Anda di halaman 1dari 27

UPAYA PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN DITEKSI DINI

KEBAKARAN HUTAN

I. PENDAHULUAN

Permasalahan kebakaran hutan dan lahan selau terajadi di berbagai negara di

belahan bumi ini. Oleh karena itu, kebakaran hutan sangat di soroti oleh dunia,

karena kebakaran hutan bisa berdampak kepada negara yang mengalami

kebakaran hutan dan lahan dengan negara yang berbatasan langsung satu daratan

maupun yang tidak. Kebakaran hutan dan lahan menjadi permasalahan yang perlu

di selesaikan secara lintas negara.

Bahkan negara-negara besar seperti Australia, amerika, kanada tidak mampu

atau masih kesulitan dalam hal memadamkan kebaran hutan dan lahan. Dalam

usaha pemadaman kebakaran hutan dan lahan, masih diperlukan wektu berhari-hari

bahan berminggu-minggu. Hal ini tergantung luas wilayah dan topografi wilayah,

padahal negara tersebut telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih,

peralatan pemadam kebakaran hutan dan lahan (Damkarhutla) sangat canggih,

seperti pesawat pembom air, Satelit dan didukung pula dengan mobilitas yang

handal baik darat maupun udara masih saja tetap kesulitan Bahkan tidak sedikit

memakan korban baik materiil maupun jiwa.

Ada Sebagian oknum tertentu kebakaran hutan dan lahan dilakukan dengan

sengaja. Hal ini dilakukan untuk membantu aktifitas illegal, contohnya untuk

pembebasan lahan, pencurian kayu, perburuan liar, dengan melakukan pembakaran

hutan dan lahan tersebut, bisa mengurangi hambatan dalam beraktifitas. Bentuk

pembakaran liar dapat dengan mudah mencari atau mengetahui binatang yang

menjadi sasaran.

1
Beberapa cara telah diupayakan agar kebaran hutan dan lahan bisa diketahui

lebih dini. Hal ini dilakukan agar dalam proses pemadaman tidak memerlukan energi

yang banyak dan lebih cepat proses upaya pemandamannya.

Deteksi dini adalah upaya untuk mendapatkan keterangan secara dini adanya

kebakaran hutan melalui penerapan teknologi sederhana hingga teknologi canggih

(Direktorat Penanggulangan Kebakaran Hutan, 2001).

Penerapan Deteksi Dini juga dilakukan dalam upaya perencanaan pemadaman

yang matang. Informasi yang diperoleh melalui satelit pendeteksi asap, diharapkan

dapat menentukan lokasi yang telah diketahui karakteristiknya sehingga kesiapan

petugas pemadam lebih dapat membantu dalam tahap pemadaman kebakaran

maupun penanganan paska kebakaran hutan.

Informasi yang diperoleh melalui satelit pendeteksi asap diharapkan dapat

menentukan lokasi yang telah diketahui karakteristiknya, sehingga kesiapan petugas

pemadan dapat lebih memadai dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan

lahan maupun penanganan pasca kebakaran hutan dan lahan.se

II. PRINSIP DASAR KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Bahan bakar yang ada di dalam hutan sangat beragam dan tersebar dari lantai

hutan sampai ke pucuk pohon dan lapisan tajuk hutan. Bahan bakar yang berada

dalam hutan dapat berupa serasah, rumput, ranting, cabang, dedaunan dan pohon

pohon (Suratmo, et all. 2003). Menurut Brown dan Davis (1973) ada tiga komponen

yangdiperlukan agar terjadi proses pembakaran, yaitu sumber api, ketersediaan

bahan bakar, dan ketersediaan oksigen.

Ada beberapa unsur yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan:

1. Bahan bakar (rumput, serasah, kayu, ranting)

2
2. Panas, cuaca panas sangat berpengaruh dalam terjadinya kebakaran.

3. Oksigen, angin dapat mempercepat proses pembakaran dan penyebaran

api.

Menurut Brown dan Davis (1973) ada tiga komponen yangdiperlukan agar terjadi

proses pembakaran, yaitu sumber api, ketersediaan bahan bakar, dan ketersediaan

oksigen. Ketiga komponen tersebut membentuk segitiga api (fire triangle).

III. DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

A. Dampak terhadap bio-fisik

Dampak buruk dari kebakarn hutan dan lahan adalah merusak pepohonan dan

bisa menghilangkan tanaman secara keseluruhan vegetasi yang ada. Yang paling

dikhawatirkan adalah hilangnya plasmanutfah (sumber daya genetik pembawa sifat

keturunan) seiring dengan hancurnya vegetasi tersebut.

Kebakaran hutan dan lahan dapat melemahkan daya tahan tegakan terhadap

serangan hama dan penyakit. Batang pohon yang ada luka bakar meskipun tidak

mati, seringkali terjadi pembusukan, sehingga tidak sehat dan mudah terserang

penyakit.

Kebakaran hutan dan lahan dapat juga mengurangi padatan tegak dan merusak

rimbunan kehijauan yang bermanfaat bagi hewan satwa liar dan habitatnya.

Kebakaran hutan dan lahan dapat merusak sifat fisi tanah akibat hilangnya humus

dan bahan organic tanah, pada saat tanah menjadi terbuka akan kena langsung

dengan panas matahari, akhirnya udara terasa panas yang lebih tinggi. Tanah

menjadi mudah erosi dan tingkat air tanah menurun.

3
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi berulang kali disuatu tempat yang sama,

akan mematikan mikroorganisme atau jasad renik yang sangat berguna bagi

kesuburan tanah.

Kawasan yang terbakar cenderung menurunkan kapasitas penyimpanan air,

akibatnya mengakibatkan tanah erosi dan banjir sehingga terjadi pendangkalan

saluran air sungai, danau, dan lain-lain.

B. Dampak terhadap sosial ekonomi

Akibat dari perubahan biofisik terhadap sumber daya alam dan lingkungan karena

kebakaran hutan dan lahan adalah penurunan daya dukung dan produktifitas hutan

dan lahan. Dari hal tersebut akan menurunkan pendapatan masyarakat dan negara

dari sector kehutanan perindustrian pertanian perdagangan, jasa, dan lainnya yang

terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungannya.

C. Dampak terhadap lingkungan

Bencana alam berupa kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia, sudah dapat

dikategorikan sebagai bencana transnasional. Hal ini dikarenakan dampak yang

ditimbulkan dari asap kebakaran hutan bukan hanya dirasakan oleh warga negara

Indonesia saja, tetapi juga dirasakan oleh warga negara tetangga, seperti Malaysia

dan Singapura. Sebagai contoh nyata, pada kisaran tahun 1997/1998, Indonesia

mengalami kebakaran hutan paling parah yang pernah terjadi. Potret negara yang

diselimuti oleh kabut, hutan Indonesia yang sedang terbakar, serta orang utan yang

menderita akibat kehilangan rumahnya terpampang secara jelas di berbagai surat

kabar dan televisi internasional. Pada saat itu, negara-negara tetangga, seperti

Malaysia, Singapura dan Australia sampai harus membantu memadamkan api yang

menjalar di hutan Indonesia. Peristiwa kebakaran hutan ini ditetapkan sebagai salah

satu bencana lingkungan terburuk sepanjang masa, karena dampaknya bagi hutan

4
serta jumlah emisi karbon yang dihasilkan sangat besar dan sangat mempengaruhi

kehidupan di negara-negara sekitar juga.

IV. SUMBER API KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

masalah kebakaran lahan dan hutan sangat erat kaitannya dengan faktor sosial

ekonomi dan perilaku yang disengaja, baik oleh masyarakat maupun perusahaan.

Walaupun faktor alam dapat menjadi pendorong terjadinya kebakaran hutan dan

lahan, namun sebagian besar pemicu kebakaran hutan dan lahan diyakini

bersumber dari aktivitas manusia. Dalam rangka efisiensi biaya, masyarakat dan

para pelaku bisnis sering melakukan aktivitas pembersihan lahan (land clearing)

dengan cara sangat tidak ramah lingkungan, yakni berupa aktivitas pembakaran

yang akhirnya berujung pada kebakaran lahan dan hutan di sekitar areal

perkebunan.

Kegiatan budidaya dan faktor lainnya yang dapat menjadi sumber api

kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut:

a. Pertanian

Sebagian besar kebakaran hutan dan lahan diakibatkan oleh aktivitas kebakaran

dalam sistem pengelolaan lahan pedesaan. Pembukaan kawasan hutan untuk

mengembangkan kawasan baru untuk menanam pangan telah lama dilakukan.

Beberapa tahun setelah menanam tanaman pangan, tanah biasanya kekurangan

gizi dan ditinggalkan. Kemudian, area hutan lain ditebang untuk tujuan yang sama.

Hal ini akan terus berlanjut dan akan meningkat seiring dengan pertambahan

penduduk.

Insinerator juga dilakukan di lahan pertanian permanen untuk menghilangkan

sisa tanaman dan tanaman potensial untuk persiapan perkebunan. Kebakaran

5
biasanya terjadi pada musim kemarau dan tidak terkendali atau kurang terkontrol

sehingga menyebabkan kebakaran mudah menjalar ke kawasan hutan/lahan di

sekitarnya, sehingga mengakibatkan kebakaran hutan/lahan yang merusak secara

ekonomi dan ekologi.

b. Pembuatan Tanaman Hutan

Dalam kegiatan reboisasi, terutama sistem tebang habis dan kegiatan reboisasi

untuk reboisasi, api digunakan untuk penebangan untuk mempersiapkan

perkebunan. Seringkali, karena kelalaian, kebakaran menyebar ke kawasan hutan

dan tanah di sekitarnya, menyebabkan kebakaran hutan.

c. Pembalakan/logging

Penebangan / logging kebakaran hutan biasanya disebabkan oleh kelalaian

para penebang di musim kemarau. Misalnya, percikan api yang jatuh pada saluran

pembuangan / knalpot gergaji pada bahan kering menciptakan bara, yang pada

gilirannya menjadi nyala api yang menyebar ke bahan lain di lantai.

d. Api Batubara

Kebakaran lapisan batubara adalah masalah unik seperti Kalimantan Timur.

Lapisan batu bara yang terbakar pada kebakaran tahun 1993 masih membara di

bawah tanah. Selama musim hujan, situasi ini jarang menjadi masalah, karena batu

bara tersembunyi di bawah permukaan bumi. Namun, pada musim kemarau, kadar

air tanah berkurang, dan tanah mengering dan pecah-pecah. Demikian pula,

kebakaran lapisan batubara terus menyebabkan tanah longsor di sekitar tepi

lubang/sumur api. Akibat celah-celah dan longsoran ini, api batu bara menyentuh

bahan bakar dari tumbuh-tumbuhan kering (awalnya terbunuh oleh panasnya api

batu bara) dan kemudian menyebar ke segala arah di lantai. Saat ini, Kalimantan

Timur masih memiliki banyak kebakaran lapisan batubara yang masih membara dan

6
dapat menyebabkan kebakaran hutan. Situasi serupa dapat terjadi di tempat lain di

lapisan batubara bawah tanah.

e. Kejadian Alam

Sumber bencana alam yang jarang terjadi namun masih memungkinkan, yaitu

kebakaran hutan dan lahan akibat petir. Sebab, dampaknya biasanya kecil dan

tidak signifikan saat musim hujan. Namun, jika kanopi (pinus) yang mudah terbakar

menyerang dalam keadaan basah, kebakaran kanopi skala besar akan terjadi di

hutan pinus.

