Anda di halaman 1dari 5

Nama : Martua Alfonso Vransisco Nainggolan

NIM/NPM : 08.2344
Kelas :IA
Dosen Pengampu : Pdt. Wilda Simanjuntak, M. Div

KEBAKARAN HUTAN INDONESIA DAN BERBAGAI DAMPAK


YANG DITIMBULKAN

I. Pendahuluan
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena
didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma
nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah
banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk
kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan
sebagainya. Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang
makin sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran
hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya
keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas
tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu
kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi darat, perairan, dan
udara. Gangguan asap akibat kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah
melintasi batas negara.

II. Kebakaran Hutan dan Faktor Penyebabnya


Api sebagai alat atau teknologi awal yang dikuasai manusia untuk
mengubah lingkungan hidup dan sumber daya alam dimulai pada
pertengahan hingga akhir zaman paleolitik. Sejak manusia mengenal dan
menguasai teknologi api, maka api dianggap sebagai modal dasar bagi
perkembangan manusia karena dapat membuka hutan, meningkatkan
kualitas lahan, memburu satwa liar, mengusir satwa liar, berkomunikasi
sosial disekitar api unggun dan sebagainya.

Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik


perdebatan, apakah karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun
berdasar beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama
kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau
permasalahan sebagai berikut:
1. Sistem perladangan tradisional penduduk setempat yang berpindah-
pindah.
2. Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
untuk Industri kayu maupun kelapa sawit.
3. Penyebab Struktural yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan
pembangunan dan pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar
hukum adat dan hukum positif negara.
Perladangan berpindah-pindah merupakan upaya pertanian tradisional di
kawasan hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan debngan cara
pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan
untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena
telah mengikuti aturan tuirun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar
mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari
penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan
untuk pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya
mencakup areal yang cukup luas. Metoda penebangan hutan dengan cara
tebang habis dan pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang
paling mudah, murah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat bahwa
kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk
pengembangan tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan
lindung, hutan produksi dan lahan lainnya.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik
antara para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan,
dengan penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka
atas lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi
pengesahan melalui hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat
dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan
yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disini kemiskinan menjadi
pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi
untuk memadamkannya.

III. Dampak Kebakaran Hutan


Kebakaran hutan yang terjadi menimbulkan dampak yang sangat luas
disamping kerugian material kayu, non kayu dan hewan. Dampak negatif
yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasil pembakaran yang
telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain meimbulkan kabut juga
mencemari udara dan meningkatkan gas rumah kaca.
Asap tebal dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan masyarakat terutama gangguan
pernapasan. Selain itu asap tebal juga mengganggu transportasi khususnya
transpotasi udara, disamping transportasi darat dan perairan. Pada saat
kebakaran hutan yang cukup besar banyak penerbangan yang terpaksa
ditunda atau dibatalkan. Sementara pada transportasi darat dan perairan
terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan
hilangnya nyawa atau harta benda.
Kerugian karena terganggunya kesehatan masyarakat, penundaan atau
pembatalan penerbangan, dan kecelakaan transportasi darat dan perairan
tidak bisa diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besar
membebani masyarakat dan pelaku bisnis. Dampak kebakaran hutan
Indonesia berupa asap tersebut telah melintasi batas negara terutama
Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand.
Dampak lainnya adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan
hilangnya margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan,
Karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-
tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak
dapat lagi menahan banjir. Karena itu, setelah hutan terbakar sering muncul
bencana banjir pada musim hujan diberbagai daerah yang hutannya terbakar.

IV. Agama sebagai Sumber Keterasingan Alam dari Manusia: Teori


Hegel
Menurut Hegel agama adalah sumber keterasingan manusia dari alam,
diri sendiri dan dari sesama. Keterasingan manusia dari alam disebabkan
oleh karena manusia mengobyektifkan Allah sebagai objek dan sesuatu yang
terasing. Bagi Hegel ini disebut agama yang tidak bai, bad infinity. Tuhan
Allah dipahami sebagai Allah yang besar, mengatasi dunia yang terbatas dan
terpisah dari kehidupan manusia. Dia adalah Allah yang berkuasa di atas dan
tidak mempunyai persekutuan dengan manusia dengan manusia yang berada
yang berada dibawah yaitu bumi. Dalam pemahaman yang seperti ini
manusia tidak dapat berharap banyak untuk menemukan Allah di dalam alam
sebab Dia terpisah dari alam. Karena pemahaman demikian, alam dilihat
manusia sebagai sesuatu objek yang menakutkan sekaligus menjadi sumber
bahaya bagi manusia. Alam dianggap sebagai sesuatu yang terasing dan
sebagai sesuatu yang tidak bersahabat. Akibatnya manusia tidak dapat
mengasihi alam, tidak lagi mencari keseimbangan hidup di alam yang dapat
menyenangkan dan semangat kreativitas manusia untuk mengelola alam
tidak lagi dipikirkan. Manusia menjadi terombang-ambing dalam
menghadapi alam antara takut dan keinginan untuk menguasai alam.
Ketakutan manusia terhadap alam menimbulkan lahirnya keinginan
manusia untuk menguasai alam. Keinginan seperti itu ditambah lagi dengan
sikap manusia yang tidak mengasihi alam dan hilangnya semangat kreatifitas
untuk mengelola alam. Akibatnya alampun dikelola dengan dasar kekuasaan,
tidak lagi berdasarkan kasih atau kreativitas yang dapat mengelola alam
dengan baik. Keinginan manusia untuk menguasai alam bukan semata-mata
karena manusia senang dengan alam, tetapi karena manusia ingin memenuhi
keinginannya sendiri. Tindakan ini akhirnya sering diwujudkan dengan cara-
cara yang exploitative dan sebagai dominasi manusia terhadap alam. Alam
sungguh-sungguh dijadikan sebagai objek yang dikuasi manusia karena
Allah tidak ditemukan didalamnya. Alam menjadi suatu objek yang bagi
manusia tidak memiliki nilai Illahi. Karena itu alam dapat dikuasai,
ditaklukkan yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan terhadap alam.
Pengelolaan alam bukan lagi atas dasar kasih dan kreativitas tetapi atas
dominasi keinginan untuk berkuasa dan menaklukkannya.
V. Kesimpulan
1. Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya
karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagi sumber
plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata
air, pencegah banjir, dan erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya.
Karena itu pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh undang-
undang dan peraturan pemerintah.
2. Kebakaran merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap sumber
daya hutan. Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar
dan dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas negara.
3. Berdasar teori Hegel diatas, pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh
manusia tidak didasari karena mencintai hutan yang dipadukan dalam
semangat kreativitas, tetapi berdasarkan keinginan untuk berkuasa atas
hutan dan keinginan untuk menaklukkannya. Dengan kata lain,
manusia tidak menyadari bahwa hutan memiliki peran yang dapat
mempengaruhi kehidupan diatas bumi.
Daftar Pustaka

Dove, M.R., 1988. Sistem Perladangan di Indonesia. Suatu studi kasus


dari
Kalimantan Barat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
http://forumteologi.com/blog/2007/05/27/Kerusakan hutan di Indonesia.
http://tumotou.net/702_07134?71034_9.htm. Kebakaran Hutan Indonesia
dan
Upaya Penanggulangannya.
http://insidewinme.blogspot.com/2007/12/dampak-dampak kebakaran
hutan.html. Berbagai Dampak yang Ditimbulkan Dari Kebakaran Hutan.

Anda mungkin juga menyukai