Anda di halaman 1dari 9

BENTUK PELAYANAN PASTORAL

“ KUNJUNGAN DUKA “
Nama : Rosmauli Napitupulu
NIM : 2177201002
Program Studi : S 1 Teologi
Mata Kuliah : Teologi Pastoral 1
Semester : III / Ganjil STT HBI
Tugas : TP 1 , Presentasi Pribadi
Judul : Pelayanan Pastoral Kunjungan Duka
Dosen : Arief Petanseke, M.Th
A. PENDAHULUAN

Dalam penggembalaan dalam Gereja, salah satu dalam pelayanannya


ada perkunjungan duka karena dalam hidup ini di warnai suka dan
duka, itu sebabnya gereja membuat pelayanan perkeunjungan duka.

Penegertian Duka adalah hati yang bersedih di sebabkan oleh kepergian


salah satu dari anggota keluarga meninggalkan mereka, pergi
menghadap bapa di sorga atau yang di sebut dengan meninggal dunia.
B. KEDUKAAN

• Kedukaan dalam kehidupan ini tidak memandang bulu. semua orang


mengalaminya, baik kaya maupun miskin dan tidak dapat dihindaari
jika sudah tiba ajal menjemput, karena itu adalah kedaulatan Allah.
baik itu terjadi pada usia balita, remaja, pemuda, dewasa, dan lansia
artinya juga tidak memandang usia manusia itu bisa saja
mengalaminya apa yang disebut dengan meninggal dunia.
Apakah orang percaya tidak seharusnya bersedih ketika menghadapi
kematian orang yang dikasihi? Bagaimanakah seorang beriman
seharusnya menghadapi dukacita?
Sejak masa Perjanjian Lama sebenarnya sudah dikenal tradisi
ratapan ketika seseorang meninggal. “Kemudian matilah Sara…lalu
Abraham datang meratapi dan menangisinya (Kejadian 23:2).
Penelitian empiris dalam dunia psikologi menemukan bahwa
seorang yang mengalami kehilangan akan lebih mampu mengatasi
dukacitanya bila kepedihan hati diberi ruang dan dibiarkan
berproses (baca artikel berjudul “Memahami Dukacita”). Kehilangan
bukanlah peristiwa sehari-hari yang bisa dihadapi dengan hati
ringan, karena hidup tidak lagi sama. Maka wajar bila kita berduka.
Pendapat Tokoh Alkitab ( Paulus )
Paulus tidak mengabaikan atau menyangkal kebutuhan akan ruang untuk emosi
negatif. Paulus menekankan bahwa kematian bagi orang Kristen bersifat sementara.
Tak seharusnya orang Kristen berduka tanpa batas. Dukacita orang Kristen adalah
duka yang diwarnai oleh harapan. Ketika orang Kristen memahami bahwa kematian
orang percaya berarti dia pulang kepada Bapa, maka di tengah dukacita tetap
terpancar harapan yang memberi penghiburan sejati.

Yang sering kali menjadi persoalan adalah cara kita memandang kehidupan ini. Di
manakah fokus kita? Bagi Paulus, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Namun, jika dia harus hidup di dunia ini, itu berarti bekerja memberi buah (Filipi
1:21). Paulus menjalani hidupnya sebagai sesuatu yang bersifat sementara dan
harus diisi dengan bekerja bagi Kristus. Dia menyadari bahwa hidupnya bukanlah
miliknya, melainkan milik Kristus. Oleh karena itu, pulang ke rumah Bapa dan
berada bersama-sama Dia dalam kekekalan adalah hal yang dirindukannya.
Dalam pelayanannya, Paulus beberapa kali menunjukkan pentingnya penghiburan di
antara sesama orang percaya. Hal itu dilakukan dengan beberapa cara.
1. Paulus memberi dasar pengertian yang benar mengenai natur dukacita, yaitu
bahwa dukacita orang Kristen adalah sementara dan ada harapan akan sukacita
mendatang.
2. Paulus mendorong agar sesama orang percaya menghibur dengan kata-kata yang
memberi pengharapan dalam pengetahuan tentang kebenaran.
3. Paulus menekankan pentingnya interaksi langsung antarsesama orang percaya
dalam memberi penghiburan. Ketika sedang berbeban berat, Paulus sendiri
merasakan bagaimana kunjungan Titus dan Timotius sangat menguatkan dirinya. Dia
pun sebisa mungkin berupaya mengunjungi jemaatnya untuk menghibur dan
menunjukkan kasihnya yang besar kepada mereka.
Sekiranya tauratMu tidak menjadi kegemaranku maka aku telah binasa dalam
sengsaraku (Mazmur 119:92)
Dalam Roma 12:15, Rasul Paulus menulis, “Bersukacitalah dengan orang yang
bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” Paulus mengetahui
bahwa dalam kondisi tertentu dukacita tidak bisa dihindari dan menangis adalah
respons natural. Orang percaya diperbolehkan menangis. Orang percaya juga diminta
untuk menopang mereka yang berduka, dengan cara menangis bersama mereka.
Di sisi lain, Paulus mengingatkan bahwa dukacita orang beriman berbeda karena
orang Kristen memiliki harapan. “Selanjutnya kami tidak mau saudara-saudara bahwa
kamu tidak mengetahui mengenai mereka yang meninggal, supaya kamu tidak
berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan” (1
Tesalonika 4:13). Dalam teks asli Alkitab, Paulus menggunakan kata yang bermakna
“tertidur” untuk menggambarkan seseorang yang telah meninggal. Paulus ingin
menekankan bahwa orang percaya hidup dalam penantian akan kedatangan Yesus
yang kedua kali. Mereka yang meninggal tidak hilang begitu saja, melainkan akan
dibangkitkan kembali saat Yesus datang, bagai orang yang sedang tertidur kemudian
akan bangun kembali. Bila saat itu tiba, kita akan bergabung bersama mereka dan
tinggal selamanya bersama Tuhan dalam kemuliaan-Nya.
TATA IBADAH (LITURGI)
KUNJUNGAN DUKA

Tata Ibadah dalam kunjungan duka bagi suku batak secara khusus jika ada salah satu yang
meninggal dunia sampai usia dewasa atau belum menikah acaranya tidak banyak, baik
dari segi adat dan waktu pemakamannya hanya satu hari saja lalu di kuburkan.
Tetapi yang sudah berkeluarga acaranya boleh berhari-hari. apa lagi sudah punya cucu,
cicit, ini bisa sampai satu minggu.
Kemudian penguburan karena adat berjalan dalam acara tersebutjadi tata ibadahnya
selama jenazah di dalam rumah ibadahnya dilaksanakan khususnya pada malam hari
karena siang hari orang-orang pekerja. akan tetapi malam hari lebih mudah dikumpulkan.
Dalam acara tersebut di adakan ibadah, antara lain : ada doa, pujian, penyembahan, kata-
kata penguatan, pembacaan firman.
Inilah yang dilakukannya sampai tiba hari penguburannya, acaranya lebih ditambahkan
dengan adanya penyiraman minyak wangi bagi semua keluarga yang hadir, acara tutup
peti, acara penguburan di pemakaman, selesai itu ada pengumuman utuk perkunjungan
selanjutnya bagi keluarga tersebut.
Sekian
&
Terima Kasih
Tuhan Yesus memberkati.

Anda mungkin juga menyukai