Anda di halaman 1dari 9

TUGAS AKHIR

“REFLEKSI”
MATA KULIAH AGAMA KATOLIK

Disusun Oleh

NAMA MAHASISWA NIM PRODI/ FAKULTAS

GLEN DANIEL FEBRIAN ONGKIO BUOL 091200011 HUKUM/ HUKUM

UNIVERSITAS NUSA NIPA


MAUMERE
TAHUN AJARAN
2020/2021
1. Manusia dan Asal Usulnya
Kejadian 1:24-31 “Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis
makhluk yang hidup, ternak, dan binatang melata dan segala jenis binatang liar” Dan
jadilah demikian “Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang ada di
bumi.  27Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka…”
Bacaan di atas adalah bukti, tentang kita yang berasal dari Allah, dan merupakan
gambaran dan rupa Allah. Manusia pada dasarnya diciptakan untuk menyatakan kemuliaan
Allah.
Namun dewasa ini terjadi banyak penyimpangan. Sudahkah kita berpikir akan kasih Allah
yang begitu besar dalam penciptaan kita manusia? Allah memberikan segalanya sebelum
kita diciptkan-Nya.
Bahkan manusia pertama Adam dan Hawa pun melakukan dosa dengan memakan buah
terlarang ketika mereka di ciptakan. Namun, kasih Allah tetap menyertai.
Memanglah kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi kodratnya, namun kita
sering salah memaknai arti kodrat yang tinggi.
Allah juga menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki, maka begitulah
seharusnya hati kita tidak risau, sebab Allah telah mempersiapkan seseorang yang akan
menemani kita. Hingga nanti saat ajal tiba pun, sepatutnya kita berbahagia sebab Allah yang
memberi Allah yang mengambil, begitu juga dengan nafas kita. Kita masing-masing akan
kembali kepada Allah.
2. Panggilan Hidup Manusia
Yohanes 2:69 “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya
kepada Dia yang telah diutus Allah.” 
Setiap manusia yang ada di muka bumi, bahkan yang belum dilahirkan pun telah
dipersiapkan oleh Allah pekerjaannya masing-masing. Pekerjaan ini tidaklah seperti bekerja
dan mendapatkan gaji, melainkan pekerjaan dengan tugas perutusan dan kemuliaan Allah.
Ada yang bekerja menjadi pelayan Allahsebagai biarawan atau biarawati, ada yang jalan
panggilannya berkeluarga, dan lainnya.
Segala hal yang kita perbuat dan kita lakukan di mata Allah itu adalah pelayanan kita
kepadanya. Namun dalam perjalanaannya menuju panggilan hidup itu sendiri terdapat
halangan-halangan yang akan menghalangi kita. Godaan-godaan dari setan terhadap hal-hal
duniawi, godaan untuk membolos sekolah atau perkuliahan, dan hal-hal yang sering
membuat kita menjadi salah langkah yang ada disekitar lingkungan kita.
Disaat iman kita hanyalah omongan dan bukan perbuatan, dan hanyalah iman yang
kosong maka akan semakin mudah kita berbelok arah daripada Allah.
3. Agama dan Dialog
Pada dasarnya terdapat 6 agama yang diakui secara sah, katolik, protestan, Islam, Hindu,
Buddha, Konghucu. Perbedaan agama tidaklah menjadi sumber konflik. Agama tidak pernah
mengajarkan kita untuk berkonflik oleh karena agama itu sendiri. Oknum-oknum yang ikut
dalam setiap keagamaan yang ada inilah yang seharusnya sadar akan hal itu.
Banyak konflik yang terjadi membawa-bawa agama.
Namun, para petinggi agama yang benar-benar mengerti akan agama yang dianutnyalah
yang justru mempunyai pemikiran dan toleransi yang baik.
Perlu adanya dialog ini sebab dalam dialog inilah bisa saling menyampaikan
permasalahan dan masukan-masukan tertentu.
4. Yesus Kristus dan Karya Penyelamatannya.
Allah mengutus Putra-Nya Yesus yang kudus, untuk melengkap dan melakukan karya
penyelamatan. Apa sebenarnya karya penyelamatan ini adalah segala sesuatu yang
dilakukan oleh Yesus dan bertujuan untuk menyelamatkan kita dari dosa. Seperti mengajar
kepada orang-orang banyak, melakukan mukjizat, hingga karya terbesarnya wafat di kayu
salib sampai dengan kebangkitannya.

Yesus Kristus benar-benar manusia dan benar-benar Allah. Hal ini sulit dipahami oleh
banyak orang, bahkan sejak awal Gereja. Ada kecenderungan untuk menjelaskan hal yang
sulit ini dengan gambaran yang sederhana, namun salah. Misalnya, ada orang yang berusaha
menjelaskan bahwa Yesus itu sungguh manusia tapi bukan sungguh Allah, Dia menjadi
Allah hanya karena adopsi belaka.

