Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN DERAJAT LUKA BAKAR DENGAN LAMA PERWATAN

PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG SERUNI RSUD


dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2014-2015

Oleh :
Fauzia, Awal Isgiyanto, Vellyza Colin

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu


Email: Fauziazhie@yahoo.com

Dampak lama perawatan luka bakar terhadap tubuh secara tidak langsung,
luka bakar bisa berpengaruh terhadap fungsi tubuh. luka bakar bisa berpengaruh
terhadap fungsi tubuh. Gangguan yang diakibatkan oleh luka bakar yaitu
gangguan pada cairan tubuh akan menyebabkan terjadi perubahan perpindahan
cairan dari intra veskuler ke ekstra vaskule. Tujuan penelitian ini untuk
mempelajari hubungan antara derajat luka bakar dengan lama perawatan luka
pada pasien yang dirawat di ruang seruni RSUD dr. M.Yunus Bengkulu. Jenis
Penelitian ini adalah metode survey analitik menggunakan pendekatan Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien luka bakar yang dirawat
di ruang seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu yang berjumlah 77 orang. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling yaitu
semua populasi akan dijadikan sampel. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan data sekunder yaitu dokumentasi, pada rekam medik pasien luka
bakar yang dirawat di ruang seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2014 dan
2015. Dianalisis menggunakan Chi-square. Hasil penelitian didapatkan : dari 77
orang pasien luka bakar di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu sebanyak
yaitu sebanyak 41 orang (53,2%) mengalami derajat luka bakar II. Dari 77
orang pasien lama perawatan luka bakar di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu sebanyak yaitu 37 orang (48,1%) selama 7-20 hari. Ada hubungan
yang signifikan antara derajat luka bakar dengan lama perawatan luka, dengan
kategori hubungan sedang. Saran bagi RSUD dr. M.Yunus diharapkan skripsi ini
dapat menambah materi dan pengetahuan tim medis khususnya perawat.

Kata kunci : Luka Bakar, Lama perawatan, Pasien

A. Pendahuluan
Dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan diperlukan adanya
kesadaran, kemauan dan kemampuan semua komponen bangsa. Untuk
mewujudkan rakyat sehat sebagai sumber kekuatan ketahanan bangsa yang
akhirnya menjadi landasan dalam membentuk negara yang kuat.
Negara kuat dari aspek kesehatan dapat diartikan sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang memiliki ketahanan bangsa yang tangguh
dengan basis utamanya dalam wujud semua rakyat sehat secara fisik, mental dan
sosial serta memiliki produktivitas yang tinggi (Kemenkes RI, 2012).
Di Indonesia selam tahun 2005 tercatat 160 kasus kebakaran, kasus
terbanyak di Denpasar Barat, korban meninggal 29 orang dan luka-luka 128
orang, penyebab dominan akibat arus pendek listrik, jumlah kasus tersebut
menggambarkan kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan 4 tahun pertama
era 2000an, dimana data kasus luka bakar tahun 2000 terjadi (83 kasus), tahun
2001 meningkat menjadi (115 kasus), dan meningkat pada tahun 2004 (145
kasus). Dari kasus-kasus luka bakar di daerah tersebut, Denpasar yang tercatat
mengalami kasus luka bakar terbesar (Admin, 2010).
Menurut Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI (2012) prevalensi kejadian
luka bakar di Indonesia adalah sebesar 2,2%. Prevalensi tertinggi terdapat di
provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Riau sebesar 3,8%. Lama
perawatan pada penderita luka bakar dipengaruhi oleh luas kedalaman dan derajat
luka bakar. Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter,
jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup
mahal untuk penangananya. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung
atau tak langsung, juga paparan suhu tinggi dari matahari, listrik atau pun bahan
kimia. Luka bakar karena api atau akibat tak langsung dari api misalnya tersiram
air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2009).
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam akhir-akhir
ini, yang mengakibatkan menurunya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-
pusat perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang
menangani luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama
untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya.
Dari survey pendahuluan di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu didapatkan pada
tahun 2013 jumlah pasien luka bakar berjumlah 35 orang, tahun 2014 jumlah
pasien luka bakar berjumlah 47 orang dan tahun 2015 jumlah pasien luka bakar
berjumlah 30 orang dengan klasifikasi luka bakar mulai dari luka bakar ringan
sampai luka bakar berat. Sedangkan untuk lama perawatan luka bakar di RSUD
dr.M.Yunus Bengkulu belum bisa diketahui secara pasti.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul hubungan derajat luka bakar dengan lama perawatan pada pasien
yang dirawat di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu selama Tahun 2014-
2015.
Rumusan penelitian ini adalah Apakah ada hubungan derajat luka bakar
dengan lama perawatan pada pasien yang dirawat di ruang Seruni RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu selama Tahun 2014-2015. Tujuan Penelitian ini adalah Untuk
mempelajari hubungan derajat luka bakar dengan lama perawatan pada pasien
yang dirawat di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu selama Tahun 2014-
2015.

B. Metode Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
Objek penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami luka bakar di ruang
Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dari tahun 2014-2015. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross sectional, desain
penelitian ini dipilih untuk mengetahui variabel independent (derajat luka bakar)
dan variabel dependent (lama perawatan luka bakar) dengan serentak pada
individu-individu dari populasi tunggal, pada suatu saat atau periode yang sama
(Notoatmodjo, 2010).
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan
proporsi dari variabel frekuensi lama perawatan perawatan pada pasien yang
dirawat di ruang Seruni RSUD dr. M.YunusBengkulu Tahun 2014-2015. Dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1
Gambaran Distribusi Frekuensi Lama Perawatan pada Pasien yang Dirawat di
Ruang Seruni RSUD dr. M.YunusBengkulu Tahun 2014-2015

Lama perawatan Frekuensi Persentase (%)


21 Hari 17 22,1
7 20 Hari 37 48,1
<7 Hari 23 29,9
Total 77 100,0

Berdasarkan tabel 1 di atas tampak bahwa 77orang yang mengalami luka


bakar terdapat 17 orang (22,1%) dengan lama perawatan luka bakar 21 Hari,
sebanyak 37 orang (48,1%) dengan lama perawatan luka bakar selama 7-20 Hari
dan sebanyak 23 orang (29,9%) dengan lama perawatan luka bakar<7 Hari.

Tabel 2
Gambaran Distribusi Frekuensi Derajat Luka Bakar pada Pasien yang Dirawat di
Ruang Seruni RSUD dr.M.Yunus Bengkulu tahun 2014-2015

Derajat luka bakar Frekuensi Persentase (%)


Derajat III 11 14,3
Drajat II 41 53,2
Derajat I 25 32,5
Total 77 100

Berdasarkan Tabel 3 di atas tampak bahwa dari 77 orang yang mengalami


luka bakar terdapat 11 orang (14,3%)yang mengalami luka bakar derajat III, 41
orang (53,2%) yang mengalami luka bakar derajat II dan sebanyak 25 orang
(32,5%) yang mengalami luka bakar derajat I.

2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara derajat luka
bakar dengan lama hari perawatan pada pasien yang dirawat di ruang seruni
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2014-2015. Dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 3
Hubungan Derajat Luka Bakar dengan Lama Perawatan pada Pasien yang
Dirawat di Ruang Seruni RSUDdr. M.Yunus Bengkulu

Derajat
Lama hari perawatan luka bakar
luka bakar p C
21 hari 7-20 hari < 7 hari Total
Derajat 3 7 4 0 11
Derajat 2 10 21 10 41 22, 419 0,000 0,475
Derajat 1 0 12 13 25
Total 17 37 23 77

