Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) MENIERE

Di susun Oleh
JENGSELPIAN
NPM. 1426010027

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kiata panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena
atas rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah kasus
ini. Di dalam makalah kasus ini penulis sudah berupaya semampunya,
namun apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun
bahasanya, penulis mengharapkan adanya masukan maupun saran
perbaikan dan kesempurnaan makalah kasus ini. Dalam hal ini penulis
mengambil

judul

penyakit

ASUHAN

KEPERAWATAN

(ASKEP)

MENIERE.
penulis makalah kasus ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, baik
moral maupun material dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam makalah kasus ini.
Semoga bermanfaat.. amiin
Bengkulu, Januari 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................

ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar belakang............................................................................
Rumusan masalah......................................................................
Tujuan penulisan.........................................................................
Manfaat penulisan.......................................................................

1
1
2
2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A.
B.
C.
D.
E.
F.

Definisi........................................................................................ 3
Etiologi........................................................................................ 4
Manifestasi Klinis........................................................................ 6
Patofisiologi................................................................................. 8
Penatalaksanaan ....................................................................... 9
Asuhan Keperawatan ................................................................ 11

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 20
B. Saran........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari
Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang
diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah
suatu penyakit pada telinga bagian dalam yang bisa mempengaruhi
pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan
berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang,
biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan
volume dan tekanan dari endolimph pada telinga dalam.
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari
100.000 orang di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan
penderita adalah yang berumur 40 tahun keatas dan tidak ada
perbedaan yang berarti antara antara jumlah penderita pria dan wanita.
Prevalensi penyakit Meniere di beberapa negara berbeda-beda, di
Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000 penduduk, di Jepang
terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita dari
100.000 penduduk terdapat di Italia.
Kelompok akan berusaha menjelaskan tentang sindrom meniere
beserta asuhan keperawatan yang diharapkan dapat berguna untuk
mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
Apa konsep teori dari Sindrom Meniere dan bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan Sindrom Meniere?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada
klien dengan sindrom meniere.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari sindrom meniere
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari sindrom meniere
c. Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari sindrom
meniere
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari sindrom
meniere
e. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari sindrom
meniere
f. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari
sindrom meniere, meliputi:
1) Pengkajian
2) Diagnosa Keperawatan
3) Intervensi keperawatan
4) WOC
D. Manfaat
Dengan adanya

makalah

ini,

diharapkan

mahasiswa

mampu

memahami asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom meniere,


serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari
Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang
diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah
suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi
pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan
berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang
ssecara progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan
oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga
dalam.
Endolimph atau cairan Scarpa adalah cairan yang berada di
dalam labirin telinga dalam. Kation utama yang berada di cairan
ekstraselular ini adalah kalium. Ion yang terdapat di dalam endolimfe
lebih

banyak

dari perilimfe.

Sedangkan

perilimfe adalah

cairan

ekstraseluler yang terletak di koklea, tepatnya pada bagian skala


timpani dan skala

vestibuli.

pada plasma dan cairan

Komposisi

ionik

serebrospinal.

perimlife

Kation

seperti

terbanyak

adalah natrium. Perilimfe dan endolimfe memiliki komposisi ionik yang


unik yang sesuai untuk menjalankan fungsinya yaitu mengatur
rangsangan elektrokimiawi dari sel-sel rambut di indera pendengaran.
Potensoal listrik dari endolimfe ~80-90 mV lebih positif dari perilimfe.
Canalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran), merupakan
suatu struktur yang terdiri dari 3 buah saluran setengah lingkaran yang
tersusun menjadi satu kesatuan dengan posisi yang berlainan, yaitu:
canalis

semisirkularis

horizontal,

canalis

semisirkularis

vertikal

superior, canalis semisirkularis vertikal posterior. Masing-masing


canalis semisirkularis berisi cairan endolympha dan pada salah satu
ujungnya

yang

membesar

disebut

ampula,

berisi

reseptor

keseimbangan yang disebut cristac ampularis. Masing-masing cristac

terdiri dari sel-sel bercillia dan sel-sel penyangga yang keseluruhannya


ditutupi

oleh

suatu

selaput

yang

disebut

cupula.

Karena

kelembamannya, maka endolymph yang terdapat di dalam canalis


semisirkularis akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah
putaran. Aliran endolymph akan mendorong cupula melengkungkan
cillia-cillia dari sel-sel rambut, dengan demikian maka sel bercillia
tersebut terangsang dan merubahnya menjadi impuls sensori yang
untuk selanjutnya ditransmisikan ke pusat keseimbangan di otak.
Canalis semisirkularis merupakan organ keseimbangan dinamis yaitu
memberikan respons terhadap pemutaran tubuh.
B. Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum
diketahui secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang
berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini
disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe
yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana
jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan
dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai
saat ini belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai
penyebab terjadinya hidrops, antara lain :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi
penimbunan endolimfa
5. Infeksi telinga tengah
6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas
7. Trauma kepala
8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan

10. Infeksi virus golongan herpesviridae


11. Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat
mencetuskan penyakit Meniere:
1. Virus Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah
ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus
herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah
dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus
terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan
seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.
2. Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai
orang tua yang menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi
herediter

dianggap

mempunyai

hubungan

dengan

kelainan

anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem


imunnya.
3. Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya
mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi
dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :
1) Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari
mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi
terhadap makanan tertentu.
2) Kompleks

antigen-antibodi

mungkin

menggangu

dari

kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus


3) Ada

hubungan

antara

alergi

dan

infeksi

menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus

virus

yang

4. Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat
menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini
diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat
fraktur tulang temporal.
5. Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops
endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini
dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun
2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe
pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere.
Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi
imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat
penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner
yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa
pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga
penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada
tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita
penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan
autoimun

darah

seperti

Rheumatoid

factor,

Antibodi

antiphospholipid dan Anti Sjoegren.


C. Manifestasi Klinis
Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya
periode aktif/serangan yang bervariasi lamanya yang diselingi dengan
periode remisi yang lebih panjang dan juga bervariasi lamanya. Pola
serangan dan remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun
gejala berkurang setelah beberapa tahun. Pada saat serangan
biasanya terdapat trias Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan gangguan
pendengaran. Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh
atau tertekan pada telinga yang dirasakan penderita selama berjamjam,

berhari-hari,

atau

berminggu-minggu.

Namun

sensasi

ini

terlupakan karena adanya serangan vertigo yang hebat yang timbul


tiba-tiba

disertai

mual

dan

muntah.

Terdapat

adanya

kurang

pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga yang


bersangkutan karena genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan
vertigo. Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah
itu vertigo mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala
menetap selama beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus
berkurang, tetapi tidak menghilang dengan redanya vertigo.
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini
penderita mungkin hanya merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejalagejala ini kemudian diselingi oleh episode vertigo spontan lain yang
mirip dengan yang pertama dengan derajat yang lebih ringan.
Frekuensi serangan ini bervariasi, tetapi biasanya timbul sebanyak
satu atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan
setiap

hari.

Biasanya

setelah

periode

tersebut,

yang

dapat

berlangsung beberapa minggu, terjadi remisi spontan atau akibat


pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali
gangguan pada pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun
fase

remisi

tersebut

ternyata

tidak

permanen,

dapat

terjadi

pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul dalam


beberapa bulan. Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada
periode akut melemah oleh karena hilangnya secra bertahap
kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat degenerasi
elemen-elemen sensorik.
Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang
dapat ditemukan. Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana
gangguan pendengaran terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun
sebelum timbulnya serangan vertigo pertama.

Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere :


1. Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan
muntah. Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat
terjadi.

Sebelum

gejala

vertigo

menyerang,

pasien

dapat

merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit


hingga beberapa jam. Diantara serangan, pasien sama sekali
normal.
2. Derajat II, gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan
berfluktuasi. Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi
rendah.
3. Derajat III, gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun
progresif memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga
pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau
menghilang.
D. Patofisiologi
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan
pelebaran dan perubahan pada morfologi pada membran Reissner.
Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah
apeks koklea (helikotrema). Sakulus juga mengalami pelebaran yang
dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai
dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah
dan basal koklea.
Secara
patologis,

penyakit

Meniere

disebabkan

oleh

pembengkakan pada kompartemen endolimfatik, bila proses ini


berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe
bercampur

dengan

perilimfe.

Hal

ini

meyebabkan

gangguan

pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana


kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal.
Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila
tidak terjadinya serangan.

Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang


reversibel disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas
dari membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah
skala vestibuli dan skala timpani.
Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo
kemungkinan disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari
labirin membranasea pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula
secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista. Tinitus
dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin
disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus.
E. Penatalaksanaan
Terapi
a. Terapi Medis Profilaksis
Terapi medis diarahkan untuk mengatasi proses penyakit yang
mendasarinya

atau

mengontrol

serangan

vertigo

selama

eksaserbasi penyakit.
- Vasodilator
Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3
kali sehari, jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain
adalah asam nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator
digunakan akibat gangguan pada endolimfe oleh kelainan
-

vaskuler.
Antikolinergik
Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori
bahwa hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan

saraf autonom di telinga dalam.


Penggunaan Hormon Tiroid
Penggunan hormone tiroid didasrkan

atas

teori

bahwa

hipotiroidisme ringan adalah termasuk penyebab hidrops


-

endolimfatik.
Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit
meniere akibat defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa diberikan

adalah vitamin B kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus


-

bio-flavonoid (Lipoflavonoid).
Diet rendah garam dan Pemberian diuretic
Diet rendah garam dan pemberian diuretic dimaksudkan adalah
agar menurunkan jumlah cairan tubuh dengan harapan juga

menurunkan cairan endolimfe.


Program pantang makanan
Terapi ini kadang digunakan

pada

meniere

yang

bias

disebabkan akibat terjadinya suatu alergi makanan.


b. Terapi Simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi
hebatnya

serangan

vertigo

dan

tanpa

berdalih

berusaha

mengoreksi sebab dasar penyakit Meniere.


- Sedative
Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer
seperti diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan
-

menurunkan frekuensi serangan vertigo.


Antihistamine dan antiemetik
Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau
mengurangi keparahn seringan vertigo pada pasien Meniere.
Antihistamin

yang

sering

diberikan

adalah

dimenhidrinat

(dramamine) dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic


-

yang biasa digunakan adalah antiemetic diferidol.


Depresan vestibuler
Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah

atau

mengurangi keparahan serangan vertigo dan untuk terapi


pasien selama eksaserbasi penyakit ini sampai terjadi remisi
spontan.
Pembedahan
Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi
dengan terapi. Prosedur pembedahan konservatif, misalnya operasi
dekompresi salus endolimfatikus, ditujukan untuk mempertahankan
pendengaran pad telinga yang mengalami gangguan. Tindakan ini
mengandung sedikit resiko menyebabkan kerusakan pendengaran
dan betujuab ubtuk

mengatasi serangan vertigo, serta dapat

10

mencegah penyakit Meniere. Pembedahan dibagi menjadi 3


kelompok : bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan bedah
nondestruktif.
Labirinektomi
Labirinektomi

atau

destruksi

total

pada

labirintus

membranaseus, merupakan jaminan pasti untuk menyembuhkan


vertigo

pada

penyakit

Meniere,

tetapi

terpaksa

harus

mengorbankan pendengaran secar total pada telinga yang


bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila kehilangan
pendengaran pada salah satu telinga sudah demikian berat sedang
telinga yang satu lagi masih mampu mempertahankan fungsi
normalnya
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,umur, pekerjaan, nama
ayah/ ibu, pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan
terakhir.
Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan Utama

: vertigo, tinitus, dan penurunan pendengaran

Riwayat Penyakit Sekarang : tidak diketahui dengas jelas


Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat Keluarga
Riwayat Pengobatan
Observasi Dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Tanda-Tanda Vital :
Suhu, nadi, tekanan darah, dan respiratory rate (RR).
3. Pemeriksaan pendengaran

