A. Pendahuluan
Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menjadi
masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberkulosis paru dimulai dari
tuberkulosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis
(Naga, 2012).
Kejadian kasus tuberkulosis paru yang tinggi paling banyak terjadi pada
kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi lemah. Meningkatnya kasus
penyakit ini dari tahun ke tahun, dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi pada
manusia yang dengan tingkat pertahanannya lemah. Basil TB paru ini menyukai
lingkungan yang kotor, lingkungan masih buruk dan kotoran yang terdapat
disekitar rumah dan lantai, keadaan yang seperti ini lah kuman/basil TB paru bisa
subur, dengan demikian orang akan terkena penyakit TB paru (Naga, 2012).
kepadatan kamar tidur, ada hubungan jendela kamar tidur, ada hubungan ventilasi
dengan kejadian TB paru. Berdasarkan survei pendahuluan peneliti menemukan
data dari rekamedis Puskesmas Ngemplak Boyolali jumlah pasien TB paru pada
awal Januari 2014 sampai dengan oktober 2014 memiliki 20 kasus TB paru
(Mayang sari dan Komelia, 2013).
Hasil penelitian lain mengemukakan bahwa 64,6% rumah memiliki ventilasi
yang tidak memenuhi syarat kesehatan mengalami kejadian tuberculosis
(Fitriyani, 2012). Penyakit tuberkulosis paru ditularkan melalui udara saat seorang
penderita TB paru batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut
terhirup oleh orang lain saat bernafas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara
saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberculosis tersembur dan terhisap
kedalam paru-paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan (Widoyono,
2008).
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu 2014 bahwa kasus TB paru
tertinggi adalah Puskesmas Sidomulyo dengan prevalensi 0,64%, kasus TB paru
kedua di Puskesmas Pasar Ikan dengan prevalensi 0,51%, sedangkan Puskesmas
Sukamerindu urutan ketiga dengan prevalensi 0,18% (Dinkes kota Bengkulu,
2014). Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu 2014 bahwa prevalensi TB
paru tertinggi pertama adalah Puskesmas Sidomulyo dengan prevalensi 0,64%,
Prevalensi TB paru kedua di Puskesmas Pasar Ikan dengan prevalensi 0,51%,
sedangkan Puskesmas Sukamerindu urutan ketiga dengan prevalensi 0,18%
(Dinkes kota Bengkulu, 2014). Berdasarkan Laporan Data Puskesmas
Sukamerindu, memiliki kasus tertinggi urutan ke tiga dari 20 Puskesmas yang ada
di Kota Bengkulu dengan jumlah kasus TB paru pada tahun 2014 sebanyak 48
kasus TB paru, pada tahun 2015 terdapat 41 kasus TB paru, diantaranya terdapat
17 orang TB paru BTA (+) (Puskesmas Sukamerindu, 2015).
Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada tanggal 31 Maret-20
April 2016 terdapat 16 pasien yang berobat di wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu. Dari 16 pasien tersebut terdapat 8 pasien penderita
TB paru dan 8 pasien tidak menderita TB paru. Ada 12 rumah yang ventilasinya
tidak memenuhi syarat dan 4 rumah sudah memenuhi syarat.Ada juga 10 rumah
yang kepadatan hunian nya tidak memenuhi syarat dan 6 rumah yang telah
memenuhi syarat.
Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan
Ventilasi dan Kepadatan Hunian dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Sukamerindukota Bengkulu?. Tujuan Penelitian ini adalah Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari hubungan ventilasi dan kepadatan hunian dengan
kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu Kota bengkulu. Penelitian dilakukan pada tanggal 4 bulan Juni
2016. Jenis penelitianini yaitu penelitian survei analitik. Desain dalam penelitian
ini dengan menggunakan perancangan Case Control. Populasi di dalam penelitian
ini terdiri dari populasi kasus yaitu seluruh pasien usia 19-59 tahun yang
menderita TB paru yang berobat ke Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
tahun 2015 sebanyak 15 orang dan sampel kontrol yaitu seluruh pasien usia 19-59
tahun yang bukan menderita TB paru yang berobat di Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu tahun 2015 sebanyak 15 orang dari 786 orang pengunjung. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive
Sampling. Data primer diperoleh dari kuesioner yang diberikan langsung kepada
responden. Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan laporan tahunan
kunjungan pasien penderita TB paru dan tidak penderita TB paru di wilayah Kerja
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Analisis data dilakukan secara univariat
dan bivariat. Analisis Univariat ini digunakan untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi dan proporsi dari variabel bebas (Jenis Kelamin dan Perokok) dengan
terikat (kejadian TB paru) di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Analisis
bivariat untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat yang
menggunakan uji statistik Chi-Square (2). Untuk mengetahui keeratan
hubungannya digunakan uji Risk Estimate untuk melihat nilai Odd Ratio (OR).
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan
proporsi dari variabel kepadatan hunian dan kejadian TB Paru Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Ventilasi pada Pasien yang Berobat di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu.
No
1
2
Ventilasi
Tidak memenuhi syarat
Memenuhi syarat
Jumlah
Frekuensi
19
11
Persentase (%)
63,3
36,7
30
100,0
Dari tabel 1 di atas diketahui dari 30 ventilasi rumah responden yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu, 19 responden(63,3%)
yang memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat dan 11 responden (36,7%) yang
memiliki ventilasi memenuhi syarat.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian pada Pasien yang Berobat di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu
No
1
2
Kepadatan Hunian
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak memenuhi syarat
17
56,7
Memenuhi syarat
13
43,3
Jumlah
30
100,0
Dari tabel 3 di atas diketahui dari 30 yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu, terdapat 17 responden (56,7%) yang kepadatan
hunian tidak memenuhi syarat, 13 responden (43,3%) yang kepadatan hunian
memenuhi syarat.
