Anda di halaman 1dari 15

Ayat bacaan: Filipi 4:8

===================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan
patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

Sadarkah anda bahwa keberhasilan kita akan sangat tergantung dari cara pandang atau pikiran
kita? Ada keterkaitan kuat antara seberapa besar daya tahan, semangat, daya juang, mental kita
dengan apa yang ada di pikiran kita. Seringkali pikiran-pikiran negatif menghambat kita untuk
mengalami peningkatan dalam hidup. Bisa saja kita tetap percaya Tuhan, tetapi isi pikiran kita
hanya dipenuhi hal-hal yang negatif, atau tidak jarang pula orang mengukur dirinya terlalu
rendah di dalam pikirannya. "Ah, saya ini siapa, mana mungkin saya sanggup melakukan itu?"
Ada banyak orang yang membatasi dirinya untuk maju karena merasa tidak sanggup. Akibatnya
mereka pun membuang peluang yang sebenarnya sudah ada di depan mata. Tuhan selalu
merencanakan yang terbaik bagi kita. Tuhan selalu membuka peluang atau jalan agar kita bisa
menapak maju, terus naik dan bukan turun. Tetapi seringkali apa yang ada di dalam pikiran
kitalah yang akan membawa pengaruh, apakah kita menangkap peluang-peluang itu atau malah
terus menyia-nyiakannya, terus membiarkan semua itu berlalu dari hadapan kita dengan sia-sia.
Ironisnya, mereka kemudian malah menyalahkan Tuhan pula. Hati, itu adalah sesuatu yang
sangat penting untuk kita perhatikan, karena firman Tuhan dalam Amsal menyebutkan bahwa
hati merupakan sumber kehidupan yang harus kita jaga. (Amsal 4:23). Itu sungguh benar.
Namun disamping itu, pikiran kita pun harus bisa kita kendalikan. Jangan sampai pikiran-pikiran
kita berjalan liar tanpa terkendali karena itu bisa sangat berbahaya. Disamping itu jika pikiran-
pikiran kita hanya berisi hal-hal negatif, maka kita pun akan terus berjalan di tempat, atau
bahkan mundur, karena pikiran kita terus membatasi kita untuk maju.

Selain menyinggung soal hati, Alkitab pun banyak berbicara soal pikiran. Sebuah ayat dalam
Amsal berkata: "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri
demikianlah ia." (Amsal 23:7) Dalam versi KJV ayat ini bisa kita baca lebih jelas: "For as he
thinketh in his heart, so is he." Seperti apa yang kita pikirkan, seperti itulah kita jadinya. Sebuah
pepatah Latin pun pernah menyebutkan hal ini, yang kira-kira bunyinya: kenyataan yang kita
alami akan sangat tergantung dari gambaran yang jelas yang terdapat dalam pikiran kita. Ayub
berkata "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah
yang mendatangi aku." (Ayub 3:25). Seperti itulah pikiran bisa menguasai kita. Pikiran akan
sangat menentukan apa yang akan kita raih di masa depan.

Ketika pikiran kita hanya berisi hal-hal negatif seperti kekhawatiran, ketakutan, kebencian,
kemarahan, kepedihan, keluh kesah, kegagalan, trauma-trauma masa lalu, ketidakpercayaan diri
dan sebagainya, hidup kita pun tidak akan pernah terasa indah. Tetapi sebaliknya, kita bisa
merasakan keindahan hidup tanpa tergantung oleh keadaan kita apabila kita mengisi hal-hal
yang positif dalam pikiran kita seperti kesabaran, optimisme, kesuksesan, percaya bahwa Tuhan
tidak akan berpangku tangan dan akan menghargai segala yang kita lakukan atas namaNya dan
sebagainya, maka hidup kita pun akan terasa jauh lebih indah. Memandang dari sisi positif,
melihat hal-hal yang baik dari hal buruk, itu mungkin tidak semudah membalik telapak tangan
untuk dilakukan, tetapi itu akan membuat kita leluasa untuk berusaha dengan giat. Pikiran bisa
menjadi jendela hidup kita, yang akan sangat menentukan seterang apa hidup dalam pandangan
kita, apakah cerah atau malah suram.

Maka ayat bacaan hari ini akan sangat berguna untuk kita perhatikan. Paulus mengingatkan
jemaat di Filipi sebagai berikut: "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua
yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar,
semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Ini adalah
sebuah anjuran yang sangat penting, karena mengingatkan kita untuk mendasari pikiran kita
dengan segala hal-hal yang positif. Perhatikanlah ketika Paulus menuliskan hal ini, dia sendiri
sebenarnya sedang dalam keadaan yang jauh dari baik. Paulus tengah dipenjara pada saat itu. Ia
punya segudang alasan untuk mengeluh, merasa kecewa atau bahkan menyalahkan Tuhan,
setidaknya ia punya alasan untuk tidak melayani buat sementara waktu. Dan mungkin kita akan
maklum jika ia melakukan itu, karena kita pun mungkin akan berbuat seperti itu pada saat kita
berada dalam keadaan sulit. Namun Paulus tidak mau membiarkan pikirannya dikuasai oleh hal-
hal negatif. Dia menolak untuk terjebak. Meski situasi sedang buruk, Paulus tetap memancarkan
ungkapan-ungkapan sukacita dan terus mengingatkan jemaat-jemaat lewat surat-suratnya agar
tidak pernah menyerah dan kehilangan harapan. Paulus terus menggugah hati orang lain untuk
tetap berpikir positif, meski situasi yang dihadapi semuanya berlawanan dengan itu sekalipun.

Marilah kita terus mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang positif dan tidak membiarkan
berbagai hal negatif datang silih berganti atau malah tinggal diam di dalam pikiran kita. Isilah
terus dengan damai sejahtera yang datang dari Allah, karena itulah yang akan mampu
memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus."Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala
akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:7) Segala pikiran
negatif akan semakin menjauhkan kita dari Allah, menghilangkan damai dan sukacita dalam
hidup kita dan akan membuat kita berjalan di tempat atau bahkan mengalami kemunduran.
Pikiran memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan kita. Oleh karena itu mari kita
awasi pikiran kita agar kita tidak terus membuang-buang berkat yang telah disediakan Tuhan
bagi kita.

Apa yang kita pikirkan akan sangat menentukan masa depan kita
“Kasih tidak memperhitungkan kesalahan
orang lain”

1 Korintus 13 adalah salah satu perikop tentang kasih yang paling terkenal. Dari ayat 4-8a
kita membaca:

1 Korintus 13:4-8a
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak
sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia
tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak
berkesudahan.......”

Dari sekian banyak aspek kasih, saya ingin berkonsentrasi pada kasih yang tidak
“menyimpan” kesalahan orang lain. Kata “menyimpan” dalam ayat ini adalah terjemahan dari
kata kerja Yunani “logizo” yang artinya “menghitung, memperhitungkan, mengalkulasi,
mengolah1". Jadi, kasih tidak memperhitungkan kesalahan orang lain.

Saya percaya kasih semacam inilah yang berada di balik perkataan-perkataan Tuhan dalam
Matius 5:38-42:

Matius 5:38-42
“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan
siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada
orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga
jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama
dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak
orang yang mau meminjam dari padamu.”

Hanya kasih yang tidak memperhitungkan kesalahan orang lain yang dapat melakukan
perkataan-perkataan Tuhan di atas. Dan kasih semacam itulah yang dimiliki oleh Tuhan,
sebagaimana yang Ia tunjukkan kepada kita:

Roma 5:6-8
“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada
waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang
benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah
menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa.”

Dan Efesus 2:4-6


“Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang
dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus,
sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu
diselamatkan-- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan
memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.”