11

1. Tes Weber
2. Tes Rinne
3. Tes Swabach
4. Pemeriksaan per sistem :
B1 : Breathing (Sistem Pernapasan)
Bentuk dada
Pola nafas

: normal

Suara napas

: normal

Retraksi otot bantu napas : tidak ada


Alat bantu pernapasan

: tidak ada

B2 : Blood (Sistem Kardiovaskular)


Irama jantung : regular; S1,S2 tunggal.
Akral

: normal

Tekanan darah : hipotensi


B3 : Brain (Sistem Persyarafan)
Tinitus, penurunan pendengaran, vertigo
B4 : Bladder (Sistem Perkemihan)
Normal
B5 : Bowell (Sistem Pencernaan)
Asupan nutrisi : terganggu akibat mual, muntah dan
anoreksia
B6 : Bone (Sistem Integumen dan Muskuloskeletal)
Turgor kulit

: menurun

Mobilitas fisik : lemah, malaise


5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pneumo-otoskopi untuk melihat ada tidaknya nistagmus
1. Romberg test
2. Fukuda marching step test
3. Dix-Hallpike test atau tes kalori bitermal
1. Audiogram
2. Tes gliserin

12

Pasien diberi minum gliserin 1,2 ml/ kg BB setelah diperiksa


kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan
dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya
hidrops endolimfatikus.
1. Transtimpanic Elektrokokleografi
Dapat menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang
menderita penyakit meniere.
2. Politom Elektronistagmogram
bisa normal atau menunjukkan penurunan respons
vestibuler.
1. CT scan atau MRI kepala
2. Elektroensefalografi
3. Stimulasi kalorik
4. Videonistagmography
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan

persepsi

sensori

berkaitan

dengan

gangguan

pendengaran
2. Resiko tinggi cedera berkaitan dengan perubahan mobilitas
karena gangguan cara berjalan dan vertigo.
3. Ansietas berkaitan dengan ancaman atau perubahan status
kesehatan dan kehilangan pendengaran
4. Resiko

terhadap

trauma

keseimbangan

13

berkaitan

dengan

kesulitan

Resiko cedera no .1 intoleransi no.2 ansietas no.3


No
.
1.

Diagnosis
keperawatan
Resiko
tinggi
cedera berkaitan
dengan vertigo.

Tujuan
menghindari
cedera
fisik
yang berkaitan
dengan
ketidakseimbangan
saat
mobilisasi.

Kriteria
Hasil
a. Klien dapat
berjalan
dengan
normal
/
lancar.
b.
Klien
mampu
menjaga
keseimbangan
tubuhnya saat
melakukan
mobilisasi

14

Intervensi
1. Kaji
vertigo
yang meliputi
riwayat, awitan,
gambaran
serangan,
durasi,
frekuensi, dan
adanya gejala
telinga
yang
terkait
kehilangan
pendengaran,
tinitus,
rasa
penuh
di
telinga.
2. Kaji
luasnya
ketidakmampuan
berkaitan
dengan
aktivitas rutin
3. Ajarkan
atau
tekankan terapi
vestibular/
keseimbangan

Rasional
1. Luasnya
ketidakmampuan
akan
meningkatkan
resiko cidera /
jatuh.
2. Latihan
/
terapi
mempercepat
kompensasi
labirin yang
dapat
mengurangi
vertigo
dan
gangguan
cara jalan.
3. Melatih
kemandirian
klien

sesuai indikasi

4. Berikan
atau
ajari
cara
pemberian obat
anti vertigo dan
atau
obat
penenang
vestibular serta
beri
petunjuk
pada
pasien
mengenai efek
sampingnya.
5. Dorong pasien
untuk berbaring
/ istirahat bila
merasa pusing.
6. Saat
klien
berbaring,
Letakkan
bantal
pada
kedua
sisi
kepala
dan
pagar tempat
tidur dinaikkan
7. Riwayat

15

4. Mengurangi
kemungkinan
jatuh
dan
cedera sebab
peningkatan
5. Gerak/
mobilitas
akan
memperberat
vertigo.
6. Untuk
mengurangi
mobilitas
berlebih dan
untuk
keamanan
klien.

2.

Gangguan
persepsi sensori
auditorius
berkaitan
dengan proses
penyakit

Gangguan
persepsi
sensori dapat
teratasi

a.
Rasa
berdenging
dapat hilang /
berkurang
b.Komunikasi
efektif antara
klien,
keluarga, dan
tenaga
kesehatan.

1.
2.

3.
4.

3.

Ansietas
berkaitan
dengan

Mening-katkan
koping klien
Mengurangi

merupakan
dasar
pelaksanaan
intervensi
selanjutnya
Monitor tingkat
kelemahan
persepsi klien
Memperbaiki
komunikasi
:
berbicara tegas
dan
jelas
(tanpa
berteriak)
Ajarkan
cara
berkomunikasi
yang tepat yatu
menggunakan
tanda
nonverbal
(ekspresi
wajah,menunju
k dan sikap
tubuh)

Bantu
pasien
mengidentifikasi

16

1. Mengusahakan mobilitas
fisik
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
klien
2. Menjaga
privasi klien
dan keluarga
3. Putuskan
solusi
bersama agar
klien
dan
perawat
dapat
berkomunikas
i efektif
mengurangi
ansietas.
Situasi
penuh

ancaman, atau
perubahan
status
kesehatan dan
efek
ketidakmampuan
akibat
vertigo

atau
menghilangkan kecemasan
klien
Klien
tidak
mengalami
kecemasan
terhadap status
kesehatannya
Klien
mampu
meningkatkan
koping diri
Kaji
tingkat
ansietas.

keterampilan
koping yang telah
dilakukan dengan
berhasil pada masa
lalu.
Beri
upaya
kenyamanan dan
hindari
aktivitas
yang menyebebkan
stress
Ajarkan
pasien
teknik
penatalaksanaan
stress atau lakukan
rujukan
sesuai
indikasi
Dorong
pasien
mendiskusikan
ansietas dan gali
keprihatinan
mengenai serangan
vertigo.
Berikan informasi
mengenai vertigo
dan
penanganannya.

17

stress
dapat
memperberat
gejala kondisi ini.
Memperbaiki
manajemen
stress,
mengurangi
frekuensi
dan
beratnya
serangan vertigo.
Meningkatkan
kesadaran
dan
pemahaman
hubungan antara
tingkat
antietas
dan perilaku.
Meningkatkan
pengetahuan
membantu
mengurangi
ansietas

Mampu mentukan
metode komunikasi
yang tepat untuk
mengurangi
kecemasan klien
Memadukan
intervensi
terapeutik
&
partisipatif
dalam
perawatan
diri,
keterampilan
koping pada masa
lalu dapat

18

G. WOC
DOWNLOAD : WOC ASKEP MENIERE

19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang
bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini
ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan
pendengaran yang berkurang ssecara progresif, biasanya pada satu
telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan
dari endolimfe pada telinga dalam.
B. Saran
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini maka mahasiswa
maupun praktisi kesehatan dapat memahami asuhan keperawatan
pada pasien dengan Sindrom Meniere dengan tepat

20

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC
Corwin, Elizabeth J. (2001). Patofisiologi. Jakarta : EGC
Latief, abdul dkk. (2007). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian ilmu
kesahatan anak fakultas kedokteran universitas Indonesia
Putz R dan Pabst R. 1997. sobota. Jakarta : EGC
Arsyad, Efiaty, dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan TELINGA,
HIDUNG, TENGGOROKAN, KEPALA dan LEHER edisi keenam.
Balai penerbit FKUI: Jakarta.
Copyright (c) (2011-2017) Nuzulul Zulkarnain Haq. All rights reserved.
Seluruh artikel di nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id dapat anda
perbanyak, cetak, modifikasi dan distribusikan secara bebas asal
tetap mencantumkan nama penulis dan URL lengkap artikel.
Powered by Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai