Kebakaran hutan adalah proses terbakarnya hutan yang tidak terkendali. Bisa terjadi secara alami
atau diakibatkan oleh perbuatan manusia. Dampak kerusakannya dirasakan secara luas dalam
Peristiwa kebakan hutan yang tidak terkendali bisa terjadi secara sengaja maupun tidak
sengaja.Di masa lalu membakar hutan merupakan suatu metode praktis untuk membuka
lahan.Pada awalnya banyak dipraktekan oleh para peladang tradisional atau peladang
berpindah.Namun karena biayanya murah praktek membakar hutan banyak diadopsi oleh
Di lingkup ilmu kehutanan ada sedikit perbedaan antara istilah kebakaran hutan dan pembakaran
hutan.Pembakaran identik dengan kejadian yang disengaja pada satu lokasi dan luasan yang telah
ditentukan. Gunanya untuk membuka lahan, meremajakan hutan atau mengendalikan hama.
Sedangkan kebakaran hutan lebih pada kejadian yang tidak disengaja dan tak terkendali. Pada
prakteknya proses pembakaran bisa menjadi tidak terkendali dan memicu kebakaran.
Kebakaran hutan berskala besar cukup sulit untuk dipadamkan. Kadang-kadang membutuhkan
waktu hingga bermingu-minggu agar semua titik api bisa padam. Pada kondisi tertentu, seperti
tanah gambut, kebakaran masih terus berlangsung di dalam tanah meski api dipermukaan telah
padam berhasil dipadamkan. Sehingga tanah tetap mengeluarkan asap pekat dan sewaktu-waktu
api bisa meletup kembali ke permukaan. Kebakaran hutan menjadi penyumbang terbesar laju
deforestasi.Bahkan menurut organisasi lingkungan, World Wild Fund, deforestasi akibat
kebakaran hutan lebih besar dibanding konversi lahan untuk pertanian dan illegal logging.
sebagian besar (99,9%) kebakaran tersebut adalah pembakaran yang sengaja dilakukan maupun
akibat kelalaian, baik oleh peladang berpindah ataupun oleh pelaku binis kehutanan atau
perkebunan, sedangkan sisanya (0,1%) adalah karena alam (petir, larva gunung berapi). Saharjo
(1999) menyatakan bahwa baik di areal HTI, hutan alam dan perladangan berpindah dapat
dikatakan bahwa 99% penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah berasal dari ulah manusia,
entah itu sengaja dibakar atau karena api lompat yang terjadi akibat kelalaian pada saat
penyiapan lahan. Bahan bakar dan api merupakan faktor penting untuk mempersiapkan lahan
pertanian dan perkebunan (Saharjo, 1999). Pembakaran selain dianggap mudah dan murah juga
menghasilkan bahan mineral yang siap diserap oleh tumbuhan. Banyaknya jumlah bahan bakar
yang dibakar di atas lahan akhirnya akan menyebabkan asap tebal dan kerusakan lingkungan
yang luas. Untuk itu, agar dampak lingkungan yang ditimbulkannya kecil, maka penggunaan api
dan bahan bakar pada penyiapan lahan haruslah diatur secara cermat dan hati-hati.
sayangilah yang ada dibumi niscaya semua yang ada di langit akan menyayangi kalian.
Kandungan dari hadits di atas adalah Nabi Muhammad SAW melalui Al-Quran dan hadis
terhadap lingkungan alam.Dalam hal ini berarti jua menjaga dan dan melestarikan lingkungan
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan, apakah karena alami
atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau
2. Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk insdustri
tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar hukum adat dan hukum positif negara.
pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena cepat, murah dan praktis.
Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali
karena telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988).Kebakaran liar mungkin terjadi
karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari penebang liar yang memanfaatkan
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk pengembangan
tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal yang cukup luas. Metoda
pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran merupakan alternatif pembukaan
lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak
hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman industri atau
perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi dan lahan lainnya.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik antara para pemilik modal
industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yang merasa kepemilikan
tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi
melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah mereka miliki secara turun
temurun. Disini kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat
Di Indonesia kebakaran hutan sering terjadi karna kelalaian dan juga keserakahan manusia,
merekan melakukan pembakaran untuk membuka lahan pertanian atau perkebunan, namun karna
kecerobohan yang terjadi malah menjadi bencana karna kebakaran hutan yang tak terkendali,
yang berakibat menggangu seluruh ekosistem yang ada di dalam hutan. Manusia akan
melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhannnya namun seiring dengan kemajuan zaman
dan sifat asli manuasia yang tak pernah puas, merekan melakukan pembakaran bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan tapi karna ketamakanmanusia tersebut dan pada akhirnya membuat
kerusakan di muka bumi.padahal Allah telah berfirman di dalam Al-quran surat Abasa ayat 24-
32: Allah telah menyediakan semua kemurahan alam untuk di jadikan bahan makanan yang di
Namun pada kenyataannya manusia bukan hanya memanfatkan kekayaan hutan secara arif dan
bijaksana malah bersifat tamak yang pada akhirnya malah merusak ekositem segala kehidupan di
dalam hutan akibat kelalaianny, inilah salah satu yang menjadi penyebab utama kerusakan bumi.
