Anda di halaman 1dari 10

Ringkasan buku utama

Bab 7 & 8

BAB VII LINGKUNGAN HIDUP, PENDUDUK, BUDAYA DAN ETIKA HIDUP

Lingkungan hidup penduduk, dan kebudayaan saling terkait dan saling tergantung satu sama lain.
Penduduk, untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya perlu beradaptasi dengan lingkungan dan
kebudayaan. Yang tidak bisa diputus.

A. LINGKUNGAN HIDUP
Indonesia mempunyai banyak kekayaan dan keanekaragaman budaya yang sangat luar
biasa. Indonesia juga mempunyai hutan yang luas dan menempatkan posisi peringkat ketiga
setelah Brazil dan zaire. Kekayaan hutan yang dimiliki Indonesia tidak hanya sebatas kayu. di
Indonesia berbagai macam flora dan fauna yang potensinya sangat banyak untuk manusia-
manusia. Bukan hanya bermanfaat untuk industri ,obat-obatan kecantikan pariwisata
namun sangat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan. Penyebab utama deforestasi secara
besar-besaran yaitu : 1. Perkembangan industri perkayuan di indonesia terutama pemberian
atas izin pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan alam maupun hutan yang di tanam. 2.
izinnya pemanfaatan kayu. 3. Melepaskan kawasan untuk daerah perkebunan dan
pertambangan. Dan yang terakhir, 4. Sangat maraknya pembalakan liar yang bisa dibilang
cukup kontroversial karena sangat melibatkan dalam kekerasan dan hilangnya nyawa
seseorang seperti yang terjadi di Mesuji Lampung yaitu perubahan hutan menjadi kebun
kelapa sawit. Kelapa sawit memang saat ini bisa dibilang sangat diandalkan saat ini, tetapi
bayaran yg diberikan bisa dibilang sangat mahal. Kebun kelapa sawit itu sangat memerlukan
lahan yang sangat luas dan Pasti sangat didahului dengan penebangan penebangan.
Penebangan yang terjadi bisa saja mengakibatkan musnahnya keanekaragaman hayati dan
bisa menghilangkan kekayaan budaya dan masyarakat tradisional menjadikan hutan ini
untuk sumber pangan mereka tetapi juga bisa ditempatkan sebagai ritual dan upacara.

B. PENDUDUK
Industrialisasi, yang diikuti dengan keserakahan manusia merupakan faktor terpenting untuk
kerusakan hutan. namun ancaman ini tidak boleh diremehkan terhadap lingkungan-
lingkungan hidup lebih dari hutan, pertumbuhan banyaknya penduduk yang mungkin tidak
bisa dikendalikan maka akan mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan yang cukup
berat.
Teori dampak pertumbuhan penduduk yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus
bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population pada tahun 1798. Menurut
Malthus, pertumbuhan jumlah penduduk bila tidak dikendalikan akan mengakibatkan
naiknya kemiskinan dan langkahnya sumber pangan. Mengapa bisa demikian? karena
pertumbuhan penduduk terjadi menurut deret ukur seperti (1,2,4,8,16,32,64,128,256,513
dan seterusnya sedangkan produksi pangan bisa meningkatkan hanya menurut deret hitung
seperi ( 1,2,3,4,5 dan seterusnya).

Pembangunan berkelanjutan mempunyai beberapa kriteria dan juga indikator. Mantan


ekonomi Bank Dunia membuat tiga indikator yang dikenal dengan nama Daly Rules, yaitu :
1. Renewable resource such as fish, soil, and groundwater must be used no faster than the
rate at which regenerate. Atau artinya adalah sumber daya terbaru seperti ikan, tanah,
dan air tanah harus digunakan tidak lebih cepat dari tingkat Di mana mereka
bergenerasi.
2. Nonrenewble resources such as minerals and fossil fuels must be used no faster than
renewable substitutes for them can be put into place. Atau artinya adalah sumber daya
tak terbarukan seperti mineral dan bahan bakar fosil harus digunakan tidak lebih cepat
daripada pengganti terbaru dapat diterapkan.
3. Pollution and wastes must be emitted no faster than natural systems can absorb them ,
recycle them, or render them harmles. Atau artinya adalah polusi dan limbah harus
dikeluarkan tidak lebih cepat dari kemampuan sistem alam untuk menyerapnya,
mendaur ulangnya atau membuatnya tidak berbahaya.