V. PERINGATAN DAN DETEKSI DINI KEBAKARAN HUTAN

Menurut Murniati dan Kadarusman, 2003. konsep dasar kegiatan peringatan dini dan

deteksi memberikan data dan informasi yang akurat dan tepat waktu sebagai dasar

kegiatan tindak lanjut pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan

skala besar.

A. HOTSPOT

Yang disebut sistem deteksi dini hotspot (early system warning) dijelaskan di

bawah ini. Hotspot adalah istilah untuk piksel dengan nilai suhu di atas ambang

batas tertentu dari interpretasi citra satelit NOAA-AVHRR (National Oceanic and

Atmospheric Administration, Advanced Ultra High Resolution Radiometer). Pada

, NOAA 12 dan 16 adalah satelit NOAA yang umum digunakan dan masih

berfungsi normal.

Proses interpretasi citra NOAA dilakukan secara otomatis menggunakan

komputer. Ada dua jenis algoritma yang digunakan untuk mengekstrak hotspot: (1)

Algoritma konteks (dikembangkan oleh Natural Resource Institute (NRI) untuk

pengumpulan data siang hari)

7
(2) Pengambilan data dengan algoritma sederhana (dikembangkan oleh

BURS) Di sore hari. Ambang batas suhu yang diterapkan pada saluran infra merah

adalah 315 K (42°C) untuk sampling siang hari dan 310 K (37°C) untuk

sampling siang/malam. Saat ini, ada tiga stasiun penerima yang beroperasi di

Indonesia. Kalimantan. Titik api tidak selalu mendeteksi kebakaran karena ambang

batas ditentukan dari pembacaan sensor pada suhu permukaan.

Oleh karena itu, hotspot lebih tepat didefinisikan sebagai hotspot. Luas piksel

(resolusi) pada citra NOAA adalah 1,1

4 x 1,1 km (1,21 km²), sehingga suatu hotspot tidak dapat diartikan memiliki

luas 1,21 km².

1 Ada beberapa hotspot dalam satu hotspot. Setelah mendapatkan informasi

bahwa hotspot tidak terdeteksi (notdetected) di suatu area tertentu pada waktu

tertentu, bukan berarti tidak ada hotspot di area tersebut.

Hal ini mungkin disebabkan oleh kabut tebal atau tutupan awan saat satelit

NOAA melintasi area tersebut. Secara umum, hotspot hasil interpretasi satelit

NOAA memiliki tiga penyebab yang tidak akurat. Artinya, (1) posisi (sudut) satelit

NOAA saat melewati stasiun penerima (2) pengaruh benda di permukaan bumi

terhadap sensor satelit NOAA B. permukaan air, pasir kasar, dan permukaan bumi

dengan logam yang cukup (3) NOAA Koreksi geometrik dari gambar itu sendiri.

8
Arus dari sistim informasi data hotspot digambarkan sebagai

berikut : 

B. TUJUAN KEGIATAN DETEKSI DAN PERINGATAN DINI  :

1. Probabilitas Kebakaran, Perilaku Kebakaran dan Perkiraan Dampak

Kebakaran

2. Penyediaan data, informasi, penetapan daerah rawan kebakaran dan peta

sebagai bahan proteksi kebakaran dan proteksi kebakaran

3. Mendukung kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan sejak dini dan

mencegah berkembang menjadi kebakaran yang tidak terkendali bahkan

bencana.

4. Persiapan sumber daya proteksi kebakaran dan pertahankan tingkat

mobilitas

C. POS KOMANDO PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN

(POSKODALKARHUT)

Di Posko ini setiap hari data hotspot diolah & diproses menggunakan

memakai GIS/SIG dan didistribusikan pada users khususnya instansi Kehutanan /

Perkebunan Kabupaten /Kota melalui saluran komunikasi tercepat seperti : e-mail,

9
Facsimile, Radio Komunikasi , dsb. Untuk ditindak lanjuti & melaporkan output tindak

lanjut tadi ke Dinas Kehutanan.

D. OUT PUT (KELUARAN) DATA HOT SPOT

Output atau keluaran dari data hotspot yang diolah dan digenerate oleh Dalkarhut

CommandPost

adalah sebagai berikut:

1. Peta penyebaran hotspot

2. Titik koordinat

3. Lokasi Hotspot Kecamatan dan Kabupaten Keistimewaan Wilayah sebesar

RTRWP Peta

4. Rangkuman Sebaran Data Hotspot Menurut Kabupaten/Kota

5. Penetapan Daerah dan Peta Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan

6. Buku Hotspot, Distribusi Images dan Koordinat di Wilayah Propinsi

Hasil pemantauan hotspot dilaporkan selama kurun waktu tertentu yaitu

jumlah titik hotspot, koordinat lokasi dan letak berdasarkan tata ruang. Dari

beberapa titik hotspot tersebut kemudian dianalisa Kawasan-kawasan yang memilki

kerawanan baik yang rendah, sedang maupun tinggi serta waktu-waktu tertentu

yang diduga sangat rentan terhadap bahaya kebakaran hutan. Dari hasil analisa

tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa kebakaran hutan dan lahan bukan

semata menjadi tanggungjawab pihak instansi kehutanan melainkan tanggungjawab

kita semua. Oleh sebab itu mari kita hentikan saling tunjuk hidung lempar

tanggungjawab. Kita duduk dengan kepala dingin dan mencari solusi terbaik untuk

meminimalisir kebakaran hutan/lahan

10
E. PENGECEKAN LAPANGAN

di atas, dilakukan survei lapangan, dan pada saat yang sama, area yang

terbakar, penyebab kebakaran, bahan yang dibakar, dan waktu kebakaran

diidentifikasi, dan sosialisasi dan saran di lokasi dilakukan.

