Anda di halaman 1dari 25

Ajaran Kasih dari Atas

Ibrani 12:4-11

Pengenalan
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung
bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari
pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu
menjadi lemah dan putus asa. (Ibrani 12:3)

Dalam Ibrani 11, kita telah mempelajari tentang


orang beriman (para leluhur) yang menanggung
kesusahan dan penderitaan karena iman mereka,
namun mereka tetap berpegang pada iman
mereka.

Minggu lalu dalam Ibrani 12, kita digalakkan untuk


menanggalkan beban atau melepaskan dosa dan
apa-apa yang menghalang kita, supaya kita dapat
berlari

- bukan berjalan, bukan duduk dan bersembang,


tetapi berlari - berlomba dengan tekun dalam
perlombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibrani 12:1).
Kita diingatkan melalui kehidupan orang beriman
dalam Ibrani 11 untuk memfokuskan mata kita
pada Yesus,

Yang sudah menanggung kematian dan kehinaan


yang mengerikan dan melakukannya dengan mata-
Nya tertuju pada sukacita di hadapanNya (iaitu
keselamatan melalui salib).

Pengarang menulis dalam Ibrani 12:3, “Ingatlah


selalu akan Dia (Yesus), yang tekun menanggung
bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari
pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu
menjadi lemah dan putus asa." (Ibrani 12:3)

Pengarang mengakhiri ayat 3 dengan berkata,


"supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus
asa,".

Ini nampaknya menunjukkan bahawa ada sesuatu


perkara yang telah membuatkan orang-orang yang
membaca surat itu "menjadi lelah dan kehilangan
semangat/berputus asa".

Kehilangan semangat, kehilangan akal atau


berputus asa adalah perkara terburuk yang boleh
kita alami;

kebanyakan waktu, orang memilih untuk


mengakhiri hidup mereka bukan kerana mereka
telah kehilangan kesihatan, kehilangan anggota
badan, harta benda, atau mempunyai hubungan
yang bermasalah,

tetapi kerana mereka telah kehilangan semangat


atau mereka sudah hilang akal dan berputus asa
didalam hidup mereka.

Jadi, pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah:


"Apakah kita sedang mengalami bentuk-bentuk
pertentangan/perlawanan atau cabaran didalam
hidup saat ini?
Apakah kita sedang bergumul dengan kesedihan
yang amat besar saat ini dan berada dalam
keadaan yang terhimpit dimana kita telah menjadi
lelah dalam pertempuran iman dan kehilangan
semangat untuk menjalani hidup?"

Pengarang Ibrani memberikan kata-kata yang agak


menghiburkan dalam ayat 4, "Dalam pergumulan
kamu melawan dosa kamu belum sampai
mencucurkan darah." (Ibrani 12:4)

Dengan erti kata lain, "Hai saudara, segalanya


memang buruk/teruk, tetapi tidak seburuk dan
seteruk yang sepatutnya."

Atau lebih bahasa yang lebih mudah, "Ya, kamu


menderita dan putus asa sekarang, tetapi
setidaknya kamu masih hidup; tidak seperti si-anu
yang dibunuh dengan pedang kemarin, dan si-anu
yang disiksa dua minggu lalu."

Kita diberikan alasan mengapa kita menjadi lelah


dan kehilangan semangat/berputus asa dalam ayat
5-7,

"5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang


berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:
"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan
Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau
diperingatkan-Nya; 6 karena Tuhan menghajar
orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang
yang diakui-Nya sebagai anak." 7 Jika kamu harus
menanggung ganjaran; Allah memperlakukan
kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak
yang tidak dihajar oleh ayahnya? (Ibrani 12:5-7)

Pada pagi ini, kita akan melihat Ajaran Kasih Allah


dari atas dan bagaimana itu menjaga kita, sebagai
anak-anak-Nya, daripada menjadi lelah dan
kehilangan semangat, tetapi percaya kepada Allah
dengan sepenuh hati.

1. Ajaran Allah untuk Anak-anak-Nya


5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang
berbicara kepada kamu seperti kepada anak-
anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng
didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila
engkau diperingatkan-Nya; 6 karena Tuhan
menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia
menyesah orang yang diakui-Nya sebagai
anak." 7 Jika kamu harus menanggung ganjaran;
Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di
manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh
ayahnya?
(Ibrani 12:5-7)
 “Ajaran”:
o Latihan
o Arahan
o Memupuk

Nota: Ayat 5-7 diambil daripada Amsal 3:11-12,


yang seharusnya lebih baik dibaca bersama dalam
konteks dengan Amsal 3:5-6:

Amsal 3:5-6 - Percayalah kepada TUHAN dengan


segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri. 6 Akuilah Dia dalam segala
lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Amsal 3:11-12 - Hai anakku, janganlah engkau
menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau
bosan akan peringatan-Nya. 12 Karena TUHAN
memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti
seorang ayah kepada anak yang disayangi.

