Anda di halaman 1dari 4

TUHAN YANG MENCUKUPKAN

FILIPI 4:4-6, 19, Bnd. Matius 6:25-34


KJ. 287B: “Sekarang B’ri Syukur”

1. Sekarang b’ri syukur, hai hati, mulut, tangan!


Sempurna dan besar segala karya Tuhan!
Dib’riNya kita pun anug’rah dan berkat
yang tak terbilang, t’rus semula dan tetap.
2. Yang mahamulia memb’rikan sukacita,
damai sejahtera di dalam hidup kita.
KasihNya tak terp’ri mengasuh anakNya;
tolonganNya besar – seluas dunia!

PENGANTAR
Kidung Jemaat 287 yang berjudul: “Sekarang B’ri Syukur,” adalah salah satu nyanyian Gerejawi
yang sangat terkenal dan telah dinyanyikan sejak tahun 1636. Lagu ini berisi ajakan untuk bersyukur dan
membesarkan nama Tuhan. Juga pengakuan tentang betapa luar biasanya anugerah dan mujizat berkat
Tuhan. Ternyata lagu ungkapan syukur ini diciptakan dalam situasi yang penuh dengan pergumulan dan
derita. Lagu ini syairnya di tulis oleh pendeta Martin Rinckart kemudian melodinya diubah oleh Johann
Crugger pada 1647, yaitu seorang komponis terkenal di Jerman pada waktu itu. Martin Rinckart lahir di
kota Eilenberg Jerman. Ia seorang anak tukang perunggu yang kehidupan keluarganya pas-pasan. Martin
remaja aktif di gereja dan menjadi anggota paduan suara gereja St. Thomas di Leipzig Jerman. Martin
bercita-cita menjadi pendeta. Ia harus bekerja dan belajar sangat keras hingga lulus dari Universitas
Leipzig. Perjuangannya tidak sia-sia, Rinckart menjadi pendeta dan ditempatkan di Eilenberg, kota
kelahirannya.
Namun, masa-masa itu adalah masa perang sedang bergejolak di Jerman pada 1618-1648. Perang
bergejolak, wabah penyakit sampar melanda, dan kelaparan terjadi di Eilenberg. Pdt. Martin bergumul
dalam derita keluarganya yang semakin terhimpit secara ekonomi tapi juga derita umat Tuhan yang
menjadi korban perang, sakit dan mati kelaparan. Betapa beratnya pergumulannya, karena ada kalanya
Pdt. Martin harus memimpin kebaktian pemakaman sebanyak 40-50 kali dalam satu hari. Namun,
melewati masa pergumulan dan derita itu, Pdt. Martin mengakui bahwa jemaat tidak dapat melewati
gumul dan derita itu, dengan belas kasihan manusia. Gumul dan derita itu dapat dilewati hanya karena
anugerah Tuhan, hanya mujizat Tuhan. Pengalaman iman Pdt. Martin dan jemaat di Leipzig memberi
pelajaran iman bahwa meskipun mengalami pergumulan dan derita, tapi pengharapan di dalam
Tuhan dan ungkapan syukur kepada Allah dapat menguatkan iman mereka.
ISI
Apa yang diimani Pdt. Martin, juga sudah dialami oleh Rasul Paulus dalam teks ini. Teks ini ditulis
di dalam penjara, tatkala Paulus memberitakan Injil di Roma pada tahun 60-61, di kekaisaran Nero yang
sangat kejam dan bengis itu. Paulus menjadi salah satu tawanan bahkan ancaman hukuman mati, oleh
karena dia melakukan Penginjilan di wilayah Roma pada waktu itu. Dan menurut tradisi, bahwa akhirnya
Paulus dipenggal kepalanya di kekaisaran Romawi. Di tengah-tengah situasi penderitaannya itulah Paulus
menulis suratnya kepada jemaat di Filipi, sebab pada saat yang sama juga jemaat Filipi mengalami
penderitaan. Jemaat mengalami penganiayaan karena iman kepada Kristus. Mengetahui hal itu, Paulus
yang di dalam penjara tidak menyesal, tidak marah, bahkan tidak memberontak kepada Allah. JUSTRU
Paulus mengajak jemaat untuk bersukacita di dalam Tuhan. Paulus mengingatkan semua jemaat Filipi
juga keluarga dan kita semua bahwa sukacita orang percaya itu tidak tergantung pada kondisi yang
dialami. Sumber sukacita sejati itu adalah kehadiran Kristus yang menyertai kita dalam segala situasi. Jika
kita sedang menghadapi persoalan yang berat dan mendengar nasihat seperti ini dari orang lain, kita
mungkin akan menganggap orang tersebut terlalu menggampangkan masalah. Kita menilai orang
tersebut peka terhadap perasaan kita. BERSUKACITA DALAM SEGALA KEADAAN? Mustahil!. Pada saat
Paulus menulis surat Filipi dia sedang berada di dalam penjara (1:12-13). Selama pemenjaraannya
sebagian orang mencoba menambah bebannya di penjara dengan cara memberitakan Injil secara tidak
tulus (1:17). Dia belum mengetahui apakah dia nanti akan dihukum mati atau dibebaskan oleh kaisar.
Jemaat Filipi yang dia cintai juga bukan dalam keadaan yang baik-baik saja. Mereka masih menghadapi
penganiayaan (1:27-30). Mereka mengalami masalah relasional (2:1-4; 4:1-3). Ancaman ajaran sesat juga
ada di depan mata (3:1-3). Alasan yang diberikan oleh Paulus untuk bersukacita adalah “di dalam Tuhan.”
Konsep “di dalam Tuhan” atau “di dalam Kristus” berkali-kali muncul dalam tulisan Paulus. Maknanya
cukup beragam. Salah satunya mengarah pada kedaulatan Allah. Paulus menyerahkan rencana dan
keyakinannya “di dalam Tuhan” (2:19, 24). Jemaat akan mampu berdiri teguh jika berdiri “di
dalam Tuhan” (4:1).
Ketika menerima persembahan dari jemaat, Paulus bersukacita “di dalam Tuhan” (4:10). Dia
menyadari bahwa Allah yang berdaulat telah menggerakkan jemaat Filipi untuk memberi. Jadi, kita perlu
mengingat bahwa Sumber sukacita kita adalah kedaulatan TUHAN atas segala keadaan, bukan
selalu pada perubahan keadaan yang Dia mungkin lakukan. Sukacita dari Kristus berkaitan erat
dengan kebaikan hati. Paulus menasihati jemaat untuk tetap bersukacita dan bersyukur. Menggumuli
semuanya itu di dalam doa, menyatakan kebaikan hati kepada semua orang karena setiap orang percaya
mengalami kehadiran Kristus dan kasih Kristus. Sebagaimana dialami oleh Pdt. Martin Rinckart sehingga
ia dapat mengarang lagu “Sekarang B’ri Syukur,” walau di tengah derita juga yang dialami oleh Paulus dan
yang mungkin kita alami saat ini, bahwa hanya oleh anugerah Allah dalam Yesus Kristus sajalah yang
mendatangkan sukacita dan ucapan syukur dalam kehidupan kita senantiasa.
Saudara terkasih, Ketika kita berada dalam keadaan yang pahit kita seringkali menjadi pribadi
yang pahit. Kita menjadi pribadi yang menjengkelkan bagi orang-orang di sekeliling kita. Tidak jarang
