Anda di halaman 1dari 6

Haleluya!

Syalom pada malam hari ini firman Allah mempertemukan kita dengan Renungan
diambil dari Surat Kolose 3:18-25. Perikopnya adalah “Hubungan antara anggota-anggota rumah
tangga”. Sedangkan topik renungan kita hari ini, yaitu: KELUARGA YANG SALING
MENGASIHI DAN MENGHORMATI.

Keluarga adalah organisasi tertua yang ada di dunia ini yang terdiri dari Suami, Istri, Anak dan
Allah lah yang berinisiatif untuk membentuk keluarga tersebut. Allah memiliki tujuan dalam
membentuk keluarga tentu saja untuk mendatangkan sukacita damai sejahtera kepada manusia itu
sendiri dan keluarga menjadi “alat” untuk melaksanakan perintah Allah di dunia ini.

Kej.2:18, menyatakan bahwa Allah-lah inisiator penciptaan keluarga, “tidakbaik”… kalau manusia
itu (Adam = manusia laki-laki) hidup sendiri saja kemudian Allah menciptakan perempuan
(Hawa /Adamah = manusia perempuan) menjadi pendamping laki-laki itu, adam sangat bersukacita
menyambut kehadiran Hawa dan mereka hidup dengan penuh sukacita/harmonis sebagai keluarga
di taman eden.

Pada zaman Paulus, keluarga keluarga adalah ikatan sosial yang penting. Keluarga diumpamakan
sebagai kumpulan kecil orang percaya, atau sama dengan gereja. Keluarga adalah tempat
menyampaikan kabar sukacita dari Tuhan. Selain itu, keluaga adalah tempat beribadah untuk
Tuhan. Dan di dalam keluarga berlangsung kehidupan antara ayah-ibu dengan anak-anak mereka
bahkan termasuk orang-orang yang berada di dalam keluarga baik suka maupun duka. Misalnya,
saudara, pekerja, dll.

Setiap orang pasti mendambakan keluarga yang bahagia. Namun, setiap keluarga memiliki
pemahaman tersendiri tentang Apa itu keluarga bahagia? Mungkin ada yang mengatakan, keluarga
bahagia adalah ketika memiliki segalanya (harta, anak, dsb). Realita ada konflik dalam keluarga
meskipun telah memiliki segalanya. Mungkin ada yang mengatakan keluarga bahagia jika tidak
pernah ada pertengkaran (konflik). Realita setiap keluarga tidak pernah lepas dari apa yang disebut
dengan konflik atau masalah. Mungkin ada yang mengatakan keluarga bahagia jika terus bersama
dalam suka dan duka. Realita ada keluarga yang bercerai karena tidak siap ketika berada dalam
duka atau masalah. Dan lain sebagainya jawaban yang lain. Semua jawaban ini tidak salah! Itu
kembali ke keluarga masing-masing.

Lalu bagaimana membangun keluarga yang bahagia? Dalam teks ini Paulus memberikan beberapa
prinsip, yaitu Pertama, terciptanya saling mengasihi di antara orangtua sendiri (ay. 18-19). Seorang
istri “tunduk” kepada suami seperti kepada Kristus. Istilah “tunduk” diambil dari dunia kemiliteran
ketika seorang bawahan tunduk kepada atasan (lihat Lukas 7:8). Namun, tunduk disini berkaitan
dengan tunduk seperti kepada Kristus. Dalam arti istri tunduk kepada suami dalam menghormati,
menghargai seperti kepada Kristus. Sementara suami juga wajib mengasihi istrinya seperti
mengasihi Kristus. Seorang suami juga tidak boleh kasar kepada sang istri atau sekarang disebut
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Bagaimana dengan keluarga kita masing-masing? Sudahkah keluarga kita hidup bahagia? Di
sebuah berita di Harian Kompas pada tahun 2005 yang lalu, keluarga Percy Arrowsmith dan
Florence tercatat sebagai suami istri tertua di dunia Mereka telah menikah selama 80 tahun. Percy
berusia 105 tahun, sedangkan istrinya 100 tahun. Namun, keduanya masih saling mencintai.
Mereka masuk di buku rekor Guinness 2005. Apa rahasianya? “Sederhana!” kata mereka. “Kami
tidak akan pergi tidur sebelum menyelesaikan konflik. Dan “dalam hidup kami tidak pernah lepas
dari diri kami, kata “sayang”, “cinta” dan “maaf”.

