutan
terbakar, terutama jika suhu pada musim kemarau sangat tinggi. Kebakaran
yang terjadi pada lahan gambut sering disebut dengan istilah Ground Fire.
Kebakaran kawasan hutan yang disebabkan oleh fenomena alam sangat sulit untuk
diprediksi dan dapat terjadi secara tiba-tiba, terutama di area hutan dataran tinggi
dan juga kawasan gunung berapi.
2. Faktor Manusia
Selanjutnya, pada kasus kebakaran hutan yang disebabkan ulah manusia, antara
lain disebabkan oleh faktor berikut:
Oleh karena itu, baik faktor yang berasal dari alam maupun manusia, sebaiknya
harus dicegah dan ditanggulangi dengan baik. Pembuatan rencana yang matang
guna menghadapi hutan yang terbakar harus disusun. Mulai dari rencana evakuasi
warga, satwa, maupun merencanakan strategi pemadaman yang tepat guna
mencegah kebakaran meluas.
Beberapa dampak kebakaran kawasan hutan yang sangat mungkin terjadi, antara
lain:
Namun perlu diingat, bahwa menyelamatkan diri dan keluarga merupakan prioritas
yang paling utama pada saat kebakaaran hutan terjadi. Terutama, apabila di lokasi
sekitar terjadinya kebakaran tidak tersedia sumber air dan peralatan penyelamatan
yang lengkap.
Beberapa tindakan pencegahan bisa dilakukan demi menjaga hutan dan juga
penduduk sekitar tetap aman. Tindakan pencegahan dan penanggulangan hutan
terbakar yang dapat dilakukan, yaitu:
Selain itu, belajar dari sejarah juga diperlukan. Harapannya adalah, kita akan lebih
waspada dan tidak memandang sebelah mata terkait peristiwa kebakaran hutan.
Sehingga dapat menyiapkan tindakan-tindakan pencegahan yang lebih matang,
guna menghindari berulangnya peristiwa hutan terbakar yang bisa saja terjadi.
Jika tindakan-tindakan diatas dilakukan, tentu akan memperbaiki kondisi hutan yang
rusak akibat kebakaran yang terjadi. Meskipun cara tersebut memakan waktu yang
tidak sebentar, yaitu sekitar 10-15 tahun sampai pohon-pohon tersebut menjadi
rindang kembali.