kita malah melukai orang lain sebagai reaksi kemarahan dan kekecewaan kita. Paulus menasihati
kita untuk menunjukkan kebaikan hati kita di depan semua orang. Apa yang dimaksud kebaikan hati di
sini? Mengapa terlihat di depan semua orang? Apakah itu tidak bertabrakan dengan nasihat Tuhan Yesus
bahwa kita dilarang memamerkan kebaikan kita di depan orang (Mat. 6:1-4)? Kata “kebaikan hati”
(epieikes) tidak merujuk pada pemberian sesuatu kepada orang lain. Kata ini seringkali muncul dalam
konteks perselisihan (Tit. 3:2; Yak. 3:17). Dalam beberapa konteks, kata epieikes dikontraskan dengan
sikap pemarah (1Tim. 3:3) atau bengis (1Pet. 2:18). Versi Inggris memberikan terjemahan yang berlainan
untuk kata ini: reasonableness (ESV), moderation (KJV), gentle spirit/gentleness (NIV/NASB), forbearance
(RSV).
Intinya terletak pada sikap yang tidak reaktif di tengah relasi yang buruk. Kita berpikir
panjang dalam menyikapi suatu persoalan. Rahasia untuk tetap tenang dalam segala keadaan
adalah “Tuhan sudah dekat” (ayat 5b). Sekilas kita mungkin memahami frasa ini sebagai rujukan pada
kedatangan Kristus yang kedua kali. Penyelidikan yang lebih teliti ternyata tidak mengarah ke sana.
Rujukan pada kedatangan di akhir zaman dalam Alkitab biasanya ditambahi kata “kedatangan” (parousia)
atau “hari/saat” (hōra). Tambahan seperti ini tidak muncul di Filipi 4:5 (bdk. Yak. 5:8; 1Pet. 4:7).
Yang dimaksud oleh Paulus di ayat ini adalah penyertaan dan intervensi Tuhan ke dalam situasi
spesifik yang sedang kita hadapi. “Tuhan dekat” berarti Dia menyertai kita. “Tuhan sudah dekat”
berarti Dia segera akan bertindak. Kita tidak sendirian. Allah sedang mengontrol keadaan kita.
Kesadaran tentang siapa yang memegang kontrol atas hidup kita ini akan menolong kita untuk
tidak reaktif dalam keadaan seburuk apapun. Kita tidak mudah marah, jengkel, kecewa, atau
putus asa karena kita meyakini bahwa Tuhan mengendalikan keadaan kita.
Tidak kuatir dalam segala keadaan (ayat 6-7). Keadaan buruk berpotensi bukan hanya untuk
merampas sukacita dan sikap baik dalam diri kita. Keadaan buruk juga seringkali menumbuhkan
kekuatiran dan ketakutan. Di tengah situasi seperti ini Paulus menasihatkan kita untuk tidak kuatir. Kata
kerja “kuatir” (merimnaō) pada dirinya sendiri tidak selalu mengandung arti yang negatif. Kata
ini bisa berarti negatif (“memikirkan suatu kepentingan”; concern) atau positif (“merasa kuatir”;
worry). Timotius dipuji oleh Paulus karena memikirkan kepentingan ( merimnaō) jemaat Filipi.
Yang jadi masalah adalah jika kadar memikirkan kepentingan ini berlebihan. Jika kadarnya
berlebihan, di situ telah terjadi perubahan dari “perhatian” (concern) menjadi “kekuatiran”
(anxiety). Kekuatiran perlu diwaspadai dan dilawan. Paulus memberikan cara untuk menaklukkan
kekuatiran: “nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur” (4:6b). Dalam teks Yunani frasa “nyatakanlah kepada Allah” sengaja diletakkan di
bagian terakhir, karena bukan itu yang sedang ditekankan di sini. Jemaat Filipi pasti akan menyatakan
persoalan kepada Tuhan. Mereka tidak perlu dinasihati untuk melakukan itu. Yang ditekankan oleh
Paulus adalah bagaimana mereka seharusnya menyatakan hal itu kepada Allah. Paulus memberikan
penjelasan yang cukup panjang: dalam segala hal, dalam doa, dalam permohonan, dan dengan ucapan
syukur. Penjelasan ini mengajarkan bahwa berdoa tidak identik dengan memohon. Doa lebih luas
daripada sekadar meminta. Itulah sebabnya Paulus membedakan antara “dalam doa” dan “dalam
permohonan.” Doa bukan hanya tentang permohonan, tetapi membangun hubungan. Persandaran, bukan
penyampaian tuntutan. Di dalam doa kita menyatakan segalanya (“dalam segala hal”), bukan hanya
permintaan. Kita bisa sekadar mencurahkan isi hati kepada Allah. Kita bisa sekadar menikmati
pembicaraan dengan Dia. Yang tidak kalah penting, doa juga harus dilakukan dengan ucapan syukur.
Kebenaran ini kelihatannya sederhana, tetapi sering kita lupakan. Kita kadangkala meminta dengan
tuntutan, kekecewaan, kemarahan, bahkan ancaman kepada Tuhan.
Sikap seperti ini menyiratkan bahwa kita kurang memahami kebaikan Tuhan. Hati yang
bersyukur mengikis kekuatiran karena terus mengingat kebaikan dan kesetiaan TUHAN di
sepanjang jalan. Bukan hanya itu, seberapa besar ucapan syukur kita kepada TUHAN ditentukan oleh
seberapa besar kita meyakini kebaikan-Nya dalam segala keadaan. Ketika kita menyampaikan semua isi
hati kita kepada Allah dalam doa dengan penuh ucapan syukur, Allah menjanjikan kedamaian yang
melampaui segala akal. Allah akan menjaga hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (4:7). Tambahan
“dalam Kristus Yesus” di sini sangat penting. Kedamaian tidak terpisahkan dari Kristus. Kristus
pernah menyediakan kedamaian yang melampaui segala akal (yaitu kita didamaikan dengan
Allah), Dia juga akan selalu menyediakan kedamaian yang sama untuk persoalan yang berbeda.
Inilah yang menjadi alasan bagi keyakinan kita bahwa janji Allah untuk memberikan kedamaian pasti
akan dilaksanakan. Tuhan sudah pernah melakukan. Dia akan melakukannya lagi bagi kita!! Janji di
ayat 19 tidak boleh dipahami sebagai sebuah transaksi: kita memberi, Tuhan memberkati. Paulus tidak
memaksudkan seperti itu. Sebaliknya, dia sedang meyakinkan jemaat Filipi tentang pemberian dan
pemeliharaan Allah bagi mereka. Dengan menyerahkan sebagian dari yang mereka miliki, jemaat Filipi
tidak akan mengalami kekurangan. Allah sanggup menyediakan segala keperluan mereka. Allah akan
memelihara mereka. Bukankah salah satu alasan mengapa kita kurang memberi adalah kekuatiran bahwa
kita akan mengalami kekurangan? Kita berhemat begitu rupa (cenderung ke arah pelit) karena kita
kurang yakin bahwa Allah sanggup menyediakan bagi kita. Dengan meyakini pemberian dan
pemeliharaan Allah, kita semakin dimampukan untuk memberi lebih banyak dengan sikap yang lebih
baik.

