Anda di halaman 1dari 8

1.

TITIK

Simbol titik ( . ) digunakan dalam dua fungsi:

2. GARIS TEGAK

Garis tegak adalah garis birama sebagai batas birama (atau bar) yang satu dengan birama yang
lain, contoh:
3. GARIS TEGAK GANDA

Secara umum, simbol garis tegak ganda adalah garis birama penutup. Garis tegak ganda terdiri
dari dua jenis, yaitu garis tegak ganda tipis dan tebal, tebal, yang berbeda fungsinya.

4. TITIK DUA

Titik dua adalah simbol/tanda ulang; dinyanyikan ulang dari awal, contoh:
KJ 469

5. GARIS MENDATAR

Garis mendatar atau biasa disebut bendera digunakan sebagai simbol pembagian jumlah
ketukan, contoh:
6. GARIS MIRING

Simbol garis miring digunakan untuk menaikkan dan/atau menurunkan setengah nada dari
nada asal:

7. GARIS LENGKUNG

Simbol garis lengkung atau disebut Legato (slur) atau busur legato menghubungkan dua not
atau lebih. Not-not atau nada-nada yang mendapat busur legato dimainkan/dinyanyikan secara
bersambung, contoh:
8. APOSTROF

Simbol apostrof (tanda petik tunggal) digunakan sebagai tanda pengambilan napas, contoh:

9. NOL

Simbol nol bukanlah nada, tetapi adalah simbol diamyang memiliki nilai 1 ketukan (jika tidak
mendapat symbol bendera) sebagaimana not-not lainnya. Simbol nol dalam not angka bisa
terletak pada ketukan ke berapa pun di tiap-tiap biramanya, di awal, di tengah, ataupun di akhir
ketukan, bahkan bisa dalam satu atau lebih birama, contoh:

Di samping simbol-simbol yang telah dibahas di atas, masih terdapat beberapa petunjuk lain
yang ada di dalam sistem penulisan notasi angka. Petunjuk-petunjuk ini pun harus diperhatikan
secara serius, karena petunjuk-petunjuk tersebut secara langsung menunjukkan bentuk, irama,
maupun ekspresi dari lagu yang dinyanyikan.

Petunjuk-petunjuk dimaksud adalah:

1. NADA DASAR
“Nada dasar adalah nada pertama yang dijadikan sebagai dasar dalam menentukan susunan
nada dalam sebuah tangga nada.”
Dalam not angka, petunjuk tentang nada dasar biasa ditulis: do = c atau C = Do atau C = 1, do =
d atau D = Doatau D = 1, dst.
Nada dasar dalam bernyanyi sangatlah penting, karenanada dasar menentukan tinggi-
rendah nada di saat menyanyikan sebuah lagu. Salah mengambil/menentukannada dasar pada
sebuah lagu, maka dapat berakibat pada terlalu tinggi atau terlalu rendahnya jangkauan nada
saat bernyanyi.

2. BIRAMA
“Birama adalah bagian/segmen dari suatu baris melodi, yang menunjukkan berapa ketukan
dalam bagian tersebut.”
Setiap bagian/segmen dari baris melodi yang satu dengan yang lainnya ditandai/dibatasi
dengan garis-garis birama [lihat: GARIS TEGAK].
Setiap lagu pasti memiliki birama dengan ketukan-ketukan tertentu. Ketukan yang terdapat di
dalam sebuah lagu secara langsung bisa menunjukkan irama dari lagu tersebut. Sebagai contoh,
lagu dengan dua ketuk adalah lagu-lagu dengan tempo cepat dan bersemangat yang biasa
disebut lagu berirama mars. Lagu tiga ketuk disebut sebagai lagu berirama waltz.
Dalam lagu notasi angka, petunjuk birama yang tertulis juga menunjukkan jenis birama.
Petunjuk birama biasa ditulis sebagai berikut:

a) 2/4
Lagu yang terdiri atas dua ketukan pada setiap birama. Lagu-lagu dengan birama 2/4 bisa juga
ditulis dengan: 2 ketuk. Contoh:
KJ 439 “BILA TOPAN K’RAS MELANDA HIDUPMU”
KJ 280 “AKU PERCAYA”, dll.

b) 3/4
Lagu yang terdiri atas tiga ketukan pada setiap birama. Lagu-lagu dengan birama ¾ bisa juga
ditulis dengan: 3 ketuk. Contoh:
KJ 2 “HAI MARI SEMBAH”
KJ 367 “PADAMU, TUHAN DAN ALLAHKU”, dll.
c) 4/4
Lagu yang terdiri atas empat ketukan pada setiap birama. Lagu-lagu dengan birama 4/4 bisa
juga ditulis dengan: 4 ketuk. Contoh:
KJ 3 “KAMI PUJI DENGAN RIANG”
KJ 467 “TUHANKU, BILA HATI KAWANKU”, dll.

d) 6/8
Lagu yang memiliki dua ketukan dalam setiap birama yang terbagi atas tiga bagian yang sama
(enam not 1/8). Lagu-lagu dengan birama 6/8 bisa juga ditulis dengan: 6 ketuk (2x3). Contoh:
KJ 438 “APAPUN JUGA MENIMPAMU”
KJ 424 “YESUS MENGINGINKAN DAKU”, dll.

e) 6/4
Lagu yang terdiri atas enam ketukan pada setiap birama. Lagu-lagu dengan birama 6/4 bisa juga
ditulis denngan: 6 ketuk. Contoh:
KJ 92 “MALAM KUDUS”
KJ 3a “ANGIN RIBUT MENYERANG”

f) 9/8
Lagu yang memiliki tiga ketukan dalam setiap birama yang terbagi atas tiga bagian yang sama
(sembilannot 1/8). Lagu-lagu dengan birama 9/8 bisa juga ditulis dengan: 9 ketuk (3x3). Contoh:
KJ 392 “’KU BERBAHAGIA”
NKB 22 “WALAU DOSAMU MERAH”, dll.

g) 1 ketuk
Lagu yang tidak memiliki ruas-ruas birama. Biasanya lagu dengan satu ketuk ini hanya memiliki
satu garis tegak ganda di akhir lagu sebagai penutup lagu. Contoh:
KJ 7 “YA TUHAN, KAMI PUJI NAMAMU BESAR”
KJ 308 “TUHAN, KAU KEKAL RAJA HATI KAMI”, dll.
h) Birama Campuran

 3 dan 2 ketuk
Lagu yang terdiri atas tiga dan dua ketuk. Contoh:
KJ 473a “HALELUYA”

 2 dan 3 ketuk
Lagu yang terdiri atas dua dan tiga ketuk. Contoh:
KJ 314 “PUJILAH SUMBER HIDUPMU”

 4 dan 2 ketuk
Lagu yang terdiri atas empat dan dua ketuk. Contoh:
KJ 468 “B’RILAH, BAPA, HARI INI”

 3 dan 4 ketuk
Lagu yang terdiri atas tiga dan empat ketuk. Contoh:
NKB 194 “’KU BEROLEH BERKAT”

i) 5 ketuk (3+2)
Lagu yang terdiri atas lima ketukan pada setiap birama. Contoh:
KJ 180 “LIHATLAH KAYU SALIB”

3. PERMATA

Simbol Permata (Corona) adalah tanda untuk menambah hitungan menurut selera. Contoh:
KJ 454 “INDAHNYA SAAT YANG TEDUH”
KJ 410 “TENANGLAH KINI HATIKU”, dll.
4. RITARDANDO & A TEMPO
Ritardando (rit…) adalah perubahan tempo lagu semakin melambat, a tempo adalah kembali ke
tempo semula. Contoh:
KJ 439 “BILA TOPAN K’RAS MELANDA HIDUPMU”

5. KANON
Kanon adalah musik/lagu yang dimainkan/dinyanyikan secara bersahut-sahutan (berkejar-
kejaran). Contoh:
KJ 299 “BERSYUKUR KEPADA TUHAN”
KJ 469 “YA TUHAN, T’RIMA KASIH”
PKJ 287 “SALAM KAWANKU”, dll.

Anda mungkin juga menyukai