Sebelum melakukan pengecekan lapangan perlu disiapkan antara lain :

1. Peta Lokasi Hotspot Kabupaten

2. GPS

3. Roll Meter

4. Kompas Shunto

5. Busur Derajat

6. Mistar

7. Pensil

8. Penghapus

9. Kamera Digital

10. Pemeriksaan aksesibilitas untuk penyiapan transportasi

F. Deteksi Dini Kebakaran Hutan dan Lahan Secara Manual

Cara-cara deteksi yang mungkin dapat dilakukan secara manual antara lain:

1. Deteksi dan pelaporan sukarela dari masyarakat;

2. Patroli darat (secara rutin);

3. Pengawasan dan menara api;

Suatu sistem deteksi yang efesien seharusnya menggunakan semua cara

tersebut, sesuai dengan kebutuhan.

a. Pelaporan Sukarela

11
Di kawasan hutan penduduk yang rawan kebakaran, warga diharapkan dapat

melaporkan terjadinya kebakaran hutan. Pelaporan sukarela tersebut dapat

dimasukkan dalam perencanaan sistem deteksi. Tentu saja hal ini dimungkinkan

jika masyarakat benar-benar termotivasi. Oleh karena itu, masyarakat perlu

diinformasikan tentang bahaya kebakaran dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

pemadaman kebakaran hutan.

b. Patroli Darat

Patroli darat terlihat seperti kegiatan sederhana, tetapi jika dilakukan dengan

benar, itu bisa menjadi jalan yang sangat bagus. Patroli lahan harus dilakukan

secara teratur di kawasan hutan yang bernilai sangat tinggi dan berisiko tinggi

kebakaran. Petugas polisi dapat berpatroli dengan berjalan kaki, dengan

sepeda, dengan mobil, dengan perahu, dan terkadang harus memanfaatkan

ketinggian di luar ruangan seperti memanjat pohon. Mereka perlu mengenal

wilayah yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk pengenalan medan dan

adat istiadat masyarakat. Petugas ini mungkin juga aktif di bidang pencegahan,

penegakan hukum dan penindasan.

Kelemahan cara ini adalah terbatasnya kawasan yang terawasi terus-

menerus dan oleh karenanya waktu penemuan adanya kebakaran seringkali

terlambat. Di samping itu dalam jangka panjang patroli lebih mahal dari pada

stasiun-stasiun atau menara api, sehingga penggunaan menara api perlu

dipertimbangkan sebagai pengganti patroli.

Jika Anda menyewa seorang inspektur kebakaran secara musiman, mungkin

lebih ekonomis dalam jangka panjang untuk menyewa seorang inspektur

kebakaran dan menggunakannya untuk pekerjaan proteksi kebakaran lainnya

setelah musim kebakaran berakhir. Dalam beberapa kasus, kebakaran hutan

12
dapat dideteksi dan dilaporkan oleh pejabat instansi pemerintah lainnya ketika

mereka menghadapi kebakaran dalam pekerjaan sehari-hari mereka.

c. Menara Pengawas/Menara Api

Menara pemantau kebakaran umumnya merupakan sarana deteksi

kebakaran yang paling memuaskan dan secara bertahap dapat mengurangi

patroli darat. Selain itu, memasang menara pengawas kebakaran di luar

ruangan berguna untuk upaya konservasi hutan karena ini menunjukkan bahwa

area tersebut berada di bawah pengawasan terus-menerus. Selama kegiatan

pemadaman kebakaran, menara pemantau kebakaran dapat digunakan sebagai

tempat penyimpanan sementara peralatan dan sebagai tempat istirahat bagi

petugas pemadam kebakaran.

Metode pendeteksian ini dimulai dengan memasang listrik pada saat musim

kebakaran. Anda dapat membangun menara pengintai api di lokasi ini jika

menurut Anda itu akan berhasil. Namun, pertimbangan ilmiah perlu

dipertimbangkan saat memutuskan kapan akan membangun menara. Agar

menara api berfungsi secara efektif, maka harus dilengkapi dengan peralatan

dasar seperti teropong, peta, proteksi kebakaran, pengukuran arah dan

kecepatan angin, dan titik dasar. Ketinggian menara api harus ditentukan

seakurat mungkin. Pilih tempat yang tepat untuk Menara Api. Selain itu,

ketinggian menara tergantung pada fungsi jenis pohon di daerah tersebut.

VI. PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

A. Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan

Pencegahan lebih penting daripada pengobatan. Pernyataan ini juga berlaku

untuk kebakaran hutan. Dengan program pencegahan yang baik, Anda tidak harus

13
mengalami kebakaran terlebih dahulu, sehingga Anda dapat meminimalkan biaya

pemadaman kebakaran dan menghindari kerusakan akibat kebakaran. Proteksi

kebakaran melibatkan pengurangan risiko dan risiko kebakaran. Hal ini dapat

dicapai melalui pendidikan, praktik kehutanan yang tepat, perubahan bahan bakar,

dan penegakan undang-undang.

1. Penyuluhan dan Pendidikan

Sebagian besar kebakaran di Indonesia secara tidak sengaja atau sengaja

dibuat-buat, sehingga dukungan dan kerjasama masyarakat sangat penting untuk

keberhasilan program konservasi. Untuk itu, sangat penting untuk mengulang

nasehat dan edukasi agar masyarakat tertarik pada pelestarian hutan dan

kelestarian hutan. Hal-hal berikut ini dapat menjadi pertimbangan dalam upaya

pencegahan kebakaran hutan dan lahan:

a. Masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan kegiatan preventif, tidak

menyadarinya, atau diberikan informasi yang tidak benar. Mereka tidak peduli

dengan bahaya kebakaran di hutan. Jenis orang ini termasuk, misalnya, orang

yang membuat api unggun di dekat batang kayu atau batang kayu kering.

b. Kecerobohan sebagian orang yang tidak peduli dengan akibat dari perbuatannya.