REFLEKSI
1. Semua orang pasti pernah berada dalam situasi yang buruk. Sebagian mungkin berada dalam
penderitaan, yang lain mungkin berada di tengah perselisihan. Di tengah situasi yang buruk
sebagian orang cenderung menyikapi keadaan dengan cara yang buruk juga. Mereka
menyalahkan orang lain. Tidak bisa menerima keadaan. Tidak jarang mereka bahkan menjadikan
keadaan yang buruk sebagai pembenaran bagi sikap mereka yang buruk. Teks hari ini
mengajarkan sikap yang berbeda. Kita tidak boleh kalah dengan keadaan. Respons kita tidak
boleh ditentukan oleh keadaan. Kuncinya di sini adalah cara pandang (perspektif). Keadaan yang
sama bisa dipandang secara berbeda dengan lensa yang berbeda pula. Jadi, yang paling perlu
untuk diubah adalah cara pandang terhadap suatu keadaan. Mereka yang terlalu ngotot
mengubah keadaan justru sering kehilangan gambaran besar. Situasi yang buruk tidak
menghalangi Paulus untuk memberikan sikap yang baik. Kuncinya terletak pada perspektif
teosentris (lihat pemunculan kata “Tuhan,” “Allah,” dan Kristus Yesus” di ayat 4, 5, 6, 7). Hanya
perspektif dari atas yang memampukan Paulus untuk menyikapi semua keadaan ini dengan baik.