Setiap berbagai negara termasuk Indonesia mempunyai arah kebijakan pembangunan yang
utamanya berkaitan dengan lingkungan hidup. Sebagai gantinya Indonesia bisa menerapkan sistem
perencanaan pembangunan yang didalamnya bisa terdapat Apa saja rencana pembangunan jangka
menengah nasional dan Apa saja rencana pembangunan jangka panjang nasional.

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, tidak hanya dimaknai sebagai pembangunan atau
pertumbuhan ekonomi saja. Pembangunan juga bisa menyangkut aspek pada lingkungan.
Pemerintah juga menerapkan misi tentang lingkungan kedelapan misi tersebut yaitu: 1. Dapat
mewujudkan masyarakat untuk berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab
berdasarkan falsafah dalam Pancasila, 2. Dapat mewujudkan bangsa yang dapat berdaya saing, 3.
Wujudkan masyarakat yang demokratis terhadap landasan hukum, 4. Dapat mewujudkan Indonesia
Aman, damai, dan bersatu, 5. Mewujudkan adanya pemerataan pembangunan dan keadilan, 6.
Dapat mewujudkan Indonesia yang asri dan juga Lestari, 7. Dapat mewujudkan Indonesia menjadi
negara kepulauan yang mandiri ,maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, dan yang
tetakhir 8. Dapat mewujudkan Indonesia sebagai peranan penting dalam pergaulan dunia
internasional.

Pembangunan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan yang harus menjadi bagian terpenting dari
apa saja pembangunan nasional Indonesia karena dalam pengelolaan yang bijak terhadap SDA dan
lingkungan akan memberi manfaat pada dua hal. Pertama adanya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan yang kedua menjaga kelestarian alam dan sumber daya yang ada dan apa saja yang
bisa dimanfaatkan oleh generasi yang akan datang.

F. KEBUDAYAAN DAN ETIKA LINGKUNGAN

Kebudayaan tradisional lebih mempedulikan adanya kondisi lingkungan karena masyarakat


tradisional itu selalu mengkaitkan antara tindakan yang dilakukan dengan efeknya. Misalnya,
masyarakat tradisional ini mempunyai keyakinan bahwa penunggu lautan akan menjadi
marah ,apabila kita melakukan kerusakan dalam lingkungan.

Kearifan ekologis masyarakat Kajang tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsip hidup yang bisa
disebut dengan nama tallase kamase-masea,yaitu perintah dari Turie ara’na yang dapat diartikan
sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan maha berkehendak.

Ibrahum (2006) mengatakan Bagaimana masyarakat Kajang dalam membagi kawasan hutan untuk
dapat melindungi hutan dari keserakahan manusia yang pertama borong karamaka atau hutan
keramat lingkungan ini adalah kawasan hutan yang terlarang untuk semua jenis kegiatan kecuali
kegiatan acara-acara dalam ritual penebangan pengukuran membunuh flora dan fauna tidak
diperbolehkan. Hutan dianggap sebagai tempat dalam kediaman leluhur.

G. GAYA HIDUP KONSUMTIF

Gaya hidup konsumtif tersebut dapat merusak lingkungan. 1. Gaya hidup yang dapat menekankan
pada kenikmatan foya-foya dan juga dapat berpesta pora. 2. Gaya hidup yang banyak
mengendalikan materi. 3. Gaya hidup yang konsumtif dan . 4. Gaya hidup yang lebih mementingkan
diri sendiri daripada orang lain.

Hal ini sejalan dengan gagasan oleh Emil Salim (1987) yang mengatakan bahwa proses dalam
pembangunan itu dapat mengembangkan lingkungan yang tidak teratur dan hanya mengelola
sumber alam secara bertanggung jawab tetapi pengelolaan sumber alam ini harus dilengkapi dengan
langkah dan usaha dalam pengembangan konsumsi dan pola hidup yang wajar dan sesuai dengan
kemampuan daya yang didukung oleh alam dan menopangnya dalam jangka panjang.

H. KESADARAN DAN ETIKA LINGKUNGAN

Sudah saatnya manusia modern dan pembangunan melaksanakan pemerintahan dan


pengembangan pola hidup yang berdimensi dan lingkungan. Pemerintah harus bertanggung jawab
dalam mengembangkan model pembangunan yang berdimensi dalam lingkungan tersebut.
Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini tidak bisa diserahkan tanggung jawab terhadap
pemerintah tetapi bisa juga sebagai akibat dari kebiasaan masyarakat sehari-hari yang tidak menjaga
lingkungan. Oleh karena itu Lingkungan harus diperlihatkan dari perspektif “ local and little drama”
atau bisa disebut dengan drama kecil, dan drama lokal bisa terjadi dalam hidup masyarakat karena
keluarga kita ada dalam lingkungan belajar atau kerja. Cuma itu bermula dari kehidupan komunitas
yang lingkupnya sangat kecil. Karena itu kita setiap masyarakat individu ataupun kelompok dapat
mengubah pola pikir yang berorientasi kepada masyarakat atau antropotesis ke ekosentris .

I.PENDEKATAN MASALAH KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN

1. Perspektif linear

Robert Malthus menyimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk yang tidak bisa terkendali dapat
mengakibatkan kelangkaan dalam bidang makanan. Yang bisa kita lihat saat ini adalah sawah tidak
lagi memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga karena dibagi-bagi dengan banyaknya orang.
Pekarangan yang dulu bisa kita andalkan untuk mendukung ekonomi keluarga kita, sekarang tidak
bisa lagi karena telah beralih tangan dan beralih fungsi.

2. Perspektif Multiplikatif

Dalam perspektif ini, postur dalam penduduk itu berinteraksi secara multiplikatif dengan faktor-
faktor yang dapat menciptakan dampak lingkungan. Salah satu perspektif multiplikatif adalah I =
PAT, faktor-faktor ini berinteraksi, bukan sebagai faktor yang berdiri sendiri.

3.Perspektif Mediasi

Dalam beberapa penelitian memfokuskan perhatian pada konteks di dalam interaksi penduduk dan
lingkungan terjadi. Konteks itu seperti faktor sosial, politik, kultural, dan institusional. Karena
faktornya tersebut banyak model dalam perspektif. Bilsborrow (1992) mengatakan bahwa
perkembangan perspektif mediasi tersebut untuk memahami adanya dampak pertumbuhan
penduduk terhadap produksi dan pemanfaatan lahan pertanian di latin Amerika.

4.Perspektif Dependensi
Perspektif dependensi melihat pembangunan sebagai suatu proses yang dapat mempengaruhi
adanya kependudukan dan lingkungan yang berinteraksi.

5.Perspektif Sistem Kompleks

Perspektif sistem Kompleks memandang faktor mediasi lingkungan dan kependudukan dalam sistem
kompleks yang terkait satu sama lain. Tujuan ini untuk memahami Bagaimana sistem ekologi
tersebut dan sistem yang dibuat manusia berkaitan satu sama lain membentuk sistem sosial
ekonomi yang lebih besar.

BAB VIII GENDER DAN PEMBANGUNAN

A. KONSEP GENDER DAN PEMBANGUNAN

1.Pendahuluan

Dalam beberapa wacana yang dikembangkan masyarakat tidak salah jika menanyakan sosok
perempuan ideal adalah sebagai ibu dan istri yang baik. Ketika pertanyaan itu diajukan pada
sekelompok perempuan di daerah Jawa Tengah mereka juga akan menjawab dengan jawaban
tersebut dan ketika ada yang menanyakan lagi Ibu dan istri yang baik itu bagaimana dan mereka
akan menjawab suami yang merawat anak-anaknya.

Fenomena perginya seorang perempuan keluar rumah itu untuk bekerja seolah menandakan mereka
adanya gugatan terhadap ideologi familialisme yang mungkin selama ini menjadi anggapan dari
masyarakat bahwa perempuan adalah sosok yang nrimo , yang bisa disebut juga dengan merawat
anak dan suami.

Pilihan seorang perempuan untuk keluar dari rumah bekerja akan membawa berbagai implikasi baik
sosial ekonomi, politis, dan psikologis. Bagi mereka dunia kerja selama ini selalu menganggap milik
laki-laki sebagai dunia publik yang mulai mendapat penghuni baru yang namanya perempuan selama
ini selalu diasumsikan atau dikatakan sebagai penghuni dunia domestik atau dunia rumahan. Tentu
saja pergeseran ini akan membawa berbagai dampak pada perempuan dan juga laki-laki dalam
masyarakat secara umum.

Dan maraknya perempuan yang bekerja di luar rumah menyebabkan terbentuknya pengalaman baru
bagi perempuan sehingga mereka menjadi sosok yang lebih jauh dari sebelumnya. Oleh karena itu
kajian dan definisi baru tentang eksistensi perempuan dan pemahaman tentang konteks sosial
budaya dan ekonomi dan politik telah melahirkan sosok yang baru yang merupakan bidang kajian
yang cukup penting. Dan pemahaman terhadap sosok perempuan yang menjadi bermakna itu
sendiri menyangkut bagaimana mereka memandang diri mereka dengan perubahan eksistensi yang
mereka alami.

2.Konsep Gender , jenis kelamin dan kodrat

Sejak dalam 15 tahun terakhir ini gender telah memasuki kata setiap diskusi dan tulisan sekitar
perubahan sosial dan pembangunan dunia ketiga. Demikian juga di Indonesia hampir semua tentang
pembangunan masyarakat maupun pembangunan kalangan organisasi ataupun non pemerintah
selalu memperbincangkan Bahwa masalah gender kita masih terkait-kaget manakala setiap
pembicaraan tentang gender selalu membicarakan sosok perempuan dan laki-laki, yang selama ini
artinya itu mendekonstruksi Tataan dan konstruksi sosial yang sudah mapan. Untuk memahami
konsep gender harus dibedakan dengan konsep jenis kelamin atau seks. Jenis kelamin merupakan
pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis
kelamin tertentu misalnya manusia jenis kelamin laki-laki adalah manusia yang memiliki jenis, jakun
dan memproduksi sperma sedangkan manusia jenis kelamin perempuan adalah manusia yang
memiliki rahim, payudara, vagina, dan mempunyai indung telur.

Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah Sepanjang Kita tidak melahirkan keadilan
gender namun yang menjadi persoalan Ternyata banyak kasus Perbedaan gender telah melahirkan
berbagai ketidakadilan bagi kaum laki-laki terutama terhadap kaum perempuan. Dalam memahami
Bagaimana sih Perbedaan gender menyebabkan ketidakadilan dan dapat dilihat melalui manifestasi
ketidakadilan yang ada.

3.Sosialisasi Peran Gender

Dalam sejarah Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan sudah cukup berlangsung melalui
proses yang sangat panjang cara sosial dan kultural melalui ajaran keagamaan dan politik negara
sosialisasi gender akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan yang tidak bisa diubah sehingga
perbedaan-perbedaan gender dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan. Proses sosialisasi
dimulai sejak kita bayi. Bayi perempuan dibelikan pakaian yang lembut dan cerah seperti pink,
orange, dan lain sebagainya. Dan sementara itu bayi laki-laki selalu dipilih warna-warna yang kuat
seperti biru, abu-abu, hijau, hitam dan lain sebagainya.

Sosialisasi peran gender tersebut bisa menimbulkan rasa bersalah dalam diri seorang perempuan
jika tidak melaksanakan tugas-tugas domestik tersebut, dan sedangkan kaum laki-laki tidak merasa
bukan tanggung jawabnya mereka karena juga banyak tradisi secara adat melarang jika laki-laki
terlibat dalam urusan domestik. Semua manifestasi ketidakadilan gender tersebut saling terkait dan
saling mempengaruhi satu sama lain. Pada akhirnya dipercaya bahwa peran gender itu seolah-olah
merupakan kodrat. Lambat lawan terciptalah suatu struktur dan sistem ketidakadilan gender yang
diterima dan sudah menjadi hal yang tak lagi dirasakan sebagai sesuatu yang salah.

B.PENDEKATAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

1.Perempuan dan Pembangunan

Makin maraknya perempuan pergi keluar rumah tak terlepas dari perjuangan panjang selama ini.
Yang berasumsi bahwa penyebab perempuan adalah karena mereka tidak bisa berpartisipasi dalam
pembangunan. Perempuan juga dianggap telah gagal menjalankan tugasnya karena ini hanya
mampu menjawab persoalan dan kebutuhan jangka pendek dari kaum perempuan.

Gencarnya slogan Wid membuat perempuan digalang dan diaktifkan agar berpartisipasi dalam
pembangunan, bukannya pembangunan diubah menurut kebutuhan perempuan. Ketiga PBB
merencanakan dawarsa wanita 1975-1985 ada tempat yang sedikit lebih maju dan memandang
usaha dalam peningkatan martabat perempuan yaitu saat mereka mendapatkan strategis gender.
Yang dimaksud adalah Bagaimana posisi tawar-menawar dalam masyarakat dan pembangunan
namun dalam program-program Dharma Wanita dan PKK aspek-aspek kesetaraan kurang ditekankan
akibatnya dibentuklah program kebijakan secara Top Down, yang memandang perempuan sebagai
bagian integral dari program pembangunan.

2. Gender dan Pembangunan

Pendekatan yang diharapkan dapat dan bisa memperbaiki kelemahan-kelemahan Wid dan dapat
memberdayakan perempuan sebagai pendekatan gender and development(GAD). Itulah sebabnya
pendekatan gad selalu mengarah pada penyelesaian isu-isu struktural perempuan yang
mempertanyakan apa dominasi pihak-pihak kuat terhadap yang lemah. Pendekatan gender dalam
pembangunan pentingnya adalah kesetaraan dan keadilan bagi perempuan dan laki-laki dalam
bidang pembangunan Titik maka, dalam setiap kebijakan pembangunan di berbagai macam bidang
harus menggunakan analisis gender dan dengan memperhatikan kepentingan strategis dan
kepentingan gende.

C.KETIMPANGAN GENDER DI BERBAGAU BIDANG

1.Ketimpangan Gender di bidang politik

Dalam kesempatan perempuan untuk memasuki bidang politik sebenarnya itu kemungkinan adanya
berbagai faktor hal yang jarang terjadi . Namun faktor utamanya adalah pandangan stereotip bahwa
dunia politik adalah dunia publik dunia yang keras dan memerlukan akal yang penuh debat dan
membutuhkan pikiran-pikiran cerdas yang diasumsikan milik laki-laki bukan milik perempuan namun
tidak pantas berpolitik karena perempuan adalah penghuni dapur, tidak bisa dipikir bahwa politik
perempuan mengambil resiko semuanya itu sudah menjadi stereotip perempuan akibatnya
perempuan ataupun laki-laki secara umum sudah menarik kutub yang berbeda bahwa dunia publik
laki-laki dan dunia domestik perempuan berkaitan dengan sosialisasi peran gender.

Perempuan hanya membutuhkan politik jika laki-laki atau politikus akan meraih suatu Puncak atau
jabatan politik tertentu perempuan juga menggunakan Martir yang bersenjata untuk mencapai
tujuan para politisi yang kebanyakan pria misalnya dalam kampanye mendukung suami, ibu-ibu PKK
dan kelompok-kelompok pengajian.

2. Ketimpangan Gender dalam Bidang Ekonomi

Banyak hal yang terkait dengan ekonomi yang menyebabkan perempuan itu tidak diakui karena
hanya seputar ekonomi keluarga dan rumah tangga. Masih sedikit pangkuan pada remaja ketika
mereka sukses dan berhasil menjadi pelaku ekonomi karena hal itu dianggap hanya main-main
bukan kerja yang prestisius seperti yang dilakukan oleh laki-laki. Perempuan belum banyak
menduduki level atau jabatan-jabatan strategis di kantor-kantor yang terkait dengan perekonomian
namun akibatnya kegiatan perempuan yang terpusat pada sekitar keluarga dan diri sendiri
menghasilkan menjadi penunjang hidup keluarga namun tak diakui dan Hanya dianggap sebagai
pekerja sambilan .

3.Ketimpangan Gender dalam Dubia Kerja

Dalam membicarakan perempuan sebagai pekerja tidak terlepas dari peradaban Rana domestik
selama ini Rana domestik atau disebut dengan rumah tangga selalu diasumsikan sebagai dunia
perempuan dan ranah kerja selalu diasumsikan dengan dunia laki-laki. Pembagian struktur laki-laki
dalam bidang publik sesungguhnya merupakan struktur yang membedakan kekuasaan antara
perempuan dan juga laki-laki Karena di bidang publik dianggap sebagai bidang yang penting dalam
proses sosial Maka perempuan cenderung tersubordinasi karena ia menempati bidang yang dibilang
kurang penting.

Masalah klasik yang mungkin muncul dari Seiring berjalannya waktu dengan keterlibatan perempuan
di dunia kerja adalah bagaimana perempuan tetap dapat menjalankan perannya sebagai ibu dan istri
ketika dia bekerja dan dunia publik sudah siap menerima kehadiran perempuan dalam dunia kerja
banyak kasus seiring yang kita dengar bahwa menunjukkan Betapa luar rumah merupakan tempat
yang tidak aman dan tidak nyaman. Ketidakmanan dunia kerja merupakan fakta yang diamati di
berbagai tempat dan kasus.
Gejala keterlibatan perempuan keluar rumah untuk bekerja itu menandakan bahwa mereka
berusaha merekonstruksi sejarah kehidupannya dengan membangun identitas baru bagi diri mereka
sendiri tidak hanya sebagai istri ataupun Ibu tetapi juga sebagai pekerja dan perempuan karir Namun
demikian dalam keterlibatan ini perempuan harus mengeluarkan banyak biaya yang tak mereka
sadari bahwa memasuki dunia kerja ini cenderung sangat mempengaruhi sistem kosmologi yang
memandang bahwa perempuan adalah pendatang di dunia kerja.