Jika saya minta anda untuk menerangkan atau


mengambarkan makna “ajaran” atau “didikan”,
saya percaya akan ada lebih daripada satu
penerangan atau gambaran yang akan anda
berikan.

Mungkin anda akan menjawab; “Ajaran/ didikan itu


adalah kena rotan ibubapa atau kena Tindakan
disiplin.

Tetapi, untuk memastikan bahawa kita berada di


dilandasan yang sama dengan penulis Ibrani, ketika
kita membaca perkataan "ajaran", ingatlah L.A.M:
Latihan, Arahan, Memupuk;
Perhatikan bahawa “ajaran” yang dimaksudkan
disini tidak melibatkan hukuman atau sikap
memarahi, walaupun kadangkala dalam pengajaran
akan melibatkan semua tindakan itu.

“Ajaran” disini melibatkan sebuah arahan dan


latihan seseorang untuk mengikuti perkara yang
benar, dan memupuk seseorang untuk mencapai
perilaku baik yang diinginkan di masa depan.

Hukuman, sebaliknya, adalah mengenakan


penderitaan/seksaan sebagai akibat daripada
tingkah laku seseorang yang salah pada masa lalu.

Jadi, apakah kaitannya dengan Ibrani 12? Saya


mahu kita semua benar-benar memberi perhatian
kepada apa yang akan kita baca;

mari kita baca dari ayat 3 dan seterusnya,

Ingatlah selalu akan Dia (Yesus), yang tekun


menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap
diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya
jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. 4
Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu
belum sampai mencucurkan darah. 5 "Hai anakku,
janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan
janganlah putus asa apabila engkau
diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar
orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang
yang diakui-Nya sebagai anak." 7 Jika kamu harus
menanggung ganjaran; (Ibrani 12:3-7a)

3 Fikirkanlah Dia (Yesus) yang tabah menderita


apabila orang berdosa memusuhi-Nya, supaya
kamu tidak berasa bosan dan tawar hati. 4 Dalam
perjuangan melawan dosa, kamu belum lagi
bertahan sehingga tumpah darahmu. 5 Kamu telah
melupakan nasihat yang disampaikan kepadamu
seperti kepada anak-anak sendiri: "Anakku, jangan
pandang ringan pengajaran Tuhan, dan jangan
tawar hati apabila Dia menegurmu, 6 kerana
Tuhan mengajari orang yang dikasihi-Nya, dan
menghukum sesiapa yang diterima-Nya sebagai
anak." 7Jika kamu tahan diajari, Allah
memperlakukan kamu sebagai anak;
(Ibrani 12:3-7a Alkitab Versi Borneo)
Adakah ianya bermaksud, semua
penentangan/penderitaan yang dihadapi oleh
orang-orang percaya daripada orang-orang berdosa
adalah perbuatan Allah?

Dalam erti kata lain, apakah Allah yang


membiarkan umat-Nya menderita sementara Dia
hanya melihat, dan kemudian pada suatu masa, Dia
melangkah masuk untuk "bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan" (Roma
8:28)?

Tidak, ayat tersebut tidak mengatakan demikian.


Allah tidak datang selepas masalah terjadi, dan
berkata, "Saya boleh mengubah perkara ini
menjadi baik."

Tindakan seperti itu bukanlah makna “ajaran”yang


dimaksudkan; Tindakan seperti itu adalah lebih
kepada hal memperbaiki masalah.

Saudara mari kita belajar daripada Yusuf. Dalam


kejadian 45:5 & 7 berkata
5 Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan
janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku
ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah
Allah menyuruh aku mendahului kamu. 7 Maka
Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk
menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan
untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian
besar dari padamu tertolong.

Setelah segala hal yang dilalui oleh Yusuf, Dia


melihatnya sebagai suatu Latihan, arahan, dan
supaya memupuk karakternya.

Kita juga melihat dalam kehidupan Yesus untuk


keselamatan kita: Orang berdosa merancang
mencelakakan, namun Allah merancangnya untuk
kebaikan;

apa yang mereka kehendaki sebagai menyakitkan,


Allah menghendaki untuk membantu;
mereka merancang sesuatu untuk menghalang
iman, Allah merancangnya sebagai disiplin untuk
iman.

Allah mempunyai tujuan dan rancangan dalam apa


yang berlaku kepada kita. Tentangan dan cabaran
yang kita hadapi adalah nyata.

Walau bagaimanapun, Allah berkuasa; melalui


semua itu, Allah sedang mengajar kita (ingat L.A.M)

Apabila ada cabaran atau tentangan yang kita


hadapi, Allah meminta kita untuk bersukacita
didalamnya dan berkata "Hallelujah, masalah ini
membantu saya untuk lebih bertumbuh!"

Tentangan dan cabaran yang kita alami dalam


hidup merupakan suatu pengukuhan daripada
Bapa yang penuh kasih untuk iman kita bertumbuh.

Mari baca Yohanes 1:12 dan Ibrani 12:5-7 bersama-


sama:
Yoh 1:12 - Tetapi semua orang yang menerima-Nya
(Yesus) diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-
anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam
nama-Nya;
Ibrani 12:5-7 – 5 Dan sudah lupakah kamu akan
nasihat yang berbicara kepada kamu seperti
kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah
anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus
asa apabila engkau diperingatkan-Nya; 6 karena
Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia
menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." 7
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah
memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah
terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

Dalam erti kata lain, penolakan atau penderitaan


yang kita alami, kita sedang mengalaminya sebagai
anak-anak Allah; kita dikasihi dan diajar untuk
kemuliaan-Nya dan kebaikan kita.

Ini membawa kita ke poin yang seterusnya: anak-


anak yang sesungguhnya akan menghormati dan
tunduk kepada Tujuan Rancangan Allah untuk
Anak-anak-Nya
“Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita
beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau
demikian bukankah kita harus lebih taat kepada
Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (Ibrani
12:9)

2. Rancangan Allah untuk Anak-anak-Nya


Ibrani 12:9-11 - 9 Selanjutnya: dari ayah kita
yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan
mereka kita hormati; kalau demikian bukankah
kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh,
supaya kita boleh hidup? 10 Sebab mereka
mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai
dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia
menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita
beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. 11
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia
diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi
dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah
kebenaran yang memberikan damai kepada
mereka yang dilatih olehnya.
 Tujuan ajaran/didikan
Ibrani 12:10-11 berkata, 10 Sebab mereka (Bapa
duniawi) mendidik kita dalam waktu yang pendek
sesuai dengan apa yang mereka anggap baik,
tetapi Dia (Bapa Syurgawi) menghajar kita untuk
kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam
kekudusan-Nya. 11 Memang tiap-tiap ganjaran
pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan
sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberikan
damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Mari kita perhatikan gambarajah yang berikut


untuk membezakan Bapa Manusia dan Bapa
Syurgawi.

Bapa secara
Bapa Syurgawi
Manusiawi
Mendidik sesuai Mengajar kita
dengan “apa yang “untuk kebaikan
mereka anggap baik” kita”
Berniat baik untuk Untuk keuntungan
yang terbaik kita
Dibatasi oleh
Hikmat yang
pemahaman
berkekalan
manusia
Disiplin daripada bapa manusiawi/duniawi
selalunya berdasarkan niat yang baik namun
disertai dengan pengetahuan yang adalah terhad
dan dengan keinginan yang harus segera dipenuhi.

Sebaliknya, disiplin daripada Bapa Syurgawi kita


berakar pada pemahaman yang lebih mendalam
dan lebih berhikmat tentang apa yang benar-benar
menguntungkan kita selama-lamanya.

"Tidak ada ajaran yang nampak/kelihatan


menyenangkan, ianya pasti menyakitkan."

Tetapi percayalah bahawa terdapat sinar harapan


yang tersembunyi di sebalik ajaran yang
menyakitkan.

Namun air mata seolah-olah menguasai


penglihatan kita – ianya mengaburkan mata kita
untuk melihat sesuatu yang baik seperti yang
dilihat oleh bapa kita; Sama seperti kanak-kanak
yang menangis selepas diajar oleh bapanya.
(Ilustrasi/Cerita): Bayangkan seorang kanak-
kanak kecil yang tidak sabar untuk belajar, dia
mempunyai rasa ingin tahu dan mahu mencapai
objek yang berkilat dan kelihatan berbahaya.

Seorang bapa duniawi/manusiawi, yang penuh


kasih sayang namun pengetahuannya adalah
terhad, dan dalam keadaan bimbang dan cemas
akan berkata kepada kanak-kanak tersebut,
“Jangan! Jangan sentuh itu!”

Kanak-kanak itu akan menurutinya, walaupun


dia berasa keliru dan kecewa.

Manakala Bapa syurgawi, yang mengetahui


segala-galanya, Dia memperhatikan anak itu
mendekati objek yang sama, tetapi pada masa
itu, Dia tidak serta merta berasa bimbang atau
cemas,

Namun, Dia mengamati situasi tersebut dan


melihat akan akibat/kesan jangka panjang yang
akan berlaku kelak bagi kanak-kanak tersebut).
Dia kemudian berkata dengan lembut, “Anakku,
saya tahu kamu mempunyai rasa ingin tahu,
tetapi perkara itu akan menyakitimu.
Percayalah, Saya ada rancangan yang lebih
indah untuk kamu.”