2. Seringkali kita terjebak memikirkan hal-hal yang negatif, menyesali masa lalu, atau kuatir akan
masa depan sehingga kita kehilangan damai sejahtera dalam batin kita. Oleh karena itu marilah
kita berlatih memikirkan hal-hal positif yang dapat membangun iman kita sesuai firman Tuhan.
Saat pikiran kita dipenuhi hal-hal rohani, damai sejahtera Kristus yang melampaui akal akan
melingkupi dan memelihara hati dan pikirannya.
3. Seringkali kita cemas memikirkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti keuangan,
pekerjaan, tempat tinggal, dll. Namun Paulus sekali lagi mengingatkan bahwa Allah yang kaya dan
mulia tidak akan menelantarkan anak-anak-Nya. Dia pasti akan memenuhi segala keperluan kita,
sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya yang sempurna bagi kita.
4. Saat kita berdoa, kita mengakui keterbatasan diri kita dan kebesaran Allah yang berkuasa atas
segala sesuatu. Doa juga membuat kita tetap dekat dengan Tuhan. Selain itu, bersyukur dalam
segala hal, baik situasi senang ataupun tidak menyenangkan, melatih kita untuk tetap percaya
akan kebaikan dan kasih Tuhan.

“TUHAN TAHU”
PERHATIKANLAH BUNGA BAKUNG DI LADANG, TUHAN HIASI TANPA BEKERJA
APALAGI KITA ORANG PERCAYA, TUHAN P'LIHARA TUHAN CUKUPKAN

PERHATIKAN BURUNG-BURUNG DI UDARA, TUHAN BERI MAKAN TANPA BEKERJA


APALAGI KITA KESAYANGAN-NYA, TUHAN P'LIHARA TUHAN SEDIAKAN
SAAT KAU PERLU TUHAN TAU, SAAT KAU MINTA TUHAN DENGAR, SAAT PERCAYA TUHAN BEKERJA
SAAT MENANGIS TUHAN TAU, SAAT BERDOA TUHAN DENGAR, SAAT BERSYUKUR TUHAN BERKATI

Anda mungkin juga menyukai