Kasih Allah bukan hanya ditunjukkan dengan memberikan Anak-Nya, tetapi juga dengan
memberikan Anak-Nya untuk mati bagi kita, orang-orang berdosa, orang-orang yang sudah
mati oleh karena pelanggaran dan dosa-dosa kita! Kaih semacam inilah yang harus kita
teladani:

I Yohanes 4:10-11
“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi
kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-
saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga
saling mengasihi.

Yohanes 15:12-13
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya.”

I Yohanes 3:16
“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya
untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”

Kasih Allah tidak memperhitungkan kesalahan kita. Kasih Allah tidak memperhitungkan
bahwa kita adalah orang-orang yang sudah mati karena pelanggaran dan dosa-dosa kita.
Allah tidak mengaruniakan Anak-Nya untuk orang benar melainkan untuk orang berdosa:

I Timotius 1:15
“Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa"

Lukas 5:32
“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka
bertobat.”

Kristus tidak hanya mencuci kaki murid-murid-Nya yang taat, tetapi kaki Yudas juga! Inilah
kasih Allah yang sesungguhnya. Kasih dalam 1 Korintus 13 bukan hanya kasih terhadap
orang-orang yang mengasihi kita, bukan hanya kasih terhadap mereka yang kita anggap
“layak” menerima kasih kita. Sebaliknya, kasih itu adalah kasih terhadap mereka yang tidak
mengasihi kita, bahkan terhadap mereka yang pernah melukai kita. Sebagaimana dikatakan
selanjutnya dalam Matius 5:

Matius 5:43-48
“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di
sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan
menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu
mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga
berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja,
apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal
Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang
di sorga adalah sempurna.”

Mungkin sudah sering kita membaca ayat-ayat di atas serta berpikir betapa sulitnya untuk
kita menerapkannya. Tetapi, kasih bukan sesuatu yang berasal dari diri kita sendiri. Kita tidak
dapat berbuat apa-apa dari diri kita sendiri (Yohanes 5:30). Sebaliknya, kasih adalah buah –
sesuatu yang muncul secara alami melalui natur kita yang baru. Ketika kita berserah kepada
Tuhan, ketika kita mengosongkan diri kita sendiri dan mengizinkan Kristus untuk tinggal di
dalam hati kita (Efesus 3:17), natur kita yang baru akan mengeluarkan buah-buahnya, sama
seperti pohon sehat yang secara alami menghasilkan buah: yaitu SECARA ALAMI.

Galatia 5:22-23
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”
HIDUP DALAM KASIH
Bahan bacaan Alkitab : Roma 12:9-21

Manusia adalah mahkluk sosial, artinya tidak bisa hidup sendiri tanpa memiliki hubungan
dengan orang lain. Itu berarti seseorang akan menikmati dan menjalani kehidupanya sebagai
manusia yang wajar jika ia memiliki hubungan dengan orang lain. Inilah yang membedakan
antara manusia dan binatang.

Hidup mengasihi orang lain adalah ciri khas umat Allah. Perintah Allah yang utama adalah
saling mengasihi, bukan semata-mata untuk menegaskan bahwa manusia itu adalah mahkluk
sosial, tetapi karna Allah adalah kasih. Supaya dapat saling mengasihi secara baik dan benar,
Yesus meminta umat-Nya untuk senantiasa mendasarkan diri pada hubungan yang erat
dengan diri-Nya. Sebab Allah Sendiri melalui Yesus Kristus telah mengasihi umat-Nya
dengan memberikan nyawa-Nya.

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan
dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya
- Efesus 1:7

Mereka yang melakukan perintah ini, Yesus menyebutnya sebagai sahabat-Nya yang
menunjukkan adanya keakraban, di antara Allah dan umat-Nya. Dalam keadaan seperti ini,
umat Tuhan akan lebih memahami apa kehendak Tuhan dalam kehidupan mereka.

Semua orang Kristen dari anak-anak sampai orang tua dapat dengan mudah berbicara tentang
kasih walaupun kenyataannya kehidupan Kristen kita seringkali bertentangan dengan kasih.
Ada sebagian orang yang berpikir bahwa ketika ia tidak punya masalah dengan orang lain,
selalu tersenyum dan baik dengan orang lain maka ia sudah hidup dalam kasih. Namun lewat
bacaan hari ini, kita akan belajar dari Paulus tentang bagaimana caranya seorang Kristen
hidup dalam kasih.

Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan yaitu:

 jangan dengan pura-pura atau munafik,


 saling mengasihi diantara saudara,
 mendahului dalam memberi hormat,
 membantu orang-orang yang berkekurangan,
 memberi tumpangan,
 bersukacita dengan orang yang bersukacita,
 menangis dengan orang yang menangis,
 tidak membalas kejahatan dengan kejahatan,
 tidak menganggap diri pandai dan
 hidup dalam perdamaian dengan semua orang.

Dengan hidup saling mengasihi, umat Allah dapat menjalankan berbagai tugas panggilannya
dengan baik dan “menghasilkan buah” bagi kemuliaan Allah dan kebahagian kehidupannya.
Jemaat sebagai umat Allah, mesti menempatkan hal saling mengasihi sebagai ciri khas
kehidupan. Jikalau tidak, maka sebenarnya kita sedang merusak Gereja-Jemaat itu sendiri.
Bukankah banyak Gereja-Jemaat yang kalau berbicara tentang kasih begitu bersemangat
tetapi untuk melaksanakannya begitu berat? Akibatnya banyak yang kehilangan jati dirinya,
bahkan tidak berbeda dengan organisasi-organisasi lain dalam masyarakat.

Ketika kita berusaha untuk memahami dan mengerti apa yang disampaikan Paulus tentang
hidup dalam kasih, di sini, tentu lebih mudah dari melaksanakannya. Sebagai orang-orang
yang percaya kepada Yesus Kristus, kita tidak punya pilihan lain kita harus hidup dalam
kasih. Semoga kita tidak hanya pandai berbicara tentang kasih atau memahaminya saja tetapi
lebih dari itu kita juga harus tinggal di dalam kasih itu.

Sedapat-dapatnya kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian


dengan semua orang! - Roma 12:18

Doa: Ya Tuhan, tolonglah kami agar kami dimampukan untuk selalu saling mengasihi
sebab Engkau adalah kasih dan telah lebih dahulu mengasihi kami amin
Lukas 18:35-43

PENDAHULUAN

Kisah ini ditulis oleh 3 penulis Injil yaitu: Matius, Markus dan Lukas. Sekalipun kisah ini
terlihat sederhana, namun kisah ini dapat memberi pelajaran kepada kita tentang iman yang
tangguh. Iman Bartimeus adalah: iman yang hidup dan bertumbuh, berakhir dengan
kemenangan. Hidup ditengah-tengah dunia yang penuh dengan tantangan diperlukan iman
yang tangguh agar kita tetap bertahan bahkan meraih kemenangan. Bagaimana caranya
memiliki iman yang tangguh? Marilah kita mempelajari kisah ini secara seksama.

Lukas 18:35

“Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan
mengemis.”

Rupanya pada zaman dulu, para pengemis biasa duduk di pinggir jalan untuk meminta-minta
kepada orang-orang yang sedang lewat. Salah satu dari mereka bernama Bartimeus. Ia duduk
di pinggir jalan di kota Yerikho. Menurut Yosua 6:26, kota Yerikho adalah kota yang
dikutuk. Tetapi di kota yang terkutuk ini ada jiwa- jiwa yang perlu diselamatkan, salah satu di
antaranya adalah Bartimeus.

BARTIMEUS

Bartimeus adalah gambaran manusia di dunia yang telah dikutuk karena dosa (Kejadian
3:17). Sebagaimana Tuhan Yesus datang ke Yerikho, karena ada satu jiwa yang perlu Yesus,
yaitu Bartimeus. Demikian pula Tuhan Yesus rela datang ke dunia yang terkutuk ini untuk
menyelamatkan umat manusia, termasuk saudara dan saya. Bahkan jikalau hanya ada satu
orang berdosa yang perlu diselamatkan, maka Yesus tetap akan datang ke dunia untuk
menyelamatkannya.

Lukas 18:36,37 Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?
Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.”

Bartimeus, mendengar suara gaduh orang banyak yang lalu lalang di jalan. Hal ini telah
mendorong Bertimeus untuk bertanya: apa itu? Orang-orang menjawab: Yesus orang Nazaret
lewat di jalan ini!

Lukas 18:38

Lalu Bartimeus berseru: “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku!”

Yang menarik adalah…

 Bartimeus bertanya: “apa itu?”


 Orang menjawab: “Yesus orang Nazaret lewat.”
 Tetapi Bartimeus berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah Aku!”
Perhatikan jawaban Bartimeus. Orang banyak memberitahu kepadanya bahwa yang lewat
adalah Yesus orang Nazaret tetapi seruan yang keluar dari mulut Bartimeus adalah Yesus
anak Daud. Logikanya Bartimeus berseru, Yesus orang Nazaret sesuai jawaban yang
diberikan oleh orang banyak, tetapi ia justru berkata Yesus Anak Daud. Dengan kata lain
orang banyak mengenal Yesus sebagai orang Nazaret tetapi Bartimeus mengenal Yesus
sebagai anak Daud.

SERUAN IMAN

Seruan Bartimeus adalah seruan iman yang tulus dan benar di hadapan Tuhan. Mengapa…?
Orang-orang Yahudi memanggil Yesus, dengan julukan: “Yesus orang Nazaret!”, ini bukan
karena Yesus dibesarkan di Nazaret. Tetapi julukan: “Yesus orang Nazaret” adalah julukan
hinaan/ejekan bagi Yesus.

Contoh:

 Dalam Yohanes 1:45-47 Filipus bersaksi kepada Natanael tentang Yesus adalah
Mesias dari Nazaret. Komentar Natanael: “Apakah ada yang baik muncul dari
Nazaret?”. Memang secara umum, orang memandang Nazaret adalah desa kecil,
orang-orang udik dan terbelakang, berbeda dengan Yudea atau Yerusalem sebagai
pusat kota. Di Yerusalem ada banyak pemimpin agama, tokoh pemerintahan, dan
anggota Sanhedrin. Itulah sebabnya Natanael merasa heran ketika Filipus
menyampaikan Mesias datang dari Nazaret.

 Yohanes 19:19

Tulisan Pilatus di salib: “Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Ini adalah kata-kata
hinaan yang pertama ditujukan kepada Yesus. Seolah-olah mereka berkata: Anak desa tak
sekolah ingin menjadi raja, tak tahu diri. Inilah akibatnya kalau ingin jadi raja. Kedua, hinaan
ini ditujukan kepada orang Yahudi, dimana mereka menunjukan kepada orang Yahudi inilah
model raja kalian.

Sementara beberapa orang yang melihat menghina dan melecehkan Yesus, tetapi tidak
dengan Bartimeus yang buta. Sekalipun matanya tidak bisa melihat Yesus, namun iman dan
pandangannya tentang Yesus berbeda dengan orang Yahudi. Orang Yahudi memandang
Yesus dengan pandangan lahiriah dan dengan hinaan. Tetapi Bartimeus memandang Yesus
dengan pandangan iman dan rohani.

Hal ini menggenapi ucapan Tuhan Yesus yang terdapat dalam Wahyu 22:16 – “Aku, Yesus,
telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi
jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang
gemilang.”

KESIMPULAN

Ucapan Bartimeus adalah ucapan iman, Ia yakin Yesus bukanlah manusia biasa, melainkan
Bartimeus yakin Yesus adalah Tuhan. Ucapan: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
adalah identik: “Yesus, Mesias, Tuhan, kasihanilah aku!”

TANTANGAN IMAN
Lukas 18:39

Maka mereka yang berjalan di depan menegur dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia
berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”

Orang-orang Yahudi yang ada di sekitar Bartimeus berupaya menghentikan teriakan


Bartimeus dengan cara menyuruhnya diam. Orang banyak marah, bukan karena Bartimeus
membuat gaduh/ribut, karena tentu yang berteriak bukan hanya Bartimeus, ada orang lain
juga yang berteriak meminta pertolongan Yesus. Tetapi mereka menyuruh Bartimeus diam
karena mereka tidak suka Bartimeus memanggil Yesus dengan panggilan Anak Daud, sebab
pengakuan tersebut sama artinya dengan mengakui bahwa Yesus adalah Mesias yaitu Tuhan.

Hati-hati! ada oknum yang tidak suka kita percaya dan berharap pada Yesus. Iblis
menggunakan segala cara untuk memadamkan iman kita. Kita harus kalahkan Iblis dengan
mengucapkan perkataan iman seperti yang Paulus lakukan:

Roma 8:35

“Siapakah yang akan memisahkan kita (aku) dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan
atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?”

Tantangan yang bisa memadamkan iman kita, bisa datang karena adanya…

 Penindasan

Secara jasmaniah kita memang sudah merdeka dari jajahan penjajah. Kita adalah bangsa yang
merdeka, tetapi kita masih tertindas karena ketidakbenaran.

 Kesesakan

Ini bisa datang dalam bentuk masalah yang kita hadapi. Beratnya tekanan hidup bisa
membuat hidup kita menjadi sesak bahkan tidak jarang membuat iman kita menjadi tawar
dan mengecilkan kekuatan kita. (Ams 24:10)

 Penganiayaan

Fenomena penganiayaan semakin terlihat di akhir zaman ini. Tindakan yang dilakukan
kelompok garis keras ISIS atau Boko Haram, mejadi satu bukti bahwa aniaya sudah mulai
terjadi. Kondisi ini akan makin berkembang hingga puncaknya muncul Anti Kristus.

 Kelaparan

Karena cuaca yang ekstrim dan bencana alam yang terjadi, bumi akan dilanda kelaparan
besar. Sekalipun berbagai upaya intensifikasi dilakukan, namun semua itu tidak akan bisa
membendung datangnya kelaparan. Hari ini diberbagai belahan dunia, banyak manusia yang
meninggal akibat kelaparan.

 Ketelanjangan
Ini bicara masalah sosial. Jurang kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin semakin
lebar sehingga mengakibatkan mereka yang kekurangan merasa hidup dalam ketelanjangan.

 Bahaya

Menurut Mazmur 91, bahaya bisa datang kapan saja baik siang maupun malam. Ia bisa
datang dalam bentuk penyakit, kesukaran maupun ancaman.

 Pedang

Ini adalah masalah politik dan agama yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan terjadinya
peperangan.

Perhatikan!

Ibrani 11 mendaftarkan tentang tokoh-tokoh iman (Saksi-saksi iman). Mereka, disebut tokoh
iman, bukan karena mereka melihat dan alami mujizat yang besar tapi mereka tetap bertahan
dalam iman kepada Yesus, meski pun mereka tidak melihat dan alami mujizat dari Tuhan.

Ibrani 11:35-40.

35 Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan.
Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan,
supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik.

36 Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan.

37 Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan


berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan
siksaan.

38 Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di
pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung.

39 Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka
telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.

40 Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak
dapat sampai kepada kesempurnaan.

Sekali lagi saya tegaskan: Iman yang tangguh adalah iman yang tetap mempercayai Yesus
sebagai Allah sekalipun tidak melihat dan mengalami pertolongan Tuhan. Barangkali ada
diantara jemaat yang setia beribadah, rajin berdoa, melayani Tuhan namun tidak alami
pertolongan Tuhan? Doanya tidak dijawab?, sakitnya tidak disembuhkan? Jangan kecewa,
jangan goyah, tetaplah beriman kepada Tuhan Yesus sebagai satu-satunya juru selamat.
Amin?!

IMAN BARTIMEUS
Bartimeus adalah tipikal orang Kristen yang kokoh, teguh dan tangguh imannya. Mengapa?
Perhatikan ayat selanjutnya.

Lukas 18:39

Maka mereka yang berjalan di depan menegur dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia
berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”

Ketika: penindasan; kesesakan; penganiayaan; kelaparan; ketelanjangan; bahaya; pedang


datang mengancam dan menyerang Bartimeus. Bartimeus bukannya takut, lemah, menyerah
dan kalah, sebaliknya imannya makin bangkit, kuat bahkan semakin yakin bahwa Yesus
adalah Tuhan yang baik, peduli dan mendengar seruannya imannya.

IMAN MENGGERAKKAN YESUS

Lukas 18:40

“Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah
berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya…”

Yesus adalah Allah yang peduli dan menghargai iman. Banyak yang berseru, tapi mengapa
hanya Bartimeus yang direspon Yesus? Karena teriakan Bartimeus memiliki bobot iman,
yang menggerakkan dan meluluhkan hati Yesus. Banyak orang yang berseru, namun seruan
mereka kosong, tanpa iman, karena itu Yesus tidak menolong mereka, Yesus hanya tertarik
kepada orang yang berseru dengan iman. Apapun yang sedang kita hadapi, berserulah dengan
iman kepada Yesus, Dia peduli terhadap seruan dengan iman.

Lukas 18:41

“Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”

Seperti kepada Bartimeus Yesus juga bertanya: “Apa yang kau kehendaki supaya Aku
perbuat bagimu?” Apa yang menjadi kebutuhan Saudara? Adakah persoalan yang sedang
saudara alami? Datanglah kepadaNya dan berserulah dengan iman, maka saudara akan
mendengar suaraNya berkata: “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”
Tuhan memberkati!!
Jadilah Kuat di Dalam Tuhan
Sabtu, 9 Juli 2011 16:45
Jadilah Kuat di Dalam Tuhan
Efesus 6:10-11

Pdm Oktavianus Fanny Repi=


Pendeta Pelayanan GpdI Parakletos Warukapas

Saya yakin kalau Anda akan mendirikan sebuah bangunan Anda tidak hanya menginginkan
bangunan model yang bagus melainkan juga kuat. Kalau Anda ingin membeli sepatu, maka
saya yakin yang dipilih bukan hanya warnanya yang menarik, melainkan juga kuat dan tahan
lama. Begitu pula dengan Tuhan, Allah ingin agar kita menjadi orang Kristen yang kuat di
dalam-Nya, memiliki akan iman yang kokoh mempunyai dasar iman yang teguh sehingga
kita bisa menang ketika menghadapi segala tantangan dalam kehidupan kita.

Ada banyak orang yang secara fisik kuat, seperti Simson, yang bisa mengalahkan Singa.
Tetapi ternyata memiliki moralitas yang lemah. Ia dapat mengalahkan musuh-musuhnya
tetapi tidak mampu menguasai dirinya sendiri, yaitu nafsu birahinya. Dihadapan Tuhan,
orang yang demikian bukan termasuk kedalam kategori orang yang kuat di dalam Tuhan.

Kalau ada atlet angkat besi yang bisa mengangkat beban berat 200 kiligram, mungkin kita
bisa menganggapnya kuat secara rohani, tetapi kalau ia cepat tersinggung, tak bisa menahan
amarahnya, maka sebetulnya ia bukan yang kuat secara rohani. Dalam Injil Lukas 2:40,
mengatakan tentang Yesus demikian: “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh
dengan hikmat dan kasih karunia Allah ada padanya.”

Yesus bertumbuh semakin lama semakin kuat bukan hanya secara Jasmaniah melainkan juga
secara rohaniah. Sekarang ini, banyak orang yang mengembangkan kekuatan jasmaninya
dengan berolahraga, fitness atau mungkin dengan berlatih tinju atau karate. Namun, ingatlah
bahwa kekuatan jasmaniah itu hanya bersifat sementara, sedangkan kekuatan karakter itu
kekal dan itulah yang dikehendaki Tuhan.

Ada 3 ciri orang yang kuat dalam Tuhan:

Pertama; Mampu mengatasi kegagalan; Orang yang kuat adalah orang yang mampu
mengatasi kegagalan, selama kita hidup tentu kita banyak mengalami tantangan dan kalau
kita tidak berhati-hati maka kita bisa jatuh dan mengalami kegagalan. Namun apakah yang
kita lakukan bilamana mengalami kegagalan? Apakah kita akan semakin terperosok?
Ataukah kita akan segera bangkit dari kegagalan itu?.

Kalau saya mmperhatikan tokoh-tokoh besar dalam Alkitab, mereka adalah orang-orang yang
pernah mengalami kegagalan; Adam, Abraham, Musa, Daud dan Petrus , pernah gagal,
bahkan Petrus menyankal Yesus sampai 3 kali. Namun, mereka adalah orang-orang yang
tidak terbenam dalam kegagalan dan meraih kemenangan yang b erasal dari Tuhan..
(Yeremia:18:4).

Ada sebuah ungkapan yanbg berkata, Juara sejati bukanlah orang yang tak pernah gagal,
melainkan orang yang tak pernah berhenti even on work, no repeat atau pantang mundur.
Thomas Alva Edison adalah orang yang sudah ribuan kali mengalami kegagalan ketika ingin
menemukan bola lampu pijar. Namun setelah ribuan kali gagal, ia berhasil menemukannya,
karena kegigihan dan keuletannya, ia mampu mengatasi masalah kegagalan.

Kedua; Mampu mengatasi keberhasilan; Orang yang kuat adalah orang yang mampu
mengatasi keberhasilan. Banyak orang yang mampu mengatasi kesulitan, namun tidak
mampu memperlakukan berkat-berkat yang Tuhan berikan padanya. Artinya, ada banyak
orang kalau pada saat kesusahan, ia mencari Tuhan, tetapi pada saat senang, ia menjadi
sombong. (II Tawarikh 26:5, dikisahkan ada seorang bernama Uzia.

Ia mencari Allah selama hidupnya. Zakharia mengajarinya supaya takut akan Allah dan
selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil, dalam II Tawarikh 26:16,
dikatakan: “Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga melakukan hal yang
merusak. Ia berpaling dari Tuhan Allahnya dan memasuki Bait Tuhan untuk membakar
ukupan diatas meja bakaran ukupan.”

Ketiga; Mampu mengatasi kepahitan; Orang yang kuat di dalam Tuhan adalah orang yang
mampu mengatasi kepahitan hati. Tidak ada orang yang suka dicela, di kritik ataupun diejek.
Namun, apabila kita tidak rela menerima semua itu karena YesusKristus, sebetulnya kita
tidak layak bagi-Nya. Orang yang mudah tersinggung atau terluka perasaan, bukanlah orang
yang kuat di dalam Tuhan, apalagi kalau Anda mau melayani Tuhan.

Kita harus tahan menerima kritikan, masukkan-masukkan atau pendapat-pendapat negatif


dari orang lain, yang mungkin merasa tidak suka atau iri hati terhadap keberadaan kita. Yesus
berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak kecewa dan menolak Aku,” . Haleluya. AMIN

Anda mungkin juga menyukai