Golongan ini meliputi perokok yang cenderung tidak sengaja membuang puntung

rokok dan korek api yang masih menyala, pekemah yang pertama kali membuat

api unggun tanpa memadamkannya, dan penebang kayu yang lalai terhadap

kemungkinan terjadinya kebakaran hutan.

c. Aktivitas atau penembakan yang disengaja oleh faktor antisosial/anti kemapanan

seperti vandalisme (penghancuran) dan tindakan egois lainnya.

d. Kelompok orang yang pertama dan kedua (a & b) perlu dididik. Orang-orang yang

tidak mendapat informasi atau salah informasi dapat dididik mengenai bahaya

14
kebakaran; orang-orang yang tidak hati-hati dapat diberi penerangan melalui

publikasi audio visual ataupun kalau terpaksa dengan penegakan hukum. Kerja

sama dengan kedua kelompok ini akan membantu pemadam kebakaran

menghadapi kelompok ketiga (c).

e. Rencana pendidikan harus mencakup:

f. Pemanfaatan tokoh-tokoh masyarakat yang terorganisasi untuk pekerjaan

pencegahan kebakaran;

g. Publikasi media massa setempat;

h. Publikasi audio-visual;

i. Surat-surat edaran dan selebaran;

j. Penerbitan buku saku yang mudah dibawa-bawa.

Media massa (pers, TV dan radio) merupakan suatu media yang potensial untuk

menjangkau massa. Makalahmakalah tentang pencegahan kebakaran, editorial dan

lainlain perlu dipublikasikan melalui media massa setempat selama musim kering.

Tulisantulisan tersebut harus secara jelas menguraikan manfaat pencegahan

kebakaran hutan, khususnya dari segi ekonomi pedesaan. Kejadiankejadian

kebakaran besar dan dampaknya terhadap masyarakat serta kasuskasus

penegakan hukum yang menyeret tersangka penyebab kebakaran, juga harus

diberitakan secara memadai dan sejujurnya melalui media massa, sehingga dapat

mendidik dan memberikan informasi yang benar bagi masyarakat, guna mendorong

mereka untuk bekerja sama seperti yang dibutuhkan. Cara pendekatan dalam

program pencegahan kebakaran harus imajinatif dan benarbenar dipikirkan,

misalnya dengan dialog temu muka dengan masyarakat, karya wisata, audio visual,

dsb. Ceramah tentang pencegahan kebakaran oleh pejabat kehutanan seperti

sekolah dan kelompok masyarakat, didukung oleh ceramah seperti slide dan

15
hiburan, juga merupakan sarana yang efektif. Kegiatan konseling harus terorganisasi

dengan baik. Kuliah dan poster sporadis di beberapa tempat saja tidak cukup.

Kegiatan harus diselenggarakan melalui program yang terdefinisi dengan baik yang

menyentuh aspek pendidikan publik, pelibatan masyarakat dan pemasangan rambu

dan poster yang menampilkan maskot kebakaran hutan nasional (si Pongi). Program

perlindungan kebakaran adalah kegiatan sepanjang tahun dan kita tidak boleh

melewatkan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran publik dan individu tentang

kebakaran hutan. Singkatnya, kita perlu membuat opini publik tentang pencegahan

kebakaran hutan.

Keterlibatan masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat setempat dalam

pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan sangat penting. Program

kerjasama di bidang pencegahan dengan bantuan masyarakat sangat diperlukan.

Hal ini dapat dicapai dengan menghadirkan masyarakat dengan sistem proteksi

kebakaran, deteksi dini, komunikasi dan penahanan yang tepat, dan dengan

membentuk tim pemadam kebakaran dengan struktur dan otoritas yang sesuai yang

terdiri dari masyarakat desa.

Penerapan sanksi dan penghargaan juga harus diperhatikan. Masyarakat yang

berhasil menjaga kawasan hutan dari bahaya kebakaran dalam jangka waktu

tertentu patut mendapatkan penghargaan.

2. Praktek Silvikultur

Di daerah dengan vegetasi campuran atau tanaman pangan dari berbagai usia,

api dapat menyebar dari permukaan api dari semak atau semak menuju kanopi.

Pohon mati yang bersandar pada pohon lain juga membantu menyebarkan api dari

api permukaan ke api tajuk. Oleh karena itu, perlu untuk mematuhi praktik

penghijauan yang tepat seperti: B. Pembersihan secara teratur, menghilangkan

16
pohon dan tanaman yang mati, lemah atau sakit dan memutus rantai bahan bakar

vertikal. Operasi penebangan harus direncanakan agar spesies yang rawan

kebakaran tidak menyerbu dan membuat bukaan lebar yang dapat meningkatkan

risiko kebakaran hutan. Membersihkan bahan yang mudah terbakar sangat penting

untuk mengurangi risiko kebakaran. Untuk memutuskan rantai bahan bakar, Anda

perlu menghindari atau mengurangi penumpukan limbah. Deforestasi limbah perlu

dikurangi dan pembagian limbah mungkin perlu dipertimbangkan. Selain itu, jika

memungkinkan, bahan bakar akan digunakan seoptimal mungkin. Misalnya,

digunakan untuk serpihan kayu, kompos, dll.

Istilah seperti "pembakaran terencana" dan "pembakaran" berhubungan dengan

pemadaman api di bawah kontrol dan kondisi yang diinginkan untuk mengurangi

bahan bakar di hutan. Secara umum, "pembakaran yang direncanakan" mencakup

"pembakaran sisa" untuk penebangan yang dilaksanakan secara lokal dan

"pembakaran terbuka" di dalam tegakan untuk menghindari kerusakan di masa

depan.