Dan akhirnya kanak-kanak itu, masih


mempunyai rasa ingin tahu, namun dia
mendengar dan pergi.

Ilustrasi yang mudah ini menunjukkan


bagaimana ajaran daripada bapa manusiawi
dengan pengetahuan yang terhad dan rasa
bimbang, berbeza daripada ajaran Bapa
Syurgawi, yang sentiasa memikirkan
kesejahteraan kita yang berpanjangan.

Walaupun kita tidak memahami ajaran Allah,


kita boleh percaya bahawa Dia melihat
gambaran yang lebih besar dan memikirkan
kemuliaan-Nya serta kebaikan kita.

Kita mungkin tidak tahu mengapa kita menderita


seperti ini, atau mengapa ia berlaku sekarang, atau
mengapa terdapat begitu banyak kesakitan, atau
mengapa begitu lama,

tetapi Firman-Nya dengan jelas memberitahu kita


apa yang perlu kita ketahui,

penderitaan yang kita tanggung bukanlah tanda


kemurkaan Allah, melainkan ia adalah terang kasih-
Nya”;

Ia bertujuan untuk melatih kita, mengarahkan kita


dan memupuk kita untuk menjalani kehidupan
yang kudus; untuk menjadi seperti Yesus

Soalan penting untuk kita ialah: "Adakah saya akan


percaya kepada Allah?"
Amsal 3:5-6 - Percayalah kepada TUHAN dengan
segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri. 6 Akuilah Dia dalam segala
lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.

Amsal 3:11-12 - Hai anakku, janganlah engkau


menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau
bosan akan peringatan-Nya. 12 Karena TUHAN
memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti
seorang ayah kepada anak yang disayangi.

Kesimpulan
Allah bukan sahaja berkuasa, tetapi Dia berkuasa
dalam kasih. Paulus berkata dalam Roma 8:28

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja


dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah. 38 Sebab aku yakin, bahwa baik
maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat,
maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada
sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di
bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan
dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada
dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

[Ilustrasi/Cerita]

Ilustrasi:
Bayangkan seseorang yang sedang menjalani
pendakian gunung yang tinggi dan penuh cabaran.

Gunung ini adalah melambangkan kehidupan


seseorang, dengan semua rintangan,
ketidakpastian, dan perubahan cuaca yang
mungkin terjadi.

Sebelum pendakian dimulai, seorang pemandu


arah yang bijaksana memberikan peserta
pendakian peralatan yang diperlukan, seperti peta,
kompas, dan peralatan keselamatan.
Pemandu arah ini adalah melambangkan Tuhan
yang memberikan petunjuk dan keperluan kepada
manusia untuk menghadapi kehidupan yang penuh
cabaran.

Selama pendakian, peserta mungkin menghadapi


cuaca buruk, dan rintangan yang tidak terduga.

Mereka mungkin merasa lelah, ketakutan, atau


bingung. Namun, pemandu arah tetap ada di
sekitar, mengawasi mereka dengan penuh
perhatian.

Dia tidak selalu menghilangkan semua rintangan


atau cabaran yang ada, karena dia tahu bahwa
melalui pengalaman tersebut, peserta akan belajar
menjadi lebih kuat, bijaksana, dan berdaya tahan.
Setiap langkah yang diambil oleh peserta adalah
pengalaman yang berharga.

Mereka belajar untuk menghadapi tantangan,


menyelesaikan masalah, dan tetap berpegang pada
nilai-nilai mereka.

Ini adalah bagian dari perjalanan mereka yang


membentuk karakter dan meningkatkan
pemahaman mereka tentang kehidupan.

Tuhan adalah seperti seorang pemandu arah dalam


pendakian gunung,

Dia memberikan manusia alat-alat dan sumber


yang diperlukan untuk menghadapi kehidupan
yang penuh tantangan.
Dia mengizinkan rintangan terjadi untuk
memungkinkan kita belajar, tumbuh, dan
berkembang.

Meskipun kita menghadapi kesulitan, Dia selalu


hadir untuk membimbing kita dan memberikan
dukungan ketika kita membutuhkannya.

Seperti ayat 9 katakan, “kalau demikian bukankah


kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh,
supaya kita boleh hidup?”

atau apakah kita akan memberontak terhadap


Bapa segala roh, dan mati?

Adakah kita akan mempercayai Dia?

Jika kita tunduk kepada kedaulatan, Bapa yang


penuh kasih, Bapa yang memelihara, kita tidak
akan “lemah dan putus asa,”
tetapi kita akan teguh dalam iman,
bertarung/berlumba dalam perjuangan yang baik,
dan menyelesaikannya serta mengakhiri dengan
baik, dan memuliakan Bapa kita di syurga ; kita
boleh hidup dengan baik, berakhir dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai