Anda di halaman 1dari 3

Menjaga Hati, Pancaran Hidup

BACAAN :
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar
kehidupan.” Amsal 4:23
PROPOSISI :
Mempertimbangkan Kehendak, Supaya Benar dalam Bertindak

PENDAHULUAN
Setiap manusia memiliki sikap dan prilaku yang berbada-beda. Banyak kita temui
juga, dalam kehidupan ini senantiasa seseorang manusia dapat ‘menipu’ orang lain dengan
sikapnya. Ada yang bersikap baik dan benar dalam membangun hubungan dengan
sesamanya, namun dalam hatinya sebenarnya berlaku jahat dan penuh dengan kebohongan.
Ada juga seseorang yang dilihat oleh orang lain sebagai orang yang ‘terlihat jahat’, namun
sebenarnya memiliki sikap dan karakter yang penuh kasih dan hidup dalam kebenaran serta
kebaikan.
Tidak ada yang tahu pasti sifat manusia. Ada seseorang yang ketika kita bertemu
dengannya, ia memiliki karakter yang kelihatannya baik, ramah, jujur dan penuh kasih,
namun lama-kelamaan berubah ketika kita mengenalnya lebih dalam. Ada juga yang pada
pertemuan pertama, kita melihat orang lain itu sebagai orang yang ‘kelihatannya’ kotor, jahat
dan tidak baik, namun lama-kelamaan waktu membuktikan sesungguhnya orang yang kita
temui adalah orang yang penuh kasih dan baik hati.
Semua itu bersumber dari sesuatu dalam diri kita, yang bernama hati. Sesuai dengan
bacaan kita dalam kitab Amsal pasal 4 ayat 23, hati disebut sebagai pancaran kehidupan.
Amsal tidak menyebutkan untuk kita ‘mengikuti kata hati’, tapi justru kitab Amsal
menyatakan kita harus ‘Menjaga Hati’. Artinya, hati manusia ini sudah rusak dan telah
cemar, tidak lagi penuh dengan kebaikan.
KALIMAT TANYA DAN PERALIHAN
Memahami hal ini, muncul pertanyaan yang bagi kita ditempat ini, sesungguhnya,
Apa makna menjaga hati dengan kewaspadaan? Bagaimana pancaran kehidupan itu? kita
akan bersama-sama belajar dalam tuntunan Roh Kudus, agar firman Aullah ini dapat
disingkapkan bagi kita dan mengubahkan hidup kita.

Ada 2 bagian yang harus kita perhatikan dalam menjaga hati


ISI KHOTBAH
Pertama: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan
Kalimat yang berbunyi: “Jagalah Hatimu”, dalam bahasa aslinya yakni bahasa
ibrani, memiliki makna yang berarti “membatasi kehendak diri sendiri”. Maksudnya, kita
diajarkan oleh Salomo agar ‘berpikir sebelum bertindak’.
Seringkali, bapak/ibu/saudara sekalian, kita suka bertindak tanpa berpikir panjang.
Kita seringkali tidak mempertimbangkan, apakah yang ada dalam hati kita, yakni emosi,
pikiran, kehendak, rencana kita sudah sesuai dengan Firman Allah atau belum. Banyak kita
yang sembrono dalam berkata-kata sehingga menyakiti hati sesama kita. Bahkan, kita suka
untuk menilai orang lain, sebelum kita menilai diri sendiri. Hati kita sudah cemar karena
dosa, oleh karena itu kita tidak boleh asal percaya dengan ucapan orang yang berkata;
‘Ikuti saja kehendak hatimu’.
Bagaimana hati itu dijaga? Dikatakan dibagian pertama ayat ini; “dengan segala
kewaspadaan”. Apa maksudnya menjaga dengan segala kewaspadaan? Maksudnya ialah,
kita harus sangat berhati-hati dengan maksud hati, kehendak, pikiran dan emosi kita. Kata
waspada dalam bahasa aslinya disebut mismar, yang artinya pengawas atau penjaga benteng
kota. Dahulu di zaman Perjanjian Lama, suatu kota itu dibangun dengan tembok untuk
melindungi diri dari musuh. Ditembok itu ada orang-orang yang menjaga seharian penuh
dengan jadwal masing-masing.
Dari sini, kita dapat belajar bahwa hati kita, itu harus dijaga dengan penuh
pengawasan, oleh kebenaran Firman Allah, seharian penuh, seluruh hidup penuh, tidak boleh
lalai dalam menjaga hati sesuai dengan Firman. Tentu, kita harus suka dan rajin bersekutu
dalam Tuhan, baik itu doa, pujian, perenungan firman, agar hati kita diisi oleh Pengawas
yang sejati, yakni Tuhan Yesus sendiri, agar kita tidak salah dalam mengambil keputusan
dengan hati kita.
Kedua: Karena dari situlah terpancar kehidupan
Mengapa kita harus menjaga hati? kalimat berikutnya menjelaskan bahwa; “karena
dari situlah terpancar kehidupan”. Pada bagian kedua ini, kita membahas makna
sesungguhnya dari kalimat “terpancar kehidupan”. Kata terpancar ini seperti matahari yang
mengeluarkan sinar. Sinar matahari itu dapat dilihat, dirasakan, bahkan dinilai oleh orang
yang terkena pancaran sinarnya.
Contohnya; kita bisa melihat dalam dunia ini, karena kita dibantu oleh pancaran
matahari. Kita di dunia ini bisa merasakan ‘hangat atau bahkan panasnya’ sinar matahari.
Dari sinar matahari yang tepancar, seseorang kena pancarannya juga dapat menilai, apakah
sinar matahari ini menyakitkan atau menyehatkan dirinya. Demikian juga hati kita.
Hati kita memancarkan kehidupan, yang artinya memancarkan perilaku, gerak,
tindakan seseorang setiap hari. Seseorang yang licik, pasti yang terpancar dari hatinya adalah
kehidupan yang jauh dari kebenaran Allah. Seseorang yang suka ‘ngomongin orang lain’,
pasti hatinya memancarkan kehidupan yang masih belum kudus dan benar. Seseorang yang
suka menyimpan harta dan tidak mau berbagi, pasti yang dipancarkan ialah kehidupan yang
rakus dan serakah.
Banyak dari kita masih jatuh dalam dosa seperti ini. Kita sering mengaku bahwa kita
beriman pada Kristus, tapi yang terpancar dalam perilaku sehari-hari justru bukan Kristus.
Apa yang terpancar dalam tindakan kita, ternyata tidak sama dengan apa yang Tuhan Yesus
pancarkan, yakni Kasih.
Seperti pancaran sinar matahari yang dapat dilihat, orang disekitar juga dapat melihat
pancaran hidup kita, entah itu Terang atau masih dalam Kegelapan. Orang disekitar kita bisa
merasakan, apakah perilaku kita memancarkan kasih yang hangat, atau justru malah
membakar dan menimbulkan kerugian bagi sesama. Orang-orang yang Tuhan tempatkan juga
dapat menilai dan menjadi cermin, apakah hidup kita sudah berkenan sesuai firman Allah,
atau belum sama sekali.
Bapak/Ibu/Sekalian, apa yang kita pancarkan memang masih belum sepenuhnya
benar. Kita seringkali bukan memancarkan kasih yang ramah, tapi justru malah suka marah-
marah. Suatu hal yang susah bila kita tidak hidup dalam firman Allah, sebab seringkali kita
malah memancarkan hati kita yang rusak oleh dosa.
PENUTUP KOTBAH
Lalu, bagaimana caranya kita dapat menjaga hati agar memancarkan kehidupan?
Tentu, hati kita yang sudah rusak oleh dosa ini kita mau bawa kepada Kristus, Bila dalam hati
kita masih ada dendam, amarah, luka atau apapun itu, mari kita selesaikan, mengaku dosa
kita dihadapan Tuhan Yesus Kristus agar hati kita diperbaharui olehNya. Hati yang telah
dibaharui ini, mari kita mau jaga dengan cara hidup bersekutu dengan Tuhan, baik melalui
ibadah, doa, pujian penyembahan, saat teduh, rajin membaca Alkitab dan lain-lain.
Mari kita bersama belajar untuk memancarkan kehidupan yang penuh kasih, agar hidup
kita berkenan dihadapan Allah dan membawa berkat bagi diri kita sendiri dan sesama. Tuhan
Yesus memberkati, Amin.

Anda mungkin juga menyukai