DISUSUN OLEH:
untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani dan rekreasi. Kerugian lainnya berupa
kerugian ekologis yaitu berkurangnya luas wilayah hutan, tidak tersedianya udara bersih yang
dihasilkan vegetasi hutan serta hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pencegah
terjadinya erosi. Kebakaran hutan juga menimbulkan dampak global yang dapat langsung
dirasakan oleh masyarakat negara tetangga, serta meluas hingga mancanegara. Peristiwa
kebakaran hutan yang baru saja terjadi dan masih hangat sebagai pemberitaan media di
Indonesia terjadi pada beberapa bulan lalu, tepatnya pada bulan maret tahun 2014 yang
berlokasi di Provinsi Riau. Peristiwa tersebut menghasilkan asap yang juga dirasakan oleh
masyarakat disekitar Provinsi Riau, Malaysia, hingga Singapura yang dapat mengancam
terganggunya hubungan transportasi udara antar negara serta berkurangnya kualitas aspek
keselamatan dan kesehatan pada berbagai wilayah tersebut.
(a) Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan
lupa mematikan api di perkemahan;
(b) Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme; dan
(c) Tindakan manusia merusak alam ini yang menimbulkan efek pemanasan global dan
cuaca ekstrim sebagai salah satu faktor pendorong kebakaran hutan.
Berdasarkan kedua faktor penyebab kebakaran hutan diatas, sebagai warga
masyarakat, khususnya di negara Republik Indonesia ini hendaknya dapat melakukan
berbagai kajian analisis dari kemungkinan penyebab, resiko bencana, kegiatan pra-bencana
(pre-disaster), kegiatan tanggap bencana (disaster response), serta kegiatan pasca bencana
(post disaster). Sehingga dapat terwujud bentuk kesehatan, keselamatan, dan keamanan
bersama dalam kondisi geografi Indonesia yang unik ini.
C. RESIKO TERJADINYA BENCANA KEBAKARAN HUTAN
Kebakaran hutan dapat menimbulkan dampak yang luar biasa dasi berbagai aspek
sektor tinjauan, seperti aspek ekonomi, sosial, keselamatan, keamanan, dan lingkungan.
Berbagai resiko yang dapat diperkirakan terjadi pasca bencana ini melanda, dapat
menimulakan berbagai aspek resiko sebagai berikut :
(1) Hilangnya mata pencaharian warga yang menggantungkan hidupnya dari hasil
hutan/lahan;
(2) Aktivitas sehari-hari terganggu, karena mengurangi kegiatan di luar ruangan;
(3) Produktivitas kerja menurun. Walau bisa keluar rumah dengan memakai masker untuk
menyaring asap dan debu, tapi waktu kerja berkurang;
(4) Matinya aneka jenis tumbuh-tumbuhan dan satwa karena terbakar atau terjebak asap dan
api;
(5) Rawan longsor karena tumbuhan yang berfungsi penahan laju tanah pada lapisan atas
lereng pegunungan / dataran tinggi terbakar;
(6) Mengganggu hubungan antar negara. Kebakaran hutan di Indonesia tak hanya
merugikan penduduk dan pemerintah Indonesia, tapi juga ke negara tetangga (Singapura,
Malaysia, Brunei);
(7) Mengganggu transportasi udara. Tebalnya asap mengganggu transportasi udara. Pesawat
terbang tak bisa mendarat karena landasan lapangan udara tertutup asap tebal;
(8) Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer;
Mitigasi Bencana Alam
(h) Simpan senter dan radio portabel untuk mengantisipasi mati listrik;
(i) Tidak membuang puntung rokok sembarangan;
(j) Berladang secara bergiliran dan senantiasa dipantau; dan
(k) Peladang hanya membakar lahan yang benar-benar kering.
(6) Menentukan tingkat siaga dan tindakan pengendalian kebakaran hutan/lahan seperti pada
tingkatan berikut :
(a) NORMAL
Memastikan semua peralatan pemadam siap digunakan.
Pelaksanaan program penyadaran untuk pencegahan kebakaran hutan/lahan.
Melakukan kegiatan pelatihan penyegaran untuk staf pemadam kebakaran.
Memonitor, mengevaluasi dan mengelola seluruh informasi dan laporan mengenai
kebakaran hutan dari kabupaten/kota.
(b) SIAGA III
Patroli / deteksi taktis bila diperlukan, tergantung pada kondisi lokal.
Memastikan semua peralatan dan personil pemadam siap digunakan.
Melaksanakan sosialisasi / kampanye /penyuluhan pada daerah rawan kebakaran
hutan/lahan.
Mempersiapkan posko kebakaran hutan dan lahan serta menyebarluaskan nomor
telepon, faksimili dan daftar nama petugas (koordinator) yang dapat dihubungi di
masing-masing daerah.
(c) SIAGA II
Melakukan patroli dan deteksi lapangan minimal 5 kali per minggu.
Meningkatkan jumlah peralatan pemadam kebakaran dan personil yang ditugaskan
di lokasi kebakaran.
Memfokuskan program pencegahan kebakaran pada daerah yang memiliki tingkat
resiko kebakaran tertinggi.
Melakukan sosialisasi kampanye/penyuluhan/penyebarluasan informasi bahaya
kebakaran hutan dan lahan melalui media cetak dan media elektronik.
Melakukan koordinasi dan pemadaman hutan/lahan secara terpadu.
(d) SIAGA I
Melakukan Patroli / deteksi lapangan setiap hari per minggu.
Menyaiagakan posko kebakaran hutan dan lahan selama 24 jam per hari.
Melakukan pemadaman kebakaran hutan menggunakan seluruh peralatan dan
personil.
Mengerahkan seluruh personil, staf pendukung dan melibatkan masyarakat.
Meningkatkan koordinasi dan mobilitas seluruh sumber daya secara terpadu.
Pemimpin daerah mengeluarkan larangan pembakaran saat penyiapan lahan.
Kegiatan Pra-Bencana (Pre-Disaster) tersebut dapat dilakukan baik secara bertahap
maupun secara serentak. Sehingga dapat terwujud berbagai program dan kegiatan
penanggulangan bencana kebakaran hutan, setidaknya dapat mengurangi korban yang ada.
E. KEGIATAN TANGGAP BENCANA (DISASTER RESPONSE)
Setelah dilakukan berbagai kegiatan Pra-Bencana (Pre-Disaster) seperti yang telah
disebutkan di atas, diharapkan dapat meminimalkan dampak yang terjadi pada saat benarbenar / ketika terjadi bencana. Kegiatan yang dapat dilaksanakan pada saat terjadi bencana
kebakaran hutan merupakan suatu bentuk kegiatan Tanggap Bencana (Disaster Response).
Adapun beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada saat terjadi bencana kebakaran hutan,
sebagai berikut :
(1) Tindakan Warga Mengamankan Rumah Sesaat Kebakaran Hutan
Pelaksanaan tindakan tersebut dapat dilakukan dengan standar sebagai berikut :
(a) Gunakan masker bila udara telah berasap;
(b) Mengatur lokasi tumpukan kayu cukup jauh dari rumah;
(c) Tutup spasi-spasi di bawah pintu dengan handuk/selimut basah;
(d) Tinggal di dalam rumah;
(e) Hidupkan air conditioner;
(f) Hindari menumpuk potongan pohon, rumput dan sejenisnya di belakang rumah,
kebun, serta semak-semak;
(g) Pastikan selang air kebun cukup panjang dan mencapai pinggir jalan;
(h) Tanam jenis pohon yang tidak mudah terbakar;
(i) Bila mampu, belilah pompa air yang mudah dibawa untuk menyedot air dari kolam
atau tangki air;
(j) Pahami cara menghubungi unit pemadam kebakaran terdekat;
(k) Pastikan alat pemadam api berfungsi dengan baik; dan
tindakan
umum
ini
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
bentuk
dapat diperoleh hasil penanganan yang optimal dan dapat mengurangi jumlah korban jiwa,
serta kerugian dari berbagai aspek lainnya.
F. KEGIATAN PASCA BENCANA (POST DISASTER)
Setelah kegiatan Tanggap Bencana (Disaster Renpons) dilaksanakan secara baik, dan
bencana sudah berangsur-angsur pulih. Maka dilakukan tindakan kegiatan Pasca Bencana
(Post Disaster) yang digunakan sebagai ajang atau media pemulihan dampak yang
ditimbulkan dari kebakaran hutan tersebut. Adapun beberapa kegiatan Pasca Bencana (Post
Disaster) yang dapat dilakukan secbagai berikut :
(1) Menginventarisasi kerugian;
(2) Menganalisis program pemulihan akibat dampak kebakaran hutan; dan
(3) Menginventarisasi penyakit yang belum sembuh dan memerlukan perawatan, pengobatan
dan pengamatan terus menerus.
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Pasca Bencana (Post Disaster) dilakukan
dengan baik, optimum, dan tepat sasaran. Diharapkan dapat terwujudnya pemulihan dampak
bencana kepada kondisi normal sebelum bencana terjadi, sehinga efek bencana kebakaran
hutan yang dirasakan oleh berbagai pihak dapat secara perlahan normal seperti biasanya.
Terlebih kondisi tersebut dapat menimbulkan dampak yang lebih positif terhadap wilayah
yang mengalami bencana tersebut.
G. KESIMPULAN
Terjadinya bencana kebakaran hutan tentunya tidak secara baik dapat diterima oleh
masyarakat luas. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan antisipasi atau
kegiatan Pra-Bencana (Pre-Disaster), kegiatan pada saat terjadi bencana atau Tanggap
Bencana (Disaster Response), dan kegiatan setelah terjadi bencana atau Pasca Bencana (Post
Disaster)
serta
kegiatan
pemulihan,
masing-masing
komponen
kegiatan
tersebut
membutuhkan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak serta masyarakat itu sendiri.
Dukungan yang diharapkan dari berbagai pihak tersebut dapat secara optimal didukung dan
secara tepat sasaran menjurus kepada permasalahan dan kendala yang terjadi dilapangan
terkait bencana kebakaran hutan tersebut. Peran serta masyarakat juga sangat penting untuk
menunjang kepekaan pada saat sikap antisipasi, penganggulangan, serta pemulihan, sehingga
dapat tercapai keselamatan dan keamanan bersama.