Anda di halaman 1dari 11

From RHO-ers: Pikirkanlah Semuanya Itu!

11 years ago
1 Comment
From: D. Adhi Surya
Ayat Bacaan: Filipi 4:8
========================
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang
adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
Seorang teolog pernah mengatakan bahwa “change always starts first in your mind,
the way you think determines the way you feel, and the way you feel influences the
way you act.” (perubahan selalu diawali dari dalam pikiran kita, cara kita berpikir
menentukan cara kita merasa, dan cara kita merasa mempengaruhi cara kita
bertindak-tanduk/berprilaku.)

Seorang sahabat karib bercerita kepada saya bagaimana ia dikecewakan di dalam


pelayanan Gerejawi. Ia seorang yang “fight” untuk kebenaran. Ia memang bukan
seorang yang “suci” dan tanpa noda, akan tetapi ia menunjukkan komitmen dan
kesungguhannya untuk “fight a good fight” di dalam pelayanannya. Slogan salah
satu Seminary di Jakarta menjadi iluminasi bagi dirinya. Slogan itu berbunyi: “SEEK
the truth, COME whence it may, COST what it will.” (jika diterjemahkan secara bebas
kira-kira berbunyi demikian: “CARILAH kebenaran, DATANGLAH darimanapun
asalmu, BAYARLAH berapapun harga kebenaran itu.”)

Akan tetapi “serangan” yang menimpa dirinya membuat ia “down” dan kecewa
dengan Gereja dan para pemimpin Gereja dengan segala politik kotornya. Ia mulai
berubah jadi lebih sensitif (dahulu memang sudah peka, akan tetapi sekarang jadi
“terlalu” peka). Ketika ia berbicara dengan orang lain, maka ia bisa dengan
mudahnya tersinggung dan meledak marah-marah. Lalu setelah meledak marah-
marah, ia menyesal kepada orang yang dengannya ia sudah menunjukkan sikap
yang kurang baik. Akan tetapi partner dia tidak pernah menyerah untuk terus
mengingatkan dia bahwa dirinya adalah “korban” daripada kelicikan dan
kemunafikan Gereja.

Ketika saya merenungkan apa yang terjadi dengan dirinya dan Gereja tempat ia
melayani, tiba-tiba saya teringat kisah yang terjadi di dalam Gereja di Filipi. Pada
waktu rasul Paulus menulis suratnya kepada jemaatnya di Filipi, ia sedang berada
di dalam penjara di Roma. Hati Paulus begitu bersukacita melihat keadaan rohani
jemaatnya di Filipi, akan tetapi pada penutup akhir suratnya (LAI memberi judul:
“Nasihat-nasihat terakhir” [Filipi 4:2-9]), Paulus teringat akan kasus Euodia dan
Sintikhe yang terdengar hingga keluar kota Filipi. Kita tidak tahu secara persis apa
yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua, akan tetapi sepertinya
perselisihan mereka bisa berbahaya bagi keutuhan jemaat di Filipi. Itu sebab rasul
Paulus dengan sangat meminta bantuan Sunsugos “temannya yang setia” untuk
jadi perpanjangan tangan rasul Paulus menyelesaikan perselisihan di antara Euodia
dan Sintikhe.

Hal yang menarik dari “surat penjara” ini adalah si penulis surat itu sendiri! Rasul
Paulus! Bagaimana mungkin kok Paulus bisa begitu peduli dengan keadaan
jemaatnya sedangkan dirinya sendiri sedang berada di dalam penjara?! Ternyata
salah satu “ingredients” (resep) mengapa Paulus bisa menuliskan surat sukacitanya
ini dari balik penjara adalah karena Paulus tidak menekan focus hidupnya pada
dirinya sendiri yang terpenjara! Paulus menolak untuk mengasihani dirinya sendiri!
Paulus memilih untuk mengasihani dan mempedulikan dan menguatkan
jemaatnya di Filipi! Itu sebab surat ini sarat dengan pesan: BERSUKACITALAH! Di
dalam Filipi 4:4 rasul Paulus mengatakan: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!
Sekali lagi (berarti Paulus ingin menekankan hal ini) kukatakan: Bersukacitalah!”

