PROPOSAL
OLEH:
NIM: 1601020298
____________________
Dia sematkan kepada diri-Nya sendiri sehingga menimbulkan banyak kontroversi, baik
dari zaman Dia hidup hingga saat ini. Perbedaan pendapat mengenai jati diri Kristus
bahkan sudah terjadi pada saat Dia masih berada di dunia. Hal ini terlihat ketika Yesus
Pernyataan Petrus mengenai jati diri Yesus sebagai Anak Allah inilah yang
kemudian menjadi salah satu ciri yang membedakan Kekristenan ortodoks dengan bidat-
bidat. Namun perbedaan pandangan mengenai Kristus tidak hanya terjadi antara
Kekristenan dengan agama lain ataupun dengan bidat-bidat, tetapi juga terjadi dalam
membuat gereja menyusun berbagai pengakuan iman (kredo) mengenai Yesus Kristus di
berbagai masa.
1
Mat 16:13-17
10
2
pribadi Yesus Kristus, sang Allah Anak yang berinkarnasi. Paham Adopsionisme
misalnya, mengajarkan bahwa Kristus hanyalah manusia biasa. Pada saat baptisan,
barulah Dia menerima semacam kuasa ilahi dan diangkat ke suatu posisi ilahi.2
mengajarkan bahwa Kristus memiliki tubuh manusiawi, namun jiwa-Nya bersifat ilahi
yang adalah Logos itu sendiri yang berada dalam kekekalan.3 Pandangan ini ditentang
oleh Gregory Naziansus yang mengatakan bahwa Kristus harus mempunyai semua
elemen manusiawi, termasuk jiwa manusiawi, supaya Dia dapat menebus semua elemen
manusia. Pandangan ini juga ditentang dan dikecam pada Sidang gereja di Alexandria
yang diusung oleh Uskup di Konstantinopel bernama Nestorius. Dia mengajarkan bahwa
Yesus Kristus memiliki 2 pribadi, yaitu pribadi ilahi dan pribadi manusiawi.4 Euthyches,
bahwa pada saat inkarnasi, natur ilahi Allah Anak menyerap natur manusiawi-Nya,
sehingga pribadi Yesus Kristus akhirnya hanya memiliki 1 natur saja, yaitu natur ilahi.5
Ajaran ini memiliki varian, yaitu Monofisitisme yang mengatakan bahwa ajaran tentang
adanya 2 natur pada pribadi Yesus Kristus yang diakui dalam konsili Chalcedon harus
2
Daniel Boyarin, The Jewish Gospel. (New York: New Press, 2012), 56.
3
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum. (Bandung: Biji Sesawi, 2013), 131.
4
Ibid, 133
5
Ibid
3
menyebabkan Dia memiliki 2 pribadi, karena itu para penganut ajaran ini mengemukakan
pendapat bahwa Kristus hanya memiliki 1 natur saja, yaitu gambungan dari natur ilahi
yaitu ilahi dan manusiawi, namun hanya memiliki 1 kehendak, yang adalah kehendak
campuran ilahi-manusiawi.7
Salah satu pandangan yang diterima secara umum oleh gereja Kristen
ortodoks adalah, bahwa Yesus adalah Allah-manusia, Allah sejati dan manusia sejati.
Sebelum Yesus lahir di dunia ini, Dia telah memiliki keberadaan yang sama kekalnya
dengan Allah Bapa, memiliki kuasa, kedudukan, dan hakikat yang sama dengan Sang
Bapa.8 Allah Anak pada masa pra-inkarnasi telah melakukan segala sesuatu bersama-
sama dengan pribadi Tritunggal lainnya, seperti mencipta (Kol 1:16), memelihara (Ibr
1:3), dan memberi kehidupan (Yoh 1:4). Allah Anak adalah suatu pribadi, yang memiliki
natur ilahi. Ridderbos mengatakan bahwa kemuliaan Kristus yang disampaikan oleh
Rasul Paulus dalam 2 Kor 4:4 adalah kemuliaan Allah sendiri. Dia melanjutkan: “Sebagai
gambar Allah maka di satu pihak, Kristus dibedakan dari Allah dan di lain pihak,
6
https://www.britannica.com/topic/patristic-literature/The-post-Nicene-period, diakses tanggal
29 September 2017.
7
Charles Hefele, A History of the Councils of the Church, From the Original Documents,
Volume 5 (), 29-30.
8
Paham mengenai kesetaraan antara Allah Bapa dan Anak secara ringkas dijelaskan dalam
Pengakuan Iman Athanasius
9
Herman Ridderbos, Paulus: Pemikiran Utama Teologinya (Surabaya: Penerbit Momentum,
2015), 63.
4
merancangkan suatu karya keselamatan bagi manusia, yaitu dengan cara menggantikan
posisi manusia berdosa sebagai orang terhukum. Agar dapat menjadi substitusi bagi
manusia, maka Allah Anak harus mengambil rupa manusia, seperti yang dijelaskan oleh
penulis kitab Ibrani: “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging,
maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,
supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.”10
Peristiwa inkarnasi menjadikan pribadi kedua dari Allah Tritunggal mendapatkan sifat
manusia yang terbatas. Kata inkarnasi berarti “di dalam daging” dan menunjuk pada
tindakan di mana Putra Allah yang kekal mengambil bagi diri-Nya natur tambahan,
manusia, melalui kelahiran dari seorang anak dara.11 Yesus Kristus, sang Allah Anak,
Peristiwa inkarnasi tidak sedemikian rupa mengubah natur ilahi dari pribadi
Allah Anak menjadi natur manusia. Peristiwa inkarnasi juga tidak menghilangkan natur
ilahi dari pribadi Allah Anak dan menggantinya dengan natur manusia. Charles Hodge
mengatakan:
Adalah pasti secara naluriah bahwa sifat-sifat dari satu substansi tidak dapat
diberikan kepada substansi yang lain. Akal budi tidak dapat ditanami dengan
10
Ibr 2:14
11
Paul Enns, The Moody Handbook of Theology. (Malang: Literatur SAAT, 2016), 249.
5
sifat-sifat materi, karena akal budi akan berhenti menjadi dirinya, begitu juga
kemanusiaan tidak dapat memiliki sifat-sifat keilahian, karena kemanusiaan itu
akan berhenti menjadi dirinya. Hal ini hanya berarti bahwa yang terbatas tidak
dapat menjadi tidak terbatas.12
Artinya, sesuatu pribadi yang memiliki natur ilahi tidak bisa berubah, bertambah maupun
berkurang kualitasnya, ataupun kehilangan natur ilahinya ketika pribadi itu mengambil
natur manusiawi.
Sebelum inkarnasi, pribadi Allah Anak hanya memiliki natur ilahi, dan natur
ilahi itu tidak hilang sama sekali ketika Dia berinkarnasi. Saat inkarnasi terjadi, pribadi
Allah Anak ketambahan natur manusia, sehingga Dia memiliki 2 natur, yaitu natur Allah
Hanya Yesus Kristus satu-satunya pribadi di sepanjang sejarah yang memiliki 2 natur
sekaligus. Konsep ini disebut dengan Penyatuan Pribadi Kristus atau Penyatuan
Hipostetis. Pengakuan Iman Chalcedon dan konsep Penyatuan Pribadi Kristus ini
Kristus sendiri. Kitab Suci jelas menggambarkan bahwa Yesus Kristus mahatahu
12
Charles Hodge, Systematic Theology Vol II (Michigan: Christian Classics Ethereal Library,
2005), 286.
13
Pengakuan Iman Chalcedon
6
Hal yang dipertanyakan kemudian adalah bagaimana hubungan kedua natur yang tidak
dapat dipersatukan itu dapat dipersatukan dalam satu pribadi tanpa salah satu kehilangan
sebagian dari karakteristik pentingnya. Penyelidikan berlanjut kepada cara dari kedua
natur ini, yaitu natur ilahi dan natur manusiawi, berkomunikasi dalam satu pribadi.
Terdapat tiga cara berkomunikasi yang dihasilkan dari inkarnasi, yaitu communicatio
sifat) adalah sifat-sifat dari keduanya, yaitu natur ilahi dan manusiawi, sekarang menjadi
sifat dari satu pribadi itu dan dengan demikian dikaitkan dengan pribadi itu. Natur ilahi
tidak dapat mengalami kelemahan manusia, sebaliknya natur manusiawi tidak mungkin
tindakan dari natur ilahi dan manusiawi diberikan kepada pribadi yang satu, terutama
adalah konsep yang mengatakan bahwa natur manusiawi Kristus, sejak saat pertama
14
Ketiga istilah ini adalah istilah bahasa Latin yang sangat populer dalam Kristologi, sehingga
buku-buku yang membahasnya seringkali digunakan begitu saja tanpa diberikan terjemahannya,
sebagaimana dalam tulisan ini.
15
Louis Berkhof, Teologi Sistematia 3: Doktrin Kristus (Surabaya: Penerbit Momentum,
2016), 48-49.
7
aliran gereja reformasi terbesar, yaitu gereja Lutheran dan gereja Reformed. Konsep
mengenai komunikasi antara sifat-sifat inilah yang akan dikaji dalam penelitian ini,
terutama dari perspektif Reformed. Penelitian ini juga akan memaparkan kajian kritis
KAJIAN LITERATUR
Athanasius dalam menghadapi Arius. Walaupun dia tidak begitu banyak memberikan
perhatian terhadap kemanusiaan Yesus, dia memberikan gagasan mengenai konsep ini.
Dia meludah sama seperti seorang manusia, namun ludah-Nya dihidupi oleh
kuasa ilahi, sehingga dengan itu Ia memulihkan penglihatan orang buta sejak
dilahirkan; dan ketika Dia hendak menyatakan diri-Nya sebagai Allah, Ia
menyatakannya dengan lidah seorang manusia, dengan mengatakan “Aku dan
Bapa adalah satu.”16
orthodoks, terdapat beberapa silang pendapat mengenai rincian dari konsep ini.
Pertentangan yang paling kelihatan hingga saat ini adalah pendapat antara Luther dan
gereja Lutheran dengan Calvin dan gereja Reformed. Teologi Calvinistis pada umumnya
berpendapat bahwa kedua natur Kristus dipersatukan tanpa adanya perpindahan sifat-
sifat. Misalnya, keabadian tidak dapat diubah menjadi tidak abadi, pikiran tidak dapat
16
Jonathan Culver, Sejarah Gereja Umum, 130.
8
diubah menjadi benda, dan Allah tidak dapat diubah menjadi manusia. Karena itulah,
kedua natur Kristus tersebut tidak dapat kehiangan atau berpindah salah satu sifatnya.17
Penelitian yang dilakukan oleh Ngien mengatakan bahwa bagi Luther, doktrin
ini adalah deduksi ontologis dari peristiwa salib dan inkarnasi. Luther memberikan
pemahaman adanya yang nyata antara kedua natur itu. Ngien juga mengatakan bahwa
logika pemikiran Luther mengenai doktrin ini melampaui pemahaman konsili Chalcedon
mengenai Kristologi dan juga membedakan pemahamannya dari tradisi Reformed. Dalam
artikelnya, Ngien memberikan perhatian khusus kepada ajaran Luther sehubungan hal
ini.18
BATASAN MASALAH
Artikel ini akan disusun dengan beberapa batasan masalah agar pengerjaannya
menjadi lebih terarah dan tidak meluas. Pengkajian dalam tulisan ini hanya
communicatio idiomatum.
RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah mengenai pemahaman
pandangan Teologi Reformed mengenai konsep ini, apakah sesuai dengan kepercayaan
TUJUAN PENELITIAN
wawasan para teolog maupun kaum awam dalam berteologia. Karena doktrin ini
diharapkan penelitian ini dapat membuka jendela untuk menemukan hal-hal yang baru
METODOLOGI
metode utama untuk mengadakan penulisan dan literatur-literatur lainnya seperti internet,
mengenai doktrin ini. Kemudian hasilnya akan digunakan untuk memberikan tinjauan
Boyarin , Daniel. “The Jewish Gospel.” New York: New Press, 2012.
Enns , Paul. “The Moody Handbook of Theology”. Malang: Literatur SAAT, 2016.
Hefele, Charles. “A History of the Councils of the Church, From the Original Documents,
Volume 5”
Hodge , Charles. “Systematic Theology Vol II”. Michigan: Christian Classics Ethereal
Library, 2005
10