Anda di halaman 1dari 11

USAHA PELESTARIAN KERUSAKAN HUTAN

DAN LAHAN KRITIS DI INDONESIA


A. USAHA PELESTARIAN KERUSAKAN HUTAN
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang
luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink),
habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah
satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran
rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan
suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan
berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN


1) Kebakaran Hutan
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan,
apakah karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor
manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan sebagai berikut:
a. Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-
pindah.
b. Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) ntuk
insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
c. Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan
pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar
hukum adat dan hukum positif negara.
Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan
hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena
cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut
umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti aturan turun temurun
(Dove, 1988). Kebakaran liar mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya
sebagai kamuflasa dari penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di
kawasan HPH.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk
pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal yang
cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran
merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namun
metoda ini sering berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan
untuk pengembangan tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan
lindung, hutan produksi dan lahan lainnya.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik antara
para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli
yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah
dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan melalui hukum positif negara.
Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi
mempertahankan lahan yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disini
kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak
akan mau berpartisipasi untuk memadamkannya.
2) Penebangan hutan secara sembarangan
Menebang hutan sembarangan akan menyebabkan hutan menjadi gundul.
Ditambah lagi akhir-akhir ini penebangan hutan liar semakin marak terjadi,
3) Penegakan Hukum yang Lemah
Menteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban SE.MSi menyebutkan
bahwa lemahnya penegakan hukum di Indonesia telah turut memperparah kerusakan
hutan Indonesia. Menurut Kaban penegakan hukum barulah menjangkau para pelaku
di lapangan saja. Biasanya mereka hanya orang-orang upahan yang bekerja untuk
mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-harinya. Mereka hanyalah suruhan dan
bukan orang yang paling bertanggungjawab. Orang yang menyuruh mereka dan
paling bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya mempunyai
modal yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa. Kejahatan seperti ini
sering juga melibatkan aparat pemerintahan yang berwenang dan seharusnya menjadi
benteng pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan
dinas kehutanan.
Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal baik
diantara kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak
dapat diungkap dan penegakan hukum menjadi sangat lemah.
4) Mentalitas Manusia.
Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki otonomi
untuk menyusun blue print dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, baik untuk
kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak cucunya. Masyarakat biasa
melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan akan dijadikan
sebagai lahan pertanian. Kalangan pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan
perkebunan atau penambangan dengan alas an untuk pembangunan serta menampung
tenaga kerja yang akan mengurangi jumlah pengangguran. Tetapi semua itu
dilaksanakan dengan cara pengelolaan yang exploitative yang akhirnya menimbulkan
kerusakan hutan. Dalam struktur birokrasi pemerintahan mentalitas demikian juga
seakan-akan telah membuat aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam
mengatasi kerusakan hutan bahkan terlibat di dalamnya.