Pertanyaannya sekarang adalah: “Bagaimana nih Om Paulus untuk kita dapat


senantiasa bersukacita di dalam Tuhan?” Om Paulus tidak berlama-lama menjawab,
Paulus menuliskan jawabannya demikian: Jika kalian mau ada sukacita yang
senantiasa di dalam Tuhan, maka “janganlah hendaknya kamu kuatir tentang
apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam
doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (4:6) Sebab hanya dengan
membawa SEMUA kekhawatiran kita, di sana kita mendapat SELURUH kepenuhan
akan damai sejahtera Allah. Paulus melanjutkan, “Damai sejahtera Allah, yang
melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
(4:7)
Setelah kita belajar untuk menyerahkan semua kekhawatiran kita kepada Tuhan,
Paulus melanjutkan pesan terakhirnya dengan mengatakan, “Jadi akhirnya,
saudara-saudara, semua yang BENAR, semua yang MULIA, semua yang ADIL,
semua yang SUCI, semua yang MANIS, semua yang SEDAP DIDENGAR, semua yang
DISEBUT KEBAJIKAN dan PATUT DIPUJI, PIKIRKANLAH SEMUANYA ITU (!)” (4:8)
Pada akhir nasihatnya Paulus kembali mengingatkan kita prinsip sederhana dari
sebuah kemenangan dan kesukacitaan hidup: PIKIRKANLAH SEMUANYA (yang
benar, mulia, adil, suci, manis, dsb.) itu!! – mengapa perjalanan hidup kekristenan
dan pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita terlalu banyak dipenuhi oleh
kegeraman, kepahitan, kebencian, akal jahat, dsb? Jawabannya mungkin karena kita
memfokuskan pikiran dan hati kita pada SEMUA yang salah, yang menjijikan, yang
unfair, yang tidak suci/tidak pantas, yang pahit, yang tidak patut dipuji, dsb.

Marilah kita sama-sama belajar bukan saja dari ISI surat Paulus ini, tetapi juga dari
ISI hati Paulus. Ia terpenjara secara fisik, tetapi jiwanya terbebas dan dilingkupi
sukacita. Bahkan sukacita itu begitu bergeloranya di hati Paulus sehingga ia tidak
tahan untuk tidak membagikannya kepada jemaatnya yang ia kasihi! Sungguh,
“perubahan selalu diawali dari dalam pikiran kita, cara kita berpikir menentukan
cara kita merasa, dan cara kita merasa mempengaruhi cara kita bertindak-
tanduk/berprilaku.”

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh PIKIRAN dan


PERASAAN yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” (Filipi 2:5)

MEMELIHARA PIKIRAN

Aktivitas apa yang paling sering kita lakukan? Pernahkah kita menyadari
bahwa kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk berpikir? Dari
berpikir, lahir tindakan nyata sebagai buah dari pikiran. Sebagai contoh,
jika kita banyak memikirkan seseorang yang kita kasihi, maka kita
berusaha untuk menyenangkannya melalui ucapan dan tindakan kita.
Sebaliknya, kebencian yang tersembunyi dalam pikiran akan melahirkan
sikap dan perkataan yang kurang menyenangkan.

Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus mengingatkan orang


percaya agar senantiasa bersukacita, berbuat baik, tidak khawatir akan
segala hal, dan bertekun dalam doa. Semua ini akan mendatangkan
damai sejahtera di hati manusia. Namun untuk mendapatkan berkat
tersebut, kita harus menuntun pikiran kita. Sebab tanpa kendali, pikiran
kita sering membawa kita ke hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan. Seperti anak panah yang selalu memiliki sasaran, demikianlah
selayaknya kita memiliki arah saat berpikir.

Hari ini kita diingatkan untuk memegang kendali atas pikiran kita. Kendali
tersebut adalah firman Tuhan. Mengarahkan pikiran kita sesuai
kebenaran Tuhan akan membimbing cara pikir kita. Terlebih sebagai
warga sorgawi yang ditempatkan di dunia ini untuk sementara waktu, kita
diharapkan memikirkan hal-hal sorgawi (Kol. 3:1-10). Marilah kita
memohon Roh Kudus agar senantiasa memperbaharui dan menuntun
pikiran kita. --YHC/www.renunganharian.net
   
PIKIRAN YANG DIPIMPIN OLEH KEBENARAN TUHAN AKAN MEMBAWA
HIDUP KE DALAM DAMAI SEJAHTERA.

Filipi 4:1-9 (BERSUKACITALAH)


           BERSUKACITALAH DALAM TUHAN

Manusia pasti ingin menikmati hidup sukacita. Jika tidak, berarti anda sudah gila ! Sukacita adalah
dimana manusia merasakan suatu keindahan yang luar biasa. Pada saat ini manusia wajib menikmati
hidup sukacita. Beberapa pendapat mengatakan bahwa berbagai jenis penyakit sekarang ini
disebabkan kurangnya (tidak) bersukacita. Manusia stress dan jatuh dalam berbagai jenis penyakit.
Itu sebabnya, ketika ada orang yang sakit kita hibur/kuatkan orang itu dengan perkataan : ‘jangan
banyak berpikir ….. ngak usah dipikirkan semuanya’. Kita sesungguhnya berkata : Bersukacitalah !

Tema kita minggu ini : BERSUKACITALAH DALAM TUHAN. Bagaimana agar kita bersukacita memang
tidaklah mudah. Ada berbagai faktor membuat yang menghambat kita bersukacita ; bisa karena
gangguan dari luar lain tetapi dapat juga oleh diri sendiri.

Dalam nas ini (ay.2-3) terjadi gangguan yang menyebabkan hilangnya sukacita. Euodia dan Sintikhe
adalah rekan Paulus dalam mewartakan Injil Kristus. Mereka memang mewartakan Injil dengan penuh
sukacita. Pertumbuhan Injil saat itu sangat pesat, banyak orang menjadi pengikut Tuhan, persekutuan
Kristen bertumbuh.

Siapa yang membuat pertumbuhan itu ? Di sinilah timbul masalah. Euodia dan Sintikhe masing-
masing mengklaim bahwa pertumbuhan itu karena ‘kehebatan’ mereka. Euodia memposisikan
dirinyalah yang banyak berjuang. Demikian juga Sintikhe menempatkan dirinya sebagai yang sangat
berjasa. Ini adalah kesombongan. Hubungan mereka menjadi retak. Sukacita mereka menjadi kurang.
Hal ini tentu saja menghambat percepatan pemberitaan Injil. Karena itu, Paulus menasehati mereka
supaya sehati sepikir. Tapi memang orang sombong susah dinasehati. Paulus juga meminta kepada
Sunsugos, yang juga pemberita Injil untuk menengahi masalah Eoudia dan Sintikhe, agar mereka
berdamai. Apalagi nama mereka sudah tercantum dalam buku kehidupan.

Sayang sekali kalau akhirnya Tuhan mencoret nama mereka …..

Kasus ini tentu saja mengurangi sukacita di antara mereka dan pelayanan pemberitaan Injil.
Kesombongan memang penghambat untuk menikmati hidup sukacita, dan menjadi kendala dalam
pelayanan.

Lalu, bagaimana agar beroleh sukacita itu ?

Paulus mengulangi perkataan ‘bersukacita’, karena itu menjadi sangat penting dalam kehidupan
Kristen. Manusia berada di dunia ini hanya sementara waktu, orang Kristen sedang
menantikan parousia. Dalam penantian ini, orang Kristen haruslah hidup dengan sukacita. Itu
sebabnya, Paulus berulang menekankan kata ‘sukacita’ (4:4) : ‘Bersukacitalah senantiasa dalam
Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!’.

-          Sukacita : KEBAIKAN HATI

Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Paulus tidak ingin orang Kristen menjadi sombong
apabila melakukan kebaikan. Tetapi Paulus ingin agar perbuatan baik itu menjadi kesaksian bagi
banyak orang. Paulus mengatakan (2 Korintus 3:3) : ‘kamu adalah surat Kristus’. Pun kebaikan itu
adalah tanda sukacita. Sukacita dapat makin kita rasakan apabila kita mendapat ‘label’ sebagai orang
baik.

Kebaikan itu perlu dilakukan karena Tuhan sudah dekat.

-          Sukacita : JANGAN KUATIR DAN BERDOA

Janganlah kamu khawatir tetapi nyatakanlah dalam doa.

Ada peringatan saat berdoa : ‘jangan engkau berdoa jika hatimu penuh rasa kuatir’. Seorang teolog
berkata ‘Kekuatiran lebih berlawanan dengan doa ketimbang ‘api dengan air’. Artinya, orang yang
berdoa tapi penuh rasa kuatir maka ia sendiri tidak meyakini doanya. Oleh sebab itu, sebelum berdoa
timbulkan dulu pengharapan dalam dirimu, bahwa Tuhan dapat memberi jawab atas doa
permohonanmu. 

Doa orang percaya bukanlah emosi dan atau teriak-teriak melainkan percakapan indah bersama
Tuhan. Percakapan yang akrab untuk menyampaikan rasa syukur dan permohonan yang kita yakini.
Dengan demikian, saat berdoa pun kita sudah merasakan damai dan pengasihan Tuhan. Berdoalah
dengan penuh sukacita.

-          Sukacita : BERPIKIR POSITIF


Paulus menggunakan kata “logizomai”. Paulus menuliskan delapan kata dalam ‘berlogizomai’ ini :
semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua
yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Berpikir positif berarti memainkan nalar untuk kebaikan, yang menyenangkan pikiran, hati, dan jiwa
kita.

  benar ; Tuhan memberi hidup bagi saya untuk berlaku benar

  mulia ; Tuhan mencipkatan saya dan orang lain sebagai makhluk mulia. Jadi jangan menghina orang
lain !

  Adil ; berpikir dan bertindaklah secara adil… jangan korupsi kau pikiri !

  suci ; Tuhan telah menyucikanku, karena itu aku takkan menodai diriku sendiri

  manis : mencoba menikmati segalanya dengan rasa manis.

  sedap didengar ; aturlah pikiran sehingga perkataan kita sedap kedengaran. Jangan sampai menyakiti
orang. Misal : orang pakai kalung emas tapi kita katakan : ‘kau kok pake sangge-sangge ! Mauplah
orang seperti itu.... tak basukocito dio.

  kebajikan ; berpikirlah untuk berbuat kebaikan kepada orang lain, jangan yang jahat

  patut dipuji ; kalau memang perbuatan orang itu bagus/baik, yah… berikan saja pujian.

Melalui nas ini, ada empat hal yang dapat membuat kita bersukacita : jangan sombong, lakukan
kebaikan, berdoa dengan benar, dan berpikir positif. Dengan demikian, pastikan Tuhan memberkati
engkau dan menikmati sukacita yang meluap-luap. AMIN

Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 11 Oktober 2020


Keluarga adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Demikian juga dengan keluarga rohani.
Di dalam segala perbedaan dan permasalahan yang ada, bagaimana membangun keluarga yang
sehati?
1. Berdiri teguh di dalam Tuhan (Filipi 4 : 1)
Jemaat Filipi dianaya oleh Romawi dan ditekan kaum Yudais yang belum percaya, terjadi
perpecahan di antara jemaat. Itulah sebabnya Paulus katakan “berdirilah teguh” menghadapi
pencobaan yang menyakitkan di dalam kebenaran Firman Tuhan. Firman Tuhan yang akan
memberikan kekuatan bagi orang-orang percaya di dalam menghadapi tantangan dari dalam dan
dari luar.
2. Membangun dan mengupayakan relasi yang harmoni (Filipi 4 : 2 - 3)
Jemaat Filipi mengalami beberapa masalah yang kontroversial, terjadi relasi yang penuh konflik.
Ketika hal ini terjadi, maka masing-masing pihak harus mau tunduk hidup dalam harmoni di dalam
Kristus Tuhan. Yesus adalah Tuhan, setiap jemaat harus melakukan apa yang Kristus katakan dan
kehendaki. Jadi tunduklah pada Yesus sang Guru dan berhentilah berselisih. Berfokuslah pada
Kristus sebagai Tuhan, bukan dengan siapa berkonflik.
3. Bersukacita di dalam Tuhan (Filipi 4 : 4)
“Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan : bersukacitalah!
Sukacita karena anugerah yang Allah telah berikan dengan melimpah, jauh melampaui segala
kesulitan yang mereka alami sehingga mereka tidak boleh berdukacita. Apapun yang terjadi tetap
harus bersukacita dan mengucap syukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya. Semakin merenungkan
anugerah keselamatan yang Tuhan berikan, semakin bersukacita. Karena kasih Tuhan jauh
melampaui kesulitan yang kita alami.
4. Jangan Kuatir (Filipi 4 : 6a)
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga”. Paulus ingin umat selalu mengingat siapa
Tuhan. Hidup tanpa rasa kuatir diawali dengan pandangan yang benar siapa Tuhan buat kita. Kuatir
adalah pikiran yang merusak, menghancurkan dan mengurangi iman kita kepada Tuhan. Khotbah
Yesus di Bukit mengatakan dalam Matius 6 : 25 - 26, “Janganlah kuatir akan hidupmu. . . 26 Lihatlah
burung-burung di udara, yang tidak mereka tabur, tidak juga mereka tuai, atau dikumpulkan ke
dalam lumbung, namun Bapak surgawimu memberi mereka makan. Apakah kamu tidak lebih
berharga dari mereka?” Percayalah pada Tuhan karena Dia mengatur hidupmu dan memegang
kendali.
Dengan keempat prinsip di atas, marilah kita sebagai anggota keluarga Allah membangun keluarga
yang sehati dan mempermuliakan Dia dalam setiap aspek hidup kita.

