Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RENUNGAN PAGI

DOSEN:
Dr. KANAFI, M.Pd.K

DISUSUN OLEH:
TRANSISTER YUNTARI, S.Pd.SD

PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SYALOM
BANDAR LAMPUNG
2023
Renungan Harian – KECONGKAKAN
Hari Ke-1 Senin, 13 November 2023

Dihadapkan pada pilihan ikut dengan golongan yang rendah hati atau dengan yang congkak pasti
kita pilih golongan yang rendah hati. Namun bagaimana praktik sehari-hari?

Nampaknya, pada zaman Amsal ataupun sekarang, orang ingin menjadi kaya cepat melalui
koneksi dengan yang berkuasa. Golongan yang berkuasa terkenal akan hidup mewahnya yang
merupakan hasil rampasan atau hak-hak hidup manusia lainnya. Mereka merampas hak atas
tanah, atas harta, atas keadilan, atas pengadilan, atau atas hak-hak lainnya. “Siapa yang berani
menentang mereka?” serunya dengan congkak.

Amsal menegaskan bahwa golongan yang rendah hati, yang jujur, yang sederhana, hidup miskin
dan tertindas. Tidak ada yang membela mereka. Namun, Amsal mengatakan bahwa lebih baik
kita bergabung dengan mereka karena mereka takut akan Allah dan bersandar kepadaNya.
Percaya atau tidak, nabi Yesaya juga menyatakan bahwa “Allah hidup bersama-sama orang yang
remuk dan yang rendah hati” (Yesaya 57:15)

Orang yang congkak tidak membutuhkan bantuan orang lain, bahkan tidak dari Allah. Dia
merasa diri aman dan puas atas keberhasilannya. Meski ia rajin dalam ibadah dan persembahan
korban, dalam hatinya dia menganggap dapat membeli keselamatan dan berkat. Dibutuhkan
kerendahan hati untuk dengan jujur menerima keselamatan Tuhan. Hal inipun berlaku bagi kita
dalam menerima tawaran keselamatan dalam Yesus Kristus. Secuilpun keangkuhan dalam diri
kita akan membatalkan anugerah Allah.

Allah menentang orang yang congkak, dan mengasihani orang yang rendah hati.

Bacaan Alkitab

Lebih baik merendahkan diri dengan orang yang rendah hati daripada membagi rampasan dengan
orang congkak.

ANAK SAKIT

Anak itulah jantung hati orangtuanya. Memang ada seorang ayah atau ibu yang tidak menyukai
anaknya karena suatu alasan tertentu. Saya pernah berjumpa dengan sepasang suami isteri yang
nampak tidak menyukai puteranya yang ketiga. Mengapa? Karena pada waktu anak itu lahir,
perusahaan ayahnya bangkrut. Suami isteri itu percaya bahwa anak mereka membawa sial. Jelas,
itu tidak benar, namun bisa terjadi.

Jadi, umumnya orangtua mengasihi anaknya. Hal ini paling terlihat nyata ketika anaknya sedang
sakit. Orangtua akan berbuat apapun dalam usahanya agar anaknya disembuhkan. Bila perlu,
mereka tidak segan untuk menjual hartanya, atau bahkan meminjam uang dari orang lain untuk
ongkos obat, dokter ataupun rumah sakit.
Nah, hari ini kita berjumpa dengan seorang ayah, pegawai istana, yang mendengar tentang Tuhan
Yesus dan datang memohon agar Tuhan mau menyembuhkan anaknya. Mungkin dia mendengar
tentang Tuhan yang menyembuhkan dengan menjamah atau tentang orang yang menjadi sembuh
karena menjamah Yesus. Tapi, jawab Tuhan mengherankan: “Jika kamu tidak melihat tanda dan
mujizat, kamu tidak percaya”. Mungkin ayah anak yang sakit itu sangat mengharapkan Tuhan
datang dan menjamah anaknya, maka ayah itu meminta dengan sangat: “Tuhan, datanglah
sebelum anakku mati”. Jawab Tuhan lagi sekali mengejutkan: “Pergilah, anakmu hidup!”.