CARA-CARA PELESTARIAN HUTAN


Berikut ini beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk melestarikan hutan, yaitu
sebagai berikut:
1. Melakukan Reboisasi.
Kita dapat menanam kembali hutan hutan yang sudah rusak, sehingga hutan
akan tetap terjaga keberadaannya. Salah satu program dari reboisasi yang dilaksanakn
di Indonesia adalah Program Pohon Asuh yang sudah bergulir sejak tahun 2005. Salah
satunya adalah Taman Ekologi Pusat Sains Cibinong LIPI, konsep pada program
tersebut adalah masing-masing individu, kelompok ataupun perusahaan bisa terlibat
untuk menanamkan pohon di taman tersebut. Syaratnya pihak yang ingin
berpartisipasi harus mengeluarkan biaya perawatan untuk satu tahun. Biaya untuk
memiliki pohon asuh bagi individu atau anak sekolah sebesar Rp.50.000 per orang per
pohon. Sementara biaya untuk perusahaan kecil, US$ 100 atau sekitar Rp. 980.000
per pohon dan US$ 1.000 (Rp. 9,8 juta) per blok yang berisi sekitar 50 pohon bagi
perusahaan besar. Ir Sugiarti, anggota staf HUMAS Kebun Raya Bogor menuturkan
bahwa Program Pohon Asuh sebagai upaya konservasi tanaman asli Indonesia. Dalam
penanamannya, LIPI mengutamakan spesies yang memiliki nilai konservasi atau
tumbuhan langka.
2. Menerapkan Sistem Tebang Pilih.
Pemerintah harus menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
Hal ini dapat mengurangi penebangan hutan secara liar dan eksploitasi dalam jumlah
besar besaran.
3. Menerapkan Sistem Tebang Tanam.
System ini sangat berguna bagi pelestarian hutan. Sistem penebangan hutan
yang kemudian diganti dengan menanam hutan yang telah ditebang agar hutan tetap
terjaga keberadaannya.
4. Melakuakan Penebangan secara Konservatif.
Penebangan secara konservatif adalah penebangan dengan cara menebang
pohon yang sudah tidak berproduktif lagi. Sehingga mencegah kemungkinan
terjadinya penebangan pada pohon yang masih muda dan produktif.
5. Menerapkan Larangan Penebangan Hutan Secara Sewenang wenang dan
Memberikan Sanksi yang Berat Bagi Pelakunya.
Selain masyarakat yang harus menjaga kelestarian hutan, pemerintah juga
harus ikut terlibat dalam pelestarian hutan. Yang mana pemerintah bisa ikut
berpartisipasi dengan cara memberikan sanksi yang berat bagi para pelaku perusak
hutan, yang bisa membuat mereka jera dan tidak melakukan kesalahan mereka lagi
B. LAHAN KRITIS
Definisi
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kemerosotan kesuburannya atau
lahan yang dalam proses kemunduran kesuburan baik secara fisik maupun kimia dan
biologi. Sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan
peruntukkannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air.
Lahan kritis memiliki kondisi lingkungan yang sangat beragam tergantung pada
penyebab kerusakan lahan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi lahan
kritis menyebabkan tanaman tidak cukup mendapatkan air dan unsur hara, kondisi fisik
tanah yang tidak memungkinkan akar berkembang dan proses infiltrasi air hujan,
kandungan garam yang tinggi akibat akumulasi garam sekunder atau intrusi air laut yang
menyebabkan plasmolisis, atau tanaman keracunan oleh unsur toksik yang tinggi. Lahan
kritis ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan kuantitas bahan
organik, defisiensi hara dan terganggunya siklus hidrologi, perlu direhabilitasi dan
ditingkatkan produktivitasnya agar lahan dapat kembali berfungsi sebagai suatu
ekosistem yang baik atau menghasilkan sesuatu yang bersifat ekonomis bagi manusia.
Faktor Penyebab Lahan Kritis
1. Perambahan hutan
2. Penebangan liar (illegal logging)
3. Kebakaran hutan
4. Pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak berazaskan kelestarian
5. Penataan zonasi kawasan belum berjalan
6. Pola pengelolaan lahan tidak konservatif
7. Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan)
Penebangan hutan yang tidak terkendali yang diikuti perladang berpindah akan
berakibat; (a) Lahan terbuka, sehingga butiran hujan akan langsung menerpa tanah dan
butiran tanah akan hancur dan terlepas; (b) Aliran permukaan akan menghanyutkan
butiran tanah yang terlepas, sekaligus membawa humus dan unsur hara; (c) Hanyutnya
butiran tanah, humus dan unsur hara akan menurunkan kesuburan tanah; dan (d)
Pengelolaan lahan dengan tanaman yang sama terus menerus tanpa adanya usaha
mengembalikan unsur hara yang terbawa dari hasil panen akan mengakibatkan
pengurasan hara tertentu yang akan mengganggu keseimbangan hara dalam tanah, hal ini
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Pembakaran yang tidak terkontrol terutama dalam persiapan lahan akan
mengakibatkan: (a) Hilangnya sumber bahan organik dan humus tanah; (b) Terganggunya
kehidupan dan kegiatan jasad renik; (c) Hilangnya unsur hara tertentu seperti Nitrogen;
dan (d) Menurutnya fungsi penyimpangan dan penyediaan air serta hara.
Erosi merupakan peristiwa pelepasan butiran tanah dan pengangkutan butiran tanah
oleh air dan angin. Erosi tanah mirip dengan merantau, hanya saja tanah yang merantau
tidak pulang atau kembali ketempat semula. Erosi yang tidak terkendali mengakibatkan;
(a) Hilangnya lapisan atas tanah; (b) Hanyutnya unsur hara tanah; (c) Terjadinya
pendangkalan sungai, waduk dan muara suangai; dan (d) Polusi lingkungan akibat bahan
beracun yang terakumulasi.
Modal yang kurang akan mempengaruhi kemampuan petani untuk membeli
saprodi usahataninya, terutama pupuk. Kurangnya pupuk yang diberikan maka akan
terjadi pengurasan hara setia panen. Hal ini akan mempercepat mundurnya kesuburan
tanah, sehingga secara perlahan-lahan akan menjadi kritis.

