1
Yahudi. Berbeda dengan Ezra, di mana Ezra lebih fokus untuk membangun “Rohani” orang
Yahudi. Setelah pembangunan selesai, maka diadakanlah kebaktian, yaitu di mulai dari nas kita
hari ini, yaitu pasal 8, khususnya ayat 1-12.
2
terganggu dalam pelayana doa dan pelayana firman. Dalam kIsah 6:4 “dan supaya kami
sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan firman.” Ini menunjukkan
bahwa doa dan Firman Tuhan merupakan dua hal yang terpenting dalam kebaktian. Saudara/i,
ada gereja yang tidak mengutamakan doa dan firman. Ada gereja yang mengutamakan
nyanyian/puji-pujian. Ini salah. Karena walaupun nyanyian penting, namun itu tidak sepenting
doa dan firman Tuhan. kalau ada gereja yang menyanyinya terlalu lama, lebih lama dari
Firman, contoh firman 15 menit sedangkan nyanyi 1 jam 2 mnt, habis nyanyi loyo semua,
akhirnya tidak bisa mendengar firman Tuhan. kalau saudara terlalu semangat dalam puji-
pujian, dan tidak semangat dalam mendengarkan firman Tuhan, saudara renung-kanlah:
apakah kira-kira Tuhan itu senang mendengar saudara memuji Dia, kalau saudara ternyata
tidak menghiraukan Firman-Nya? Ada juga orang yang menganggap bahwa Firman Tuhan
adalah satu-satunya hal yang penting dalam kebaktian. Ini mereka tunjukkan dengan
bermacam-macam cara seperti: datang persis sebelum Firman Tuhan dimulai dan
memusatkan konsentrasinya hanya untuk Firman Tuhan dan tidak untuk doa syafaat / puji-
pujian. Ini juga salah!
Harus ada konsentrasi kepada setiap liturgi yang sudah diaturkan, supaya jemaat betul-
betul berbakti kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Puji-pujian itu penting, itu sebab maka
dalam puji-pujian semua jemaat mesti bernyanyi, ini bukan konser, jadi saudara hanya lipat
tangan dan duduk, nonton, tidak!. Ini bukan pertunjukan, namun kita sedang ibadah. Maka
semua harus nyanyi. Ada yang nanya: “Bagaimana mau nyanyi, sedangkan lagunya saya
tidak tau.” Nah, hal ini mesti diperhatikan oleh pembawa liturgi. Tidak usah memaksa lagu
baru, di mana kita semua tidak tau mau nyanyi nya bagaimana. Ada gereja, sebelum kebaktian
nyanyian yang akan dinyanyikan pada waktu kebaktian dilatih terlebih dahulu. Mereka ibadah
pukul 09.00 WIB, Jemaat sudah berdatangan pukul 08.30 WIB untuk melatih lagu yang akan
dinyanyikan nantinya, supaya dapat gambaran dan ketika dinyanyikan bagus. Namun, banyak
jemaat sekarang yang datangpun terlambat, bagaimana mau bisa melatih lagu yang akan
dinyanyikan? Sehingga akhirnya banyak jemaat tidakk menyanyi, diam diri. Kalau tidak
sempat melatih lagu tersebut, maka hendaknya diganti dengan lagu-lagu yang umum atau
yang biasa dinyanyikan, supaya semua jemaat ikut bernyanyi.
2. DOA.
Dalam ayat 7 dikatakan: “Lalu Ezra memuji Tuhan, Allah yang Maha Besar, dan
semua orang menyambut dengan: Amin, Amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian
mereka berlutut dan sujud menyembah kepada Tuhan dengan muka sampai ke tanah.” Apakah
yang sedang mereka lakukan disini? Ada yang menganggap bahwa ini adalah berkat terakhir
yang diberikan oleh Ezra dalam kebaktian. Tetapi ini jelas tidak mungkin karena: ini tidak terjadi
pada akhir kebaktian mereka; di sini dikatakan bahwa Ezra memuji Tuhan, sedangkan berkat
terakhir dalam kebaktian jelas bukanlah suatu pujian kepada Tuhan. Yang sedang mereka
lakukan disini adalah menaikkan suatu doa pujian kepada Tuhan. Ada 3 hal yang bisa kita
pelajari dari bagian ini: Pertama. Ezra yang menaikkan doa pujian itu, dan pada akhir doa
jemaat menyambut dengan ‘amin’! Kata ‘amin’ adalah kata bahasa Ibrani yang berarti
‘sungguh, benar, pasti’. Dan dengan mengucapkan itu pada akhir doa, maka itu berarti bahwa
jemaat menyetujui doa yang dinaikkan oleh Ezra, dan sekaligus menjadikan doa Ezra itu sebagai
3
doa mereka semua. Ini menunjukkan bahwa Kitab Suci mengajar kita melakukan perseku-
tuan doa, bukan dengan cara dimana semua orang sama-sama buka suara untuk berdoa
(seperti yang dilakukan oleh banyak gereja), tetapi dengan cara dimana hanya satu orang
berdoa dengan suara keras, sedangkan yang lain hanya mendengar dan mengaminkannya
pada akhir dari doa itu! Saya pernah melihat di FB ada seseorang yang mengutip dari Matius
4:4 “Semua akan kuberikan kepada-Mu, jika ngkau sujud menyembah aku.” Kemudian dia
mengatakan “Bagi yang setuju katakan amin.” Lalu ada ribuan komentar, termasuk pendeta di
dalamnya ikut mengatakan amin. Setelah itu, seseorang itu memberitahu “ehh ini bukan kata-
kata Tuhan, tapi kata-kata Iblis.” Dengar firman Tuhan harus pakai otak, jangan hanya feeling,
sebab perasaan bisa menipu. Ada dua orang sedang pacaran. Laki-laki dengar ada suara
yang tidak enak dan bau. Yasudah abaikan lah. Sesudah itu dia ngomong sama ceweknya:
Sayang, kamu sangat cantik (iya sayang) kamu manis (iya sayang), kamu paling top
sedunia (iya sayang), kamu sangat perhatian dan baik (iya), kamu tadi yang kentut kan?
(iya). :D itu karena otak sudah tidak jalan, yakan? Hanya karena perasaan saja, semua
diiyakan. Pakai pikiran kalau dengar Firman. Kalau benar, aminkan, kalau salah jangan
amin.
Kedua. Mereka mengatakan 'amin' sambil mengangkat tangan. Ayat 7: ““Lalu Ezra
memuji Tuhan, Allah yang Maha Besar, dan semua orang menyambut dengan: Amin, Amin!”,
sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada Tuhan
dengan muka sampai ke tanah.” Dalam Kitab Suci memang banyak orang berdoa sambil
mengangkat kedua tangan (bdk. Maz 134:2: “Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah
TUHAN” ; 1Tim 2:8: “Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana orang laki-laki berdoa
dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan”), dan karena itu
jangan menya-lahkan orang yang berdoa dengan mengangkat kedua tangannya. Tetapi pada saat
yang sama perlu diingat bahwa Kitab Suci tidak mengharuskan kita untuk mengangkat tangan
pada saat berdoa (Luk 18:13 jelas menunjukkan bahwa pemungut cukai itu berdoa tanpa
mengangkat tangan). Karena itu kalau saudara adalah orang yang selalu mengangkat tangan
dalam berdoa, janganlah saudara menyalahkan orang lain yang kalau berdoa tidak mengangkat
tangannya. Kitab Suci memang tidak menentukan posisi jasmani seseorang pada saat berdoa.
Misalkan: kami memuji kebesaran-Mu (angkat tangan), lalu orang lain: Ihh coba lihat
:D”. Jangan anti kepada orang yang mengangkat tangannya kemudian juga yang angkat
tangan jangan pandang orang yang tidak angkat tangan tidak rohani.” Baik angkat
tangan maupun tidak, bukanlah persoalan.
Ketiga. Mereka berlutut dan sujud menyembah Tuhan. Ayat 7: “.........., Kemudian
mereka berlutut dan sujud menyembah kepada Tuhan dengan muka sampai ke tanah.” Ini
boleh saja dilakukan dalam kebaktian, tetapi juga bukan merupakan suatu keharusan. Yang
penting adalah: hati saudara betul-betul menyembah Tuhan (bdk. Yoh 4:24).
3. Firman TUHAN.
a. Orang yang memberitakan Firman Tuhan.