Ayah itu ditantang untuk percaya kepada apa yang Tuhan perintahkan: “Pergilah, anakmu
hidup!”. Ayah itu tidak melihat tanda atau keajaiban, tapi dituntut untuk percaya dan taat. Suatu
keajaiban terjadi karena dia mempercayai Yesus. Beranikah kita mempercayakan anak kita
kepada Tuhan?

Tuhan, kami mengaku bahwa kami sering cenderung mau menyaksikan keajaiban dari
pada percaya kepada perkataanMu, firmanMu. Tolong setiap kami untuk mengenal
firmanMu. Roh Kudus, mampukan kami. Amin

Bacaan Alkitab

Tuhan, datanglah sebelum anakku mati”. Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!

Yohanes 4:49-50
Renungan Harian – TINGKAT BERKAT
Hari Ke-2 Selasa, 14 November 2023

Bacaan Alkitab

“Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.”

Amsal 10 : 6

Renungan

Ada sebuah ungkapan dalam bahasa Inggris “There is no free lunch” atau tiada makan siang
yang cuma-cuma (= untuk memperoleh sesuatu dalam hidup ini perlu ada usaha). Begitu juga
rupanya untuk mendapat berkat Tuhan. Cara hidup kita menentukan tingkat berkat yang akan
kita terima. Dalam Alkitab ada empat tempat yang dapat diilustrasikan sebagai empat tingkat
berkat Tuhan yakni PUNDI, TEMPAYAN, BAKUL dan LUMBUNG.

PUNDI atau berkat yang tidak cukup. Saat itu, umat Israel hanya mementingkan pembangunan
rumahnya masing-masing sedangkan Bait Suci, rumah Tuhan dibiarkan tetap menjadi
reruntuhan. Karena itu Tuhan berfirman melalui Hagai: “Kamu menabur banyak, tetapi
membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi
tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja
untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam PUNDI-PUNDI yang berlobang.” (Hag
1:6).

TEMPAYAN atau berkat yang secukupnya. Sang janda di Sarfat yang hanya memiliki
segenggam tepung dalam TEMPAYAN dan sedikit minyak dalam buli-buli, mengabulkan
permintaan nabi Elia untuk membuatkan roti baginya terlebih dahulu, baru kemudian untuk
dirinya dan anaknya. Sang janda percaya firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi Elia:
“Tepung dalam TEMPAYAN itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli tidak akan
berkurang sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi.” (1 Raj 17:14).

BAKUL atau berkat yang berlebih. Yohanes 6:1-15 mengisahkan Tuhan Yesus memberi makan
5000 orang dari lima roti dan dua ikan yang berasal dari milik seorang anak. Kerelaan anak itu
memberi dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menjadikan makanan itu berlimpah ruah, sampai
berlebih dua belas Bakul.

LUMBUNG atau berkat yang berlimpah. Yusuf adalah sosok hamba Tuhan yang setia.
Sekalipun la dicelakakan dan dikhianati oleh saudara-saudaranya, digoda oleh isteri Potifar dan
akhirnya memiliki kedudukan tinggi di negeri Mesir, namun ia tetap konsisten hidup benar di
hadapan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan memberkatinya, sehingga gandum yang di LUMBUNG-
nya pun dapat menolong banyak orang.
Marilah kita melihat seperti apakah berkat Tuhan dalam hidup kita: apakah seperti PUNDI,
TEMPAYAN, BAKUL atau LUMBUNG. Kita diingatkan bahwa semakin banyak berkat yang
kita terima, maka semakin besar pula kita dituntut atau diwajibkan menyalurkannya bagi
pekerjaan-Nya.

Renungan Harian – KASIH TUHAN TAK


BERBALAS
Hari Ke-3 Rabu, 15 November 2023

Bacaan Alkitab

6:1. Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir
anak-anak perempuan,

6:2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu
mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.

6:3. Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena
manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.”

6:4. Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-
anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan
anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang
kenamaan.

6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan
hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,

6:6. maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan
hati-Nya.

6:7 Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka
bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab
Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.”

6:8. Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.

Kejadian 6 :1-8

Renungan

Dosa telah mengubah hubungan antara Tuhan dan manusia selamanya. Ketika manusia diusir
dari Taman Eden, itu merupakan suatu peringatan keras bahwa akan selalu ada jurang pemisah
yang besar antara manusia dan Tuhan. Ikatan yang indah dan persekutuan yang manis telah
terputus. Manusia tidak bisa lagi langsung berhubungan dengan Tuhan. Sekarang manusia yang
penuh dosa hanya bisa mendekati Allah Tritunggal yang kudus dengan takut dan gentar. Dan
manusia harus selalu datang dengan darah korban persembahan. Tanpa penumpahan darah, tidak
akan ada pengampunan dosa (Ibr. 9:22). Inilah jalan untuk mendekat kepada Tuhan yang
disediakan Tuhan bagi manusia berdosa.

Peluang untuk datang mendekat kepada Tuhan ini mengungkapkan bahwa Tuhan masih ingin
bersekutu dengan manusia. Tuhan bisa saja menutup semua kemungkinan untuk bersekutu
dengan manusia, tetapi Dia tidaklah berbuat demikian. Tuhan tetap mengasihi manusia walaupun
manusia tidak layak menerima kasih-Nya. Tetapi, akankah kasih Tuhan berbalas? Apakah
manusia yang penuh dosa tahu menghargai kasih Tuhan? Kejadian 6:5 memberikan jawaban
bagi kita, “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” Bukan saja tidak
mengakui semua dosanya dan bertobat, dan berterima kasih kepada Tuhan atas kasih-Nya yang
besar, manusia bahkan berencana untuk memberontak terhadap Tuhan. Pemberontakan manusia
membuat hati Tuhan sakit dan pilu (Kej. 6:6).

Tidaklah heran bahwa Tuhan harus membinasakan semua manusia berdosa dari muka bumi (Kej.
6:7). Memang sudah cukup kesabaran Tuhan. Karena kejahatan manusia, Tuhan mendatangkan
banjir global untuk membinasakan seluruh bumi. Akan tetapi, ini bukanlah pemusnahan total.
Tuhan masih menyelamatkan delapan jiwa. Tuhan bisa saja membinasakan semua manusia,
tetapi Tuhan tidak berbuat demikian. Mengapa? Sebab Tuhan masih mengasihi manusia dan
bertekad untuk menepati janji-Nya dalam Kejadian 3:15. Apakah Juruselamat masih perlu datang
jika semua manusia telah musnah ketika banjir global? Oh, betapa dalamnya kasih Tuhan kepada
kita! Semoga kita juga mengasihi Tuhan sebagaimana Dia mengasihi kita. Amin.

RENUNGKAN: Bagaimana Tuhan masih bisa mengasihi kita ketika kita sama sekali tidak
mengasihi Dia?

DOAKAN: Oh, Bapa Sorgawi, tolong saya untuk mengasihi-Mu sebagaimana Engkau telah
mengasihi saya.
Renungan Harian – KEADILAN MENYELURUH
Hari Ke-4 Kamis 16 November 2023

Bacaan Alkitab

“Sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan.”

Hosea 10:12

Renungan

Yesaya berbicara tentang Raja yang akan datang yang akan bertakhta dalam kebenaran. Dia
memanggil angkatannya untuk melihat melampaui kesulitan-kesulitan sekarang pada
kemenangan Mesias. Pemerintahan Mesianik akan mengakhir semua ketidakadilan dunia ini dan
mengantar masa damai dan keadilan penuh. Pada masa Mesias, Roh Allah akan dicurahkan dari
surga (Yes. 32:15; Yoel 2:28-32; Kis. 2:16-21).

Dr. Paul Lee Tan “Ensiklopedia 7700 Ilustrasi” berbicara tentang Sidang Richard Speck,
“Beberapa tahun yang lalu Richard Speck diduga membunuh delapan murid perawat di Chicago
dengan darah dingin. Dia disidang dan dihukum mati. Mengakui kesalahannya, Pengadilan
Tinggi Amerika Serikat kemudian menetapkan hukuman mati tidak illegal baginya karena tidak
ada satu orang juri pun yang menentang hukuman mati! Sehingga keputusan hukuman mati
menjadi illegal.” Gagalnya sistem hukum dalam teknik-teknik hukum menyebabkan yang tidak
bersalah dihukum dan yang bersalah dibebaskan. Hal demikian merupakan tidak adanya
integritas, kesalehan dan keadilan.