Jika kebakaran hutan terus terjadi maka seluruh kehidupan menjadi tidak seimbang dan akan
mengganggu segala aspek bukan hanya aspek kehidupannya tapi juga perekonomian, kesehatan
dan juga lainnya. Saat kebakaran hutan terjadi, hutan yang seharusnya dapat mengasilakan segala
manfaat untuk mememenuhi kebutuhan manusia menjadi tak berguna saat segalanya telah
musnah karna terbakar. Apalagi bila tidak ada pertanggung jawaban sama sekali, untuk
Padahal rasulullah pernah bersabda, yang di riwayatkan oleh muslim dari Ibnu Numair
seorang muslim tidak menanam tanaman kecuali apa yang di makan pada tanaman itu menjadi
sedekah baginya. Apa yang di curi dari tanaman itu menjadi sedekah baginya. Apa yang di
makan binatang buas menjadi sedekah baginya. Apa yang di makan burung menjadi sedekah
baginya. Dan tidak lah orang lain mengambil manfaat kecuali menjadi sedekah baginya.
Hadis ini menekankan pentingnya melakukan sesuatu contohnya menanam (berusaha) bukan
semata menikmati hasilnya.Para penanam adalah para penyedekah dengan pahala yang mengalir,
sadar atau tidak.Hadis diatas juga mengarahkan kepada kita untuk tidak melakukan kerusakan
seperti salah satu contoh membakar lahan yang berakibat kebakaran hutan karna kelalaian
manusia, karna banyak sekali dampak dan akibat dari kebakaran tersebut.
a. Dampak biologis
Kebakaran hutan menyebabkan kerusakan properti dan infrastruktur serta hilangnya aset
pertanian, perkebunan dan kehutanan.Tak sedikit juga meminta korban jiwa manusia.Untuk
kasus kebakaran besar tak jarang harus dilakukan evakuasi permukiman penduduk.Selain itu
kebakaran hutan banyak melepaskan emisi karbon dan gas rumah kaca lain ke atmosfer. Karbon
yang seharusnya tersimpan dalam biomassa hutan dilepaskan dengan tiba-tiba.Apalagi bila
terjadi di hutan gambut, dimana lapisan tanah gambut yang kedalamannya bisa mencapai 10
meter ikut terbakar. Cadangan karbon yang tersimpan jauh di bawah lapisan tanah yang ditimbun
selama jutaan tahun akan ikut terlepas juga. Pengaruh pelepasan emisi gas rumah kaca ikut andil
Secara ekonomi hilangnya hutan menimbulkan potensi kerugian yang besar. Setidaknya ada tiga
kerugian lain yang bisa dihitung secara ekonomi, yaitu kehilangan keuntungan karena
deforestasi, kehilangan keanekaragaman hayati, dan pelepasan emisi karbon. Belum lagi dengan
kerugian langsung dan tidak langsung bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan.Hasil
perhitungan ulang kerugian ekonomi yang dihimpun Tacconi (2003), menunjukkan bahwa
kebakaran hutan Indonesia telah menelan kerugian antara US $ 2,84 milayar sampai US $ 4,86
milyar yang meliputi kerugian yang dinilai dengan uang dan kerugian yang tidak dinilai dengan
uang. Kerugian tersebut mencakup kerusakan yang terkait dengan kebakaran seperti kayu,
kematian pohon, HTI, kebun, bangunan, biaya pengendalian dan sebagainya serta biaya yang
Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan berdampak langsung pada kesehatan, khususnya
gangguan saluran pernapasan. Asap mengandung sejumlah gas dan partikel kimia yang
menggangu pernapasan seperti seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO),
formaldehid, akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3). Material tersebut memicu
dampak buruk yang nyata pada manula, bayi dan pengidap penyakit paru. Meskipun tidak
d. Dampak lain-lain
Selain dampak merugikan di atas ada beberapa dampak positif dari peristiwa kebakaran
hutan.Kebakaran hutan membuat efek peremajan hutan dan menyuburkan tanah hutan karena
abu sisa pembakaran menjadi mineral penting bagi tanah hutan. Biasanya setelah hutan habis
terbakar akan tumbuh tunas-tunas baru yang berkembang sangat pesat karena tanah hutan
menjadi subur.
Membakar hutan juga sering digunakan sebagai salah satu metode pembersihan lahan untuk
perkebunan dan pertanian.Humus yang terbakar bisa menyuburkan tanah dan mempercepat
penambahan mineral dalam tanah.Tanah hutan yang telah terbakar relatif lebih subur untuk lahan
pertanian atau perkebunan. Kebakaran hutan juga bisa memusnahkan hama dan penyakit.
4. Penanggulangan kebakaran
Secara teoritis kebakaran hutan terjadi karena ada interaksi antara bahan bakar, oksigen dan
panas pada kondisi tertentu. Bila ketiga unsur tersebut ada secara bersamaan maka kebakaran
akan terjadi. Oleh karena itu prinsip untuk menanggulangi kebakaran hutan adalah dengan
memutus salah satu unsur tersebut.Biasanya dengan menghilangkan bahan bakar atau panas.
Hindia Belanda mengatur penanganan kebakaran hutan dalam berbagai aturan mengenai
dikemudian hari berubah lagi menjadi Kementrian Kehutanan.Sejak tahun 2014 Kementerian
dilakukan secara berjenjang mulai dari pemerintah daerah tingkat II, tingkat provinsi hingga
tingkat nasional.Dipicu oleh kebakaran hutan hebat pada tahun 1997-1998, di tingkat nasional
Kemudian pada tahun 2003 Departemen Kehutanan membentuk pasukan yang khusus
menangani kebakaran di hutan, yakni Brigade Pengendalian kebakaran Hutan Manggala Agni.
Nama Manggala Agni diambil dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno, manggala artinya
panglima/pemimpin, sedangkan agni artinya api. Manggala Agni bisa diartikan panglima api.
Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragaman hayati. Hutan yang
terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya
tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi
menahan banjir.Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim
hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar.Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit
tempat tinggal yang digunakan untuk berlindung serta tempat untuk mencarimakan. Dengan
demikian, hewan yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru setelah terjadinya
kebakaran tersebut akan mengalami penurunan jumlah bahkan dapat mengalami kepunahan.
Upaya penanggulangan kebakaran hutan ini tentunya harus sinkron dengan upaya
pencegahan.Sebab walau bagaimanapun, pencegahan jauh lebih baik dari memanggulangi. Ada
beragam cara yang bisa dilakukan dalam rangka mencegah kebakaran hutan khususnya yang
disebabkan oleh perbuatan manusia seperti membuang punting rokok di wilayah yang kering,
kegiatan pembukaan lahan dan juga api unggun yang lupa dimatikan. Upaya pencegahannya
langsung dengan hutan.Masyarakat ini biasanya tinggal di wilayah hutan dan memperluas area
pertaniannya dengan membakar.Pemerintah harus serius mengadakan sosialisi agar hal ini bisa
dicegah.
Pada dasarnya upaya penanggulangan kebakaran hutan juga bisa disempurnakan jika pemerintah
mau memanfaatkan teknologi semacam bom air. Atau bisa juga lebih lanjut ditemukan metode
yang lebih efisien dan ampuh menaklukkan kobaran api di hutan. Langkah yang paling baik
adalah dengan mengikutsertakan para perangkat pendidikan agar merancang teknologi maupun
metode yang membantu pemerintah di level praktis. Sokongan dana dari pemerintah akan
Upaya untuk menangani kebakaran hutan ada dua macam, yaitu penanganan yang bersifat
represif dan penanganan yang bersifat preventif.Penanganan kebakaran hutan yang bersifat
represif adalah upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengatasi kebakaran hutan
setelah kebakaran hutan itu terjadi. Penanganan jenis ini, contohnya adalah pemadaman, proses
peradilan bagi pihak-pihak yang diduga terkait dengan kebakaran hutan (secara sengaja), dan
lain-lain.
Sementara itu, penanganan yang bersifat preventif adalah setiap usaha, tindakan atau kegiatan
kebakaran hutan.Jadi penanganan yang bersifat preventif ini ada dan dilaksanakan sebelum
kebakaran terjadi.Selama ini, penanganan yang dilakukan pemerintah dalam kasus kebakaran
hutan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, lebih banyak didominasi oleh penanganan
yang sifatnya represif.Berdasarkan data yang ada, penanganan yang sifatnya represif ini tidak
Hal ini terbukti dari pembakaran hutan yang terjadi secara terus menerus. Sebagai contoh : pada
bulan Juli 1997 terjadi kasus kebakaran hutan. Upaya pemadaman sudah dijalankan, namun
karena banyaknya kendala, penanganan menjadi lambat dan efek yang muncul (seperti : kabut
asap) sudah sampai ke Singapura dan Malaysia. Sejumlah pihak didakwa sebagai pelaku telah
penanganan ini juga terlihat dari masih terus terjadinya kebakaran di hutan Indonesia, bahkan
Oleh karena itu, berbagai ketidakefektifan perlu dikaji ulang sehingga bisa menghasilkan upaya
Menurut UU No 45 Tahun 2004, pencegahan kebakaran hutan perlu dilakukan secara terpadu
dari tingkat pusat, provinsi, daerah, sampai unit kesatuan pengelolaan hutan.