PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
penanggulangan dinilai masih cukup kurang bahkan tidak ada rasa kepedulian
sama sekali. Walaupun sudah ditetapkan peraturan dan perundangan tentang
kehutanan (undang-undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 Tentang
kehutanan) tetap saja masyarakat belum mengetahui isi keseluruhan peraturan
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dicantumkan pada
makalahini
adalah sebagai berikut :
2.1 Apa Penyebab Kebakaran Hutan
2.2 Apa Dampak Kebakaran Hutan
2.3 Apa Contoh Daerah yang Terkena Kebakaran Hutan
2.4 Foto-foto Kebakaran Hutan
2.5 Apa Solusi / Pencegahan agar kebakaran bisa di hindari dan kalau terjadi
bisa diatasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah
hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namunkarena
posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka
tidakseluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang
pernahmenimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan
berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih baik buruk dengan
meluasnya kebakaran hutan dan asap yangditimbulkannya.
2. Faktor Ulah Tangan Dan Kecerobohan Manusia
4
d. Kecerobohan dengan merokok dan membuang puntung rokok di
hutan.Sikap waspada di hutan dengan tidak menyalakan sumber api
sembarangansangat di perlukan, karena menghindari terjadinya sambaran
api dari sumber api kededaunan atau kayu kering yang ada dihutan.
5
d. Ancaman erosiKebakaran yang terjadi di lereng-lereng pegunungan
ataupun di dataran tinggi akanmemusnahkan sejumlah tanaman yang juga
berfungsi menahan laju tanah pada lapisanatas untuk tidak terjadi erosi.
Pada saat hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaanakar tanah -
akibat terbakar - sebagai pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa
oleh hujan ke bawah yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan
bukan hanya erosi tetapi juga longsor.
e. Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan.Hutan sebelum
terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi. Sebagai catch mentarea,
penyaring karbon dioksida maupun sebagai mata rantai dari suatu
ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet bumi.
Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut juga hilang
dan karbondioksida tidak lagi disaring namun melayang-layang diudara.
Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat terserap dengan
baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang telah terbakar
tersebut.
6
h. Terganggunya ekosistem terumbu karang.
Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih disebabkan faktor asap.
Tebalnyaasap menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya
lautan. Pada akhirnya hal iniakan membuat terumbu karang dan beberapa
spesies lainnya menjadi sedikit terhalanguntuk melakukan fotosintesa.
i. Sedimentasi di aliran sungai
Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di
bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai
bersangkutan akibat erosis yangterus menerus.
7
c. Peningkatan jumlah hama,
Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan aktivitasnya
mengganggu proses produksi manusia. Bila tidak “mencampuri” urusan
produksi manusia maka ia akan tetap menjadi spesies sebagaimana spesies
yang lain. Sejumlah spesies yang potensial untuk menjadi hama tersebut
selama ini berada di hutan dan melakukan interaksidengan lingkungannya
membentuk rantai kehidupan. Kebakaran yang terjadi justru memaksanya
terlempar dari rantai ekosistem tersebut. Dan dalam beberapa kasus
‘ia’masuk dalam komunitas manusia dan berubah fungsi menjadi hama
dengan merusak proses produksi manusia yang ia tumpangi atau dilaluinya
d. Hama
Hama itu sendiri tidak harus berbentuk kecil. Gajah dan beberapa binatang
bertubuh besar lainnya ‘harus’ memporak porandakan kawasan yang
dilaluinya dalam upayamenyelamatkan diri dan dalam upaya menemukan
habitat barunya karena habitat lamanyatelah musnah terbakar.
e. Terganggunya kesehatan masyarakat (karena asapnya).
Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama
munculnya penyakitISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan. Gejalanya bisa
ditandai dengan rasa sesak di dadadan mata agak berair. Untuk Riau kasus
yang paling sering terjadi menimpa di daerahKerinci, Kabupaten
Pelalawan (dulu Kabupaten Kampar) dan bahkan di Pekanbaru
sendirilebih dari 200 orang harus dirawat di rumah sakit akibat asap
tersebut.F.
f. Produktivitas masyarakat menurun
Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita
bisa keluardengan menggunakan masker tetapi sinar matahari dipagi hari
tidak mampu menembusketebalan asap yang ada. Secara otomatis waktu
kerja seseorangpun berkurang karena iaharus menunggu sedikit lama agar
matahari mampu memberikan sinar terangnya.Ketebalan asap juga
8
memaksa orang menggunakan masker yang sedikit banyakmengganggu
aktivitasnya sehari-hari.G.
g. Menurunnya devisa negara.
Turunnya produktivitas secara otomatis mempengaruhi perekonomian
mikro yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan negara.
9
2.3 Daerah Yang Terkena Kebakaran Hutan Provinsi Di Indonesia Tahun
2016-2021
6 DKI Jakarta - - - - - -
10
No PROVINSI 2016 2017 2018 2019 2020 2021
11
No PROVINSI 2016 2017 2018 2019 2020 2021
12
2.4 Foto-Foto Kebakaran Hutan
13
b. Memperkecil jumlah titik api
Suatu kebakaran dapat terjadi karena adanya titik api yang di area hutan.
Dengan adaya gasoksigen dan alat yang mudah
terbakarmembantuberkembangnya api. Api yang bermula hanyatitik atau
berupa sumberdengan adanya faktor pendukung maka terjadilah kobaran
api yang besar.
c. Mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system)
Pemberitahuan kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinnya
kebakaran hutan,atau untuk mencegah agar tidak terjadi kebakaran hutan
perlu diberikan peringatan dan aturan-aturan yang berkaitan dengan
penyebab kebakaran hutan dan dampak bagi masyarakat sekitar.
d. Membangun satuan-satuan pemadam kebakaran hutan (brigade kebakaran)
di tiap daerahyang rawan gangguan kebakaran hutan dengan dukungan
dana, sarana dan prasarana yang memadai.
14
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara
lain(Soemarsono, 1997):
1. Memantapkan dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran Hutan dan
Lembaga nonstruktural berupa Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan
Satlak serta Brigade-brigade pemadam kebakaran hutan di masing-masing
HPH dan HTI;
2. Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan;
3. Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam
kebakaran hutan;
4. Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat
pemerintah, tenagaBUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat
sekitar hutan;
5. Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian
kebakaran hutan;
6. Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan
Transmigrasi),Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan
dan Menteri NegaraLingkungan Hidup;
7. Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non
kehutanan,selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.
15
Disamping melakukan pencegahan, pemerintah juga melakukan penanggulangan
melalui berbagai kegiatan sebagaimana termaktub dalam Peraturan Menteri Kehut
anan Nomor:P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan antara
lain (Soemarsono,1997):
1. Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta
melakukan pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama
siaga I dan II.
2. Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua
tingkatan, baik di jajaran Depertemen Kehutanan maupun instansi lainnya,
maupun perusahaan- perusahaan.
3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat melalui
PUSDALKARHUTNAS dan di tingkat daerah melalui
PUSDALKARHUTDA Tk I dan SATLAK kebakaran hutan dan lahan.
Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain:
pasukan BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan
Kalbar;Bantuan pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk keba
karan di Lampung;Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari negara-
negara Asean, Korea Selatan,Cina dan lain-lain.
Upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan selama ini
ternyata belum memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus
terjadi padasetiap musim kemarau. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain.
1. Kemiskinan dan ketidak adilan bagi masyarakat pinggiran atau dalam
kawasan hutan.
2. Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran masih
rendah.
16
3. Kemampuan aparatur pemerintah khususnya untuk koordinasi,
memberikan penyuluhan untuk kesadaran masyarakat, dan melakukan
upaya pemadaman kebakaransemak belukar dan hutan masih rendah.
4. Upaya pendidikan baik formal maupun informal untuk penanggulangan
kebakaran hutan belum memadai
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya karena
didalamnyaterkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah,
sumber hasil hutankayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya.
18
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
19