Sebagai kontras, keadilan Allah adalah tidak memihak, sebagaimana Allah adalah Allah yang
adil (Yes. 30:18). Sebagaimana Dia adalah Allah yang adil dan benar ada didalam-Nya,
keputusan-keputusan-Nya adalah benar (Ayb. 34:12; Why. 16:7). Tuntutan keadilan Allah
diperluas melampaui bangsa Israel (Mzm. 9:7-9; Dan. 4:27). Walaupun ketidak berdayaan sistem
hukum, Allah menuntut para individu dan bangsa melindungi para korban penindasan (Mzm.
82). Damai di dalam (kebenaran yang tinggal di dalam) diekspresikan dalam Yes. 32:17;
sedangkan damai di luar dari Allah dan keadilan Allah ada dalam Yesaya 32:18; Hosea 10:12.

RENUNGAN: Allah adalah Hakim tertinggi atas dunia dan yang jahat, yang tidak adil dan
penindas, tidak adanya kejujuran dan integritas, akan diperlakukan secara adil atas kerusakan-
kerusakan mereka, tetapi tindakan Allah yang adil adalah alasan bagi mereka yang diperlakukan
tidak adil untuk memiliki pengharapan.

DOA: Tuhan, berikan saya kekuatan untuk menghadapi sistem hukum yang tidak adil.
Renungan Harian – SEBUAH PONDASI MASA
DEPAN
Hari Ke-5 Jumat 17 November 2023

Bacaan Alkitab

“Setiap orang yang … mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya…”

Matius 7:24

Renungan

Dalam Matius 7:24, dimulai dengan kata “Sehingga” (terjemahan KJV), Yesus Kristus
menyimpulkan apa yang telah dibicarakan sebelumnya dalam kotbah-Nya, mengilustrasikan baik
melakukan kehendak Allah atau melakukan kebalikannya dengan mengenalkan sebuah konsep
buah yang baik dan yang buruk (Mat. 7:16-20); atau kalimat seperti “dia yang melakukan
kehendak Bapa-Ku” (Mat. 7:24). Ilustrasi-ilustrasi ini merupakan aplikasi “pintu yang
sesak” (Mat. 7:13) dengan jalan beriman dalam Yesus Kristus (kebenaran didalam). Di sisi lain,
jalan yang lebar menggambarkan jalan para Orang Farisi (kebenaran yang hanya tampak di luar).

Yesus Kristus berbicara tentang dua orang tukang bangunan (Mat. 7:24-27) dan dua stuktur
bangunan (Mat. 7:24, 26). Mereka yang mendengar kebenaran tetapi gagal menerapkannya
dalam kehidupan mereka seperti seseorang yang membangun di atas pasir (Yak. 1:22). Ketika
badai-badai kehidupan datang, mereka akan menunjukkan jalan manusia yang dipilih. Kotbah-
Nya menekankan pentingnya melakukan kehendak Allah dengan memelihara perintah-perintah-
Nya yang mencerminkan berkat-berkat dan kutukan-kutukan seperti yang diberikan dalam Ul.
11:26-29.

RENUNGAN: Orang yang bijak dan yang bodoh mendengar perkataan Yesus Kristus, tetapi
hanya yang bijak, yang mempraktekannya, mencerminkan hubungan yang murni dengan Dia.

DOA: Tuhan, saya berdoa agar saya melatih keadaan tetap dan ketaatan tukang bangunan yang
bijak, yang membangun rumahnya di atas pondasi yang kokoh, menjadi sebuah pondasi masa
depan.
Renungan Harian – ANAK ANAK DENGAN
HARTA WARIAN
Hari Ke-6 Sabtu 18 November 2023

Bacaan Alkitab

“Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba,
ya Bapa!”

Roma 8:15

Renungan

Jika para hamba tidak memiliki warisan, anak-anak dapat mengharapkan semua warisan. Yesus
Kristus adalah “satu-satunya anak yang dikasihi” Allah (Yoh. 3:16), konsekuensinya, orang
Kristen menjadi anak-anak Allah melalui adopsi (Gal. 4:5). Sebagai anak-anak yang diadopsi,
Orang Kristen dapat memanggil Allah dengan dekat “ya Abba, ya Bapa” (Gal. 4, 6; Rm. 8:15),
karena adopsi mereka adalah pasti, karena Allah “memilih” mereka untuk diadopsi (Efe. 1:4, 5),
dan mereka memiliki hak dan tanggung jawab yang istimewa.

Dalam dunia Romawi, pada saat surat ini ditulis, anak-anak orang kaya dipelihara oleh para
pelayannya. Tidak peduli betapa mudanya mereka, mereka tetap memiliki kepunyaan harta
ayahnya. Komentari Nelsons KJV berkata, “Seorang ayah Romawi memilih para penjaga untuk
mengatur urusan-urusan anaknya sampai usia 25 tahun, umur sebagai ahli waris”

Kata Yunani untuk adopsi anak-anak mengartikan penyerahan sifat anak. Melalui Yesus Kristus,
umat percaya telah menjadi anak-anak Allah melalui adopsi, “untuk menebus mereka, yang
takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Gal. 4:5). Setiap orang
percaya sejati diberikan secara ilahi Roh Kudus pada saat mereka diadopsi oleh-Nya (pada saat
pertobatan/ pembenaran) (Rm. 5:5; 8:9, 14-16; Kis. 16:7; 2Kor. 3:17). Sehingga mereka harus
taat pada kehendak-Nya (Yoh. 7:17).

Dalam dunia ini, ada bapa-bapa yang penuh kasih, yang bertingkah laku dengan cara yang adil.
Ada juga bapa-bapa yang tidak adil dan saudara-saudara yang kekurangan integritas dan
mengklaim dengan tidak benar harta waris orang lain. Sebagai kontras, orang Kristen adalah
milik kepunyaan Allah (yang adalah Bapa yang kasih dan adil) melalui Yesus Kristus (Rm. 8:14-
17).

RENUNGAN: Orang Kristen bukanlah budak-budak terikat tetapi anak-anak Allah yang
diadopsi yang dapat memanggil Dia Abba Bapa, mentaati dengan hati-hati kehendak-Nya yang
dinyatakan.

DOA: Tuhan, terima kasih untuk semua yang telah menerima Roh Kudus, sebagai anak-anak
adopsi kepunyaan-Mu, dan bergabung sebagai ahli waris bersama dengan Yesus Kristus, sebagai
anak-anak yang memiliki harta warisan.

Renungan Harian – JANJI JANJI ALLAH


Hari Ke-7 Minggu 19 November 2023

Bacaan Alkitab

“Allah tidak mungkin berdusta.”

Ibrani 6:18

Renungan

Kerinduan Paulus dalam rencana perjalanannya adalah untuk mengunjungi jemaat di Korintus
dalam perjalanannya dari Efesus melalui Makedonia. Dia mensyaratkan “jika Tuhan
menghendaki” sebagaimana dia selalu bergantung pada kehendal Allah (1Kor. 16:2-8).
Sebagaimana rencananya berubah, dia menulis hal demikian pada mereka (2Kor. 1:15, 16).
Beberapa yang berpikiran terombang-ambing menanti sebuah alasan untuk merendahkan dirinya
(2Kor. 10-13). Ini adalah sebuah kesempatan bagi para lawannya untuk menuduhnya sebagai
tidak konsisten dan berpikiran ganda (2Kor. 1:17, 18).

Allah tidak dapat dimuliakan jika tipu daya dijalankan pada saat yang sama, kalau tidak hati
nuranimu terganggu dan karaktermu mengandung kesalahan. Ketika menjelaskan tentang
berubahnya rencana, Rasul Paulus menyisipkan penjelasannya untuk berbicara tentang kesetiaan
Allah tentang keselamatan, penyucian, dan jaminan kekal (2Kor. 1:19-22; Yoh. 10:22-30) dan
bahwa Dia adalah tetap dan tidak ada perubahan dalam diri-Nya (Yak. 1:17), karena Allah tidak
mungkin berdusta (Ibr. 6:18; Why. 3:14).

Meskipun penting diketahui kepada siapa janji-janji diberikan, Kistemaker berkata, “Seluruh
Perjanjian Baru merupakan sebuah kesaksian bahwa janji-janji Allah telah dan sedang dipenuhi
dalam Yesus Kristus. Yesus datang untuk menggenapi Hukum Taurat dan Nabi-Nabi (Mat. 5:17-
18), untuk menyingkirkan kutukan hukum (Gal. 3:13), untuk memberikan upah kebenaran (Mat.
6:33), untuk memberi hidup kekal (Yoh. 17:3), dan melalui Bapa mengirim Roh Kudus (Yoh.
14:16, 26; 15:26). Dalam Yesus Kristus, janji-janji Allah telah dinyatakan, dan jemaat Korintus
telah mengakui kebenaran akan hal ini.”
RENUNGAN: Janji-janji Allah melalui keseluruan Firman Allah membawa obat bagi yang
terluka, menentangkan yang lemah, meneduhkan yang kuatir, dan mendorong.

DOA: (Berdoa agar kita tahu bahwa keselamatan yang dijanjikan Allah adalah sebuah sumber
penghubung jiwa-jiwa kita di bumi dengan Yesus di Surga yang telah pergi sebelum kita.)

Renungan Harian – KASIH TUHAN SEPANJANG


MASA
Hari Ke-8 Senin 20 November 2023

Bacaan Alkitab

“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi, besar
kesetiaan-Mu!”

Ratapan 3: 22-23

Renungan

Ketika kehidupan kita berjalan dengan baik; keluarga yang berbahagia, karier menjanjikan,
penghasilan cukup, badan sehat segarbugar, bahkan ketika kita masih dapat menghirup udara
gratis, kita percaya itu karena kasih Tuhan.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang penuh dengan pergumulan hidup; entah mereka yang
mengalami kelaparan, sakit, keluarga berantakan, kemiskinan, teraniaya atau mereka juga
terancam hidupnya sebagai akibat dari kerusuhan massal di daerah tertentu? Apakah Tuhan tidak
mengasihi mereka? Apakah kasih setia Tuhan tidak tinggal dalam hidup mereka?

Sebelum menjadi seorang raja yang masyhur, Daud pernah mengalami situasi sulit 15 tahun
lamanya. la menjadi buronan Saul, ia pernah merasa terancam dan ketakutan, kecewa, merasa
sendiri dan tak berdaya. Dalam kesesakannya ia berseru, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau
meninggalkan aku?” Tetapi Allah sesungguhnya tidak meninggalkannya. Dalam penderitaan dan
kesulitan yang menderanya, Tuhan sesungguhnya sedang menggemblengnya menjadi sosok
pribadi yang memiliki karakter kualitatif sebagai seorang raja bagi umat Israel.
Demikian pula kita saat ini. Pada saat kita mengalami kesulitan, Tuhan memberi kita kekuatan.
Kala kita mempunyai persoalan, Tuhan memberikan kebijaksanaan untuk mengatasinya. Kita
bekerja keras dalam pekerjaan; Tuhan memberikan kita semangat untuk menjalaninya. Kita tetap
tidak dibiarkan-Nya sendiri.Perjalanan hidup kita baik kemarin sampai saat ini telah
membuktikan betapa kasih setia Tuhan berlaku di sepanjang hidup kita, baik di puncak suka
maupun di lembah duka. Karena itu, kita tidak perlu cemas akan hari esok. Seperti kepada Daud,
Tuhan menjanjikan bahwa kerajaannya akan kokoh untuk selama-lamanya.

Janji itu telah digenapi dalam Yesus Kristus – putera Daud. Dia jugalah yang telah menjadikan
kita pewaris kerajaan Allah, yang kelak akan kita nikmati pemenuhannya. Janji itu sudah pasti,
karena Kristus telah membayarnya dengan darah-Nya sendiri. Terpujilah Tuhan karena kasih
setia-Nya dalam hidup kita, kemarin, hari ini dan kekal selama-lamanya. Sehingga kita pun dapat
menyongsong masa depan dengan langkap tegap tanpa bimbang atau takut.

Renungan Harian – PEMBALASAN


Hari Ke-9, Selasa 21 November 2023

Renungan

Mungkin Anda pernah melihat film kartun tentang seekor burung pelari cepat dan seekor serigala
yang selalu merencanakan malapetaka atau perangkap tapi sial selalu menimpa dirinya sendiri?
Serigala menggali lobang, tapi dia sendiri yang terjatuh ke dalamnya. Ia memasang dinamit,
bahan peledak, namun bukan si burung yang meledak, tapi dia. Selalu dia sial saja! Tapi
bukankah ini salah satu kebenaran Amsal? Orang yang merencanakan kejahatan kepada orang
lain akan menimpa dirinya sendiri.

Hikmat menyadari dan mengakui adanya peraturan kehidupan. Meskipun polisi tidak menangkap
kita, tapi pada akhirnya kita sendiri akan terjebak di dalamnya. Inilah semacam prinsip
“pembalasan” yang berlaku bukan saja untuk perbuatan jahat tetapi juga perbuatan baik.
Memang, hari ini fokus Amsal kepada perbuatan jahat kepada orang lain.

Namun, mungkin kita berpikir bahwa prinsip pembalasan ini tidak selalu berlaku? Coba amati,
bukankah orang yang galak tidak memiliki sahabat karena dihindari oleh orang lain? Orang yang
ramah biasanya disambut ramah pula dan memiliki banyak sahabat. Perbuatan baik akan
merangsang orang berbuat baik juga, bukan? Orang yang menyebutnya sebagai membalas budi.
Rasul Paulus memperingati kita: “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan.
Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Galatia 6:7). Akankah kita
menabur kejahatan atau kebaikan? Tuhan Yesus menghendaki kita berbuat yang positif.
“Perlakukanlah orang lain seperti kalian ingin diperlakukan oleh mereka” (Lukas 6:31)

Bagaimana kita memperlakukan orang lain mencerminkan sikap hati terhadap Tuhan
yang menciptakannya.
Bacaan Alkitab

Siapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan siapa menggelindingkan batu, batu itu akan
kembali menimpa dia.

Amsal 26:27

ANAK YANG BEBAS

Allah adalah Bapa dan kita terpanggil mewujudkan diri kita sebagai anakNya, tetapi anehnya,
umat manusia dalam sejarahnya membagi diri dalam dua golongan. Dimulai dengan Kain dan
Habel, lalu Ishak dan Ismael, kemudian Yakub dan Esau, dan seterusnya. Tuhan Yesus memulai
perumpamaannya: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki”.

Ceritera diawali dengan keinginan anak bungsu untuk meminta bagian warisannya. Aneh, anak
macam apa ini? Ayah belum meninggal dan dia sudah menghendaki bagiannya. Kurang ajar
benar! Dia mengharapkan ayahnya meninggal. Lazimnya, ayah itu akan menolak permintaan
anaknya, namun tidak demikian dengan Bapa sorgawi kita. Anak itu menghendaki bagiannya,
dia ingin menjadi lebih daripada anak, namun dia telah menjadikan diri bukan anak. Dia ingin
terlepas, bebas dari pemeliharaan dan kasih ayahnya.

Memang, Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki dua pilihan dengan
suka rela mengasihiNya atau menolak kasih pemeliharaanNya. Anak yang bungsu memilik hidup
bebas meninggalkan ayahnya. Dia tidak mau menjadi anak lagi. Apakah yang kemudian terjadi
dengan dirinya? Dia yang ingin bebas telah terjerumus dalam kehidupan tanpa kehendak sendiri,
tanpa kebebasan. Dia telah terbelenggu oleh nafsu-nafsunya.

Nampaknya, ketika dia masih di rumah, dia masih bisa mengendalikan diri dan membawakan
diri sebagai anak di hadapan ayahnya. Dia melakukan tugas-tugasnya dengan baik, tetapi hanya
secara lahiriah tanpa jiwa atau semangat. Kebanyakan kita sebagai anggota jemaat, bukankah
kita juga berperilaku demikian? Hati kita tidak terikat kepada kasih Allah dan bila kesempatan
tiba kita akan “pergi ke negeri yang jauh”. Kemudian yang terjadi seperti riwayat anak bungsu,
mau bebas sebaliknya jadi terbelenggu.

Tuhan, betapa sering kami ingin menunjukkan kebebasan kami dan kepintaran kami di
atas dan terpisah dari kehendakMu. Ampunilah bila kami ingin menjadi lebih daripada
anakMu. Demi Yesus. Amin

Bacaan Alkitab

Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik yang menjadi hakku …

Lukas 15:12
Renungan Harian – KEPEDIHAN HATI
Hari Ke-10, Rabu 22 November 2023

Renungan

Suatu peristiwa tragis yang terjadi ketika saya masih duduk di SMU membekas sampai kini.
Seorang pemuda yang sekampung sering muncul di rumah kami dan mulai menjengkelkan.
Kemudian dia muncul pada saat-saat waktu makan malam. Akhirnya, saya mengatakan sesuatu
yang menyakiti perasaannya. Dia tidak muncul lagi, saya menjadi lega. Namun, betapa
terkejutnya ketika saya mendengar dia telah mati bunuh diri dua minggu kemudian. Saya
menyesal sekali, mengapa saya tidak ada kepedulian terhadap kepedihan hatinya. Mungkin
sewaktu ia berkunjung dia sedang membangun keberaniannya untuk mengungkapkan
kepedihannya.

Memang, hampir setiap orang memiliki kesulitan atau penderitaan, meskipun masing-masing
kita berbeda cara menanggungnya, bukan? Pengalaman kita berlainan dan demikian pula daya
tahan kita.

Sebaliknya, setiap kita juga memiliki sukacita kita sendiri. Sebagian kita memperoleh sukacita
dalam pekerjaannya, dalam hobinya, dalam keluarganya, atau dalam hidup pelayanannya.
Memang duka silih berganti dengan suka, kepahitan dengan kenikmatan. Seseorang dapat
berbagi ceritera tentang kepedihannya, tetapi ia tidak bisa memberikan kepedihannya kepada
kita. Seseorang bisa pula menjelaskan tentang alasan dia bersukacita namun dia tidak dapat
memberikan kita sukacitanya.

Pada saat peresmian Bait Suci, raja Salomo berdoa bagi mereka yang datang untuk beribadah
dan berdoa agar “masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya sendiri” karena Allah
“sajalah yang mengenal hati semua anak manusia” (I Raja-raja 8:38-39). Percayalah, Tuhan
mengenal kepedihan dan kebahagiaan kita masing-masing . Tidak seharusnya kita merasa
sendirian dan kesepian.
Kesepian adalah suatu kepedihan hati yang membahayakan jiwa.

Bacaan Alkitab

Hati mengenal kepedihannya sendiri dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya.

Amsal 14:10

BELAJAR DARI AMARAH YESUS

Walaupun sering kita berpikir bahwa Yesus itu “rendah hati dan lemah lembut”, tetapi Yesus
bisa marah juga.

Ketika Ia tiba di Bait Allah sesudah dielu-elukan di Yerusalem, Yesus melihat suatu kejadian
yang membuatNya geram. Orang-orang yang datang untuk berbakti kena tipu. Banyak di antara
mereka adalah orang-orang Yahudi yang tinggal di luar Israel yang perlu menukarkan uang asing
mereka dengan mata uang lokal guna membeli hewan sembelihan. Dengan pura-pura menolong
mereka para petugas Bait Allah mematok nilai tukar yang tinggi. Ini jelas-jelas pemerasan.
Akibatnya Bait Allah bukan lagi menjadi tempat ibadah, tetapi telah berubah menjadi “sarang
penyamun”. Dan ini membuat Yesus sangat marah.

Yesus tidak akan menjadi marah karena ingin balas dendam, iri atau karena sakit hati. Ia marah
karena kesucian Allah dinodai dan diinjak-injak. Marah seperti itu adalah marah yang pada
tempatnya yang benar.

Marah seperti ini seharusnya timbul melihat apa yang terjadi dalam masyarakat dan dalam
persekutuan kita. Kita juga patut marah. Ketika kebenaran Allah diselewengkan, ketika gaya
hidup tercemar, ketika ketidak setiaan terjadi – apakah kita marah?

Kapankah terakhir kali kita marah? Apakah amarah itu tepat ataukah sebaliknya? Hati-hatilah!
Amarah kita bisa dosa atau kudus.

Marah yang salah mudah, tapi marah yang benar sangat sulit diungkapkan.

Bacaan Alkitab

Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait
Allah.

Markus 11:15

Anda mungkin juga menyukai