Akibat dari lahan kritis


Daya resap tanah terhadap air menurun sehingga kandungan air tanah berkurang
yang mengakibatkan kekeringan pada waktu musim kemarau.
Terjadinya arus permukaan tanah pada waktu musim hujan yang mengakibatkan
bahaya banjir dan longsor.
Menurunnya kesuburan tanah, dan daya dukung lahan serta keanekaragaman hayati
Krisis air bersih
Meluasnya penyakit tropis seperti malaria, demam berdarah, dan diare
Kebakaran hutan
Hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan suhu bumi.

Penanggulangan Lahan Kritis


1. Upaya Konservasi Lahan
Dalam upaya penganggulangan lahan kritis diperlukan upaya konservasi lahan.
Konservasi lahan adalah usaha pencegahan kerusakan, memperbaiki kerusakan,
pemeliharaan dan mempertahankan kesuburan lahan serta meningkatkan kesuburan
lahan. Kemudian dilakukan Usaha Tani Konservasi, yaitu model usaha tani yang
menerapkan kaidah-kaidah konservasi. Untuk usaha tani lahan kering paling tepat
menggunakan / melibatkan tanaman pohon, yang memberikan beberapa keuntungan,
yaitu: (a) Sebagai pendapatan jangka panjang (tabungan hijau); (b) Kesejukan,
kesegaran, keindahan, dan kesehatan bagi manusia; dan (c) Perlindungan tanah dan air
dari matahari dan hujan.
Beberapa tindakan memperkuat konservasi tanah dan air dapat dilakukan melalui:
(a) Pengaturan pola tanam yang tepat; (b) Pengolahan tanah menurut kontur; (c)
Gunakan Baha organic; (d) Letakkan sisa tanaman/mulsa sepanjang kontur; (e)
Diversifikasi usahatani termasuk tanaman pohon; (f) Pemeliharaan atau pembuatan
hutan diatas lereng; (g) Perlindungan tanah dengan tanaman penutup tanah; dan (h)
Ternak dikandangkan.
2. Pemanfaatan Mikoriza
Pemanfaatan mikoriza merupakan suatu bentuk asosiasi cendawan dengan akar
tanaman tingkat tinggi, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan produktivitas lahan kritis. Karakteristik asosiasi mikorisa ini
memungkinkan tanaman untuk memperoleh air dan hara dalam kondisi lingkungan yang
kering dan miskin unsur hara, perlindungan dari patogen akar dan unsur toksik dan
secara tidak langsung melalui perbaikan struktur tanah.
Hal ini dimungkinkan karena mikoriza memiliki jaringan hipa eksternal yang luas
dan diameter yang lebih kecil dari bulu-bulu akar, enzim fosfatase dan sekresi hipa
lainnya serta terbentuknya mantel hipa yang melindungi akar secara fisik. Pemanfaatan
jenis-jenis isolat cendawan mikoriza harus disesuaikan dengan tanaman inangnya, karena
seringkali cendawan tertentu hanya dapat membentuk mikoriza dengan tanaman inang
tertentu pula.
Lahan alang-alang adalah salah satu bentuk lahan kritis yang sangat luas di
Indonesia. Alang-alang bisa tumbuh dan berkembang pada lingkungan tanah yang
ekstrim karena membentuk mikoriza dengan berbagai cendawan. Rehabilitasi lahan
alang-alang dapat dilakukan dengan tanaman yang bermikoriza, baik untuk tanaman
pangan, perkebunan, penghijauan maupun hutan tanaman industri. Tanaman bermikoriza
akan mampu bertahan dari kondisi kering , miskin hara serta kondisi fisik tanah yang
kurang baik.
Pada lahan salin, mikoriza mampu menahan laju penurunan produktivitas lahan,
karena dalam kondisi salinitas yang tinggi, cendawan mikoriza masih mampu bertahan
dan mensuplai air dan unsur hara bagi tanaman inang.
Pada tanah yang tercemar logam berat dan senyawa polysiklik aromatik dari limbah
industri, mikoriza dapat melindungi tanaman inang dari efek meracun unsur tersebut
melalui mekanisme filtrasi, kompleksasi dan akumulasi unsur tersebut pada hipa
cendawan dan mencegahnya masuk ke sel tanaman inang. Sumber inokulum yang
berasal dari lahan tercemar, memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan
inokulum dari lahan yang tidak tercemar.
Mikoriza, suatu bentuk asosiasi mutualistis antara cendawan dengan akar tumbuhan
tingkat tinggi, memiliki spektrum yang sangat luas baik dari segi tanaman inang, jenis
cendawan, mekanisme asosiasi, efektivitas, mikrohabitat maupun penyebarannya.
Pertumbuhan tanaman meningkat dengan adanya mikoriza karena meningkatnya
serapan hara, ketahanan terhadap kekeringan, produksi hormon pertumbuhan dan zat
pengatur tumbuh, perlindungan dari patogen akar dan unsur toksik. Sedangkan cendawan
mendapat manfaat dari suplai hasil fotosintat dan tempat berkembang.
PERMASALAHAN URBANISASI DAN USAHA-USAHA UNTUK
MENGENDALIKAN PENDUDUK DESA AGAR TIDAK
MELAKUKAN URBANISASI