BERSUKACITA DI DALAM TUHAN ( FILIPI 4:4)


BERSUKACITA DI DALAM TUHAN ( FILIPI 4:4)
oleh Pdt. Daniel S. Kusbin

“BERSUKACITA DALAM TUHAN” DISADUR DARI KOTBAH: PDT. DANIEL S. KUSBIN


FILIPI 4:4 “ Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:Bersukacitalah!
Rasul Paulus mengingatkan kita agar senantiasa Bersukacita dalam Tuhan,
bahkan diulang dua kali
Mengapa kata bersukacita ini diulang dua kali ? Jawabnya karena manusia sering lupa, makanya
diingatkan lagi agar manusia tidak lupa untuk Bersukacita senantiasa .
Sukacita harus dimiliki setiap orang percaya karena sukacita itu sangat penting.
Hidup dalam sukacita berarti sesuatu kondisi yang harus kita raih, dan sukacita harus menjadi gaya hidup
kita sehari-hari.
Dalam keadaan susah maupun senang, baik ataupun buruk kita harus tetap Bersukacita dalam Tuhan.
Apa bedanya sukacita didalam Tuhan dan sukacita yang dunia berikan?
Kalau Sukacita dunia hanya sementara, tetapi sukacita yang dari Tuhan itu bersifat Kekal .
Sukacita kita bukan di dasari uang, pangkat, harta kemewahan karena kalau kita bersukacita karena hal-
hal yang bersifat materi, kita akan sangat kecewa.
Sukacita merupakan hal yang penting untuk membangun karakter yang kuat dan tangguh.
Sukacita juga adalah salah satu cara pola hidup sehat karena” Hati yang gembira adalah obat yang
manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”( Amsal 17:22) orang yang mempunyai hati
yang gembira pasti ada sukacita dan orang yang bersukacita pasti mempunyai semangat hidup.
Tebarkanlah senyum Anda agar suasana menjadi tentram dan nyaman.
Senyum dapat membangkitkan semangat yang terpuruk.
Sebaliknya orang yang tidak punya sukacita akan kehilangan semangat dan mudah terserang penyakit
karena loyo, sedih, susah,sengsara, tidak punya pengharapan dan akhirnya membusukkan tulang.
Tuhan Yesus berkata didalam Yohanes 15:11 “Semuanya itu kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku
ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh”

Bagaimana caranya supaya kita selalu hidup penuh dengan sukacita?


1.Ingatlah akan masa lalu yang baik. (Mazmur 143:5, Ratapan 3:20, Amsal 10:7).
Mengingat dan merenungkan kembali kebaikan Tuhan akan menolong kita mengatasi pikiran dan
perasaan buruk yang membuat kita kehilangan sukacita.
Mengingat kebaikan orang-orang yang pernah menolong kita akan mendatangkan berkat dan sukacita
tetapi sebaliknya kalau kita mengingat hal-hal yang buruk yang menimpa kita akan membuat kita sakit
hati,kecewa susah ,sedih dan tertekan sehingga kita akan kehilangan sukacita oleh sebab itu pikirkanlah
hal-hal yang positif (Filipi 4:8).

2.Tetap memuji Tuhan dan menyembah Tuhan di tengah-tengah masalah (Yesaya 61:3c)
Nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, jadi cara kita kita menganti perkabungan dengan
sukacita adalah dengan memuji Tuhan.
Saya percaya disaat kita memuji dan menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh maka Allah akan
bertahta diatas pujian kita dan Dia akan datang melawat kita dan membebaskan kita Contoh Paulus dan
Silas saat di penjara (Kis. 16:25-26).
Mungking saat ini ada di antara saudara merasakan seperti dalam penjara misalnya di penjara dengan
sakit-penyakit, dipenjara dengan kegagalan, dipenjara dengan kesulitan-kesulitan ekonomi atau saudara
sedang mengalami keadaan yang paling buruk tetaplah memuji dan menyembah Tuhan maka Allah akan
datang menolong dan memberikan kebebasan sehingga hidup saudara dipenuhi dengan sukacita dari
Sorga.
Pujian dan sorak-sorai dapat meruntuhkan tembok Yerikho, apapun yang menjadi tembok atau
penghalang bagi kita untuk maju Allah sanggup meruntuhkannya.
Pujian membawa mujizat terjadi dan hati kita terhibur, tetaplah memuji Tuhan apapun yang terjadi di
dalam kehidupan ini.

3.Mintalah pertolongan Tuhan (Mazmur 143:7)


Raja Daud meminta pertongan Tuhan saat menghadapi masalah yang berat.
Dalam menghadapi masalah, seringkali kita lebih dulu mencari pertongan manusia, bahkan ada yang
sering pergi ke paranormal, dukung dan hasilnya hanya kekecewaaan dan masalah yang makin berat.
Pertolongan dari manusia terbatas tetapi pertolongan dari Tuhan tidak terbatas.
Kadangkala ketika kita meminta pertolongan manusia 1x dia tolong kita, 2x dia masih tolong kita tetapi 3x
dia bukan tolong tapi dia todong kita.
Tuhan Yesus berkata dalam Matius 11:28 Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan member kelegaan kepadamu.
Yesus menyuruh agar kita datang menghampiriNya , responilah undangan Yesus .
Yesus sanggup memberi kekuatan dan pertolongan kepada kita yang letih lesu dan berbeban berat.
Tuhan Yesus tidak sekedar mengundang untuk siapa saja yang datang padaNya, melainkan Ia akan
memberi kelegaan, memulihkan setiap persoalan kita oleh sebab itu
terimalah kelegaan yang Yesus berikan.
Di bawah kaki Yesus segala beban hidup kita pasti terlepas dan Dia sanggup menganti dukacita menjadi
sukacita, air mata jadi mata air, tidak ada yang Mustahil bagiNya dan bagi orang yang percaya.

4. Tetaplah mengucap syukur dalam segala hal (1 Tes. 5:18)


Dalam segala keadaan dan situasi , susah maupun senang, kita harus tetap mengucap syukur.
Keputusasaan, kegagalan jangan membuat kita bersungut-sungut karena persungutan tidak
menyelesaikan masalah, malah menambah masalah dan beban kita bertambah berat , mengucap
syukurlah senantiasa. Walaupun ditahun ini mungkin banyak kita mengalami tantangan dan pencobaan
tetapi janganlah itu menjadi penghalang bagi kita untuk mengucap syukur kepada Tuhan.
Ucapan syukur akan menyenangkan hati Tuhan, dan membuat hidup kita penuh dengan sukacita.
Ucapan syukur adalah obat kekurangan kita (Yohanes 6:11)
Ucapan syukur membuat kita mengalami kuasa kebangkitan (Yohanes 11:41)
Ucapan syukur adalah kunci kemenangan kita.
Ucapan syukur membuat berkat yang lebih cepat lebih baik.
“SEMAKIN KITA BERSYUKUR, SEMAKIN BESARLAH KEKUATAN KITA UNTUK MEMPEROLEH
BERKAT”
Bersyukurlah dan bersukacitalah senantiasa, walaupun beban dan penderitaan terasa berat.

5. Lakukanlah hal-hal yang baik (Galatia 6:9-10)


Apa yang kita tabur itulah yang kita tuai nanti.
Jika kita menabur kejahatan kita akan menuai kejahatan tetapi sebaliknya jika kita menabur kebaikan kita
akan menuai kebaikan juga.
Orang yang menabur kebaikan hidupnya pasti dipenuhi dengan sukacita.
Yesus selalu memberikan teladan kasih dan kebaikan bagi UmatNya.
Sebab itu , dimana pun kita berada, kita harus jadi berkat buat orang lain.
Bagaimana kehidupan kita mencerminkan Kristus, jika kasih Yesus tidak ada dalam diri kita?
Bagaimana orang dapat meneladani sikap dan cara hidup kita, jika permusuhan dan dendam mewarnai
hati kita?
Firman Tuhan hari ini dengan tegas mengatakan bahwa kita harus selalu berbuat baik dengan siapa pun.
Jangan jadikan sikap berbuat baik itu sebagai paksaan tetapi kita harus selalu memberi dengan sukacita .
Sebagai orang percaya kita harus memiliki Kasih Kristus, hidup dalam damai dan memancarkan kebaikan
bagi setiap orang.
Janganlah bosan berbuat baik dan biarlah di sepanjang hari ini, kita selalu memberikan kedamaian serta
memancarkan kebaikan bagi sesama kita agar namaTuhan dipermuliakan.
Maju terus dalam Tuhan dan jadikanlah sukacita itu menjadi gaya hidup kita, Tuhan Yesus Memberkati.

“S E N Y U M”
Sekali senyum curiga hilang
Duakali senyum jadi sahabat
Tigakali senyum hati penuh damai
Empatkali senyum beban jadi ringan
Limakali senyum rejeki datang
Enamkali senyum gigi jadi kering

"TERTAWA"
Sekali tertawa pusing kepala hilang
Dua kali tertawa bencipun sirna
Tigakali tertawa persoalan lari
Empatkali tertawa penyakit sembuh
Limakali tertawa jadi awet muda
Enamkali tertawa hati penuh sukacita

Tetapi awas, jangan senyum-senyum dan tertawa sendirian, nanti dikira orang gila.
BERSUKACITALAH DI SEGALA KEADAAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 November 2018

Baca:  Filipi 4:4-9

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" 


Filipi 4:4

Orang biasanya bersukacita ketika sedang berada dalam situasi yang baik dan
menyenangkan.  Tapi begitu keadaan berubah, berada dalam masalah, kesulitan, atau
situasi yang gawat dan tak mengenakkan, rasa sukacita itu pun raib seketika.  Yang
ada tinggal rasa sedih, muram, kecewa, marah dan frustasi.

     Rasul Paulus menulis kitab ini ketika sedang dalam keadaan tidak baik, berada di
dalam penjara.  Ia mengalami perlakuan yang tidak adil karena dijebloskan ke penjara
tanpa berbuat kejahatan.  Sesungguhnya ia punya alasan kecewa, sedih, jengkel,
protes atau marah, tetapi hal itu tidak dilakukannya, karena ia tahu ini adalah
konsekuensi yang harus diterima sebagai pemberita Injil.  Penderitaan tak
menghalanginya untuk terus melayani Tuhan,  "Karena bagiku hidup adalah Kristus
dan mati adalah keuntungan."  (Filipi 1:21).  Rasul Paulus mengajarkan umat Tuhan
untuk tetap bersukacita sekalipun dalam penderitaan dan berjerih lelah dalam
melayani.  Mengapa demikian?  Mengapa demikian?  Menurut penelitian, jika orang
gampang marah, cemas, takut, tertekan, maka otaknya segera
mengeluarkan noradrenalin, yaitu hormon yang sangat beracun, yang dapat
membuatnya mudah sakit dan cepat tua.  Sebaliknya, jika seseorang menghadapi
segala sesuatu dengan sikap positif, otaknya akan mengeluarkan
hormon betaendorfin, yang memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap
muda, melawan penuaan, menurunkan agresivitas dalam hubungannya dengan
sesama, meningkatkan semangat, daya tahan dan kreativitas diri.  Jadi Tuhan tahu
persis bagian mana dari diri manusia yang harus dikembangkan, itulah sebabnya Dia
memerintahkan kita untuk selalu bersukacita di segala keadaan.

     Kita bersukacita karena kita punya dasar yang kuat yaitu janji firman Tuhan,
sebab  "TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang
mencari Dia."  (Ratapan 3:25).  Jangan fokus pada besarnya masalah atau situasi yang
ada di sekeliling kita, melainkan arahkan mata kita kepada Tuhan, yang berjanji
takkan membiarkan dan meninggalkan kita.  (Ibrani 13:5b).

Jaminan Tuhan inilah yang memampukan kita untuk tetap bersukacita di segala
keadaan!

Anda mungkin juga menyukai