Dari tabel tabulasi silang di atas antara derajat luka bakar dengan lama
perawatan luka bakar. Ternyata dari 11 orang luka bakar derajat III, 7 orang lama
perawatan luka bakar 21 hari, 4 orang yang lama perawatan luka bakar7-20
hari, dari 41 orang luka bakar derajat II terdapat 10 orang yang lama perawatan
21 hari, 21 orang yang lama perawatan7-20 hari dan 10 orang yang lama
perawatannya < 7 hari, dari 25 orang luka bakar derajat I terdapat 12 orang yang
lama perawatan 7-20 hari dan 13 orang lama perawatan < 7 hari. Hasil uji pearson
Chi-square didapat nilai X2 = 22,419 dengan p = 0,000< = 0,05, berarti
signifikan, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara derajat
luka bakar dengan lama hari perawatan pada pasien yang dirawat di ruang Seruni
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu selama Tahun 2014-2015. Hasil uji Contingency
Coefficient didapat nilai C=0,475 dengan p = 0,000 < = 0,05 berarti signifikan.
Nilai C = 0,475 tersebut dibandingkan dengan Cmax = 0,707 (karena nilai
terendah dari baris atau kolom adalah 2). Karena nilai C= 0,475 tidak jauh
dengan nilai Cmax = 0,707 maka kategori hubungan sedang.

D. Pembahasan
Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa dari 77 orang yang mengalami
luka bakar di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu terdapat 8 orang
(15,4%) dengan lama perawatan 21 Hari, sebanyak 37 orang (48,1%) dengan
lama perawatan luka bakar selama 7-20 Hari dan sebanyak 37 orang (48,1%)
dengan lama perawatan luka bakar selama 7-20 Hari.
Menurut Rendy (2012), Klasifikasi lama hari perawatan luka bakar yaitu
derajat I (luka bakar superfisial) luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis.
Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh
tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari. Sedangkan derajat II (Luka bakar
dermis) luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada
elemen epitel yang tersisa, seperti epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat,
dan folikel rambut. Dengan ada sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh
sendiri dalam waktu 7-20 hari dan derajat III luka bakar yang meliputi seluruh ke
dalam kulit, mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Oleh karena itu tidak
ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus
dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran
luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula, dan tidak nyeri.
Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa dari77 orang yang mengalami
luka bakar terdapat 11 orang (14,3%) yang mengalami luka bakar derajat III, 41
orang (53,2%) mengalami luka bakar derajat II, dan terdapat 25 orang (32,5%)
yang mengalami luka bakar derajat I.
Menurut Sjamsuhidajat (2012), derajat luka bakar bedasarkan tingkat
kedalaman lukanya dibagi 3 yaitu : kedalaman luka bakar pada luka bakar derajat-
satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut
cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka
bakar tersengat matahari. Sedangkan luka bakar derajat-dua meliputi lapisan
epidermis dan dermis. Luka tersebut terasa nyeri, gelembung, atau bula berisi
cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya
meningkat dan luka bakar derajat-tiga meliputi seluruh ke dalam kulit dan
mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel yang
hidup tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka; biasanya diikuti
dengan terbentuknya eskar* yang merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi
protein jaringan kulit. Kulit tampak pucat, abu-abu, gelap atau hitam, dengan
permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula
dan tidak terasa nyeri.
Berdasarkan tabel 4 menunjukan derajat luka bakar dengan lama hari
perawatan. Ternyata dari 11 orang yang luka bakar derajat III terdapat 7 orang
yang lama perawatan 21 hari dan 4 orang yang lama perawatan 7-20 hari, pada
luka bakar derajat III terjadi kerusakan kulit menyeluruh sehingga proses
penyembuhan biasanya akan berjalan selama lebih dari 21 hari, karena kerusakan
menyeluruh dari lapisan kulit sehingga tidak terjadi proses regenerasi epitel, dan
penanganan luka tergantung dalam dan luasnya luka dan penanganan syok hingga
penyembuhan, dan juga letak luka itu sendiri, usia, keadaan kesehatan penderita
juga turut menentukan kesembuhan luka.
Dari 11 orang luka bakar derajat III terdapat 4 orang (Tn.S, Ny.D, An.A, dan
Tn.R) yang lama perawatan7-20 hari dan proses penyembuhan bisa lebih cepat,
karena kondisi kesehatan pasien yang baik, pasien pada anak-anak pasien tanpa
komplikasi, serta asupan nutrisi yang baik pada pasien dan juga perawatan pada
luka di rumah sakit yang sangat baik, sehingga proses penyembuhan akan lebih
cepat dan ini bisa juga karena permintaan pulang sendiri oleh pasien sehingga hari
rawat 7-20 hari.
Menurut Mansjoer (2008) lama hari perawatan luka bakar terutama
tergantung pada dalam dan luas permukaan luka bakar, dan penanganan sejak
awal hingga penyembuhan. Selain itu letak daerah yang terbakar, usia, nutrisi dan
keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam
perawatanya, antara lain karena mudah mengalami konstraktur.
Dari 41 orang yang luka bakar derajat II terdapat 10 orang yang lama
perawatan 21 hari, hal ini dapat terjadi pada luka bakar derajat II yang disertai
penyakit lainnya yang di akibatkan kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
motor meledak dan membakar pasien. Dengan luka seperti ini dapat
mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan
fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Sedangkan 21
orang yang lama perawatan 7-20 hari, luka bakar derajat II mencapai kedalaman
dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut. Dengan adanya sisa ini,
luka dapat sembuh sendiri dalam waktu 7-20 hari. Dan 10 orang yang lama
perawatannya < 7 hari, hal ini dapat terjadi karena karena kondisi kondisi pasien
yang baik dan asupan nutrisi yang baik, sehingga mempercepat proses
penyembuhan dan juga karena adanya permintaan pulang sendiri dari pasien.
Sedangkan dari 25 orang yang luka bakar derajat I terdapat 12 orang (Tn.I,
An.A, Tn.K, Ny.S, Ny.D, Tn.F, Tn.H, Ny.S, An.G, Tn.Z, An.B, Tn.E) yang lama
perawatannya 7-20 hari, hal ini dapat terjadi karena selain dalam dan luasnya
luka bakar faktor yang dapat mempengaruhi lamanya perawatan adalah umur,
seperti anak-anak dan dewasa akan lebih cepat proses penyembuhan luka di
bandingkan dengan orang tua karena orang tua lebih sering terkena penyakit
kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sentesis dari faktor pembekuan
darah , nutrisi klien memerlukan diet kaya protein, karbohidrat , lemak, vitamin C,
dan A dan mineral seperti fe, Zn, dan pada pasien yang gemuk dapat
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan yang lama karena suplai
darah jaringan adipose yang tidak adekuat, dan pada penderita diabetes mellitus
(ganggren), ada juga faktor lain seperti infeksi superficial pada luka, sirkulasi
hipovolemik, dan oksigenasi, letak luka seperti di ketiak.
Menurut Sjamsuhidajat (2012) berat luka bakar biasanya dinyatakan dengan
derajat luka bakar yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun
demikian, beratnya luka tergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur dan
keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan oleh
letak luka, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum,
ketiak, leher, dan tangan sulit, antara lain karena mudah mengalami konstraktur.
Bayi dan lanjut usia daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar
digolongkan ke dalam golongan berat.
Menurut Nugroho (2012) prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh
beberapa faktor, dan menyangkut mortalitas dan morbiditas atau burn illness
severity and prediction of outcome ; yang mana bersifat kompleks.
Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita (usia, gizi, jenis
kelamin, dan kelainan sistemik), faktor trauma (jenis, luas, kedalaman luka bakar,
dan trauma penyerta), dan faktor penatalaksanaan (prehospital and inhospital
treatment).
Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia
lanjut. Pada usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar
menjadi perhatian, antara lain sistem regulasi tubuh yang belum berkembang
sempurna; komposisi cairan intravaskular dibandingkan dengan cairan
ekstravaskular, interstitial, dan intraseluler yang berbeda dengan komposisi pada
manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem imunologik
yang belum berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut
diperhitungkan, karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat
imunosupresi.
Sedangkan 13 orang luka bakar derajat I lama perawatan < 7 hari, pasien
hanya mengalami luka bakar dengan kedalaman yang tidak terlalu parah, biasanya
pasien bisa melakukan sendiri di rumah, walaupun demikian bila luka bakar
dengan derajat I , tetapi mengenai daerah wajah dan atau daerah yang susah
mengalami penyembuhan memang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Hal ini dikarenakan luka bakar derajat I hanya terbatas pada lapisan epidermis
yang biasanya sembuh dalam waktu 5-7 hari dan sembuh tanpa jaringan parut.
Dari hasil uji Pearson Chi-Square didapat nilai X2 = 22,419 dengan p =
0,000< = 0,05, berarti signifikan, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada
hubungan antara derajat luka bakar dengan lama hari perawatan pada pasien yang
dirawat di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu selama Tahun 2014-2015.
Hal tersebut sejalan dengan teori Sjamsuhidajat (2010) Luka bakar biasanya
dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Menurut Mansjoer
(2005) prognosis dan penganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Kedalaman luka dan luas luka yang tercederai merupakan tingkat yang
memiliki prognostik, semakin luas permukaan tubuh tercederai, semakin berat
kondisi trauma dan semakin buruk prognosisnya dan begitu juga kedalaman luka
yang dikelompokkan menjadi derajat luka, semakin dalam jaringan yang rusak,
semakin berat kondisi luka bakar dan semakin jelek prognosisnya, disisi lain
proses penyembuhan berjalan lebih lama dengan proses yang jauh lebih rumit,
sehingga menimbulkan derajat kecacatan yang tinggi pula.
Dari hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C=0,475 dengan p=
0,000 < = 0,05 berarti signifikan. Nilai C = 0,475tersebut dibandingkan dengan
Cmax = 0,707 (karena nilai terendah dari baris atau kolom adalah 2). Karena nilai
C= 0,475 tidak jauh dengan nilai Cmax = 0,707 maka kategori hubungan sedang.
Katagori hubungan sedang dalam penelitian ini artinya ada faktor lain yang
mempengaruhi lamanya hari perawatan luka bakar. Menurut Nugroho (2012)
faktor-faktor yang berperan dalam lamanya hari perawatan luka bakar antara lain
faktor penderita (usia, gizi, jenis kelamin, dan kelainan sistemik), faktor trauma
(jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma penyerta), dan faktor
penatalaksanaan (prehospital and inhospital treatment).

E. Kesimpulan
1. Dari 77 pasien terdapat sebanyak 37 orang (48,1%) dengan lama perawatan
luka bakar selama 7-20 Hari, dan sebanyak 23 orang ( 29,9%) < 7 hari.
2. Dari 77 pasien terdapat sebanyak 41 orang (53,2%) mengalami derajat luka
bakar II.
3. Ada hubungan yang signifikan antara Derajat luka bakar dengan lama
perawatan luka bakar di ruang Seruni RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2014-2015, dengan kategori hubungan sedang.

Daftar Pustaka
Admin. (2009). Anatomi dan Fisiologi kulit. Di akses dari Http:// Dokter Foto.
Com/2009. 03/04 Pada Tanggal 12 Februari 2013
Kemenkes R.I. (2012). Pedoman Kasus Luka Bakar di Indonesia. Jakarta: Ditjen
PJM dan PLP
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga jilid 2. Jakarta:
Medika Aesculaplus
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Nugroho, T. (2012).Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Rendy, M. C. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sjamsuhidajat & Wine, D. J. (2009).Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai