Anda di halaman 1dari 27

Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JALAN GEDANG KOTA
BENGKULU
1. Variabel penelitian
Variabel terikat : Kejadian malaria
Variabel bebas :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tempat Perindukan Nyamuk
2. Alasan pengambilan judul
Tujuan pengambilan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu
adalah karena ada kasus malaria yang semakin tahun meningkat terutama di
Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.
3. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam peneliti ini adalah
faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah
kerja Puskesmas Jalan Gedang kota Bengkulu?
4. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Jalan
Gedang Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus peneliti ini adalah :
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor pengetahuan masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor sikap masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor perindukan nyamuk di
wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian malaria di wilayah
kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.
e. Untuk mengetahui hubungan faktor pengetahuan dengan kejadian
malaria di wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.
f. Untuk mengetahui hubungan faktor sikap dengan kejadian malaria di
wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.

g. Untuk mengetahui hubungan faktor perindukan nyamuk dengan


kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota
Bengkulu.
5. Landasan teori
A. Malaria
1. Pengertian Malaria
Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi terutama
di daerah luar Jawa dan Bali. Di daerah transmigrasi yang terdapat
campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemik dan yang
tidak endemik malaria, masih sering terjadi ledakan kasus atau wabah
yang menimbulkan banyak kematian (Widoyono, 2005).
Menurut Zulkarnain dalam Padila, (2013) Malaria adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dan genus
plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodic,
anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala dan
pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati, dan ginjal.
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang
disebabkan oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel.

2. Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria yaitu suatu
protozoa darah yang termasuk genus plasmodium yang dibawa oleh
nyamuk Anopheles. Ada empat spesies plasmodium penyebab malaria
yaitu plasmodium falcifarum menyebabkan

malaria falcifarum/

tropika, plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana/ vivax,


plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae/quartana dan
plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale (Prabowo, 2008).
Hanya nyamuk anopheles betina yang menghisap darah, karena
diperlukan untuk pertumbuhan telurnya.
a. Perilaku Nyamuk Anopheles
Aktifitas nyamuk dipengaruhi oleh aktifitas kelembaban udara dan
suhu. Umumnya aktifitas menghisap darah manusia malam hari
atau senja s/d dini hari. Jarak terbang 1-3 km (dapat dipengaruhi
oleh angin).
b. Morfologi nyamuk Anopheles
1) Ukuran 4-13 mm
2) Bersifat rapuh
3) Bagian kepala mempunyai probososis yaitu alat untuk
menghisap darah (nyamuk betina) sedangkan yang jantan
digunakan untuk menghisap bahan-bahan cair.
4) Di kiri kanan proboscis terdiri atas 5 ruas dan sepasang antena
5) Antenna jantan berambut lebat, betina tidak
6) Bagian thoraks diliputi bulu halus yang berwarna putih /kuning
(berbeda masing-masing spesies)
7) Sayap panjang/langsing dan

mempunyai

vena

yang

permukaannya ditumbuhi sisik-sisik yang letaknya mengikuti


vena.
8) Abdomen berbentuk silinder yang terjadi 10 ruas. Dua ruas
terakhir berubah menjadi alat kelamin.

3. Gejala dan Tanda Malaria


Gejala utama yang sering terlihat pada penyakit malaria adalah
a. Demam menggigil, berkeringat, dan biasanya disertai sakit kepala
b. Wajah pucat
c. Kadang badan terasa lemah, mual/muntah, tidak nafsu makan.
d. Pada anak-anak dapat disertai dengan diare.
e. Sakit kepala yang berat, terus menerus khususnya pada infeksi
plasmodium falciparum.
f. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala di atas disertai
pembengkakan limpa.
g. Pada malaria berat gejala di atas disertai kejang-kejang dan
penurunan kesadaran sampai koma.
4. Cara Infeksi Malaria
Menurut Garcia dan Bruckner dalam Zulkoni (2011) infeksi
plasmodium penyebab penyakit malaria pada seseorang bias
diakibatkan oleh beberapa cara di antaranya :
a. Gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi
b. Transfuse darah dari donor penderita
c. Penggunaan jarum suntik bekas yang terkontaminasi
d. Infeksi import
e. Infeksi kongenital
5. Siklus Hidup Malaria
Menurut Garcia dkk dalam Zulkoni, (2010) apabila nyamuk yang
terinfeksi plasmodium dari penderita menggigit manusia sehat maka
sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk dimasukkan
melalui luka tusuk. Dalam satu jam bentuk efektif ini terbawa oleh
darah menuju hati kemudian masuk ke dalam sel parenkim hati dan
mulai perkembangan siklus pre-eritrositik atau ekso-eritrositik primer.
Sporozoit akan menjadi bulat atau lonjong dan mulai membelah
dengan cepat. Hasil skizogoni tersebut adalah morozoit eksoeritrositik
dalam jumlah besar. Setelah meninggalkan hati, morozoit akan
melakukan perpindahan ke dalam sel darah merah (SDM) untuk

melakukan siklus eritrositik. Setelah beberapa generasi siklus


eritrositik, sebagai merozoid tidak berkembang menjadi skizon tetapi
mulai mengembangkan diri menjadi gametosid jantan dan betina.
Apabila gametosid tertelan nyamuk apabila sedang menghisap darah,
gametosid akan menjadi matang dan tumbuh menjadi gamet dalam
usus nyamuk. Inti mikrogamet jantan akan membelah, mikrogamet
keluar dari eritrosit bergerak dan melakukan penetrasi ke mikrogamet
betina (terjadi fertilitas), hasil dari stadium fertilitas ini disebut juga
zigot. Zigot bergerak ke usus tengah dan tumbuh menjadi ookista,
dalam beberapa hari ookista pecah sporozoit akan beredar ke seluruh
tubuh nyamuk dan sebagian menuju kelenjar ludah. Apabila nyamuk
kemudian menghisap darah orang sehat, sporozoid bersama air
ludahnya akan masuk ke tubuh orang tersebut dan menjadi sakit lagi.
6. Masa Inkubasi Malaria
Masa inkubasi malaria adalah sekitar 1-3 minggu, tergantung jenis
plasmodium yang menginfeksi. Plasmodium yang masuk ke aliran
darah akan berkembang biak di hati, kemudian menyerang sel-sel
darah merah yang diproduksi. Lama kelamaan akan menjadi ruptur dan
pengeluaran sel darah merah terinfeksi secara besar-besaran ke
sirkulasi darah, disertai keluarnya sejumlah metabolit hasil invasi
protozoa yang akan mengakibatkan timbulnya gejala-gejala malaria.
Sebagian protozoa tetap tinggal di jaringan hati untuk melanjutkan
proses berkembang biak, demikian seterusnya sampai siklus tadi
berulang kembali. Sebagian kecil lagi akan berkembang menjadi

gametosit, yaitu calon plasmodium baru yang dapat menjadi penular


apabila memasuki tubuh nyamuk dan bereproduksi (Prabowo, 2008).
Tabel 1.
Masa Inkubasi Penyakit Malaria
Plasmodium
Plasmodium Falcifarum
Plasmodium Vivax
Plasmodium Ovale
Plasmodium Malariae

Masa Inkubasi ( Hari )


9-14(12)
12-17(15)
16-18(17)
18-40(28)

7. Pencegahan Penyakit Malaria


Pencegahan malaria secara garis besar mencakup beberapa aspek
sebagai berikut (Arsin, 2012).
a. Malam hari berada di dalam rumah dan bila keluar rumah selalu
makai obat anti nyamuk oles (repellent) atau mengenakan pakaian
yang tertutup.
b. Menggunakan obat anti nyamuk atau kelambu waktu tidur malam
hari.
c. Tidak menggantung pakain bekas di dalam kamar/ rumah.
d. Mengupayakan keadaan dalam rumah tidak gelap dan lembab dan
memasang genting kaca dan membuka jendela pada siang hari.
e. Memasang kawat kassa di semua lubang / ventilasi dan jendela
untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
f. Membuang air limbah rumah tangga di saluran air limbah agar
tidak

menyebabkan

genangan

air

yang

menjadi

tempat

berkembangbiaknya nyamuk.
g. Melestarikan hutan bakau di rawa-rawa sepanjang pantai
h. Menjauhkan kandang ternak dai rumah/ tempat tinggal.
i. Membunuh jentik nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan
jentik (kepala timah, gupi, mujair) pada mata air, saluran irigasi,
sawah, anak sungai, yang dangkal, rawa-rawa pantai dan tambak
ikan yang tidak terpelihara.
j. Merawat tambak-tambak ikan dan membersihkan lumut yang ada

di permukaan secara teratur.


8. Faktor Penyebaran Malaria
Kesehatan manusia sangat tergantung pada interaksi antara
manusia dan aktivitasnya dengan lingkungan fisik, kimia, serta biologi.
Infeksi

malaria

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya

di

masyarakat merupakan interaksi dinamis antara faktor host (manusia


dan nyamuk), agent (parasit) dan environment (Arsin, 2012).
Kejadian atau penularan penyakit menular ditentukan oleh
faktor-faktor yang disebut host, agent, dan environment. Demikian
pula epidemiologi Malaria, ada hubungan yang saling berkaitan antara
host (manusia dan nyamuk Anopheles), agent (parasit Plasmodium),
dan environment (lingkungan fisik, kimiawi, biologik, sosial) pada
kejadian atau penularan Malaria. Dengan demikian, ketiga faktor
tersebut di atas mempengaruhi persebaran kasus Malaria dalam suatu
wilayah tertentu (Arsin, 2012).
a. Faktor Agent
Agent atau penyebab penyakit malaria adalah semua unsur
atau elemen hidup ataupun tidak hidup dalam kehadirannya bila
diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia yang rentan
akan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent
penyebab malaria adalah protozoa dari genus plasmodium.
Penyakit malaria adalah suatu penyakit akut atau sering
kronis yang disebabkan oleh parasit genus Plasmodium (class
Sporozoa). Penyebab penyakit ini adalah parasit genus Plasmodia,
famili

Plasmodiidae,

orde

Coccidiidae

dan

sub-orde

Haemosporiidae. Sampai saat ini dikenal hampir 100 spesies dari

Plasmodia yang terdapat pada burung, monyet, binatang melata,


dan pada manusia hanya 4 (empat) spesies yang dapat berkembang
yaitu: P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale (BruceChwatt, 1985). Penyakit ini ditandai dengan demam yang
berselang-seling, anemia dan limpa membesar dan dapat
menyerang semua orang, bahkan dapat mengakibatkan kematian
terutama yang disebabkan oleh infeksi P. falciparum pada
penderita yang baru pertama kali mengalami infeksi.
b. Faktor Host
Ada dua macam host terkait penularan penyakit malaria,
yaitu manusia (host intermediate) dan nyamuk anopheles betina
(host definitif):
1) Faktor manusia (host intermediate)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya
setiap orang dapat terkena penyakit malaria. Perbedaan
prevalensi menurut umur dan jenis kelamin, ras dan riwayat
malaria sebelumnya sebenarnya berkaitan dengan perbedaan
tingkat kekebalan karena variasi keterpaparan terhadap gigitan
nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria mendapat
perlindungan antibodi maternal yang diperoleh secara
transplasental.
Beberapa

penelitian

menunjukkan

bahwa

wanita

mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan


dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko malaria.
Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk
terhadap kesehatan ibu dan anak, antara lain berat badan lahir

rendah, abortus, partus prematur dan kematian janin


intrauterin.
Menurut Reisberg dalam Arsin (2012) Pada daerah yang
endemis terhadap Plasmodium falciparum menunjukkan
bahwa angka serangan (attack rate) malaria 4-12 kali lebih
besar dari pada bukan wanita hamil. Tidak hanya wanita hamil
saja yang membahayakan, tetapi janin yang dikandungnya
juga dapat terinfeksi melalui placenta. Anak yang lahir dari
ibu yang menderita malaria cenderung mempunyai berat
badan yang rendah. abortus, partus prematur dan kematian
janin intrauterin. Malaria congenital sebenarnya sangat jarang
dan kasus ini berhubungan dengan kekebalan yang rendah
pada ibu.
2) Vektor Malaria (Host Definitif)
Nyamuk anopheles yang ada di Indonesia berjumlah
lebih 80 spesies, sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan
sejumlah 24 spesies Anopheles yang dapat menularkan
malaria. Tidak semua spesies anopheles tersebut berperan
penting dalam penularan malaria. Semua vektor tersebut
hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, antara lain ada
nyamuk yang hidup di air payau pada tingkat salinitas tertentu
(An. sundaicus, An. subpictus), ada yang hidup di sawah
(An. aconitus), air bersih di pegunungan (An. maculatus),
genangan air yang dapat sinar matahari (An. punctulatus, An.
farauti).

Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan


lingkungan yang ada, seperti suhu, kelembaban, curah hujan,
dan sebagainya. Tingginya penularan tergantung dari densitas
(kepadatan) frekuensi gigitan, lamanya hidup vektor, lamanya
siklus Sporogoni, angka Sporozoit (parasit yang terdapat
dalam kelenjar air liur nyamuk) dan adanya reservoir parasit
(manusia yang mempunyai parasit dalam darah).
c. Faktor Environment
1) Lingkungan Fisik.
Menurut Harijanto dalam Arsin (2012), Faktor geografi
dan

meteorologi

di

Indonesia

sangat menguntungkan

transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbedabeda setiap spesies. Pada suhu 26,7oC masa inkubasi
ekstrinsik adalah 10 12 hari untuk P. falciparum dan 8 11
hari untuk P. vivax, 14 15 hari untuk P. malariae dan P.
ovale.
2) Lingkungan Biologik
Menurut Nasry dalam Arsin (2012), Lingkungan biologi
adalah segala unsur flora dan fauna yang berada di sekitar
manusia, antara lain meliputi berbagai mikroorganisme
patogen dan tidak patogen, berbagai binatang dan tumbuhan
yang mempengaruhi kehidupan manusia, fauna sekitar
manusia yang berfungsi sebagai vektor penyebab penyakit
menular.
Nyamuk sebagai vektor malaria merupakan serangga
yang sukses

memanfaatkan air lingkungan, termasuk air

alami dan air sumber buatan yang sifatnya permanen maupun


temporer. Semua serangga termasuk dalam daur hidupnya
(siklus Hidupnya) mempunyai tingkatan-tingkatan tertentu
dan kadang-kadang tingkatan itu satu dengan yang lainnya
sangat berbeda. Semua nyamuk akan mengalami metamorfosa
sempurna (holometabola) mulai dari telur, jentik, pupa dan
dewasa. Jentik dan pupa hidup di air, sedangkan dewasa hidup
di darat. Dengan demikian nyamuk dikenal memiliki dua
macam alam kehidupannya, yaitu kehidupan di dalam air dan
di luar air (Depkes, 2003).
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai
tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena
dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari
serangan mahkluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan
pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchx spp),
gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi
populasi nyamuk di suatu daerah dataran tinggi dan dataran
rendah. Adanya hewan ternak seperti sapi, kerbau dan babi
dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia,
apabila hewan ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari
rumah tempat tinggal manusia
3) Lingkungan Sosial-Budaya
Menurut Nasry dalam Arsin (2012), Lingkungan sosial
budaya

merupakan

bentuk

kehidupan

sosial,

budaya,

ekonomi, politik, sistem organisasi serta peraturan yang

berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat


tersebut. Lingkungan ini meliputi sistem hukum, administrasi
dan kehidupan sosial politik serta ekonomi, bentuk organisasi
masyarakat

yang

berlaku

setempat,

sistem

pelayanan

kesehatan serta kebiasaan hidup sehat pada masyarakat


setempat, kepadatan penduduk, kepadatan rumah tangga, dan
berbagai sistem kehidupan sosial lainnya.
Kebiasaan manusia untuk berada

di luar rumah

sampai larut malam akan memudahkan tergigit oleh nyamuk,


karena sifat vektor yang eksofilik dan eksofagik untuk
manusia yang terbiasa berada di luar rumah sampai larut
malam akan mudah digigit oleh nyamuk. Lingkungan sosial
budaya lainnya adalah tingkat kesadaran masyarakat akan
bahaya malaria.
Menurut Gunawan

dalam Arsin

(2012)

Tingkat

kesadaran ini akan mempengaruhi kesediaan masyarakat


untuk

memberantas

malaria, antara lain dengan

menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang


kawat kassa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk.
Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan,
pembuatan
pemukiman
perubahan

jalan,

pertambangan

baru/transmigrasi
lingkungan

yang

dan

sering

pembangunan
mengakibatkan

menguntungkan

penularan

malaria (man-made malaria).


Menurut Simanjuntak dalam Arsin (2012), Peperangan

dan perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting


untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya kunjungan
pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik mengakibatkan
juga meningkatnya kasus malaria yang dibawa dari luar
(daerah asal).
4) Pelayanan Kesehatan
Menurut Wijono dalam Arsin (2012), Besarnya akses
terhadap pelayanan kesehatan tergantung pada keadaan
geografis, ekonomi, sosial budaya, organisasi dan hambatan
bahasa, pelayanan kesehatan berarti bahwa pelayanan
kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, ekonomi,
sosial-budaya, organisasi dan hambatan bahasa. Akses
geografis dapat diukur dengan jenis transportasi, jarak, waktu
perjalanan
menghalangi

dan

hambatan

seseorang

fisik

untuk

lainnya

yang

memperoleh

dapat

pelayanan

kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan


pasien menjangkau pelayanan kesehatan dari segi pembiayaan
(affordability). Akses sosial atau budaya berkaitan dengan
diterimanya pelayanan yang dikaitkan dengan nilai budaya,
kepercayaan dan perilaku. Akses organisasi berkaitan dengan
sejauh mana pelayanan kesehatan diatur untuk kenyamanan
pasien, jam kerja klinik dan waktu tunggu. Akses bahasa
berarti bahwa pelayanan kesehatan dalam bahasa atau dialek
setempat yang dipahami pasien.

5) Pengobatan Tradisional
Pada umumnya masyarakat tradisional mengatasi
masalah penyakit malaria dengan memanfaatkan tumbuhtumbuhan yang ada di sekitarnya. Hampir di setiap daerah,
masyarakat

secara

turun-temurun

memiliki

cara-cara

tersendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya. Demikian


pula dengan penyakit malaria, mereka sering menggunakan
akar-akaran, kulit-batang, daun dan biji-bijian dari tumbuhtumbuhan yang ada di sekitar daerah tempat tinggalnya, untuk
mengobati penyakit termasuk penyakit malaria dengan cara
yang sangat sederhana.
B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria
Menurut Prabowo (2008), ada banyak faktor yang menyebabkan
penyakit malaria, kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu
daerah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Parasit malaria, ada empat spesies plasmodium penyebab malaria pada
manusia, yaitu P. Vivax, P. Falciparum, P. Malariae dan P. Ovale.
2. Nyamuk Anopheles, penyakit malaria pada manusia hanya ditularkan
oleh nyamuk anopheles betina. Tempat perindukan bervariasi dan
dibagi menjadi tiga kawasan yaitu pantai, pedalaman, dan kaki
gunung.
3. Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria, penduduk di suatu
daerah endemis malaria ada yang mudah dan sukar terinfeksi malaria
walaupun gejala negatifnya ringan.
4. Tempat perindukan nyamuk. Keadaan lingkungan berpengaruh besar
terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah, rawa-rawa, genangan

air, persawahan, tambak ikan, dan pertambangan yang merupakan


perindukan nyamuk malaria.
5. Kebiasaan masyarakat berada di luar rumah sampai larut malam.
6. Tingkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang malaria.
7. Sikap manusia dalam mencegah penyakit malaria dengan
menghabiskan menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada
rumah dan menggunakan anti nyamuk.
C. Pengetahuan
Notoatmodjo (2003), mengatakan pengetahuan merupakan hasil
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek
tertentu. Pengindraan panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga
1. Tingkatan Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman
seseorang dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian
seperti sebagai mana manusia menyelesaikan masalah tentang konsepkonsep baru dan kemampuan tentang belajar di kelas untuk mengukur
tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik dari sesuatu
bahan yang diterima atau dipelajari. Kata kerja yang dipelajari
untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang
diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi nyata.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponenkomponen, tapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun
formulasi yang baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi/ penilaian terhadap suatu materi/ obyek.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Maliono dkk dalam Lestari (2015), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah:
a. Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung pengetahuan seseorang
bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka tingkat
pengetahuan akan tinggi pula.
b. Kultur (budaya dan agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai atau
tidaknya dengan budaya yang ada apapun budaya yang dianut.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal
baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.
d. Pengalaman

Pengalaman di sini berkaitan dengan umur dan pendidikan


individu. Pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih
luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalamannya
akan semakin banyak.
3. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto dalam Wawan (2011), pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : hasil presentase 76% - 100%
b. Cukup : hasil presentase 56% - 75%
c. Kurang : hasil presentase > 56%

D. Sikap
Menurut Purwanto dalam Wawan (2010), sikap adalah pandanganpandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai sikap objek tadi.
1. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang menurut
Azwar dalam Wawan (2011), yaitu :
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercaya
oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat
disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut
masalah isu atau problem yang controversial.
b. Komponen efektif merupakan peranan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen efektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan
berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan
objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa
sikap seseorang adalah cerminan dalam bentuk tendensi perilaku.
2. Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan


menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari hal tersebut,
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang
menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subyek atau seseorang memberikan
nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti
membahasnya

dengan

orang lain,

bahkan

mengajak

atau

mempengaruhi, atau menganjurkan orang lain merespon.


d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung
jawab terhadap apa yang telah diyakininya seseorang yang telah
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus
berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan
atau adanya resiko lain (Lestari, 2015).

3. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
(Purwanto dalam Wawan, 2011).
a. Sikap positif kecenderungan

tindakan

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.


b. Sikap negatif terdapat kecenderungan

adalah
untuk

mendekati,
menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.


4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Beberapa faktor yang ikut berperan dalam membentuk sikap antara
lain:
a. Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
Untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif
ataukah negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain.
b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang
yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang
berarti khusus bagi kita akan banyak mempengaruhi pembentukan
sikap kita terhadap sesuatu di antara orang yang biasanya dianggap
penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya
lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja,

istri/suami dan lain-lain. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi


oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam
budaya yang mempunyai norma longgar dalam pergaulan hetero
seksual sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang
mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan hetero seksual.
Apabila

kita

hidup

dalam

budaya

sosial

yang

sangat

mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita


akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme
yang mengutamakan kepentingan perorangan.
d. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Media massa membawa kesan-kesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesanpesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup
kuat, akan member dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu
system

mempunyai

pengaruh

dalam

pembentukan

sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep


moral dalam diri individu.
f. Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan


dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau bentuk
pengalihan mekanisme pertahanan ego (Lestari, 2015).
5. Cara Mengukur Sikap
Menurut Azwar dalam Wawan (2010), pengukuran sikap dapat
dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap
adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek
sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau
mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimat
yang bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan
ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan
sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang
bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap.
Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel
suatu skala sikap dapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan
favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan
demikian pernyataan yang di sajikan tidak semua positif dan tidak
semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak
mendukung sama sekali obyek sikap.
Menurut Likert dalam Wawan (2011), pengukuran sikap dapat
menggunakan Skala Likert, mengajukan metodenya sebagai alternatif
yang lebih dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang
terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang

favorable dan yang unfavorable. Sedangkan item yang netral tidak di


sertakan.

Untuk

mengatasi

hilangnya

netral

tersebut,

Likert

menggunakan teknik konstruksi test yang lain.


Masing-masing responden diminta melakukan egreement atau
disegreemennya untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri dari
5 point (Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak
Setuju). Semua item yang favorable kemudian di ubah nilainya dalam
angka yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat
tidak setuju nilainya 1, sebaliknya, untuk item yang unfavorabel nilai
skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju
nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan
diberi skor sesuai dengan skala interval sama (Wawan, 2011).
E. Tempat Perindukan Nyamuk
Tempat perindukan nyamuk adalah tempat di mana nyamuk dapat
di rumput-rumput dan semak-semak di tepi saluran atau genangan air,
kain-kain yang bergantungan di dalam ruang gelas, tumpukan sampah
dan rawa-rawa. Tempat perindukan nyamuk tergantung dari jenis
nyamuk anopheles, dapat berkembang biak di air tawar, payau atau asin.
Tempat berkembangbiaknya sebagai berikut :
1. Persawahan bertingkat
2. Tambak-tambak ikan atau udah yang menerus
3. Rawa-rawa
4. Genangan air payau dekat muara sungai
5. Pinggiran hutan
6. Air yang tergenang di daerah pegunungan
7. Saluran air yang kurang terpelihara
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya
malaria di suatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air di hutan,
persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu

daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria


karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk
malaria (Prabowo, 2008).
F. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tempat Perindukan Nyamuk
dengan Kejadian Malaria
Menurut Prabowo (2008), ada banyak faktor yang menyebabkan
penyakit malaria, kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu
daerah ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya, parasit malaria
(yaitu protozoa darah yang termasuk genus plasmodium) yang dibawa
oleh nyamuk anopheles., penduduk di suatu daerah endemis malaria ada
yang mudah dan sukar terinfeksi malaria walaupun gejala negatifnya
ringan, pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendorong
terjadinya penyakit termasuk penyakit malaria dan sikap yang positif
akan cenderung membawa masyarakat untuk bertindak dalam mencegah
terjadinya penularan penyakit termasuk penyakit malaria.
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya
malaria di suatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air di hutan,
persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu
daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria
karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk
malaria (Prabowo, 2008).
6. Kerangka Konseptual
Variabel Bebas

Variabel Terikat

Bagan 1.
Kerangka Konseptual
7. Definisi Operasional
Tabel 2.
Definisi Operasional
No
1.

2.

3.

Definisi
Alat
Cara ukur
Hasil ukur
operasional
ukur
Pengetahuan Pemahaman
Kuesioner Memberika 1 :
responden tentang
n
pengertian
Pertanyaan Kurang, Jika
Skor jawaban
malaria, tanda< 56%
tanda malaria,
2:
bagaimana
pencegahaannya,
Cukup, Jika
dan
Skor jawaban
pengobatannya
56% - 75%
agar tidak
3:
Baik,
terjangkit malaria.
Jika Skor
jawaban >
76%
Sikap
Sikap merupakan Kuesioner Memberika 1 : Negatif,
kesiapan terhadap
n
jika skor
kejadian malaria
Pertanyaan jawaban <
(sikap penggunaan
Median
2 : Positif,
kawat kassa,
jika skor
kelambu, anti
jawaban >
nyamuk bakar dan
Median
menggantung
pakaian kotor)
Tempat
Adanya tempat
Kuesioner Memberika 1 :
Ada
Perindukan berkembang
n
tempat
Nyamuk
biakkan nyamuk
Pertanyaan berkembang
berupa genangan
biaknya
Variabel

Skala
ukur
Nomin
al

Nomin
al

Nomin
al

air, dan selokan


yang berjarak 23 km dari tempat
tinggal penderita.

4.

Kejadian
malaria

Pasien yang
Kuesioner Checklist
datang berobat
memiliki diagnosa
berdasarkan uji
laboraturim.

8. Hipotesis
1. Ho

nyamuk.
2:
Tidak
ada tempat
berkembang
biaknya
nyamuk
1 : Malaria
Positif
2 : Malaria
Negatif

: Tidak ada hubungan antara faktor pengetahuan dengan

kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota


Ha

Bengkulu.
: Ada hubungan antara faktor pengetahuan dengan kejadian malaria
di wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.
2. Ho
: Tidak ada hubungan antara faktor sikap dengan kejadian

Ha

malaria di wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.


: Ada hubungan antara faktor sikap dengan kejadian malaria di
wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.
3. Ho
: Tidak ada hubungan antara faktor tempat perindukan
nyamuk dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Jalan

Ha

Gedang Kota Bengkulu.


: Ada hubungan antara faktor tempat perindukan nyamuk dengan
kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota
Bengkulu.

Nomin
al

6. Analisis univariat dan bivariate


1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang distribusi frekuensi dari tiap variabel, baik variabel bebas dan
variabel terikat.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat
hubungan antara variabel bebas (tempat perindukan nyamuk, sikap dan
pengetahuan) dengan variabel terikat (kejadian malaria) dan dengan
menggunakan uji statistic yaitu chi square () dan untuk mengetahui
keeratan hubungan digunakan uji Contingency Coefficient (C).

Anda mungkin juga menyukai