Penjelasan ini salah sebab Yesus Kristus sungguh Putera Allah melalui kodrat-Nya dan
bukan melalui adopsi.
Berikutnya ada kelompok yang juga menyangkal bahwa Yesus itu Allah. Kelompok terakhir
ini termasuk Hajah Irene. Menurut mereka Yesus itu ciptaan seperti yang lain, maka tidak
mungkin Ia menjadi Allah. Untuk menjawab ini bisa dijelaskan bahwa Yesus menjadi
manusia sungguh dilahirkan namun bukan dijadikan.

Artinya Yesus memang manusia tapi bukan ciptaan. Yesus yang adalah Allah dengan rela
hati menjadi manusia (bdk Flp 2:7)
Jadi Gereja mengakui bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia secara tidak
terpisahkan. Ia sesungguhnya Putera Allah, yang menjadi manusia seperti kita, namun tetap
Allah Tuhan kita.
5. Allah Tritunggal

Dalam beberapa ayat Alkitab tersebut sudah menjelaskan pengertian Allah secara jelas
dan masih banyak ayat dalam Alkitab yang menjelaskan tentang janji-janji Tuhan Yesus bagi
orang percaya dan pengertian Allah Tritunggal dalam arti yang tersamar. Dengan begitu
banyak ayat yang menjelaskan pengertian Allah adalah satu tersebut membuat kita
sebenarnya tidak lagi harus mempertanyakan dan ragu akan hal tersebut. Kesatuan Allah ini
meliputi Bapa, Yesus Kristus dan juga Roh Kudus dan bukan menjadi 3 pribadi yang berbeda
namun 1 kesatuan dan ketiganya merupakan kekal, sudah ada sejak semula, tidak ada
penciptanya dan bahkan sebelum semua ini terjadi.

Dalam Yohanes 17:5 juga kita bisa melihat Yesus menyatakan keberadaan-Nya yang
sudah ada bersama dengan Allah Bapa sebelum dunia diciptakan. Kristus merupakan Firman
yang ada bersama Allah dan Firman itu sendiri adalah Allah serta oleh-Nya lah semua bisa
dijadikan. Ini menyimpulkan jika mustahil Yesus menjadikan segala sesuatu apabila Ia
bukanlah Allah sendiri.

Dalam 1 Korintus 8:6 yang sudah tertulis di Alkitab secara singkat menjelaskan jika Bapa
menjadi sumber dari segala sesuatu dan hanya pada hukum taurat yang harus kita taati
kepada Bapa kita hidup. Hanya lewat Yesus Kristus semuanya bisa terjadi dan menjadi jalan
bagi kita menuju ke Bapa. Yesus merupakan firman yang hidup, saat hari penciptaan, Allah
berfirman dan semuanya terjadi dan Yesus merupakan firman yang sudah terwujud menjadi
seorang manusia.

Dalam Yohanes 1:1 dijelaskan jika Yesus adalah Anak Allah yang hidup dan pada
Yohanes 10:30 dijelaskan jika Yesus menyatakan Diri-Nya dan Allah Bapa merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Roh kudus adalah Allah dan Roh Kudus memiliki
sifat yang sama persis dengan sifat Allah. Roh Kudus tidak memiliki karakter seperti
kekuatan mistis sebab merupakan satu pribadi dengan Allah. Dalam Kisah Para Rasul 5:3-4
tertulis jika kita sebagai manusia mendustai Roh Kudus, maka itu berarti kita juga mendustai
Allah.
6. Tugas Perutusan Gereja

Gereja merupakan persekutuan umat Allah yang diikat oleh satu iman, satu babtisan dan
satu Tuhan yang sama. Gereja yang didirikan oleh Krsistus memiliki sifat satu, kudus, katolik
dan apostolik, serta memiliki tugas untuk mewartakan kabar baik Kerajaan
Allah/keselamatan, menguduskan dan mengembalakan umat Allah.

Hakikat tugas perutusan Gereja adalah melanjutkan dan mengambil bagian dalam Kristus
sebagai imam, nabi, dan raja hal ini merupakan sebuah konsekuensi dari babtisan setiap
orang kristiani (Katolik). Tugas imami adalah tugas pengudusan, tugas kenabian adalah tugas
pewartaan, dan tugas rajawi adalah tugas melayani.

Yesus tak pernah menganggap orang lain lebih rendah dari diriNya. Sikap melayani
berangkat dari cara pandang. Cara pandang yang membedakan suku, ras, golongan, status
sosial, pria dan wanita merupakan cara pandang yang menghambat pertumbuhan sikap
melayani.

Cara pandang seperti itu tidak cocok dengan semangat Yesus Kristus. Dalam pandangan
Kristiani, sikap melayani tidak merendahkan, tidak membedakan, melainkan mengedepankan
kesamaan, persaudaraan semua orang, sebab di hadapan Tuhan semua orang sederajat. Inilah
yang menjadi dasar tugas perutusan gereja “ melayani bukan dilayani”.

7.
7. Maria dalam sejarah Keselamatan

Tidak semua orang dapat menafsirkan peranan Maria tersebut secara benar dan tepat,
terkhusus bagi mereka kaum awam. Pemahaman akan peran Maria ini membutuhkan
penafsiran mendalam dengan iman dan keyakinan pada Kristus sendiri.

Apabila tidak, maka akan timbullah keraguan dari dalam hati manusia sendiri karena
sejatinya manusia adalah manusia yang lemah. Pemahami peristiwa hebat dan dasyat seperti
peran Maria tidak lah mungkin dilakukan sendiri dan tanpa iman.

Pemahaman rendah menimbulkan keraguan seperti yang dirasakan oleh seorang uskup
bernama Nestorius. Nestorius meragukan kodrat Yesus yang sebagai manusia sekaligus
Allah sendiri. Sehingga dia meyakini bahwa Maria hanyalah bunda yesus saja bukan bunda
Allah. Karena maria hanya melahirkan Yesus sebagai manusia bukan Allah.

Maria merupakan perempuan yang melahirkan Yesus Kristus yang adalah Allah itu
sendiri. Iman akan Yesus yang merupakan Allah itu sendiri juga tercatat dalam kitab suci
yaitu pada perkataan Elisabet, saudari Maria (Lukas 1:43).

Hal serupa juga dituliskan dalam berbagai ayat lain di Alkitab seperti pada Kitab Injil dan
kitab-kitan lainnya. Gereja Katolik kemudian mengukuhkan Iman ini sebagai Dogma Maria
Bunda Allah yang diperingati setiap tanggal 1 Januari dan termasuk dalam Hari Raya Umat
Katolik.

Maria juga merupakan Bunda Gereja, Iman ini mengacu pada perkataan Yesus. Kala itu
Yesus menyerahkan Maria sebagai Ibu atas Para Rasul (Yohanes 19:26-27). Para rasul sendiri
merupakan cikal bakal Gereja yang pertama kali. Sehingga dengan kata lain peran Maria
dalam Karya Keselamatan yaitu Maria sebagai Bunda Gereja.
8. Iman yang memasyarakat
Berbicara Iman berarti kepercayaa kita akan sesuatu yang belum terlihat atau sesuatu
yang tidak kita ketahui. Iman yang memasyarakat adalah bagaimana kepercyaan akan
sesuatu hal ini bisa berada di tengah masyarkat.
Tampaknya salah satu segi yang terpenting dari pertumbuhan yang dimaksud di sini
adalah peralihan dari penghayatan ―agama‖ ke penghayatan ―iman‖. Ini adalah peralihan
dari pengandalan eksternal pada adat, perintah, kebiasaan, aturan-aturan, ritual, menuju ke
kemandirian, kedewasaan, aktifnya hati nurani, kebiasaan refleksi serta keberanian berwarta.
Iman yang dewasa ditempa lewat pengalaman pergumulan dengan Allah secara nyata. Iman
dewasa tidak berarti sesuatu yang sudah ―sampai dan ―mapan; sebaliknya, iman yang
dewasa berarti kesediaan untuk menempuh jalan-jalan baru yang sebelumnya tidak dikenal,
situasi yang dalam injil-injil sering digambarkan sebagah ―daerah seberang danau
Genesaret‖, yaitu wilayah orang-orang ―kafir.
Pengalaman berjumpa dan mungkin juga ―bergumul‖ dengan Tuhan dalam situasi
kongkret masyarakat dapat diperkaya dan dipersubur bilamana komunitas Kristiani sendiri
merupakan suatu kelompok yang terbuka pada masyarakat. Bila cara hidup dan cara
bertindak jemaat mencerminkan keterbukaan ini, serta jauh dari mentalitas ghetto, para
warga jemaat akan lebih sering dipertemukan dengan Allah yang aktif dan bertindak dalam
sejarah manusia, dalam pergulatan masyarakat untuk menjadi lebih baik. Betapa pun juga,
dewasa ini orang Kristiani akan lebih dilihat dan diperlakukan sebagai salah satu saja dari
kelompok sosio-religius dalam masyarakat. Sebagaimana kedewasaan suatu pribadi tampak
dalam keterbukaannya pada sesama, demikian pula, kedewasaan suatu kelompok jemaat
tampak, bukan dalam hal membela dan melindungi kepentingannya sendiri, melainkan
dalam hal sikapnya melayani masyarakat luas

Anda mungkin juga menyukai