Anda di halaman 1dari 5

Mengasihi Tuhan Allahmu Ulangan 6:4-9 Ss, hati-hati dengan apa yang kita tetapkan di dalam hati atau

itu bisa kenyataan! Thomas Alfa Edison mencintai penemuan, Ford mencintai mobil, Wright bersaudara mencintai pesawat dan lihat, hati mengkontrol waktu mereka, energi, arah, dan lihatlah hasil mereka. Mereka menemukan sesuatu, membuat sesuatu dan kehidupan mereka memberikan dampak yang luar biasa bagi dunia. Ss, demikian juga kita harus hati-hati dengan apa yang kita tetapkan di dalam hati karena itu akan menentukan arah hidup kita, seberapa besar energi yang kita keluarkan untuk melakukannya. Sekarang pertanyaanya, apakah yang telah kita tetapkan di dalam hati kita ss? Saya yakin kita semua tahu bahwa mengasihi Allah adalah aspek yang paling penting di dalam kehidupan kita, ini adalah suatu hal yang harus kita tanamkan dan tetapakan di dalam kita. Aspek yang dikatakan Yesus sendiri sebagai hukum yang utama dan terutama. Lalu apa yang harus kita mengerti di dalam mengasihi Tuhan Allah? Ss, 3 hal yang harus kita mengerti dalam mengasihi Tuhan Allah: Dasar (Ayat 4) apa dasar kita mengasihi Allah? Ss, dalam melakukan segala sesuatu kita harus memiliki dasar. Dasar dapat menentukan tujuan dan motivasi. Sebelum kita mengasihi Allah, ada pertanyaan yang harus dijawab, mengapa kita harus mengasihi Allah? Sama halnya dengan mengapa kita studi ditempat ini, mengapa kita memilih wanita/pria ini menjadi pacar saya, mengapa saya menjadi hamba Tuhan dst. Tanpa dasar yang benar, semua yang kita lakukan bisa menjadi salah dan siasia. Dasar dalam mengasihi Allah ialah, memiliki relasi dengan Allah, seperti yang diindikasikan di dalam ayat 4. Sebelum masuk ke ayat 5, yaitu mengasihi Allah, Musa memberikan dasar bagi umat Israel untuk mengasihi Allah. Musa menekankan kepentingan yang mau ia bicarakan di awal dengan frasa Dengarlah, hai orang Israel. Frasa yang sama sewaktu Musa mau memberitahukan kesepuluh perintah Allah. Dengarlah apa ss? Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa. Ss, frasa ini menjelaskan tentang dasar bagi umat Israel untuk mengasihi Allah: (1) T UHAN itu Allah kita. Ss, kata ini dipakai berulang kali di dalam kitab Ulangan, frasa ini menjelaskan bahwa Allah adalah milik bangsa Israel, ada suatu relasi di dalamnya. Saat berbicara mengenai relasi, kita perlu mengingat konsep kovenan antara Allah dan bangsa Israel, ada perjanjian. Dan (2) Tuhan itu Esa, menjelaskan Tuhan itu satu-satunya, tiada yang lain. Ke-Esa-an Tuhan ini bukan sekedar hanya teori saja, tetapi berdasarkan pengalaman mereka berjalan bersama Allah. Saat menjelaskan kata Tuhan pun, Musa memakai kata YHWH, nama pribadi Allah, nama yang mengandung kovenan antara patriakh dengan Allah, dan sekarang antara bangsa Israel dengan Allah. Musa melalui ayat 4 ini mengingatkan bangsa Israel tentang adanya suatu relasi perjanjian atau kovenan antara umat Israel dan Allah. Allah adalah milik mereka dan dengan demikian bangsa Israel hanya boleh menjadi milik Allah. Musa mengingatkan mereka akan pengalaman rohani, bahwa bangsa Israel telah melihat Allah itu Esa (tidak seperti allah-allah yang disembah bangsa lain) dan yang memiliki hubungan dengan umat-Nya (ingat kata Tuhan itu Allah kita). Allah yang inilah dan bukan yang lain yang telah melepaskan 1

mereka dari tanah Kanaan, menyeberangkan mereka, memberi mereka manna, burung puyuh, air, kasut yang tidak hancur, pertolongan dalam peperangan, memandu dengan tiang api/tiang awan, dll. Bukan tanpa alasan Musa mengingatkan mereka bahwa Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu yang Esa dan milik kita. Bangsa Israel harus sadar bahwa Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa bukan semacam rumusan teologis tetapi juga pengalaman yang mereka alami, dan pengalaman yang nyata. Mengapa Musa membicarakan hal ini dahulu? Ss, Musa sadar betul bahwa umat Israel memiliki kecenderungan yang besar untuk beralih kepada dewa-dewa tanah Kanaan. Dewa-dewa yang lebih menarik dibanding YHWH, padahal jelas mereka tidak bisa melakukan apa yang YHWH lakukan, bahkan dalam kenyataan, mereka itu mati. Musa mewanti-wanti bangsa Israel agar tidak menyembah Allah dengan cara, pola pikir yang salah, entah apakah dalam bentuk beralih total, mengambil rupa dewa lokal untuk disamakan dengan Allah, menyembah keduanya, atau sinkretisme karena itu semuanya jahatnya di mata Tuhan. Jadi dasarnya apa ss? Pengalaman dengan Allah, relasi dengan Allah, sebagai Allah yang esa, kesadaran dan pengakuan bahwa Allah-nya bangsa Israel, Allah yang satu-satunya. Ss, seperti apakah Allah dipikiran kita? Kumpulan data, rumusan teologis dari bapa-bapa gereja dan penafsir Alkitab yang ulung? Saya percaya kita sedang memelajari konsep Allah, namun apakah kita sedang dalam proses untuk mengalami sendiri konsep itu? Tanpa pengalaman dan relasi dengan Allah, kita tidak mungkin masuk pada poin berikutnya, yaitu mengasihi Allah dengan segenap aspek hidup kita. Oleh karena itu refleksi dan jurnal itu penting, kita menulis dan memikirkan pengalaman kita berjalan bersama Allah dan itu menjadi bukti hidup untuk kita sendiri bahwa Allah itu ada, Allah itu esa, Allah itu milik kita. Mengasihi Allah dengan segenap aspek hidup kita (Ayat 5) Ss, memiliki dasar yang benar tidaklah cukup, kita harus melakukannya, mengasihi-Nya. Tapi masalahnya, kita sering menduakan Tuhan. Apa pendapat ss jika engkau diduakan oleh seseorang yang engkau kasihi? Kita dinomor duakan oleh orangtua kita (pilih kasih atau fokus pada kerjaan dan masalah mereka daripada kita), bagi yang pacaran oleh kekasih kita, oleh teman-teman kita mungkin? Pasti ada kekewaan yang besar yang meronrong kita. Dulu dipuja-puja, sekarang dihina-hina. Jika kita kecewa (jengkel, marah, terkhianati), apalagi Allah, Dia sebagai yang Esa dan memiliki relasi dengan umat-Nya, dengan kita, Dia jauh lebih kecewa lagi. Berempati dengan Allah nih. Bagian ini dimulai dengan imperatif. Di dalam versi Inggris, jelas memakai kata shall, kata yang sama dengan dekalog di pasal lima Maksudnya apa ss? Sebuah perintah untuk dilakukan. Musa mengingatkan kembali bangsa Israel bahwa perintah untuk mengasihi Allah ini, didasarkan akan pembaharuan kovenan yang sedang mereka lakukan. Tentu saja karena kitab Ulangan adalah rangkaian ucapan Musa yang terakhir sebelum bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan. Ss, pembaharuan kovenan ini bukan saja menuntut ketaatan dalam mengasihi Allah tetapi juga respon bangsa Israel akan kasih Allah yang telah 2

nyata dalam kehidupan mereka. Kita dapat melihat dari latar belakang kata mengasihi ini. LB kata ini ialah hubungan yang ada antara bapa dan anak. Maksudnya disini ss, bukan tanpa alasan Allah memerintahkan kamu harus mengasihi Allahmu!, bukan! Allah telah menunjukkan kasih(hesed)-Nya yang begitu besar kepada umat Israel melalui peristiwa keluaranpenaklukkan. Jika Allah telah mengasihi bangsa Israel lebih dahulu mengapa bangsa Israel juga tidak mengasihi Allah? (perhatikan poin pertama) Seharusnya bagi umat Israel, mengasihi bukanlah hal abstrak atau teoritis, mengasihi adalah sebuah relasi pribadi, intim, percaya dan kesetiaan antara Allah kepada umat dan umat kepada Allah. Kasih ini pulalah yang seharusnya kita berikan dengan 100% (ayat 6, segenap). Bukan saja seluruh aspek kehidupan tetapi dengan segenap dari aspek-aspek itu. Allah tidak mau diduakan. Sekarang kembali ke pertanyaan, apakah kita benar-benar sudah mengasihi Allah kita? Seluruh aspek hidup kita? Pertanyakan kepada diri kita, apakah memang saya sudah memberikan seluruh bagian hidup saya kepada Allah? Di bagian mana yang belum? Ini adalah konsekuensi logis jika memang kita mengakui dan mengalami Allah yang kita sembah dalam nama Yesus Kristus (seperti yang telah kita lihat bersama di ayat sebelumnya). Senantiasa mengingat akan Allah (Ayat 6-9) Ss, permasalahannya kita ini manusia yang suka lupa. Ga bangsa Israel, ga orang Timur, ga orang Barat, ga mahasiswa seminari, suka lupa. Suka lupa ini dapat menghasilkan ketegartengkukan yang sama dengan orang Israel. Hal ini bisa berakibat fatal, seperti yang terjadi pada bangsa Israel. Karena kita suka lupa, Allah juga mengingatkan kita akan poin ini untuk saling mengingatkan. Pentingnya berkomunitas. Mereka harus mengingatkan atau mengajarkan ini ketika di dalam rumah dan komunitas mereka. Di rumah, sebagai orang tua mereka berkewajiban mengajarkan perintah ini kepada anak-anak mereka. Bukan sekali, dua kali atau tiga kali, tetapi berulang-ulang. Bukan menjadi legalisme dan peraturan tanpa hati. Ini harus menjadi kebiasaan mereka dan dengan segenap hati mereka (point 1 dan 2). Sewaktu mereka makan, ibadah keluarga, belum acara nyantai mereka bersama istri dan anak-anak seharusnya mereka terus mengajarkan tentang perintah Allah itu (6:20-25). Demikianpun di dalam komunitas mereka, saat bekerja, saat acara nyantai bersama rekan sekerja atau siapapun. Semuanya ini memang bukan berarti dilakukan 24 jam sehari, tentu saja ada bahan obrolan yang lain yang perlu dibicarakan. Di sini Musa sangat menekankan agar umat Israel di dalam rumahnya dan komunitasnya senantiasa mengingat akan kasih Allah akan ke-Esa-an Allah di dalam kehidupan mereka. Mengapa Musa memberikan perintah ini ss? Kita melihat di dalam sejarah bangsa Israel, mereka disebut bangsa yang tegar tengkuk, dan yang ngomong itu Tuhan sendiri! Bagaimana baru saja mereka melihat sepuluh tulah dan menyebrang laut Merah lalu mereka lupa dan bersungut-sungut. Sanking sering dan keterlaluannya, Allah sampai murka dan menghukum bahwa generasi pertama tidak ada yang masuk ke dalam Kanaan. Musa melihat kecenderungan dan Musa memberikan perintah ini. Aneh saudara, entah mereka tidak tahu (lupa atau pura-pura tidak tahu. Di dalam sejarahnya bangsa Israel juga melupakan Tuhan dan para nabi, mujizat, 3

hakim datangnamun tetap saja kembali kepada allah-allah lain. Hal sama yang sering kita lakukan. Bukan saja mengingat akan Allah melalui komunitas, namun juga kita bisa belajar untuk mengingat mengasihi Allahlambang-lambang pribadi di ayat 8-9. Tanda pada tangan dan lambang pada dahi. Dan biasanya di dalam lambang (frontlet atau phylacteries) ada perkamen yang berisi bagian dari kitab Ulangan atau kadangkala Dekalog. Perintah Musa ini sebenarnya bukan dimaksudkan dilakukan secara literal, walau ada kata haruslah, di sini Musa menekankan sekali untuk mengingat. Tetapi pada kelanjutannya menjadi sebuah tradisi yang dilakukan oleh bangsa Yahudi sendiri. Alat bantu ini yaitu phylacteries/tefilin (di tangan dan dahi) dan mezuzot (di pintu rumahmu dan gerbangmu) dikenal bukan sekedar sebagai lambang saja, tetapi makna yang ada dibalik lambang itu, bahwa mereka benar mengasihi Allah dengan kesuluruhan diri mereka (dengan dasar poin 1, ayat 5). Semua tanda-tanda ini sekali sebagai pengingat bagi bangsa Israel, dengan diri sendiri, anak-anak dan kepada komunitas agar mereka tetap mengasihi Allah. Mari kita akui bahwa kita suka lupa. Berapa banyak diantara kita yang melupakan Allah? Kita berada di dalam komunitas rohani, berhadapan dengan buku dan Alkitab setiap hari, entah berapa kali kita mendengarkan firman Tuhan, saat teduhnamun semuanya itu hanya mengalir begitu saja. Saat kita melakukan relasi dengan Allah tidak terbangunkita ibarat tikus yang mati dalam lumbung padi. Kuliah Pro-Bi yang dibawa pak Yuzo, beliau memberikan object lesson yang dimana kami dapat menyadari bahwa Allah itu seakan-akan lewat begitu saja dalam kehidupan, menyadari bagaimana kita tidak memuliakan Allah dan tidak berelasi karena fokus pada rutinitas. Mungkin saudara pernah mendapatkannya (tuliskan doa makan pagi anda di kertas)

Penutup Ss, sebelum mengasihi Allah, kita harus memiliki dasar yang benar mengapa/apa alasan kita mengasihi Allah, kenapa mengasihi Allah, untuk apa? Dengan dasar yang benar barulah kita bisa mengasihi Allah. Bukan tanggungtanggung ss, tetapi dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan. Di dalam perjalanan kita, sering sekali kita lupa akan Tuhan, akan diri-Nya, kasih-Nya, dengan demikian di dalam percapakan kita seharusnya terus mengingat akan Allah dan sebagai tanda kita mengasihi Allah. Maukah kita kembali untuk melakukan kesemua hal ini? Sebagai respon kita akan kasih Allah yang luar biasa. Bagaimana mungkin seorang anak bisa melupakan kasih bapanya? Bagaimana mungkin kita terus-menerus melupakan kasih Allah Bapa kita? Apalagi kita yang dipanggil Allah secara khusus menjadi hamba-Nya untuk memegang peranan yang sangat penting. Setelah keluar, mau tidak mau, siap tidak siap, kita dituntut untuk mengajar, membimbing, menegur jemaat atau orang-orang yang Tuhan percayakan kepada kita. Jika kita sendiri belum mengasihi Allah bagaimana dengan mereka? Jika kita tidak dimulai dari seminari, jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Dimana inisiatif kita? Dia sudah terlebih dahulu mengasihi kita, ingatlah dan lakukanlah kembali apa yang telah kita lakukan. Amin. 4

Anda mungkin juga menyukai