Kegiatan penghijauan dan penghijauan telah mendapat banyak perhatian

selama ini. Pemilihan dan konservasi jenis pohon harus direncanakan dengan hati-

hati, mengingat pentingnya mengurangi risiko kebakaran hutan. Kebakaran hutan

sering terjadi di kawasan reboisasi karena tidak ada perhatian yang diberikan pada

upaya pencegahan tersebut. Saat mengganti peralatan / jenis bahan bakar untuk

mencegah kebakaran, Anda perlu mempertimbangkan area di mana ada risiko

kebakaran. Penting untuk mengidentifikasi jenis vegetasi yang berisiko tinggi

terhadap kebakaran, dan jika digunakan, pertimbangan yang cermat dari sistem

penghutanan untuk mengurangi kerentanan. Dalam semua kasus lain, disarankan

untuk menggunakan jenis tahan api.

17
3. Jalur Hijau dan Jalur Kuning

Jalur hijau dibuat menggunakan tanaman yang tahan api dan tidak kehilangan

daunnya saat musim kemarau. Bertindak sebagai sekat bakar (firebreak) di dalam

dan di antara plot tanaman, dan baik di dalam maupun di antara plot tanaman dan

penggunaan lahan lainnya. Hal ini untuk mencegah kebakaran di satu properti

menyebar ke properti lainnya. Garis Kuning

Adapun jalur kuning / Firebreak dibuat dengan membersihkan jalur tanaman dan

bahan bakar lainnya. Jalur kuning dapat berupa jalan angkutan atau jalan kendali.

Garis kuning sangat berguna untuk memadamkan api, terutama untuk

burnback.Perbaikan Sistem Penggembalaan

Penggembala seringkali menjadi penyebab kebakaran hutan. Tindakan-tindakan

yang diperlukan untuk mencegah kegiatan pembakaran padang pengembalaan,

antara lain sebagai berikut:

a. Perbaikan sistem peternakan melalui peningkatan mutu pakan ternak;

b. Pengembangan jenis-jenis pakan dalam kaitannya dengan penyediaan pakan

yang bervariasi;

c. Rehabilitasi padang alang-alang.

4. Usahatani Konservasi, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Rakyat

Menyadari bahaya penangkapan ikan yang berlebihan di hutan alam, Indonesia

telah berupaya untuk mengembangkan perkebunan dan memulihkan lahan dan

daerah aliran sungai yang penting. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait

pertanian konservasi, hutan rakyat, dan hutan rakyat untuk mendorong masyarakat

setempat menanam pohon multiguna di dalam dan di luar kawasan hutan. Ketiga

program ini diharapkan dapat memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

18
pembangunan hutan, meningkatkan kesejahteraan dan menjaga kelestarian sumber

daya hutan. Diharapkan juga kegiatan partisipasi masyarakat melalui program ini

akan memotivasi dan menjadi lebih tertarik dalam memerangi kebakaran hutan dan

lahan.

5. Penegakan Hukum

Hukum sangat penting dalam kaitannya dengan pencegahan kebakaran hutan.

Penegakan disiplin dalam penggunaan api sangat diperlukan, terutama bagi mereka

yang rawan melakukan pelanggaran. Masyarakat harus diinformasikan dan dididik

tentang aturan-aturan ini. Masih ada sekelompok kecil masyarakat yang cenderung

melanggar atau tidak menyukai aturan penggunaan api di kawasan terlarang untuk

kepentingan mereka sendiri. Meskipun kelompok ini kecil, mereka sering dapat

mengganggu kegiatan proteksi kebakaran. Oleh karena itu, aparat penegak hukum

terus menjadi satu-satunya cara untuk memastikan keberhasilan tindakan

pencegahan bagi mereka yang tidak peduli. Pemberian sanksi hukum dapat

menjadi sarana untuk mencapai tujuan, tetapi juga dapat dilihat sebagai hukuman

belaka. Menegakkan hukum dan mengumumkan hukuman bagi pelanggar dapat

mengurangi kemungkinan kebakaran. Penegakan hukum adalah bagian penting dari

proteksi kebakaran, tetapi harus dianggap sebagai alat pendidikan yang harus

digunakan dengan hati-hati.

B. Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan

1. Prinsip Pemadaman

Prinsip pemadaman kebakaran hutan dan lahan adalah menemukan

kebakaran secara cepat/dini dan kemudian memadamkannya selagi api masih kecil.

Rata-rata kejadian kebakaran hutan dipadamkan oleh regu yang pertama datang

melihatnya. Kebakaran yang lebih besar memerlukan tenaga bantuan.

19
Sedangkan prinsip utama dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan adalah:

a. Capailah setiap lokasi kebakaran hutan secepat dapat dicapai dengan

selamat. Seranglah dengan kekuatan penuh, sehingga api mengecil. Jaga

hingga dapat dipastikan bahwa api benar-benar mati.

b. Buatlah ilaran lebih cepat dari penjalaran api.

c. Klasifikasi bahan bakar perlu diketahui untuk menentukan kecepatan menjalar

dan ketahanan untuk mengendalikan api.

d. Perencanaan pengendalian kebakaran hutan untuk kondisi kebakaran yang

paling buruk tetap diperlukan.

e. Kondisi-kondisi yang terjadi akibat perkembangan kebakaran hutan selalu

berubah-ubah, oleh karena itu perencanaan pengendalian kebakaran

merupakan proses yang terus menerus dengan memperhatikan perubahan

kondisi yang terjadi, sehingga didapatkan hasil pemadaman yang lebih baik.

2. Pelaksanaan Pemadaman

Pemadaman dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pada

metode pemadaman api langsung, semua daya pemadam kebakaran diarahkan ke

nyala api. Ada dua opsi untuk metode ini. Pertama serang api dengan Kepyokhan

(alat pemukul) atau buang bahan seperti tanah/lumpur/pasir ke dalam api. Keduanya

mulai memadamkan api dari belakang, maju ke kedua sisi api, dan akhirnya

mengendalikan permukaan api. Opsi pertama dimungkinkan dengan api kecil.

Dalam kasus kedua, kondisi api terlalu panas untuk didekati, sehingga strategi

serangan harus dimulai dari belakang dan bergerak menyerang dari sisi api hingga

diperoleh area api. Tindakan ini dilakukan. Mengurangi api dan mencegahnya

menyebar ke samping. Jika api Bushland kecil, menyebar ke arah lereng bukit dan

20
terlalu panas untuk menyerang dari depan, mulailah memadamkan api dari

belakang, lalu bergerak melalui sisi api ke area yang terbakar. Biarkan api di depan

api sekali. Api mencapai bukit. Jika area api mencapai tepi punggungan, serangan

langsung dari depan dimungkinkan. Api harus bisa dikendalikan sebelum bisa jatuh

atau melambung di sisi bukit dan bukit lainnya. Untuk kebakaran tidak langsung,

penghalang dipasang tergantung pada keberadaan sekat bakar alami atau buatan

seperti medan dan jalan. Metode pembakaran tidak langsung adalah alternatif lain

ketika api menyebar sangat cepat, melewati minyak berat dan membuat serangan

langsung tidak mungkin terjadi.

a. Ilaran Api

Ilaran api sering dibuat dengan bantuan alat sekop, garu dan alatalat

pemotong (parang, gergaji tangan dan chain saw). Untuk material yang tak terbakar

atau lambat terbakar sebaiknya dipinggirkan untuk menghindari resiko. Sedangkan

material yang mudah terbakar dimasukkan ke dalam daerah yang pasti terbakar.

Semak belukar dibersihkan dengan alat pemotong. Setelah itu ditindaklanjuti dengan

alat garu atau cangkul sepanjang ilaran untuk membersihkan humus sehingga

nampak tanah mineral. Adalah penting bahwa semua tanaman yang tidak terbakar

antara garis api dan sisi api dibakar. Parit telah digali di perbukitan untuk mencegah

/ menampung material yang menggelinding dan terbakar. Kedalaman dan lebar

drainase tergantung pada kemiringan lereng yang curam dan ukuran serta material

alami dari gundukan tersebut.

b. Penggunaan Air

Air merupakan sarana pemadaman yg paling efektif. apabila air tersedia &

dimanfaatkan buat pemadaman menggunakan benar, maka itu adalah indera terbaik

& tercepat buat mengendalikan barah. Tetapi, air yg tersedia menggunakan cukup,

21
sporadis dimanfaatkan buat memadamkan barah hingga mati. Sehingga air

umumnya hanya sekedar buat pendinginan lokasi & buat Mengganggu penyebaran

barah.

Air bisa dipasok menurut truk tangki, pompa punggung & penampung air lainnya.

Jika kebakaran terjadi dalam rerumputan, semak belukar, serasah & topografi datar

maka truk tangki bisa berkiprah secara perlahan-huma sepanjang sisi barah. Pada

wilayah yg mana truk tangki nir bisa dioperasikan, pemadaman menggunakan

pompa punggung bisa dilakukan menggunakan cara yg sama. Pelaksanaan

pemadaman menggunakan air akan efektif jika dilaksanakan penyemprotan sejajar

menggunakan sisi barah. Air wajib dipakai menggunakan efisien & secukupnya buat

menghindari pemborosan/kelangkaan air.

c. Penggunaan Tanah/Lumpur

Tanah / lumpur atau pasir cukup efektif untuk mengendalikan kebakaran di pangkal

pohon mati, puing-puing berdiri, atau semak belukar. Tindakan ini sangat membantu

dalam mengendalikan dan mendinginkan api. Kocok dan buang bahan di sepanjang

sisi api di dasar api. Gerakannya harus cepat dan terus menerus. Bahan bakar

panas yang menutupi bumi tidak boleh dianggap aman, karena api dapat muncul

kembali dan menyala lagi kapan saja. Seperti api yang tertutup, padam ketika

penyebaran api dikendalikan.

d. Penggunaan Ranting (kepyokan)

Kebakaran permukaan (serasah dan semak-semak) juga dapat melawan ranting dan

"karung goni" yang basah. Proses ini dapat digunakan untuk mendinginkan

cerobong asap dalam produksi penghambat api. Gerakan goyangan dahan

ditransmisikan langsung ke api, mendorong bara dan bunga api ke arah area yang

terbakar.

22
e. Bakar Balas

Bakar balas merupakan sebuah trik yang berbahaya dan beresiko besar,

dengan demikian cara tersebut dapat dilaksanakan apabila regu pemadaman

betulbetul telah terlatih dan berpengalaman. Beberapa pertimbangan,

dilaksanakannya bakar balas antara lain : apabila api merembet dengan cepat yang

sulit diatasi dengan metode penyerangan secara langsung, atau adalah bahaya

untuk menyerang pada jarak dekat, atau karena kondisi alamnya yang tidak

memungkinkan mengerahkan tenaga sebegitu banyak, atau keterbatasan tenaga

sehingga tidak bisa menyerang secara langsung. Ilaran api harus sudah

dimantapkan pada daerah yang strategis sebelum api balas dinyalakan. Jalanjalan

yang sudah ada, jembatan atau sekat bakar lainnya dapat dimanfaatkan. Ilaran

sebisa mungkin dibuat lurus dan di dalam lokasi dengan mempertimbangkan angin,

kelerengan dan bahan bakar, pembakaran yang baik adalah bertemunya api balas

dengan api utama di dalam areal yang terbakar. Pembakaran kerikil dimulai dari titik

tertinggi di area pembakaran dan berlanjut ke area pembakaran. Perawatan harus

dilakukan untuk mencegah material panas tergelincir, terutama pada kemiringan di

atas 20%.

f. Mop - Up

Semua api adalah berpotensi membawa bahaya jika tidak dimatikan dengan benar-

benar. Mop-up dikerjakan setelah kebakaran terkontrol. Pekerjaannya terdiri dari

pemadaman sisa-sisa api atau memindah-mindahkan material yang masih membara

di sepanjang atau dekat ilaran api.

Di bawah ini beberapa petunjuk pelaksanaan Mop-up :

1. Setelah api dapat dikendalikan, padamkan semua material yang

membara sepanjang sisi api.

23
2. Semua bahan bakar yang diperkirakan dapat menggelinding

diambil/dipindah posisikan sedemikian rupa sehingga tidak tidak

memungkinkan bergerak ke luar ilaran.

3. Bahan bakar khusus seperti pohon mati, log yang membusuk, tonggak

dan cabang pohon yang dekat permukaan tanah baik yang ada di dalam

maupun di luar ilaran harus dibuang.

4. Dalam hal pekerjaan mop-up pada kasus api kecil, semua api harus

dipadamkan.

5. Pada kasus api besar, cukup material terbakar dipadamkan dengan

demikian api tidak dapat menjilat, loncat atau menggelinding ke luar

ilaran.

6. Jika air tersedia, dapat digunakan untuk pekerjaan lanjutan yang lebih

baik. Air dapat juga digunakan untuk membuat lumpur untuk menutupi

sisa-sisa bara.

Patroli/monitoring diperlukan selama fase pemadaman kebakaran agar

percikan api terakhir tidak terlihat. Untuk mendeteksi percikan api, Anda perlu

memperhatikan area yang terbakar dan area yang tidak terbakar di sekitarnya.

Untuk jenis BBM yang cepat terbakar, patroli/monitoring bisa memakan waktu

berhari-hari, sedangkan patroli minyak berat bisa memakan waktu berhari-hari atau

berminggu-minggu.

Tujuan utama patroli dan pemantauan adalah untuk menemukan dan

memadamkan sisa bahan bakar yang terbakar di area yang terbakar. Tujuan patroli

dan pengawasan adalah untuk menemukan dan memadamkan sisa bara api di area

kebakaran yang dapat menyala kembali dan menyebar di dalam api. Pentingnya

24
patroli dan pengawasan harus ditekankan baik berjam-jam, berhari-hari, atau

bahkan seminggu setelah kebakaran. Hal ini untuk mencegah terjadinya kebakaran

yang berdampak pada lingkungan.

a. Peralatan

Berbagai jenis peralatan yang digunakan dalam pemadaman kebakaran antara

lain perkakas tangan, peralatan mekanis (gergaji, traktor, buldoser), dan pompa air

portabel (mudah diangkut).

Alat yang biasa digunakan adalah alat tangan. Perkakas tangan adalah

perkakas berupa pemotong dan pengikis yang pada dasarnya digunakan untuk

membuat dan membersihkan pengikis, serta untuk memadamkan kebakaran

lumpur/tanah. Peralatan tangan yang paling umum digunakan adalah sebagai

berikut : kapak mata satu, gergaji tangan, chain saw, pompa punggung, kapak mata

dua, sekop, pengait semak dan kepyok (pemukul api).

Tenaga pemadam kebakaran hutan hendaknya masing-masing membawa satu alat

pada waktu pemadaman api.

b. Keselamatan

Pemadaman kebakaran hutan adalah tugas yang berbahaya. Setiap tindakan

pencegahan hendaknya diambil untuk menghindari kecelakaan anggota regu

pemadam. Di bawah ini beberapa petunjuk yang dapat diikuti untuk menghindari

kecelakaan:

a. Regu pemadam harus mempunyai kondisi kesehatan mental dan fisik yang

baik.

b. Regu pemadam harus dilengkapi dengan perlengkapan P3K.

c. Regu pemadam terdepan harus menggunakan baju tahan api, mengenakan

topi/helm yang kuat, sepatu boot serta masker.

25
d. Fasilitas untuk minum regu harus ada. Setiap anggota regu harus membawa air

minum masing-masing tetapi harus dihemat.

e. Berhati-hati dan selalu siap untuk melindungi diri sendiri jika sewaktu-waktu

penyebaran api yang tidak diharapkan, dengan menggunakan arah pelarian

yang sudah diketahui sebelumnya.

f. Tetap memperhatikan dengan seksama pada material yang mudah menyala,

materi terbakar yang diperkirakan mudah jatuh atau menggelinding.

g. Tindakan harus diambil untuk melindungi peralatan contohnya, kehati-hatian

tetap dijaga sepanjang waktu agar keadaan tidak terjebak. Jangan tinggalkan

peralatan dekat dengan kebakaran.

h. Untuk tindakan penyelamatan mungkin perlu untuk memisahkan antara

penyimpanan minyak (bensin, solar dll) dengan air, baik warna, tempat

maupun penempatannya. Pewarnaan tempat yang direkomendasikan adalah:

 bensin = merah tua

 air minum = hijau

 solar = oranye

 air-air lain = kuning

26
BAHAN BACAAN

Murniati S. Kadarusman U, 2003. Deeksi Dini Kebakaran Hutan dan Lahan

www @Tim Infokom Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan 

Direktorat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan

Departemen Kehutanan (DEPHUT), Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam. 2007. Prosedur Tetap Pengendalian Kebakaran

Hutan. Jakarta.

Irwansyah Reza Lubis dan I.N.N. Suryadiputra. 1997. Palembang

Suratmo, F. Gunanwan, E.A. Husaeni, N. Sunati Jaya. 2003. Pengetahuan Dasar

Pengendalian Kebakaran Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

www.dephut.go.id

web.dev.depkominfo.go.id/.../sistem-peringatan-dini-diharapkan-cegah-

kebakaran-hutan/ -

27

Anda mungkin juga menyukai