MENCIPTA LAGU
Oleh: Pdt. J.A.U. Doloksaribu
1. Motive
Sebelum menciptakan Lagu kita harus
mengetahui motive yaitu : Unsur lagu
yang terdiri dari sejumlah
Idea
Mood ( Suasana hati dan jiwa) Sukacita?
Sedih? Murung, berduka? Tenang?
Berontak dll
Nada diantara awal dan akhir motif
disebut motif jembatan bila beberapa
motif bertautan menjadi kesatuan
terjadilah motif panjang yang memenuhi
pertannyaan dan jawaban
2. Composition Material
- Pitch = ( Nada)
- Tonal Material – Tinggi rendahnya Nada
- Scale ( nilai nada)
- Rhythm = Irama yang memberi semangat
Pitch + Rhytm menjadi lagu
- Timbre ( quality ) Jenis suara kualitas suara
Sopran c1 – a2
Pentatonik anhemitonis
1 - 5 - 2 -6 -3
Do sol re la mi
Ada rentetan empat kwin yang sambung
menyambung
Pentatonik type selisir
1 – 3 – 4 – 5- 7
Do mi fa sol si (dari bawah ke atas)
Pentachord
Pentachord menurut Walter Wiora
1- 2 -3 - 4 - 5
Do re mi fa sol (nada ini bukan
termasuk pentatonik
3. Development
- Sebelumnya = motive contoh
Ende 392:
5 . 6 5 1 7 . 6 6 . 5 0
4 . 3 4 5 6 . 5 5 . 3 0
3.1 – dilanjutkan dengan Repetition
ulangan. Acapkali digunakan tetapi
jangan terlalu banyak supaya enak
(tidak bosan). Karena itu harus ada
Variation spt.
4 . 3 4 5 6 . 7 1 . . 0
3.2. Sequence – rentetan ( lanjutan)
(ulangan pada tingkat lagu) ada
variasi
Satu ide tapi nada berbeda
m m1
5 . 5 6 5 3 1 . 1 2 1 6.
frekuensi naik
Ini adalah varian lain
Mis:
5 . 5 5 5 4 . 4 4 4 3 . 3 4
3 2 . . 0 frekuensi Turun
5 . 6 5 3 . . 5 . 6 5 3
Pembesaran interval ( augmentation of the
ambitus)
3 5 4 . 5 7 . 7 0 4 5 3
. 5 1 . 1 0 3 5 4 . 5 2 . 2
Dalam Buku Ende 392 ulangan ini juga ada
5 . 6 5 1 7 . 6 6 . 5 0
4 . 3 4 5 6 . 5 5 . 3 0
.3 Imitation = Peniruan ( hampir
serupa)
1 2 3 2 1 - 2 3 4 3 2 -3 4
5 4 3 - 4 5 6 5 4
3.4 Variation - varian selingan
Variasi ini dilihat dari unsur kadens ada
perubahan yang terus menerus antara Tónica,
1, 3, 5 Dominan 5, 7, 2 dan subdominan 4 6 1
Perubahan ini menjadikan musik hidup nyanyian
No. 392
Dari T ke D ( kadens setengah dan dari D ke
T ( kadens biasanya atau otentik)
Langkah dari T ke S disebut kadens
subdominan
3 . 3 4 3 2 1 1 . 6
5 . 6 5 1 7 6 6 . 5
1 . 1 4 6 . 6 6 6 . 6 5 . 3 . 3 3
T S T
5 . 5 4 . 2 . 2 2 5 . 4 3. 1
D T
Catatan: langkah D ke S ditengah
lagu selalu kurang enak
Contoh 5 4 3 2 1 2
D S T D T D
beda dengan
5 4 3 2 1 2
T D T D T D
3.5. Kontrast
supaya lagu benar-benar enak, tidak
membosankan harus ada contrast
kontras di antara 2 kalimat lagu perlu dicari
secara telita, karena ia menentukan pola
pembawaan. Kontaras ini berwujud sebagai :
Kontras dinamika
kontras irama
. . . .
2 . 2 2 2 3 . 2 1 . 5 0
. . .
6 . 6 6 6 7 1 2. . 2
3.6. Klimaks
Setiap lagu harus ada klimaksnya
biasanya dengan
- nada tinggi
- nada panjang
- nada melompat
Jadi harus diperhatikan dimana klimaksnya
Misalnya No. 392
. . . . . . .
3 . 3 4 3 2 1 1 . 6 0
3.7 Receptation ( tambahan) sebagai
penutup
Ingat harus ada satu klimaks dan
satu penutup
. . .
5 . 1 7 1 3 2 1 . . 0
4. Text Lagu
- Yang menentukan suatu lagu itu lagu gereja
adalah bukan gaya, melodi atau arragemennya,
melainkan syairnya. (sebenarnya tidak ada
musik Kristen, yang ada adalah syair Kristen.
a. Suara kata
K. J 19
Tuhanku Yesus, Raja alam raya, Allah dan Manusia
Kau ku kasihi, Kau Junjunganku, Bahagía ku yang baka
K.J 400
Kudaki jalan mulia; tetap doaku inilah
“ketempat tinggi dan teguh, Tuhan, mantapkan
langkahku!
Ya Tuhan, angkat diriku lebih dekat kepadaMu;
Di tempat tinggi dan teguh, Tuhan, mantapkan
langkahku
e. Kiasan
Kiasan dipakai untuk arti yang bukan sebenarnya, misalnya
“ Surya Hidup” (K.J. 405),
Kaulah, ya Tuhan, Surya hidupku;
asal Kau ada yang lain takperlu
siang dan malam Engkau ku kenang;
dihadiratMu jiwaku tenang
K.J. 396,
Yesus segala-galanya, Mentari hidupku
Sehari-hari Dialah Penopang yang teguh
Bila ’ku susah, berkesah, aku pergi kepadaNya
Sandaranku, Penghiburku, Sobatku
K.J. 409,
Yesus, Kau Nakhodaku di samud’ra hidupku
Badai tofan menggeram dan gelombang menyerang
Kemudikan bidukku, Yesus, Kau Nakhodaku
K.J. 411,
Ya Cahya kasih, jalanku kelam
O bimbinglah Rumahku jauh, gelap pun mencekam
O bimbinglah! Tak usah naampak akhir jalanku
Cukup selangkah saja bagiku
K.J. 415
Gembala baik bersuling nan merdu
membimbing aku pada air tenang
Dan membaringkan aku berteduh dipadang
rumput hijau berkenan.
Ref.. O, Gembalaku itu Tuhanku,
membuat aku tent’ram hening
Mengalir dalam sungai kasihku kuasa
damai cemerlang, ben
Gaya Bahasa
Gaya bahasa dipakai untuk
mengungkapkan berbagai hal, peristiwa,
keadaan, dll. Dengan cara khusus, antara
lain:
a. Inversi
“ Gerangan bayi apakah yang dipangkuan
Maryam“ (MK 71)
Menempatkan bagian kalimat yang biasa
di belakang ke muka.
b. Koreksio
Mula-mula dikemukakan yang salah / tidak
teratur/ kurang baik, kemudian diperbaiki:
“Bukan oleh Raja Roma, bukan oleh
Herodes,
Bukan oleh ahli kitab, bukan oleh Farisi
Manusia diselamatkan, manusia ditebus
Tapi oleh kayak-kanak yang terbaring di
palungan” (K.J. 135)
c. Klimaks
Menyebutkan makna yang makin mengeras/meningkat:
“Kusembah, kupuji, kumuliakan NamaMu” (PBSR 18)
d. Anti Klimaks
Menyebutkan hal atau sifat yang makin lama makin turun
“ Sayur Kubis” ( K.J. 333)
e. Pleonasme
Menggunakan sepatah kata untuk menegaskan yang
sebenarnya tidak perlu. “ Ya Allah Bapa di Sorga
Maha Tinggi” (K.J. 23)
f. Retoris
Pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena jawaban
sudah tersimpul di dalamnya.
“ Siapa tergantung di salib disanaa,
tertimpa siksaan dan bencana,
penuh dengan luka dirundung hukuman?
Apakah yang sudah dituduhkan? (K.J. 173)
g. Antitese
Menggunakan paduan kata yang berlawanan maknanya:
“Di gunung dan dilembah,
di padang dan di hutan
di darat dan angkasa (K.J. 66)
h. Repetisio
Mengulang sepatah kata untuk menguatkan dan memberi
kesan tambahan:
“Bukan para ahli kitab
Bukan pula para nabi,
bukan Raja Yerusalem,
bukan Kaisar dari Roma“ dst ( K.J. 124)
i. Simbolik
Melukiskan sesuatu dengan mepergunakan benda lain
sebagai simbol:
“Kau mutiara hatiku, ya Yesus,
Kaulah hartaku…” ( K.J. 324)
“ Bak embun di pagi t’rang membasmi tetumbuhan,
O segarkan yang gersang: hati kami Kau hibur” ( K.J.
323:2)
j. Anafora
Perulangan kata pada permulaan beberapa
kalimat:
“Yesus, kini kataku…….
Yesus, tadi ‘ku sedih……
Yesus, kini Kau beri……
Yesus, agung kasihMu….” (K.J. 215)
“di larut malam yang gelap,
dilarut malam yang senyap,
di larut malam kemelut,
di larut malam yang ngeri (K.J. 164)
K Epifora
Kebalikan Anafora, mempergunakan perulangan kata pada
akhir kalimat :
“Nobatkan Raja mulia dan puji Yesus, TuhanMu,
Agungkan Dia yang menang dan puji Yesus, TuhanMu,
Mesiasmu terimalah dan puji Yesus, TuhanMu“ ( K.J.
222b)
l. Apostrofa
Gaya menyapa kepada suatu benda yang bukan manusia
“Hai Bintang Betlehem..” ( K.J. 131)
“Hai Dunia, Gembiralah....“ (K.J. 119)
“Hai Langit, Pasanglah telingamu“ ( K.J. 73)
m. Asindeton
Melukis suatu benda atau orang secara berturut-turur
tanpa kata penghubung :
“Hewan di Bumi, unggas di udara,
Ikan di laut serta binatang langka
Patut disayang, dibela, dipelihara
Kar,na demikian maksud Sang Pencipta” ( K.J. 67:3)
n. Paradoks
Gaya bahasa mengandung pertentangan atau
perbandingan yang bertentangan:
“Kau Yesus Raja MahaKarya
“ Kau jadi miskin bagiku” (K.J. 297)
4.2. AKSENTUASI / IRAMA
Kalau kita mau bicarakan aksen, kita
harus terdahulu melihat irama.
Apa sebenarnya irama? Sulit memberi
defenisinya. Irama meliputi segi Waktu
dari musik, sebagai lawannya PITCH
(tinggi-rendahnya) musik.
Irama meliputi: beat (ketukan), aksen,
birama (bar), juga pengelompokan not
menjadi: beat, pengelompokan beat
menjadi birama, pengelompokan birama
menjadi frase atau kalimat.
Apakah irama yang baik?
Katakanlah, irama yang baik adalah irama
yang memenuhi semua unsur waktu
tersebut dengan ketelitian dan
pertimbangan.
Irama yang baik mempunyai efek, yaitu si
pendengar merasa tergerak hatinya. Kalau
ia tidak merasa demikian, irama yang
dihasilkan sang pemain boleh
dipersalahkan.
Ketelitian dan pertimbangan adalah
kombinasi yang mutlak. Kalau ketukannya
tidak dihiraukan, perasaan irama hilang.
Namun, kalau ketuknya dipatuhi seperti
mesin atau metronom, sama juga, irama
hilang.
Memang harus ada ketelitian. Tetapi,
harus juga ada kebebasan pertimbangan,
yaitu kebebasan dalam batas peraturan.
Dan selalu harus ada maksud dan tujuan.
Apa yang mau kita capai dengan membuat
musik kita?
Turun naiknya interval-interval melodinya
dan ketajaman atau desakan akor dalam
musik akan menimbulkan keinginan bagi
sang pemain untuk lari sedikit atau
menyeret sedikit....hal-hal yang tidak
dapat diungkapkan dalam notasi musik.
Kita kenal Agogik (modifikasi kecepatan
gerak seperti rallentando, accelerando,
dan aksen memanjang), dan Rubanto
(menginjinkan fleksibilitas, menghindari
kekakuan mekanis). Untuk inilah kita
mempertimbangkan bagaimana
melaksanakan ketuknya
4.3. PENGELOMPOKAN DALAM
BIRAMA
Kita ulangi: unsur utama dalam irama
adalah:
Ketuk
Aksen
Birama
Pengelompokan nada menjadi ketuk atau
beat
Pengelompokan ketuk menjadi birama
Pengelompokan birama menjadi frase
Pengelompokan frase menajdi kalimat.
Kayaknya telinga manusia minta adanya unit-unit
waktu dalam musik seolah-olah ada perasaan
metronome yang mendetak di latar belakang,
yang kita sebut Ketuk atau Beat. Detak ini terasa
di semua musik, baik musik Bach, maupun di
musik tradisional daerah manapun.
Detak tersebut dikelompokkan dalam kelompok
dua atau tiga ketuk. Sebenarnya yang ada ialah
hanya unit dua dan tiga ketuk. Semua birama
lain merupakan kombinasinya: 4 = 2 + 2; 6 = 3
+ 3; 9 = 3 + 3 + 3 5 = 2 + 3 atau 3 + 2; 7 =
2 + 2 + 3, atau 3 + 2 + 2, atau 2 + 3 + 2
Dan seterusnya.
4.4. AKSEN SEBAGAI FAKTOR
PENENTU
Aksenlah yang menentukan pengelompokan
tersebut di atas. Secara teoritis suatu frase
berbirama empat mempunyai skema
aksentuasi sebagai berikut:
2/4 1 1 1 1 1 1 1 1
2/4 3 3 3 3 3 3 3 3
Dua ketuk tidak dapat diberi tekanan yang sama, harus
ada satu yang kuat dan satu yang lemah. Tetapi kalau
terdapat juga tiga ketuk, dua akan dapat tekanan yang
sama:
¾ 6 6 6 6 6 6
2/4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 3
4.5. AKSEN BAHASA
Aksen dalam bahasa berbeda untuk tiap bahasa sendiri.
Aksen dalam bahasa inggris berbeda dari aksen dalam
bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris, aksen bias jatuh
pada suku kata kedua dari belakang, dan pada suku kata
ketiga dari belakang, malah juga pada sukukata keempat
dari belakang. Sebaliknya, aksen di bahasa Perancis jatuh
pada kata terakhir dalam kata, kecuali bila suku akhir itu
mengandung e lemah. Dalam hal ini, aksen pindah ke suku
kata kedua dari belakang.
me-‘na-nya.................... me-na-‘nya-kan
‘gan-tung gan-‘tung-kan
‘am-pun am-‘pun-i
Ka-sih-se-‘ti-a ka-sih-se-ti-‘a-Nya
‘na-ma na-‘ma-Mu
Bila dipakai akhiran -lah, -kah, -tah,
aksen pada kata dasarnya tidak berubah.
‘li-hat ‘li-hat-lah
‘pu-ji ‘pu-ji-lah
‘so-rak ‘so-rak-lah
per-‘ca-ya per-‘ca-ya-lah
de-‘ngar-kan de-‘ngar-kan-lah
ka-sih-‘an-i ka-sih-‘an-i-lah
Jadi, mengapa kita membuat uraian aksen disini?
Hanya karena satu hal:
0 3 3 . 3 4 3 2 10 1
Potongan Motif 1
1 . 2 3 4 2 . 0 3
potongan motif 2
Jawaban 3 . 3 4 3 2 1 . 0 3
Potongan Motif 1
2 . 1 1 7 1 .
potongan motif 2
Contoh 2. BE 283
Pertanyaan 1 3 4 5 5 4 5 3 1 .
Vorzats potongan motif 1
Frase anteceden
. .
1 1 7 5 6 6 5 5
potongan motif 2
.
Jawaban 5 6 7 1 5 5 4 3 .
Nachzats potongan motif 1
Frase consequens
5 5 4 3 2 2 1 .
potongan motif 2
Lagu satu bagian sangat terbatas
jumlahnya. Karena itu hanya ada
dua kemungkinan untuk berfariasi.
Pertama: A ( a a1) pertanyaan
dan jawaban diulang hampir sama
( dengan kode a1)
A ( a x) pertanyaan dan
jawaban berbeda seperti BE 283
5.2. bentuk lagu dua bagian:
Contoh 1. Kalimat A diulang dengan
percis sama ( biasanya dengan syair lain
lalu masuk ke kalimat B ( BE 268
Debatangku do donganku
2. Kalimat A diulang dengan variasi (A1)
baru masuk ke kalimat B BE 228 Jesus
haposanku dan 298 dilambungmi O Jesus
ki
5.2.1.. Kalimat pertama A dan kalimat
kedua B tidak harus sama boleh berbeda
- Perbedaan tersebut dapat berupa
- perbedaan dalam motiv lagu
- perbedaan dalam irama
- perbedaan dalam arah melodi
- perbedaan harmoni termasuk modulasi ke
Dominan minor menjadi mayor
- namun meski berbeda, sering unsur yang
sama dalam kalimat A dan B
5.2.2. Daftar kemungkinan untuk
menyusun kalimat dalam lagu dua
bagian.
Catatan: a = pertanyaan kalimat A
x = jawaban kalimat A
b = pertanyaan kalimat B
y = jawaban kalimat B
5.2.2.1 A ( ax) B (by) dalam susunan ini tidak terdapat
suatu ulangan lagu, sama potongan kalimat berbeda satu
sama lain
Contoh BE 292 Girgir ma hamu
2. 5 5 7 . 5 6 7 1 . .
3. 5 5 7 . 6 5 7 1 . .
4. 5 5 7 . 7 6 7 1 . .
5. 5 5 7 . 7 6 5 1 . .
6. 5 5 7 . 5 7 5 1 . .
7. 5 5 7 . 5 6 5 1 . .
6.7 Kecenderungan perubahan
harmoni/efek sustain akor