Anda di halaman 1dari 2

Minggu XX Setelah Trinitatis, 03 November 2019

Nas: Ulangan 7 : 6-9

“PEMILIHAN ALLAH ADALAH ANUGERAH”

Pendahuluan

Ada sebuah petuah bijak yang berbunyi”Jadilah seperti pohon di tepi jalan yang walaupun
berkali-kali dilempari oleh orang yang lewat, tapi membalasnya dengan memberikan buahnya
yang mansi”. Rasanya pepatah ini cocok untuk menggambarkan hubungan antara Allah
dengan bangsa Israel yang mengalami pasang surut sepanjang Perjanjian Lama. Kasih Allah
kepada Israel sebagai umat kesayangan tampak seperti “buah-buah yang dihasilkan dari
pohon” yang kemudian dibalas oleh batu-batu pengkhianatan bangsa israel. Namun, Tuhan
tidak pernah menyerah, ia tetap berinisiatif memelihara dan menyertai umat-Nya agar
bertindak dalam kebenaran Allah.

Pembahasan

Ayat 6: Mereka adalah umat yang kudus. Bangsa Israel jelas bukan bangsa yang suci.
Berbagai pelanggaran terhadap taurat telah dilakukan selama perjalanan di padang gurun.
Selain itu, mereka dipilih dari segala bangsa, mereka dikhususkan bagi Tuhan. Bangsa Israel
adalah milik pribadi Allah. Jika Tuhan telah menjadikan mereka sebagai milik-Nya, mereka
adalah umat yang berharga. Dia akan memelihara dengan segala perhatian (Maleakhi 3:17),
yang menyamakan kualitas perhatian ini dengan perhatian seorang ayah kepada anak laki-laki
yang melayaninya. Bagi bangsa Yahudi yang berbudaya patriakhal (rasional), anak laki-laki
begitu berharga, apalagi seorang anak laki-laki yang melayani oramgtuanya. Sang ayah pasti
akan membanggakan dan memperhatikan anaknya itu. Begitulah TUHAN memperlakukan
umat-Nya. Rahasianya terletak pada pilihan Allah. Kata “memilih” muncul dua kali di ayat 6-
7. Tuhan tidak memilih bangsa Israel gara-gara mereka adalah umat yang spesial/khusus.
Sebaliknya, pilihan ilahi yang membuat mereka menjadi spesial/khusus. Ayat 6b
mengatakan: “Engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas
muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya”. Pendeknya, pemilihan mendahului
keberhargaan. Apa yang dilakukan Allah menentukan siapa umat-Nya.

Ayat 7-9: Pilihan TUHAN didasarkan pada sifat-Nya sendiri (ayat 7-8). Pertama, adalah
kasih-Nya. Hati TUHAN terpikat pada bangsa Israel (ayat 7). Tuhan mengasihi mereka (ayat
8a), pengulangan dua kali seperti ini menyiratkan sebuah penegasan. Dalam kasih-Nya yang
besar, Tuhan berkenan memberikan janji kepada nenek moyang Israel yang kecil. Kasih-Nya
sendiri yang mendorong Allah untuk mengambil inisiatif dan mengikat diri-Nya dengan
bangsa Israel dalam sebuah sumpah. Ia berjanji kepada Abraham untuk memberikan tanah
Kanaan, keturunan yang banyak, dan nama yang besar (Kej 12:1-3). Dia pun sudah
menetapkan rencana dan waktu untuk realisasi janji itu. Pembebasan bangsa israel dari tanah
Mesir adalah salah satu bukti kesetiaan Tuhan. Kasih dan sayang Allah kepada bangsa israel
tidak ingin menjadikan Israel menjadi bangsa yang sombong terhadap bangsa-bangsa
sekitarnya. Karena Allah adalah Allah yang setia, Ia tidak akan membatalkan perjanjian yang
telah dibuatnya dengan leluhur Israel, bahkan sampai beribu-ribu keturunan (ayat 8-9). Kasih
Allah berlangsung konsisten walaupun seringkali oleh penghianatan-penghianatan Israel.
Inilah yang membedakan Allah dengan Israel, sebagai gambaran kecil manusia di dunia.

Refleksi/Penutup

1. Ketika kita ingin mempertanyakan kasih Allah pada kita, kita juga diajak untuk
mempertanyakan komitmen kita untuk menjadi pengikut-Nya. Kita hanya dapat
menjadi saksi Allah yang nyata ketika kita menunjukkan komitmen yang kokoh untuk
pengikut Allah, bukan seperti lagu yang sering kita dengar “ada uang abang disayang,
tak ada uang abang ditendang”. Allah punya banyak cara untuk menyatakan kasih-
Nya bagi orang-orang yang benar-benar mengikut Dia, bahkan pikiran kita tidak
sampai untuk memikirkan-Nya. Tapi yang kita tahu dan pegang, kasih Allah terbukti
setia.
2. Kasih Allah kepada kita bukan saja dilihat secara kuantitas nampak dalam berkat-
berkat jasmani, tetapi juga rohani. Kasih Allah juga tidak selalu seperti yang kita
harapkan, sebab rancangan kita sangat sempit/terbatas, akan tetapi rancangan-Nya
yang jadi dan sempurna.
3. Pemilihan Allah atas kita adalah semata-mata sebagai anugerah yang harus kita
syukuri dalam kerendahan hati. Tugas kita atas pemilihan itu adalah menjadi berkat
dengan cara selalu berbuat baik dan takut akan Tuhan. Amin.

Anda mungkin juga menyukai