1. Ezra. Ia adalah seorang imam (ay 3,10), dan sekaligus seorang ahli Taurat (ay 2,5,10,14); Ia
adalah seseorang yang memenuhi syarat untuk menjadi seorang pengajar Firman Tuhan, karena
4
dalam Ezra 7:10 dikatakan bahwa ia bertekad untuk: meneliti Firman Tuhan; melakukan Firman
Tuhan; mengajarkan Firman Tuhan. Karena Ezra adalah ahli dalam Taurat Tuhan, maka dia
layak untuk memberitakan firman Tuhan. Dia adalah orang yang sangat berkompeten, dalam hal
ini. Saudara/i, kalau ingin mengajar haruslah belajar terlebih dahulu. Tidak boleh asal-asalan.
Supaya tidak salah dalam mengajar. Orang yang tidak meneliti Firman Tuhan dan / atau tidak
ingin melakukan Firman Tuhan (tidak mengajar) tidak berhak menjadi pengajar Firman Tuhan
(ini berlaku baik untuk semua pemberita Firman, baik Pendeta, Penginjil, dosen Sekolah
Theologia, pengkhotbah awam, guru agama, maupun guru Sekolah Minggu)!
2. Orang-orang Lewi (ay 8, 10a). Mengapa tidak hanya Ezra yang mengajar? karena jumlah
jemaat sangat banyak. Dalam Pasal 7:66-67: “Seluruh jemaah itu bersama-sama ada empat
puluh dua ribu tiga ratus rnam puluh orang; selain dari budak mereka laki-laki dan
perempuan yang berjumlah tujuh ribu tiga ratus tiga puluh tujuh orang, pada mereka ada dua
ratus empat puluh lima penyanyi laki-laki dan perempuan.” Bayangkan!! Penyanyinya saja
banyak. Banyak begini, tidak bisa hanya Ezra yang mengajar, maka butuh orang-orang lain. Dan
harus diingat bahwa pada jaman itu belum ada pengeras suara. Jadi, mungkin sekali mereka
membagi jemaat itu menjadi beberapa grup, dan setiap orang Lewi mengajar 1 grup orang.
5
jam! Adalah sesuatu yang luar biasa bahwa mereka bisa mendengar Firman Tuhan begitu lama!
Kalau saudara mendengar khotbah selama 1-1,5 jam, apakah saudara merasa itu terlalu lama?
Dan apakah saudara malas / tidak kuat untuk berkonsentrasi selama itu? Dan apakah saudara
jengkel kepada pengkhotbah yang khotbahnya panjang? Ingat bahwa setan pasti tidak senang
kalau saudara mendengar / belajar Firman Tuhan, apalagi yang panjang! Tetapi janganlah mau
tunduk pada godaannya untuk menyenangi khotbah-khotbah yang pendek! Saudara harus mau
belajar / melatih diri untuk berkonsentrasi jangka panjang! Adalah sesuatu yang menyedihkan
kalau orang kristen bisa menonton bioskop jangka panjang, dan bahkan pada waktu sekolah /
kuliah, bisa menerima pelajaran duniawi untuk jangka waktu yang lama, tetapi tidak bisa
mendengar Firman Tuhan jangka panjang!
3. Orang yang menerima Firman Tuhan.
a. Mereka rindu pada Firman Tuhan. Kerinduan mereka akan Firman Tuhan terlihat dari ay 2
dimana mereka meminta Firman Tuhan itu. Kerinduan pada Firman Tuhan inilah yang
menyebabkan mereka bisa mendengar Firman Tuhan jangka panjang! Orang yang tidak senang
mendengar Firman Tuhan jangka panjang sebetulnya adalah orang yang tidak rindu pada Firman
Tuhan! Saudara kalau rindu pacar, setelah ketemu, duduk 4-5 jam, tidak terasa kan? Pas
mau pulang, saudara berkata: Kemesraan ini janganlah cepat berlalu...” :D. Kerinduanlah
yang menyebabkan itu. Apakah saudara rindu pada Firman Tuhan? Apakah kerinduan itu
saudara wujudkan dengan secara rajin mau belajar Firman Tuhan baik dalam kebaktian,
Pemahaman Alkitab, maupun saat teduh? Apakah saudara mau mendengar cassette rekaman
khotbah dan membaca buku-buku rohani? Kalau saudara tidak rindu Firman Tuhan, maka itu
berarti bahwa saudara bukan orang kristen yang sejati, atau saudara adalah orang kristen yang
sedang sakit berat secara rohani!
b. Mereka hormat pada Firman Tuhan. Sikap hormat pada Firman Tuhan ini terlihat dalam ay 6
dimana dikatakan bahwa mereka bangkit berdiri. Apakah saudara selalu bersikap hormat pada
saat mendengar Firman Tuhan? Saudara memang tidak harus menyatakan rasa hormat itu dengan
berdiri seperti mereka. Tetapi apakah rasa hormat itu ada di dalam hati saudara? Apakah saudara
sering membiarkan anak saudara berlari-lari / membuat keributan pada saat Firman Tuhan
diberitakan? Ingat bahwa ini bukan hanya mengganggu konsentrasi pengkhotbah / jemaat yang
lain, tetapi juga merupakan tindakan yang tidak hormat kepada Tuhan maupun FirmanNya!
Kalau saudara mendapat teguran dari Firman Tuhan, apakah saudara mengacuhkannya dan
menganggap itu sebagai kata-kata Pendeta saja? Kalau ya, itu berarti saudara menolak Tuhan
sendiri (bdk. Luk 10:16), dan jelas menunjukkan sikap tidak hormat pada Firman Tuhan!
c. Mereka mendengar dengan penuh perhatian (ay 4). Ini adalah perwujudan dari rasa hormat
dan kerinduan pada Firman Tuhan! Saudara harus berusaha untuk mendengar dengan penuh
perhatian, dan sekaligus juga berusaha supaya jemaat yang lain juga bisa mendengar dengan
penuh perhatian. Karena itu jangan memberi komentar, ngobrol pada saat Firman Tuhan
disampaikan! Sekalipun saudara tetap bisa berkonsentrasi pada Firman Tuhan pada saat saudara
berbicara kepada tetangga saudara, tetapi boleh jadi tetangga saudara rusak konsentrasinya
karena hal itu! Supaya saudara bisa mendengar Firman Tuhan dengan penuh perhatian, tidak
cukup saudara melakukan hal itu dalam kebaktian saja, tetapi saudara juga harus melakukan
usaha-usaha tertentu sebelum kebaktian! Kalau sepanjang hari saudara melakukan macam-
macam hal (piknik, belanja, keluyuran, bekerja dsb), lalu datang dalam kebaktian sore, maka
sukar diharapkan saudara bisa berkonsentrasi pada Firman Tuhan! Disamping itu saudara juga
6
harus berdoa untuk meminta Tuhan menolong saudara supaya bisa berkonsentrasi dengan baik
pada waktu Firman Tuhan diberitakan.
d. Mereka mengerti Firman Tuhan yang disampaikan (ay 9b,13b). Bisa atau tidaknya jemaat
mendengar dengan penuh perhatian dan mengerti Firman Tuhan tergantung pada:
1. Pengkhotbahnya. Seseorang berkata: “Ministers must be men who can help the people to hear
attentively and understand the word of God” (= pendeta haruslah orang yang bisa menolong
jemaat untuk mendengar dengan penuh perhatian dan mengerti Firman Tuhan). Kalau
pengkhotbah memberikan terlalu banyak lelucon dan kesak-sian, maka ia memang bisa membuat
jemaat mendengar, tetapi ia tidak membuat jemaat mengerti Firman Tuhan! Sebaliknya, ada juga
pengkhotbah yang bisa menjelaskan Firman Tuhan tetapi ia tidak bisa menarik perhatian jemaat.
Seorang pengkhotbah seharusnya bisa menarik perhatian jemaat, dan bisa juga menjelaskan
Firman Tuhan kepada mereka!
2. Jemaat. Bagaimanapun hebatnya pengkhotbahnya, kalau jemaatnya memang tidak rindu Firman
Tuhan, dan tidak mau berkonsentrasi pada Firman Tuhan, maka pengkhotbah itu tidak akan bisa
membuat jemaatnya mendengar / mengerti Firman Tuhan! Saya sendiri sering melihat adanya
jemaat yang dari permulaan khotbah sudah bersikap acuh tak acuh terhadap Firman Tuhan, dan
saya bertanya-tanya dalam hati saya: apa gunanya dan apa tujuannya orang ini datang ke
kebaktian? Renungkan: apakah saudara adalah jemaat seperti itu?