Anda di halaman 1dari 2

Nama : Marlon Sumampouw

Judul Buku : Spiritual Formation


Penulis : Andrew Brake, Ph.D.
Halaman : 11-158

1. Dalam bab satu dipelajari tentang pembentukan Rohani, Firman Allah, dan Ibadah Matius
4. Dalam pembahasan Disiplin Rohani ada hal menarik yang dapat saya pelajari terkhusus
di halaman 18, dikatakan “ Apa artinya merenungkan Firman Allah ? itu berarti bahwa
kita ‘mengunyah’ Firman Allah dan menikmatinya, sebagian demi sebagian, itu berarti
kita merenungkan kebenaran yang tersirat di dalamnya tentang karakter Allah.” Saya
tertarik karena ada kata “ mengunyah “ yang artinya kalau di harafiakan, memakan Firman
Tuhan, sambil kita menikmatinya sebagian demi sebagian. Banyak diantara kita yang
ketika diperhadapkan dengan Firman Tuhan, maka dengan cepat kita ingin waktu berlalu,
kita malas untuk merenungkan Firman dengan teliti padahal jikalau kita mau “mengunyah”
dan menikmatinya kita pasti akan dengan cepat mengetahui dan mengenal siapa Yesus itu.
2. Dalam pembahasan murid yang Rohani dan ibadah, masih dalam bab satu pada halaman 24
dikatakan “Terlalu sering kita memiliki pemikiran yang keliru bahwa kehidupan rohani
kita ditentukan oleh apakah kita melakukan pelayanan ini atau itu, atau berapa kali kita ke
gereja setiap minggu. Kehidupan Rohani bukan ditentukan oleh apa yang kita lakukan.
Kehidupan Rohani ditentukan oleh siapa yang kita kenal “ saya menganggap pemikiran ini
sedikit keliru Firman Tuhan juga mengatakan untuk senantiasa melatih tubuh kita untuk
beribadah ( 1 Timotius 4:7-8 ) menurut pemahaman saya dari ayat ini kita harus terus
melatih tubuh kita untuk beribadah, untuk pergi ke pertemuan-pertemuan ibadah, agar
dapat menguatkan antara sesama saudara seiman, yang lemah di kuatkan, yang susah dapat
penghiburan, dan yang sakit di sembuhkan Tuhan. Itulah dikatakan ibadah berguna dalam
segala hal karena mengandung janji Tuhan.
3. Sebuah perumpamaan yang baik dan dapat kita renungkan bersama di dalam buku ini
dalam halaman 54. Dikatakan “perjanjian lama itu seperti setengah gelas teh panas,
setengah gelas teh panas masih memiliki nilai, teh itu akan melegakan tenggorokan yang
kering. Membantu anak yang menderita sakit perut. Menenangkan saraf pengendara
motor yang baru saja mengalami kecelakaan.” Teh panas di ibaratkan seperti perjanjian
lama, walaupun tinggal setengah gelas tetapi masih memiliki nilai, orang tidak akan
membuangnya karena nialainya itu. Yesus pun seperti itu datang bukan untuk meniadakan
atau menghapus perjanjian lama tetapi untuk mengenapinya agar Hukum Tuhan dapat
bermanfaat bagi banyak orang terutama yang diluar bangsa Israel.
4. Saya setuju dengan pernyataan penulis yang mengatakan di halaman 66 bahwa “ Dewasa
ini orang Kristen cepat sekali menghakimi orang lain yang melakukan dosa-dosa “besar”
seperti: pembunuhan, perzinahan, pencurian, dan lain-lain.” Bukan Cuma orang-orang
biasa yang melakukannya tetapi hamba-hamba Tuhan juga banyak yang saling
menghakimi tentang gereja satu dengan yang lain, bahwa ajaran geraja itu sesat, tidak
sesuai Alkitab, dan berbagai macam alasan-alasan. Sesama hamba Tuhan saling “serang”
dengan kata-kata menjatuhkan, fitnah, dan menyebarkan kebencian melalui khotbah-
khotbah tanpa melihat kedalam gerejanya sendiri apakah sudah melakukan kebenaran atau
belum. Yesus memperingatkan kita untuk melihat hati kita dahulu apakah kita pernah
melakukan sesuatu yang sedemikian hina.
5. Dalam pembahasan Pembentukan rohani dan hawa nafsu kita ( Mat 5:27-30 ) halaman 71
menekankan bukan hanya tindakan lahiriah saja yang berdosa, melainkan keadan batin dari
pikiran dan hati juga berdosa. Secara kacamata manusia dan Tuhan Perzinahan jasmani
sudah pasti berdosa, tetapi bagaimana dengan perzinahan dalam pikiran kita? Inilah
sebenarnya yang menjadi dasar setiap orang kristen harus memperhatikan kemurnian
pikiran dan rohnya, karena ketika kita menjaga pikirang dan hati kita maka akan baiklah
keadaan tubuh jasmani kita.
6. Ada yang menarik dari sikap yang Yesus inginkan dari kita, dalam bab empat pembahasan
tentang disiplin memberi, di halaman 115 Yesus inginkan sikap kita yang tidak pamer diri.
Ketika kita memberi, jangan jadikan pemberian kita itu sebagai suatu syarat untuk kita
mendapatkan atau mengharapkan sesuatu, tetapi yang terjadi saat ini banyak orang kristen
yang senang memberi tetapi harus diketahui oleh orang lain. Dan yang lebih parah mereka
menganggap ketika mereka sudah memberi mereka berhak melakukan apa saja terhadap
gereja itu termasuk menginterfensi keputusan-keputusan etis gembalanya.
7. Baik untuk di renungkan kita bersama dalam halaman 142 dikatakan dalam buku ini “
Kekayaan tidaklah jahat, tetapi kekayaan dapat membawa seseorang ke dalam kejahatan
“ memang benar bukan suatu kejahatan ketika kita kaya, Tuhan memberikan kita berkat
yang melimpah dengan maksud untuk memberkati orang lain juga, tetapi yang jadi
masalah ketika keserakahan sudah mulai menguasai kita, oleh karena itu segala macam
cara kita lakukan termasuk korupsi yang sedang marak di bangsa Indonesia saat ini.

Anda mungkin juga menyukai