Keluarga Percy dan Florence Arrowsmith, menyadari bahwa saling mencintai dan menyayangi di
dalam Kristus yang menguatkan keluarga bahagia mereka. Selain itu mereka tidak lepas dari
masalah, pergumulan dan konflik dalam keluarga. Namun, mereka segera menyelesaikan sebelum
tidur dan menyadari kelemahan dengan saling memaafkan satu sama lain.

Di masa pandemic ini tanpa kita sadari, ada banyak waktu bagi setiap keluarga untuk tinggal di
rumah bersama. Ini waktu yang baik untuk mengevaluasi kehidupan keluarga masing-masing baik
ornagtua maupun anak-anak. Salah satunya adalah melalui ibadah keluarga, atau kegiatan bersama
lainnya termasuk di meja makan untuk bisa bersama. Orangtua juga memiliki banyak waktu untuk
memberikan nasehat kepada anak-anak. Mari menjadikan keluarga kita masing-masing menjadi
keluarga yang bahagia dengan mendasari hidup keluarga kita di dalam kasih Kristus seperti ayat
hari ini Kolose 3:14, “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang
mempersatukan dan menyempurnakan”.

Banyak ancaman dan tantangan, perselisihan yang akan muncul dalam perjalanan hidup keluarga,
hal ini adalah proses alamiah. Keluarga yang harmonis juga pernah mengalaminya, saling
pengertian dan saling mengasihi menjadi kekuatan untuk menjaga keharmonisan keluarga. Tetapi
ke-egoisan anggota keluarga dapat merusak keutuhan keluarga, keharmonisan keluarga.

Berbahagialah keluarga yang saling mengasihi, karena Dia sudah lebih dulu memberi kita didikan,
ajaran, nasihat dan contoh untuk saling mengasihi.

Berbahagialah seorang isteri yang tunduk kepada suaminya dan mengasihi keluarganya
sebagaimana seharusnya di dalam nama Yesus Kristus, karena Dia sudah lebih dulu melimpahkan
kepada keluarga kita kasih setia dan kasihnkarunia-Nya dengan berkelimpahan.

Berbahagialah seorang suami yang mengasihi isterinya dan tidak berbuat kasar terhadapnya dalam
nama Tuhan Yesus, karena Dia sudah lebih dulu melimpahkan belas kasihan-Nya kepada keluarga
kita dengan tidak berkesudahan.

Berbahagialah anak-anak yang patuh, taat dan menghormati didikan, ajaran dan nasihat orang tua
dalam nama-Nya, karena Dia sudah menyediakan upah besar dan bagian hidup kekal yang damai
sejahtera di sorga. Haleluya. Amin.

Syalom pada malam hari ini firman Allah mempertemukan kita dengan Renungan diambil dari Surat Lukas 1
: 46-56. Perikopnya adalah Menanti dengan Hidup memuliakan Allah

Seorang pemuda yang tidak percaya kepada Allah, melakukan suatu perjalanan dengan kapal.
Ketika ia berada di kapal, tiba-tiba datanglah ombak yang besar dan menerpa kapal mereka,
sehingga semua orang yang ada di dalamnya menjadi panik dan mulai berdoa. Pemuda itu sendiri
tidak pernah berdoa, bahkan dia tidak percaya dengan adanya Tuhan. Akan tetapi, karena ombak
yang semakin mengamuk dan ganas, membuat hati pemuda itu menjadi semakin ketakutan. Ia takut
kematian akan datang kepadanya. Pada saat itu, ia mulai mendengar beberapa orang berdoa di kapal
itu berseru kepada Tuhan. Hati pemuda itu goyah. Sejak kecil ia tidak pernah berdoa. Tetapi
ganasnya ombak membuatnya kehilangan pegangan. Dan akhirnya ia memutuskan untuk berdoa,
demikian: Ya Allah, jika Engkau benar, Engkau pasti menepati janjiMu. Ampuni aku. Sucikanlah
hatiku yang kotor ini, selamatkanlah aku. Setelah ia berdoa, keajaiban terjadi. Badai itu menjadi
reda dan ombak pun menjadi tenang. Pemuda tersebut begitu bersyukur kepada Tuhan akan
kebaikanNya. Dan dari tangannya terciptalah sebuah kidung yang sangat indah. Pujian syukur yang
keluar dari hati yang terdalam oleh sang pemuda yang bernama John Newton. Benar bahwa puji-
pujian merupakan respon terbaik yang dapat dilakukan seseorang setelah ia memperoleh kabaikan
Tuhan. Pujian seringkali mewakili isi hati yang terdalam. Pujian bukan hanya sekedar kata-kata,
tetapi di dalamnya terdapat nada kekaguman, keindahan, dan penghormatan kepada Tuhan yang
berkarya atas hidup kita. Maka dari itu, setiap orang percaya bisa tidak bisa, harus terus memuji
Tuhan atas kebaikanNya.
Pertanyaannya, apakah kita sering menaikkan pujian syukur kepada Tuhan atas kebaikanNya? Jelas
bahwa jika dalam keadaan senang, mungkin kita bisa memuji Tuhan. tetapi, saat celaka menimpa
kita, adakah kita tetapi bersyukur dan memuji Tuhan atas kesihNya kepada kita? Ketika keuangan
krisis, apakah juga kita masih dapat memuji Allah yang senantiasa memberikan kehidupan kepada
kita? Bahkan ketika kita kehilangan harapan dan putus asa, adakah kita tetap memuji Dia yang telah
mati untuk kita?
Dalam
Lukas 1:46-56 dituliskan pujian Maria yang memuji karya Allah yang besar atas hidup dan
bangsanya. Dalam perikop ini, dikabarkan bahwa Maria akan melahirkan seorang anak yaitu
Juruselamat yang kudus, yang adalah Anak Allah. Sehingga Maria begitu bersukacita.
Perikop ini pada umumnya dikenal dengan sebutan Kidung Maria oleh karena kemurahan Allah
atas dirinya. Maria memperoleh anugerah Tuhan, yang dapat dilihat pada ay. 28, dikatakan : Salam,
hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau. Hal ini memperlihatkan bahwa betapa
berharganya Maria di hadapan Allah. Siapakah Maria sehingga ia dipilih untuk melahirkan seorang
Juruselamat bagi dunia? Jelas bahwa itu semua bukan karena kepintaran, ataupun ada hal baik
dalam diri Maria yang dapat dipertahankan di hadapan Tuhan. Tetapi itu semua karena kemurahan
Allah kepadanya. Maria memperoleh kasih karunia dari Allah, untuk menjadi ibu yang melahirkan
Yesus.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, ketika Maria dikabarkan akan melahirkan seorang anak, Maria juga
memiliki ketakutan (ayat 34) bahwa bagaimana mungkin hal itu terjadi padanya sebab dirinya
belum bersuami. Dapatlah kita bayangkan kehidupan sekarang ini, ketika ada sebuah keluarga yang
memiliki seorang anak gadis yang hamil diluar nikah, bagaimana perasaannya? Betapa malu dan
mencoreng nama baik keluarga dan lain-lain. Selain merasa malu, maka hal tersebut juga menjadi
perguncingan yang hangat di dalam kampung tersebut. Banyak hal yang dapat terjadi pada keluarga
itu oleh karena aib tersebut, sehingga membuat keluarga dan anak tersebut merasakan tekanan yang
berat.

Sebagai manusia biasa, kekhawatiran dan ketakutan itu akan selalu ada, tetapi sebagai orang yang
percaya, bukan kekhawatiran ataupun ketakutan itu yang menguasai kita, tetapi bagaimana kita
mengatasi kekahawatiran dan ketakutan itu dan menyerahkan semuanya kepada tangan Tuhan yang
berkuasa atas kehidupan kita. Hal inilah yang dilakukan Maria. Ketika hal itu dikatakan kepadanya,
ia sempat merasa takut dan khawatir, karena ia belum bersuami. Tetapi, pada ayat 38, dapat dilihat
bagaimana penyerahan diri Maria sepenuhnya kepada Allah yang berkehendak atas dirinya,
sehingga ia terbebas dari rasa takut dan kekhawatiran itu.
Kidung Maria dalam ayat 46-55, merupakan kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama, dan menunjuk
kepada kedatangan Yesus. ini merupakan sebuah doa yang memuji dan memuliakan Allah karena
apa yang telah Allah lakukan bagi dirinya (terlebih lagi bagi bangsa Israel) yang telah lama
menantikan kedatangan Mesias.
Bagaimana Maria menaikkan puji-pujiannya, pertama adalah dapat kita lihat ayat 46-50, yang berisi
tentang kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan Allah, sehingga Maria menyembah Allah. Dikatakan
jiwaku memulikan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, IA memperhatikan
kerendahan hamba-Nya, Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku
dan nama-Nya adalah kudus. Ini merupakan pujian Maria atas apa yang telah dilakukan Allah
kepadanya dirinya secara pribadi. Selanjutnya, pada ayat 51-55, merupakan pujian tentang tindakan
Allah sendiri yang merupakan suatu transformasi pada dunia, khususnya Israel pada saat itu.
Dari makna pujian-pujian Maria tersebut, memperlihatkan suatu perubahan yang drastis yang
terjadi dalam suatu zaman, yang sesuai dengan Mikha 4:1-5, bahwa ketika saat itu tiba, maka
gunung rumah Tuhan akan berdiri tegak mengatasi gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas
bukit-bukit; bangsa-bangsa akan berduyun-duyun kesana, dan banyak suku juga akan pergi kesana.
Selanjutanya dikatakan bahwa Dia akan menjadi hakim di antara banyak bangsa, dan menjadi wasit
bagi suku-suku bangsa yang besar sampai ke tempat yang jauh. Selanjutnya juga dijelaskan
bagaimana keadaan sosial serta ketentraman hidup akan dialami kembali dan Nama Tuhan tetap
untuk selamanya. Inilah makna Natal yang selalu kita rayakan setiap akhir tahun, ketika saat itu tiba
dan sebuah perubahan besar terjadi dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, biarlah saat natal yang
kita rasayakan bersama dan puji-pujian yang kita lantunkan tidak terjadi begitu saja, tetapi mari
lakukan suatu perubahan ke arah yang baik, yang memuliakan Tuhan. Seperti Maria, jiwanya
sungguh memuliakan Tuhan, karena dari keberadaannya yang sangat terhina dan miskin, ia dipilih
Tuhan sebagai alatNya menjadi ibu bagi bayi Yesus, Juruselamat itu. Dan pujiannya itu, diimaninya
dalam kehidupannya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, sesuai dengan tema yang diberikan adalah Menanti dengan Hidup
memuliakan Allah. Dalam kalimat ini terdapat suatu ungkapan syukur yang mendalam, ketika jiwaku
memuliakan Tuhan, maka itu tidak hanya sekedar nyanyian yang berlalu begitu saja, tetapi suatu
pujian yang berdampak dalam kehidupan kita secara pribadi dan sungguh indah bila itu berdampak
pada kehidupan orang lain. Biarlah jiwa kita memuji Tuhan senantiasa, baik saat suka bahkan saat
duka dan malapetaka yang menimpa. Karena Tuhan senantiasa beserta dengan kita ketika kita
berserah kepada-Nya.
Hitunglah berkat Tuhan dalam hidup kita. Bila kita belajar menghitung berkat-berkat yang kita
terima dari Tuhan selama ini, kita akan malu sendiri. Mengapa? Karena kita kurang memuji dan
kurang mensyukuri Dia. Kita cenderung mudah bersungut dan meragukan kebaikan Allah. Saat
topan keras melanda hidupmu, saat putus asa dan letih lesu, hitunglah berkat Tuhan satu-satu.
Niscaya engkau kagum oleh kasih-Nya. Syair Kidung Jemaat No. 439 patut kita endapkan dalam
sanubari kita. Amin Tuhan Yesus Selalu Menyertai kita.
1 Perus 1 Ayat 17-19

Ada sebuah novel yang ditulis oleh seorang bernama Victor Hugo, yang sudah diangkat juga dalam layar
kaca - beberapa kali sudah tayang di TV,. Ceritanya sederhana namun bermakna dalam.

Di mulai dari seorang Narapidana yang dihukum selama 19 tahun karena mencuri roti supaya keluarganya
tak kelaparan lagi. Jean, nama orang itu, menjadi begitu sakit hati karena telah diperlakukan semena-mena
oleh hukum yang membuat dirinya itu dipenjara 19 tahun lamanya hanya karena mencuri sepotong roti.

Sekeluarnya dari penjara, masih dengan dendam dan rasa sakit hati karena diperlakukan tidak adil pada
waktu itu, Jean mulai mencari kehidupan yang baru nya. Tetapi apa daya, dari dulu sampai sekarang yang
namanya alumni hotel pro deo itu memang sulit diterima oleh masyarakat.

Semua orang menolak kehadirannya pada waktu itu. Kecuali satu orang, Myriel namanya, seorang pendeta
yang tidak hanya sekedar menerima dirinya, tetapi memperlakukannya sebagai layaknya manusia, bukan
mantan narapidana. Diberi tempat tinggal, diberi makan - minum, semuanya untuk Jean.

Akan tetapi apa yang terjadi? Pada waktu malam, jean bangun untuk mencuri sendok dan piring perak
kepunyaan sang pendeta yang terbangun dari tidurnya karena mendengar suara ribut itu, dipukulnya
hingga pingsan, dan kemudian jean melarikan diri.

Tak disangka tak diduga, jean ditangkap keesokan harinya, oleh aparat polisi yang curiga akan gerak
geriknya, dan ia pun dibawa lagi ke sang pendeta. Akan tetapi betapa terkejutnya si polisi ketika sang
pendeta mengatakan bahwa piring-piring dan sendok-sendok perak itu adalah pemberian darinya untuk
jean.

jean yang bingung bertanya kepada sang pendeta: “Mengapa engkau melakukan semua ini kepadaku?”.

sang pendeta kemudian berkata:

“Jean, saudaraku, jangan pernah engkau lupakan, sekalipun kemarin engkau lupa, bahwa engkau berjanji
kepadaku pada waktu makan malam kemarin bahwa engkau akan menjadi manusia yang baru. Engkau
bukan lagi milik si jahat, dengan perak-perak ini aku membeli hidupmu. Aku menebusmu dari ketakutan
masa lampau, dan dari kebencian. Sekarang aku kembalikan kamu kepada Tuhan.

Singkat cerita, akhirnya Jean benar-benar menjalani kehidupan yang sama sekali lain dengan masa lalunya
itu. Ia membangun hidupnya menjadi pengusaha sukses dan akhirnya menjadi walikota yang dihormati
oleh warganya.

Membaca bahan renungan kita hari ini tentang karya yang sudah Yesus lakukan untuk hidup kita hari ini,

I Petrus 1:18-19

Ditebus berarti hutang kita dibayar orang lain. Apa artinya orang yang ditebus TUHAN? Orang berdosa
ditebus oleh darah Tuhan Yesus sehingga menjadi orang yang bebas. Bebas dari dosa atau kodrat dosa.
Tapi tidak berhenti hanya status sebagai orang benar tapi harus jadi benar-benar orang benar. Ditebus dari
cara hidup yang sia-sia berarti kita sejatinya adalah orang yang tak berharga, orang sia-sia ditebus oleh
darah Yesus menjadi orang yang berharga di mata TUHAN.

Dosa membuat kehidupan kita berada dalam kesia-siaan. Tapi kini semua telah berubah; kita yang
sebelumnya memiliki cara hidup yang sia-sia telah ditebus Tuhan bukan dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah-Nya yang mahal, yang tak bernoda dan tak bercacat, sehingga hidup kita menjadi
berarti dan bermakna. Cara hidup atas perbuatan sia-sia itu yang bagaimana? Yang hanya mementingan
diri sendiri! Dalam Filipi 2:2-4 tertulis: "...hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu
tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan
janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain
juga." Banyak orang Kristen yang hidupnya hanya untuk diri sendiri, egois, tidak peduli orang lain. Ini
tabiat “manusia lama” yang harus ditanggalkan, sebab di dalam Kristus kita ini adalah "... ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Kor. 5:17).
Tebusan apakah yang telah dibayar-Nya untuk menyelamatkan kita? Melalui kematian Anak-Nya yang
tunggal di kayu salib, Allah Bapa membayar harga demi menebus kita dari jerat dosa. “Sebab kamu tahu,
bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu
bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang
mahal, yaitu darah Kristus” (I Ptr. 1:18-19).

Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia rela menyerahkan Anak-Nya untuk mati disalib dan bangkit dari
kematian untuk menebus dan menyelamatkan kita. Itulah harga diri Anda di mata-Nya. Kebenaran firman
Tuhan dalam nas hari ini memberikan suatu penyataan yang tegas mengenai dua hal, yaitu:

Pertama, kita sangat berharga di mata Tuhan. Kita berharga bukan karena kita memiliki sesuatu yang
“mahal” dimata-Nya, karena tentu segala hal yang kita miliki adalah milik dan pemberian Tuhan, maka kita
sebenarnya tidak memiliki apapun. Akan tetapi perhatikan, kita menjadi berharga oleh karena Ia dengan
kasih-Nya menjadikan kita berharga—itulah anugerah! Seberapa berharganya kita dijabarkan dalam firman
Tuhan ini, kita lebih berharga dari emas dan perak! Kebenaran ini membuka mata kita terhadap nilai dari
diri kita. Karena kita berharga di mata Tuhan maka jangan menganggap kita tidak berharga. Karena kita
berharga di mata Tuhan, maka jangan mendengarkan penghakiman orang lain terhadap diri kita. Karena
kita berharga dimata Tuhan maka jangan menjual diri kita demi kesenangan-kesenangan semu!

Kedua, harga penebusan yang dibayar Kristus bagi kita adalah dengan darah-Nya! Membaca kalimat ini
sungguh sangat menggetarkan. Bagaimana tidak, harga penebusan hidup kita dibayar oleh Kristus dengan
menyerahkan hidup-Nya. Bahkan Ia membayar harganya bagi kita, justru ketika kita masih dalam keadaan
berdosa, kita hidup dalam cara hidup yang sia-sia, jahat, jijik, pembohong, cabul, dan layak menerima
penghukuman Allah (Rm. 5:8). Adakah harga penebusan yang lebih mahal dari nyawa Kristus? Nyawa dari
Anak Tunggal Allah yang dikasihi? Siapakah yang berani menebus dosa orang-orang jahat seperti kita
dengan menyerahkan nyawa-Nya? Mati menggantikan orang-orang saleh, pemuka agama, untuk negara,
mungkin masih banyak yang bersedia, namun mati menggantikan para penjahat seperti Hitler, adakah yang
bersedia? Tidak ada!, hanya Kristus yang bersedia! Dia bahkan membayar harga yang sangat mahal, yaitu
dengan darah-Nya yang kudus. Itu artinya hidup kita sangat berharga! Lebih berharga dari emas dan perak,
lebih berharga dari orang-orang hebat di dunia ini, lebih berharga dari segala sesuatu di dunia ini yang oleh
karenanya orang bersedia mati. Kita berharga karena Allah mengasihi kita.

Inilah kebenaran dari harga penebusan Kristus bagi kita. Suatu kebenaran yang membuka mata kita
terhadap kondisi keberdosaan kita, terhadap harga dari dosa yang dibayar Kristus dengan pengorbanan-
Nya, terhadap betapa berharganya diri kita, dan kebenaran mengenai kasih Allah yang mulia kepada kita.
Suatu kebenaran yang seharusnya menghantar kita pada cara hidup yang baru, yang berbuah, yang
berkenan, dan mempermuliakan Tuhan sebagai bentuk ucapan syukur kita atas harga penebusan Kristus
dan anugerah Allah. Jangan sia-siakan hidup kita yang telah ditebus dengan cara hidup yang duniawi, sebab
harga dari penebusan kita sangat mahal, yaitu darah Kristus! Karena itu, jadilah orang yang berharga di
mata TUHAN dan hindarilah hidup yang sia-sia.

Anda mungkin juga menyukai