4.Ketimpangan Gender dalam Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah semua jenjang pendidikan secara umum yang dimulai sejak anak-
anak di usia dini yang seharusnya sudah menerima suatu hal yang benar dan yang ikut
melanggengkan stereotip yang ada dengan demikian anak-anak menjadi lebih egaliter dan dapat
menghargai sesama.

Pendidikan yang utama adalah pendidikan di keluarga Hal ini karena keluarga lah anak yang lebih
banyak tinggal daripada di sekolah dalam lingkungan keluarga proses wawasan diturunkan dan
sosialisasi berlangsung masyarakat modern sekalipun keluarga tetap masih memainkan peran
penting dalam pendidikan meskipun semakin banyak dukungan dukungan yang menekankan bahwa
pendidikan adalah hak semua individu tetapi orang tua tetap memegang peran penting dalam
pendidikan anaknya.

Faktor kendala kesetaraan perempuan umumnya ada dua yang pertama proses sosialisasi peran
gender membuat perempuan merasa kewajiban mereka memenuhi harapan budaya dan tradisi
pada keluarga menjadi istri yang baik, kesadaran akan posesi subordinatnya menyebabkan
perempuan sering menjadi kognitif membatasi atau mendung apresiasi dengan mendayagunakan
potensi yang dimilikinya secara mendung apresiasi dengan mendayagunakan potensi yang
dimilikinya secara optimal. Dan yang kedua sistem nilai budaya dan pandangan keagamaan kurang
mendukung kesetaraan perempuan. Maka dari itu dikatakan bahwa perempuan tidak perlu sekolah
tinggi-tinggi karena semakin tinggi sekolah semakin sulit untuk mendapatkan jodoh.

Ketidaksetaraan dan ketidakadilan perempuan dan laki-laki yang di manifestasikan dalam buku ajar
ternyata Membekas sangat kuat dalam ingatan anak-anak sehingga membentuk mereka menjadi
yang digambarkan dalam buku tersebut. Akibatnya dalam pergaulan sehari-hari mencari pekerjaan
atau bidang yang diminati nantinya ketika mereka dewasa juga tak jauh dari referensi yang sudah
ada di benak mereka lebih jauh perempuan dan laki-laki menjadi membentuk dirinya sesuai
stereotip peran gender yang diterima baik di sekolah maupun di keluarga.

5.Ketimpangan Gender di Bidang Hukum

Di bidang hukum masih banyak pasal-pasal dalam aturan hukum yang mendeskriminasikan
perempuan. Kasus-kasus terhadap perempuan masih banyak diproses dengan aturan hukum yang
merugikan perempuan. Pasal 285 KUHP mengatakan bahwa barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan diancam
Karena melakukan pemerkosaan dengan pidana penjara paling lama 12 tahun, tetapi pelecehan atau
ketidakkerasan yang hukumnya sangat ringan jika dibandingkan pasal pemerkosaan pada akibatnya
ditimbulkan dari kasus yang berat bagi perempuan.

D.REKONSTRUKSI GENDER PADA ERA GLOBALISASI

Konstruksi adalah susunan realitas objektif yang dapat diterima dan menjadi kesepakatan umum
meskipun proses konstruksi itu tersirat dinamika sosial. Dengan demikian konsep feminitas dan
maskulinitas merupakan bentukan atau anggapan yang berlaku di masyarakat. Karena dapat
dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan yang merupakan kodrat karena bersifat tetap dan
merupakan ketentuan Tuhan di mana manusia maupun budaya tidak dapat mengubahnya.

Pemahaman tentang perempuan yang bekerja harus dilihat bahwa sedang terjadi rekonstruksi
dalam dunia kerja sehingga selalu diasumsikan milik laki-laki. Peran-peran gender yang selama ini
selalu melekat dengan perempuan mulai ada redefinisi ketika perempuan tidak bisa terus-menerus
berada di rumah merawat dan mengasuh anak dan juga melayani suaminya. Oleh karena itu menjadi
sangat rumit manakala perempuan diharapkan memainkan berbagai peran sekaligus.

Sudah Selayaknya jika mulai dilakukan redefinisi dan rekonstruksi terhadap sosok perempuan secara
menyeluruh dan bukan sepotong-potong sudah layaknya laki-laki dan perempuan. Duduk bersama
membicarakan dan menyepakati hal-hal yang dilakukan laki-laki dan perempuan.

Pada era globalisasi Perempuan tak lagi menjadi sosok yang penurut manut dan tetap diam di rumah
tetapi sudah mulai berorientasi keluar berpikir Global menjadi perempuan pekerja yang mandiri.
Sehingga perubahan Seharusnya juga diikuti dengan berbagai redefinisi umum yang terkait
Bagaimana komunitas dunia kerja dan rumah tangga memaknai sosok perempuan yang sedang
mencari identitas dirinya.

Semakin banyak jumlah perempuan keluar rumah maka akan terjadi perubahan terhadap pola kerja
dan rumah tangganya. Sudah saatnya masyarakat tidak Berharap terlalu banyak kepada perempuan
untuk menjadi Superwoman sudah waktunya dilakukan gerakan radikal untuk membongkar mitos
pandangan masyarakat tentang perempuan dan sekaligus juga melakukan rekonstruksi terhadap
peran perempuan.

Ringkasan buku pembanding

BAB 2 PENDEKATAN TEORITIS

Dua macam sudut pendekatan yang populer di antara pendekatan-pendekatan yang lain perlu
dipahami lebih dahulu sebelum suatu pendekatan tertentu bagi pembahasan konflik dan integrasi
ditetapkan. Sudut pendekatan yang perlu kita perhatikan pertama kali adalah sebuah pendekatan
yang menjadi pengaruh dari kalangan para ahli sosiologi selama beberapa puluh tahun terakhir.
Sudut pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat pada dasarnya terintegrasi atas dasar
kata sepakat para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu suatu general agreement
yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan antara anggota
masyarakat.

Pendekatan fungsionalisme struktural Bagaimana yang telah dikembangkan oleh parsons dan para
pengikutnya dapat dikaji melalui sejumlah anggota anggapan dasar mereka sebagai berikut:

1. Masyarakat harus Melihat bagaimana suatu sistem dari pada bagian-bagian yang saling
berhubungan satu sama lain
2. Hubungan pengaruh mempengaruhi bagian-bagian yang bersifat ganda dan juga timbal balik
3. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dicapai dengan sempurna, namun secara
fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah equilibrium yang bersifat
dinamis yang menanggapi perubahan-perubahan yang datang dari luar dengan memelihara
perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem yang mengakibatkan mencapai derajat
yang minimal
4. Sekalipun disfungsi keterangan-keterangan dan penyimpangan-penyimpangan senantiasa
terjadi tetapi dalam jangka yang panjang keadaan tersebut akhirnya terasa teratasi dengan
sendirinya melalui penyesuaian proses institusionalisasi.
5. Perubahan-perubahan dalam sistem sosial umumnya terjadi secara gradual melalui
penyesuaian yang tidak secara revolusioner. Perubahan yang terjadi secara drastis umumnya
mengenai bentuk luarnya saja sedangkan unsur sosial budaya yang menjadi bangunan
dasarnya tidak seberapa mengalami perubahan.
6. Pada dasarnya perubahan sosial timbul terjadi melalui tiga macam kemungkinan
penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial tersebut adanya perubahan-perubahan yang
datang dari luar pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional
penemuan baru oleh anggota masyarakat.
7. Faktor yang penting memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus
diantara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai masyarakat tertentu. Dalam setiap
masyarakat menurut pandangan fungsionalisme struktural selalu terdapat tujuan dan prinsip
dasar tertentu terhadap bagian besar anggota masyarakat yang menganggap serta
menerima sebagai suatu hal yang mutlak. Dalam sistem nilai tersebut tidak saja merupakan
sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial akan tetapi juga merupakan
unsur yang menstabilisir sistem sosial budaya itu sendiri.

Dalam pada itu, bahwa setiap sistem sosial memiliki kecenderungan untuk mencapai stabilitas di
atas konsensus para anggota masyarakat yang nilai-nilai umum tertentu. Mengakibatkan para
penganut pendekatan fungsionalisme struktural kemudian menganggap bahwa disfungsi
ketegangan-ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan sosial yang dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan kemasyarakatan dalam membentuk tubuhnya diferensiasi sosial yang semakin
Kompleks adalah akibat daripada pengaruh faktor-faktor yang datang dari luar.

Keadaan demikian yang dapat mengakibatkan bagian tertentu daripada sistem sosial tersebut
menjadi di fungsional adalah suatu yang akan mengakibatkan ketegangan ketegangan sosial. Maka
disfungsi dan ketegangan tersebut akan berkembang secara kumulatif karena mengundang
terjadinya perubahan-perubahan sosial yang bersifat revolusioner.

Apa yang kurang diperhatikan oleh para penganut fungsionalisme struktural sebagaimana penulis
justru menjadi pusat perhatian analisis karena penganut pendidikan konflik oleh karenanya
memaksa kita untuk menghitung pandangan-pandangan mereka Bila kita ingin menyajikan suatu
analisis yang lebih memadai tentang perubahan sosial yang terjadi karena faktor yang ada dalam
sistem sosial itu sendiri. Sementara konflik approach masih dapat Kita bedakan atas dua macam
pendekatan yang lebih kecil.

Pembagian otoritas yang sifatnya dikotomis berupa para penganut pendekatan konflik dianggap
menjadi sumber timbulnya konflik konflik sosial dalam masyarakat. Mengapa demikian? Karena
pembagian otoritas yang terjadi dalam diri menimbulkan kepentingan yang berlawanan satu sama
lain dan pembagian otoritas mengakibatkan mereka menduduki posisi sebagai pemegang otoritas
dan mereka tidak memiliki otoritas dan memiliki kepentingan-kepentingan baik secara substansial
maupun arahnya berlawanan satu sama lain.

Kelompok semut tidak memiliki struktur hubungan sosial yang disadari akan tetapi para anggota
memiliki kepentingan dan metode mode tingkah laku yang sama namun setiap saat dapat
berkembang menjadi kelompok yang artinya sebenarnya berupa apa yang bisa disebut sebagai
kelompok kepentingan. Namun demikian kelompok semua merupakan sumber dari anggota
kelompok kepentingan berasal dari direcruit. Sebagai kelompok sekunder perkumpulan sepak bola
perkumpulan catur maupun perkumpulan-perkumpulan yang bersifat politis pada dasarnya dapat
dipandang sebagai kelompok kepentingan tetapi yang dimaksud dengan kelompok kepentingan
dalam kerangka teori konflik itu mempunyai karakteristik tersendiri yang berhubungan dengan
legitimasi atas suatu pola yang kekuasaannya tertentu memiliki kekuasaan otoritatif dengan mereka
yang tidak memiliki otoritatif.

Selain membutuhkan prasyarat yang bersifat teknis muncul suatu kelompok kepentingan masih
membutuhkan prasyarat yang kedua, dengan kondisi-kondisi politik di sini ada tidaknya kebebasan
politik itu berorganisasi yang diberikan oleh masyarakat. Bagaimanapun matanya kondisi tersebut
suatu organisasi tanpa kebebasan untuk berorganisasi kelompok semut tetap tidak akan dapat
berorganisir ke dalam bentuk kelompok kepentingan tanpa kebebasan berorganisasi maka muncul
kelompok kepentingan hanya akan bersifat potensial.

Bentuk pengendalian konflik-konflik sosial yang pertama yang paling penting adalah apa yang
disebut konsilasi (conciliation) . Dalam pengendalian semacam itu melalui lembaga-lembaga tertentu
memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan antara pihak-pihak yang
berlawanan mengenai persoalan yang mereka bertentangan. Namun pada umumnya mengambil
contoh dalam kehidupan politik lembaga-lembaga semacam itu berupa badan-badan yang bersifat
parlementer atau kuasi parlementer di mana sebagai sekelompok kepentingan atau wakil-wakil
mereka saling bertemu dan satu sama lain mewujudkan pertentangan mereka karena cara-cara
tersebut bersifat damai. Apabila cara pengendalian ini masih tidak cukup efektif maka suatu cara
pengendalian yang ketiga mungkin apa yang bisa disebut sebagai perwasitan mungkin sekali akan
timbul. Namun dalam hal ini kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat untuk menerima
hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang
sedang terjadi di antara mereka.

Anda mungkin juga menyukai