Tabel 3
Kejadian TB Paru
TB Paru
Tidak TB Paru
Jumlah
Frekuensi
15
15
30
Persentase (%)
50,0
50,0
100,0
Ventilasi
Tidak
memenuhi
syarat
Memenuhi syarat
Total
Kejadian TB Paru
Tidak TB
TB Paru
Paru
Total
13
19
2
15
9
15
11
30
OR
5,167
0,023
0,432
7,429
Tabel 5
Hubungan Kepadatan Hunian dengan kejadian TB Paru pada Pasien yang Berobat
ke Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
Kejadian TB Paru
Kepadatan
OR
p
C
Tidak TB Total
TB Paru
Hunian
Paru
Tidak
memenuhi
12
5
17
syarat
4,887
0,027
0,426
8,000
Memenuhi
3
10
13
syarat
Total
15
15
30
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 15 responden yang
menderita TB Paru, ada 12 responden yang memiliki kepadatan hunian tidak
memenuhi syarat dan 3 responden yang memiliki kepadatan hunian yang
memenuhi syarat. Dari 15 responden yang tidak menderita TB Paru ada 5
responden yang memiliki kepadatan hunian tidak memenuhi syarat, dan 10
responden yang memiliki kepadatan hunian memenuhi syarat.
Untuk mengetahui hubungan kepadatan hunian dengan kejadian TB Parudi
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu digunakan uji Chi-Square(). Dari hasil
uji Chi-Squarediperoleh nilai Continuity Correction=4,887 dan nilai p= 0,027.
Karena p=0,027<0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Hasil uji contingency coefficient di
dapat nilai C= 0,426 dengan p= 0,027<0,05 berarti signifikan. Nilai C= 0,426
tersebut dibandingkan dengan nilai Cmax= 0,707. Karena nilai C tidak jauh dengan
nilai Cmax= 0,707 maka kategori hubungan nya sedang.Hasil uji risk estimate
didapat nilai OR=8,000 yang artinya orang yang tinggal di rumah yang kepadatan
huniannya tidak memenuhi syarat berisiko sebanyak 8,000 kali lipat jika
dibandingkan dengan responden yang memiliki kepadatan hunian yang memenuhi
syarat.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden yang memiliki ventilasi yang
tidak memenuhi syarat, terdapat 6 responden tidak menderita kejadian TB Paru.
Hal ini dikarenakan tidak ada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah
dan jumlah kepadatan hunian memenuhi syarat.
Dari 11 responden yang memiliki ventilasi yang memenuhi syarat terdapat 2
responden menderita kejadian TB paru. Hal ini dikarenakan jumlah penghuni
rumah tidak memenuhi syarat.
Dari hasil uji Chi-square menyatakan ada hubungan yang signifikan antara
Ventilasi dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.
Artinya ventilasi rumah memenuhi syarat maka semakin rendah kejadian TB Paru
di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Dan sebaliknya ventilasi rumah yang
tidak memenuhi syarat maka semakin tinggi kejadian TB Paru di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayang &
Kornelia (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan kepadatan hunian dengan
kejadian TB paru.
Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan
jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal. Persyaratan kepadatan hunian
untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m2 per orang. Luas minimum
per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yag
tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 8 m/orang. Untuk kamar tidur
diperlukan minimum 2 orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni >2 orang,
kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota
keluarga menjadi penderita tuberkulosis paru sebaiknya tidak tidur dengan
anggota keluarga lainnya (Lubis, 2009).
E. Kesimpulan
1. Dari 30 orang yang menjadi responden, terdapat 15 orang responden (63,3%)
yang mempunyai ventilasi tidak memenuhi syarat.
2. Dari 30 orang yang menjadi responden , terdapat 15 orang responden (56,7%)
mempunyai kepadatan hunian tidak memenuhi syarat.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara ventilasi dengan kejadian
Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu dengan
kategori sedang. Dan dengan nilai OR = 7,429.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian dengan kejadian
Tuberculosis Paru di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu dengan kategori
sedang. Dan dengan nilai OR = 8,000.
Daftar Pustaka
Dinkes Kota Bengkulu. (2014). Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2014.
Bengkulu: Dinkes Kota Bengkulu.
Kemenkes RI. (2012). Pedoman Pelaksanaan Hari TB Sedunia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
____________. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
____________. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Lubis, P. (2009). Perumahan Sehat. Jakarta: Pusdiklat Depkes RI.
Mayangsari, AH & Kornelia, K. (2013). Faktor Lingkungan Fisik Rumah yang
Berhubungan dengan Kejadian TB Paru. Jurnal Ilmu Kesehatan Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
Naga, S. S. (2012). Buku Panduan Lengkap Penyakit Dalam. Bangun Tapan
Jogjakarta: Driva Press.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Puskesmas Sukamerindu. (2014). Laporan Tahunan Puskesmas Sukamerindu.
Bengkulu: Puskesmas Sukamerindu.
Suyono & Budiman. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks
Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC
WHO. (2014). Global Tuberkulosis Report. Geneva.