Urbanisasi merupakan masalah yang cukup serius bagi kota-kota besar diIndonesia.
Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama antar
daerah pedesaan dengan daerah perkotaan. Semakin besarnya perbedaan antar tingkat
pertumbuhan wilayah menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi. Ekspektasi atas
tingkat pendapatan yang lebih besar masih sangat menjanjikan bagi pelaku urbanisasi
walaupun pada dasarnya urbanisasi tersebut akan meningkatkan jumlah penduduk kota
tujuan. Peningkatan jumlah penduduk ini akan menimbulkan beberapa permasalahan bagi
kota tujuan.
Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi
dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, perumahan, dan lain sebagainya tentu
adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Maraknya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat memacu pertumbuhan
ekonomi. Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi magnet bagi penduduk untuk
berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Hal ini sering disebut dengan
urbanisasi. Namun urbanisasi ini menimbulkan berbagai macam masalah karena tidak ada
pengendalian di dalamnya. Masalah ini yang dihadapi Negara Indonesia saat ini yaitu
pertumbuhan konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan
kecepatan yang sebanding dengan perkembangan industrialisasi. Masalah ini akhirnya
menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih.
Adanya urbanisasi yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai masalah di
Indonesia. Tidak hanya menimbulkan masalah di kota yang dituju namun juga menimbulkan
masalah di desa yang ditinggalkan. Masalah yang terjadi kota antara lain yaitu meningkatnya
angka kemiskinan sehingga pemukiman kumuhnya juga meningkat, peningkatan urban crime
dan masih banyak masalah lain. Di desa juga akan timbul masalah diantaranya berkurangnya
sumber daya manusia karena penduduknya telah pergi ke kota, desa akhirnya tidak
mengalami perkembangan yang nyata.

FAKTOR-FAKTOR URBANISASI
Faktor Penarik (Pull Factors)
Orang desa tertarik ke kota adalah suatu hal yang wajar. Beberapa alasan yang
menarik mereka pindah ke kota diantaranya adalah:
1. Melanjutkan sekolah, karena di desa tidak ada fasilitasnya atau mutu kurang
2. Pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau mudahnya
membuka usaha kecil-kecilan
3. Tingkat upah di kota yang lebih tinggi
4. Keamanan di kota lebih terjamin
5. Hiburan lebih banyak
6. Kebebasan pribadi lebih luas
7. Adat atau agama lebih longgar

Faktor Pendorong (Push Factors)


Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat hidup di desa
umumnya mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal ini menjadi faktor pendorong
tumbulnya urbanisasi. Faktor pendorong yang dimaksud diantaranya adalah:
1. Keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis
2. Keadaan kemiskinan desa yang seakan-akan abadi
3. Lapangan kerja yang hampir tidak ada
4. Pendapatan yang rendah
5. Keamanan yang kurang
6. Adat istiadat yang ketat
7. Kurang fasilitas pendidikan
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya urbanisasi yang
paling kuat adalah faktor ekonomi (menjadi motif utama), selain itu disusul dengan faktor
tingkat pendidikan. Penyebab lain dari terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya
overruralisasi yaitu tingkat dan cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang.

DAMPAK URBANISASI BAGI DESA DAN KOTA


Urbanisasi akan menimbulkan akibat tidak baik di daerah pedesaan yang
ditinggalkan maupun di kota yang dituju. Akibat daridanya urbanisasi adalah sebagai berikut.
Akibat negatif urbanisasi yang terjadi di desa antara lain :
1. Terjadi kekurangan tenaga muda karena pemuda banyak yang pindah ke kota
untuk mencari pekerjaan.
2. Sulit mencari tenaga terdidik sebagai tenaga penggerak pembangunan sebab
mereka yang mempunyai pendidikan cukup tinggi tidak mau pulang ke desanya.
3. Terhambatnya pembangunan di desa.
4. Produktivitas pertanian dan sumber-sumber penghasilan di daerah
pedesaan makin menurun sebab kekurangan tenaga pengelola.

Akibat negatif urbanisasi yang terjadi di kota antara lain :


1. Di bidang kependudukan, semakin meningkatnya kepadatan penduduk di kota.
2. Di bidang ekonomi, akibat kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh para urban
sehingga meningkatnya pekerja kasar di kota, penghidupan semakin sulit,
kesempatan kerja semakin sempit, dan jumlah pengangguran meningkat.
3. Di bidang sosial, perumahan makin sulit diperoleh sehingga timbul golongan
tunawisma (gelandangan) gubuk-gubuk liar, daerah pemukiman kumuh atau slum
area, dan lingkungan kota menjadi kotor.
4. Di bidang transportasi, sering terjadi kemacetan lalu lintas terutama dijalan-
jalan besar, meningkatnya kecelakaan lalu lintas, jumlah transportasi umum tidak
mencukupi jumlah penumpang.
5. Di bidang keamanan, meningkatnya angka kejahatan, seperti pencopetan,
penodongan, pencurian, penipuan, dan perampokan.

Meskipun urbanisasi banyak membawa akibat negatif, ada juga akibat positifnya.
Akibat positif urbanisasi bagi desa :
1. Mengurangi pengangguran di pedesaan.
2. Mengurangi kepadatan penduduk di desa.
3. Tertanamnya sifat dinamis masyarakat desa akibat pengaruh dan urban yang
pulang ke desa, sehingga menunjang pembangunan desa.

Akibat positif urbanisasi bagi kota adalah dapat memperoleh tenaga kerja yang murah
untuk pembangunan.

USAHA-USAHA MENCEGAH ATAU MENGURANGI URBANISASI


Upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk mencegah atau mengurangi terjadinya
urbanisasi adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan pembangunan secara desentralisasi, yaitu pembangunan yang
merata atau menyebar berpusat pada daerah-daerah.
2. Masing-masing daerah akan mengembangkan daerah sekitarnya.
3. Mengadakan modernisasi desa dengan program pembangunan.
4. Memperbanyak fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan, seperti fasilitas
kesehatan, sekolah, tempat hiburan, dan transportasi.
5. Mengendalikan pertumbuhan penduduk di pedesaan melalui program keluarga
berencana.
6. Meningkatkan perekonomian rakyat pedesaan, antara lain membangun irigasi,
menggiatkan koperasi unit desa.
7. Meningkatkan keamanan di pedesaan dengan lehih mengaktifkan sistem keamanan
lingkungan atau siskamling.
8. Mengeluarkan peraturan untuk mempersulit perpindahan penduduk desa ke
kota, misalnya izin pindah ke kota sulit, Jakarta dinyatakan tertutup bagi
pendatang baru.
PEMECAHAN MASALAH URBANISASI
Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan
populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa, adapun program-program yang
dikembangkan diantaranya:
1. Intensifikasi pertanian
2. Mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran,
yaitu program keluarga berencana
3. Memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan
4. Program pelaksanaan transmigrasi
5. Memperluas dan mengembangkan lapangan pekerjaan di kota
6. Penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah
7. Pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa
8. Perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti
reformasi tanah. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka yang yang berperan adalah
pemerintah setempat dalam penerapannya. Pemerintah daerah perlu berbenah diri dan
perlu mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi yang ada di daerah, sehingga terjadi
kegiatan ekonomi dan bisnis yang benarbenar berorientasi pada kepentingan
warganya. Tapi bukan berarti pemerintah daerah saja yang berperan, di tingkat pusat,
pemerintah juga perlu membuat kebijakan lebih adil dan tegas terkait pemerataan
distribusi sumber daya ekonomi. Arus balik ialah fenomena tahunan. Banyak
pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk mengantisipasi meledaknya jumlah
penduduk perkotaan dengan segala macam persoalannya.
TUGAS GEOGRAFI
1. USAHA PELESTARIAN KERUSAKAN HUTAN DAN LAHAN
KRITIS DI INDONESIA
2. PERMASALAHAN URBANISASI DAN USAHA-USAHA UNTUK
MENGENDALIKAN PENDUDUK DESA AGAR TIDAK
MELAKUKAN URBANISASI

Disusun Oleh :
Nama : Retno Dwi Astuti
No : 23
Kelas : XI IPS 2

SMA NEGERI 1 WERU


TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai