Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FIRMUS SAVERINUS MBEOK

NIM : 1822021

JURUSAN : TEKNIK ARSITEKTUR

1.Refleksi Kristiani mengenai ” kesabaran”

Saya sebagai manusia yang beriman mempunyai sifat yang mampu untuk memaafkan
dan mampu menerapkan sifat kesabaran itu dalam diri saya.Memberi pengampunan atau
memaafkan tidak akan serta merta menghapus rasa sakit di masa lalu tapi keputusan kita
memaafkan akan memperbaiki kualitas hidup kita di masa depan. Mereka yang mampu
memaafkan adalah mereka yang mempunyai kesabaran. Dan dengan kesabaran ini kita bisa
bersaksi bahwa mengasihi sesama jauh lebih besar daripada amarah ataupun mendendam
sama seperti Allah yang sudah mengampuni manusia.

"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain
apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah
mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." Kolose 3:13.Kesabaran merupakan
ketenangan hati dalam menghadapi cobaan, kesabaran adalah lawan dari amarah dan emosi
yang tidak pada tempatnya. Kesabaran yakni kemampuan untuk menahan diri dalam
menghadapi situasi sulit, sifat tenang, tabah, tidak tergesa-gesa atau terlalu bernafsu. Saat
orang marah atau menyakiti hati kita, maka kita tidak akan berpikir untuk mebalasnya, itulah
yang dinamakan sabar.

2. Refleksi mengenai “fanatisme”

Fanatisme sendiri seringkali muncul akibat pemahaman ajaran agama yang minim
bahkan mungkin juga keliru. Lebih penting dari itu, fanatisme juga muncul sebagai akibat
dari penghayatan iman yang dangkal. Kebanyakan individu sudah berpuas diri dengan
memeluk suatu agama tertentu tanpa berusaha menghayati iman yang benar dan mendalam
dari ajaran agama tersebut.

Gereja pada awalnya mempunyai ungkapan tersendiri bahwa diluar gerja tidak ada
keselamatan yang pada akhirnya menjadi sebuah kekeliruan. Bagi saya tindakan fanitisme
yang sampai pada titik menjelekan agama lain merupakan dasar dari ketidakharmonisan
kehidupan masyarakat dan manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai homo social
memerlukan sesama dalam menjalani kehidupan. Ketika tidak adanya harmonisan dalam
kehidupan bermasyarakat maka tidak akan tercapainya manusia sebagai homo social.

3. khotbah misa minggu 13 juni 2021,Paroki ST.WIHELMUS-ngkor-ruteng

Karya Allah tidak bisa diserang oleh pikiran manusia,segala sesuatu terjadi bukan
karena kehendak manusia tetapi semata-mata karena kehendak Allah. Didalam injil tadi
Yesus mengumpamakan kerajaan Allah dengan benih.

Benih ditaburkan,orang yang menabur tidur tidak mengetahui bagaimana benih itu
saat didalam tanah dan tiba-tiba tumbuh dari hari ke hari daun-daunnya bertambah dan pada
akhirnya menghasilkan buah,dan ketika musim panen tib akita tinggal memetik.Dan
bagaimana proses daun menghasilkan bunga,bunga menghasilkan buah tidak ada yang
mengetahui.

Sehebat-hebatnya kita jangan pernah merasa sombong,merasa besar dihadapan orang


lain,sadarilah bahwa yang engkau punya yang membuat kau bisa bukan karena engkau
sendiri,tapi sebenarnya adalah anugerah rahmat Tuhan,karena itu terimalah segala kebatanmu
dengan penuh syukur karena kita mendapat dengan cuma”,maka berikan juga dengan cuma”
dalam pelayanan dan dalam ekaristi kita mengungkapkan semua itu sebagai syukur
terimakasih kita atas pemeberian Anugerah Tuhan.

Dalam ekaristi kita mempersembahkan apa yang kita punyai dengan penuh syukur
karena Tuhan lah yang memeberikan semuanya. Ditempat lain Yesus mengajak agar kita
tetap Bersatu,Bersatu dengan Tuhan supaya kita bisa menghasilkan buah.kehebatan”
kita,kemampuan” kita akan berguna menjadi karya pewartaan ketika kita Bersatu erat dengan
Tuhan.karena itu apapun kehebatan kita jangan pernah melupakan tuhan.

Oleh karena kekuatan Tuhan penyertaan dan bimbingan Tuhan pasti kita akan tetap
rendah hati apapun kehebatab kita,tetapi kalua kita jauh dari tuhan mengandalkan kelebihan
kita akhirnya membunuh kita sendiri karena yang keluar adalah kesombongan. Tuhan yang
memberi,Tuhan yang menganugerahkan dan kepada Tuhan pula kita sembah,kita syukur dan
dalam ekaristi diistimewakan kita mempersembahkan seluruh diri kita karena dalam ekaristi
Yesus memberikan dirinya secara istimewa sebgai makanan kekuatan bagi kita.
4. Refleksi mengenai perlu/tidaknya pendidkan agama

Menurut pendapat saya pendidikan agama baik dirumah,gereja maupun di lembaga


pendidikan sangatlah penting diterapkan dalam kehidupan.saat ini, manusia masih
membutuhkan agama sebagai panutan dan acuan hidupnya. Dalam masyarakat, dapat dilihat
seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka. Misalnya dikala
suka, orang mabuk kepayang dan lupa daratan. Bermacam karunia Tuhan yang ada padanya
tidak mengantarkan dia kepada kebaikan, tetapi justru membuat manusia jahat. Dengan
adanya agama dapat membuat manusia lebih tegar dan bersikap bijak dalam menghadapi hal
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai