Anda di halaman 1dari 7

“PULUNG, ERBERITA RAS SIKELENG-KELENG”

(BERKUMPUL, BERBERITA DAN SALING MENGASIHI)


MINGGU X KENCA TRINITATIS/TRITUGAS GEREJA
(NEHEMIA 8:1-12)
OLEH: CP. ANDRI VINCENT SINAGA
GBKP RG. BANGUN MULIA

GAMBARAN KONTEKS KITAB NEHEMIA


Konteksnya adalah Dalam masa pulangnya orang Yahudi dari Pembuangan (Babel).
Orang Yahudi, dihancurkan Babilonia (Nebukadnezar), lalu di buang ke pembuangan yaitu
Babilonia. Setelah 70 tahun di pembuangan lalu terjadi pergolakan politik, di mana Babel di
gulingkan dan naiklah kerajaan baru yaitu Persia. Maka sekarang bukan lagi Nabukadnezar yang
berkuasa, Tapi raja-raja Persia, yaitu seperti raja Darius, Artasasta, dll. Kemudian, Israel pindah
tuan. Tadinya menghamba kepada Babel, namun karena Babel sudah hancur, maka muncul
Persia. Maka, bangsa Yahudi yang berada di bawah kekuasaan Persia, di kembalikan ke tanah air
mereka (Yerusalem). Rombongan pertama di bawah Zerubabel (70 tahun), rombongan kedua
(Ezra). Namun, ada juga orang Yahudi tidak mau pulang karena sudah nyaman. Berbeda dengan
Nehemia, yang masih tinggal di sana, namun bukan karena sudah merasa nyaman, melainkan
Nehemia bekerja untuk raja-raja Persia, misalkan raja Artasastra, sebagai pegawai juru minum
raja. Mengapa raja perlu juru minum? Karena, pada umumnya, raja memiliki banyak musuh,
maka mereka menghindari apabila ada musuh yang berusaha untuk membunuhnya, misalkan
dengan menaruh racun di minuman raja. Maka, sebelum raja meminum minumannya terlebih
dahulu juru minum merasakannya. Maka apabila terjadi sesuatu yang membahayakan,
Nehemialah yang terlebih dahulu merasakannya.
Dengan demikian, jikalau ada orang racun raja, yang mati pertama adalah juru minum,
maka pekerjaannya ini adalah beresiko. Suatu saat, datang salah seorang dari Yehuda, bernama
Hanani dan beberapa orang lainnya, dan kemudian Nehemia bertanya tentang keadaan negerinya
(Yerusalem). Lalu mereka mengatakan bahwa tanah air mereka susah, bait Allah hancur,
tembok-tembok hancur, dan mengalami kesusahan. Itulah yang membuat Nehemia sangat
bersusah hati, sehingga dia berpuasa dan berdoa kepada Allah (Neh 1). Kendatipun Nehemia
hidup nyaman di Persia, namun dia masih memiliki rasa nasionalisme yang tinggi kepada
bangsanya. Suatu saat, Nehemia menghadap raja dan menghantarkan minuman raja, dengan
muka muram (sedih). Kemudian raja bertanya kepada dia, lalu Nehemia menjawab bahwa dia
bersusah hati, menangis bahkan berkabung karena tanah airnya, dan dia minta ijin kepada raja.
Kemudian, raja Persia menginjinkan dan membawa surat rekomendasi untuk diserahkan kepada
bupati-bupati atau pemimpin di sekitaran Yerusalem. Lalu akhirnya, dengan rakyat mulai
membangun tembok Yerusalem. Sementara mereka membangun tembok Yerusalem, maka ada
banyak serangan atau tantangan yang mereka alami dan hadapi, seperti serangan dari luar seperti
Sanbalat, Tobia, dll (Neh 4). Dan juga persoalan dari dalam dihadapi, namun dengan perjuangan
yang gigih, maka semua tembok-tembok berdiri dan selesai dibangun. Maka Nehemia sangat
berpengaruh dalam pembangunan “Fisik” Yerusalem, yang di dalamnya terdapat orang-orang

1
Yahudi. Berbeda dengan Ezra, di mana Ezra lebih fokus untuk membangun “Rohani” orang
Yahudi. Setelah pembangunan selesai, maka diadakanlah kebaktian, yaitu di mulai dari nas kita
hari ini, yaitu pasal 8, khususnya ayat 1-12.

ADA BEBERAPA HAL YANG PERLU KITA PELAJARI, YAITU:


1. KEBAKTIAN.
a. Mereka berkumpul dalam kesatuan. Ayat 2: “Maka, Serentak berkumpullah seluruh
rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. NIV: “all the people assembled as one man”
(Semua orang itu berkumpul sebagai satu orang). Seolah-olah mereka menjadi satu, dan ini
menunjukkan bahwa di dalam kebaktian itu betul-betul ada kesatuan orang Israel di dalam
berbakti. Ini penting bagi kita, bahwa dalam berbakti di antara kita semua perlu ada kesatuan,
tidak boleh ada perpecahan, tidak boleh ada iri hati, kejengkelan, ketidaksenangan satu
dengan yang lain, yang akhirnya merusak persekutuan dalam gereja. Karena, ada banyak
orang yang hadir dalam gereja, dia duduk di sini, menyanyi tapi ada rasa benci kepada orang
yang di sana. Itu artinya tidak ada kesatuan dalam gereja. Sama-sama melayani, tapi hati
penuh dengan iri dan dengki. Sama-sama berjemaat, sama-sama tapi bersikap acuh tak acuh
antara satu dengan yang lain, di antara komunitas sesama jemaat Tuhan. Karena di sini
dikatakan “Mereka berkumpul sebagai satu orang”, Maka, buanglah segala kesombongan,
iri hati, kejengkelan, ketidaksenangan, dan sikap acuh tak acuh yang menghalangi / merusak
kesatuan dalam gereja.
b. Yang Berkumpul dalam kebaktian adalah orang-orang yang dapat mengerti. Ayat 3-4:
“Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke
hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan Setiap orang yang dapat
mendengar dan mengerti. Dia membaca beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di
depan pintu gerbang air, dari pagi sampai tengah hari di depan laki-laki dan perempuan dan
semua orang yang dapat mengerti. Dalam kebaktian tersebut, yang hadir adalah orang-orang
yang dapat mendengar dan mengerti. Dalam Ulangan 31:12-13, dikatakan di sana bahwa
dalam kebaktian hadir juga anak-anak, yaitu mereka yang dapat mengerti, karena mereka bisa
belajar. “Seluruh bangsa itu berkumpul, laki-laki perempuan dan anak-anak dan orang asing
yang diam di tempatmu itu, supaya mereka mendengarnya dan belajar takut akan Tuhan,
Allahmu dan mereka melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini; dan
supaya anak-anak mereka, yang tidak mengetahuinya, dapat mendengarnya dan belajar
takut akan TUHAN, Allahmu, selama kamu hidup di tanah, ke mana kamu akan pergi,
menyeberangi sungai Yordan, untuk mendudukinya.” Maka, hal yang penting dalam firman
Tuhan adalah mengerti.
c. Dalam Kebaktian itu mereka berdoa dan mendengar Firman Tuhan. Dalam kebaktian,
mereka melakukan doa dan mendengarkan firman Tuhan. Pada waktu gereja mula-mula, pada
waktu rasul-rasul sibuk melayani semua, tau-tau ada pelayanan diakonia yang terbengkalai,
maka rasul memilih tujuh pelayan diaken untuk mengurus mengenai diakonia, agar rasul tidak

2
terganggu dalam pelayana doa dan pelayana firman. Dalam kIsah 6:4 “dan supaya kami
sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan firman.” Ini menunjukkan
bahwa doa dan Firman Tuhan merupakan dua hal yang terpenting dalam kebaktian. Saudara/i,
ada gereja yang tidak mengutamakan doa dan firman. Ada gereja yang mengutamakan
nyanyian/puji-pujian. Ini salah. Karena walaupun nyanyian penting, namun itu tidak sepenting
doa dan firman Tuhan. kalau ada gereja yang menyanyinya terlalu lama, lebih lama dari
Firman, contoh firman 15 menit sedangkan nyanyi 1 jam 2 mnt, habis nyanyi loyo semua,
akhirnya tidak bisa mendengar firman Tuhan. kalau saudara terlalu semangat dalam puji-
pujian, dan tidak semangat dalam mendengarkan firman Tuhan, saudara renung-kanlah:
apakah kira-kira Tuhan itu senang mendengar saudara memuji Dia, kalau saudara ternyata
tidak menghiraukan Firman-Nya? Ada juga  orang yang menganggap bahwa Firman Tuhan
adalah satu-satunya hal yang penting dalam kebaktian. Ini mereka tunjukkan dengan
bermacam-macam cara seperti: datang persis sebelum Firman Tuhan dimulai dan
memusatkan konsentrasinya hanya untuk Firman Tuhan dan tidak untuk doa syafaat / puji-
pujian. Ini juga salah!
Harus ada konsentrasi kepada setiap liturgi yang sudah diaturkan, supaya jemaat betul-
betul berbakti kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Puji-pujian itu penting, itu sebab maka
dalam puji-pujian semua jemaat mesti bernyanyi, ini bukan konser, jadi saudara hanya lipat
tangan dan duduk, nonton, tidak!. Ini bukan pertunjukan, namun kita sedang ibadah. Maka
semua harus nyanyi. Ada yang nanya: “Bagaimana mau nyanyi, sedangkan lagunya saya
tidak tau.” Nah, hal ini mesti diperhatikan oleh pembawa liturgi. Tidak usah memaksa lagu
baru, di mana kita semua tidak tau mau nyanyi nya bagaimana. Ada gereja, sebelum kebaktian
nyanyian yang akan dinyanyikan pada waktu kebaktian dilatih terlebih dahulu. Mereka ibadah
pukul 09.00 WIB, Jemaat sudah berdatangan pukul 08.30 WIB untuk melatih lagu yang akan
dinyanyikan nantinya, supaya dapat gambaran dan ketika dinyanyikan bagus. Namun, banyak
jemaat sekarang yang datangpun terlambat, bagaimana mau bisa melatih lagu yang akan
dinyanyikan? Sehingga akhirnya banyak jemaat tidakk menyanyi, diam diri. Kalau tidak
sempat melatih lagu tersebut, maka hendaknya diganti dengan lagu-lagu yang umum atau
yang biasa dinyanyikan, supaya semua jemaat ikut bernyanyi.

2. DOA.

Dalam ayat 7 dikatakan: “Lalu Ezra memuji Tuhan, Allah yang Maha Besar, dan
semua orang menyambut dengan: Amin, Amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian
mereka berlutut dan sujud menyembah kepada Tuhan dengan muka sampai ke tanah.” Apakah
yang sedang mereka lakukan disini? Ada yang menganggap bahwa ini adalah berkat terakhir
yang diberikan oleh Ezra dalam kebaktian. Tetapi ini jelas tidak mungkin karena: ini tidak terjadi
pada akhir kebaktian mereka; di sini dikatakan bahwa Ezra memuji Tuhan, sedangkan berkat
terakhir dalam kebaktian jelas bukanlah suatu pujian kepada Tuhan. Yang sedang mereka
lakukan disini adalah menaikkan suatu doa pujian kepada Tuhan. Ada 3 hal yang bisa kita
pelajari dari bagian ini: Pertama. Ezra yang menaikkan doa pujian itu, dan pada akhir doa
jemaat menyambut dengan ‘amin’! Kata ‘amin’ adalah kata bahasa Ibrani yang berarti
‘sungguh, benar, pasti’. Dan dengan mengucapkan itu pada akhir doa, maka itu berarti bahwa
jemaat menyetujui doa yang dinaikkan oleh Ezra, dan sekaligus menjadikan doa Ezra itu sebagai

3
doa mereka semua. Ini menunjukkan bahwa Kitab Suci mengajar kita melakukan perseku-
tuan doa, bukan dengan cara dimana semua orang sama-sama buka suara untuk berdoa
(seperti yang dilakukan oleh banyak gereja), tetapi dengan cara dimana hanya satu orang
berdoa dengan suara keras, sedangkan yang lain hanya mendengar dan mengaminkannya
pada akhir dari doa itu! Saya pernah melihat di FB ada seseorang yang mengutip dari Matius
4:4 “Semua akan kuberikan kepada-Mu, jika ngkau sujud menyembah aku.” Kemudian dia
mengatakan “Bagi yang setuju katakan amin.” Lalu ada ribuan komentar, termasuk pendeta di
dalamnya ikut mengatakan amin. Setelah itu, seseorang itu memberitahu “ehh ini bukan kata-
kata Tuhan, tapi kata-kata Iblis.” Dengar firman Tuhan harus pakai otak, jangan hanya feeling,
sebab perasaan bisa menipu. Ada dua orang sedang pacaran. Laki-laki dengar ada suara
yang tidak enak dan bau. Yasudah abaikan lah. Sesudah itu dia ngomong sama ceweknya:
Sayang, kamu sangat cantik (iya sayang) kamu manis (iya sayang), kamu paling top
sedunia (iya sayang), kamu sangat perhatian dan baik (iya), kamu tadi yang kentut kan?
(iya). :D itu karena otak sudah tidak jalan, yakan? Hanya karena perasaan saja, semua
diiyakan. Pakai pikiran kalau dengar Firman. Kalau benar, aminkan, kalau salah jangan
amin.

Kedua. Mereka mengatakan 'amin' sambil mengangkat tangan. Ayat 7: ““Lalu Ezra
memuji Tuhan, Allah yang Maha Besar, dan semua orang menyambut dengan: Amin, Amin!”,
sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada Tuhan
dengan muka sampai ke tanah.” Dalam Kitab Suci memang banyak orang berdoa sambil
mengangkat kedua tangan (bdk. Maz 134:2: “Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah
TUHAN” ; 1Tim 2:8: “Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana orang laki-laki berdoa
dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan”), dan karena itu
jangan menya-lahkan orang yang berdoa dengan mengangkat kedua tangannya. Tetapi pada saat
yang sama perlu diingat bahwa Kitab Suci tidak mengharuskan kita untuk mengangkat tangan
pada saat berdoa (Luk 18:13 jelas menunjukkan bahwa pemungut cukai itu berdoa tanpa
mengangkat tangan).  Karena itu kalau saudara adalah orang yang selalu mengangkat tangan
dalam berdoa, janganlah saudara menyalahkan orang lain yang kalau berdoa tidak mengangkat
tangannya. Kitab Suci memang tidak menentukan posisi jasmani seseorang pada saat berdoa.
Misalkan: kami memuji kebesaran-Mu (angkat tangan), lalu orang lain: Ihh coba lihat
:D”. Jangan anti kepada orang yang mengangkat tangannya kemudian juga yang angkat
tangan jangan pandang orang yang tidak angkat tangan tidak rohani.” Baik angkat
tangan maupun tidak, bukanlah persoalan.

Ketiga. Mereka berlutut dan sujud menyembah Tuhan. Ayat 7: “.........., Kemudian
mereka berlutut dan sujud menyembah kepada Tuhan dengan muka sampai ke tanah.” Ini
boleh saja dilakukan dalam kebaktian, tetapi juga bukan merupakan suatu keharusan. Yang
penting adalah: hati saudara betul-betul menyembah Tuhan (bdk. Yoh 4:24).

3. Firman TUHAN.
a. Orang yang memberitakan Firman Tuhan.
1. Ezra. Ia adalah seorang imam (ay 3,10), dan sekaligus seorang ahli Taurat (ay 2,5,10,14); Ia
adalah seseorang yang memenuhi syarat untuk menjadi seorang pengajar Firman Tuhan, karena

4
dalam Ezra 7:10 dikatakan bahwa ia bertekad untuk: meneliti Firman Tuhan;  melakukan Firman
Tuhan; mengajarkan Firman Tuhan. Karena Ezra adalah ahli dalam Taurat Tuhan, maka dia
layak untuk memberitakan firman Tuhan. Dia adalah orang yang sangat berkompeten, dalam hal
ini. Saudara/i, kalau ingin mengajar haruslah belajar terlebih dahulu. Tidak boleh asal-asalan.
Supaya tidak salah dalam mengajar. Orang yang tidak meneliti Firman Tuhan dan / atau tidak
ingin melakukan Firman Tuhan (tidak mengajar) tidak berhak menjadi pengajar Firman Tuhan
(ini berlaku baik untuk semua pemberita Firman, baik Pendeta, Penginjil, dosen Sekolah
Theologia, pengkhotbah awam, guru agama, maupun guru Sekolah Minggu)!
2. Orang-orang Lewi (ay 8, 10a). Mengapa tidak hanya Ezra yang mengajar? karena jumlah
jemaat sangat banyak. Dalam Pasal 7:66-67: “Seluruh jemaah itu bersama-sama ada empat
puluh dua ribu tiga ratus rnam puluh orang; selain dari budak mereka laki-laki dan
perempuan yang berjumlah tujuh ribu tiga ratus tiga puluh tujuh orang, pada mereka ada dua
ratus empat puluh lima penyanyi laki-laki dan perempuan.” Bayangkan!! Penyanyinya saja
banyak. Banyak begini, tidak bisa hanya Ezra yang mengajar, maka butuh orang-orang lain. Dan
harus diingat bahwa pada jaman itu belum ada pengeras suara. Jadi, mungkin sekali mereka
membagi jemaat itu menjadi beberapa grup, dan setiap orang Lewi mengajar 1 grup orang.

b. Pemberitaan Firman Tuhan


1. Cara Pemberitaan Firman Tuhan; Kitab Suci dibacakan dulu, lalu diterjemahkan dan diberi
penjelasan supaya bisa dimengerti (ay 4,8,9).. Ayat 4, 9: “Ia Membacakan beberapa bagian
daripada kitab itu, di halaman di depan pintu gerbang air, dari pagi sampai tengah hari di
hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh
perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan Kitab Taurat itu; Bagian-bagian dari pada
kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan
sehingga pembacaan dimengerti.” (NIV - ay 8): ‘they read from the book of the law of
God, making it clear and giving the meaning so that the people could understand what was
being read’ (= mereka membaca dari buku hukum Allah,
kemudian menjelaskannya,menterjemahkan dan memberikan artinya sehingga orang banyak
bisa mengerti apa yang dibacakan). Mengapa perlu diterjemahkan? Karena adanya orang-orang
yang lahir dalam pembuangan, sehingga mereka tidak bisa berbahasa Ibrani), dan setelah itu
dijelaskan artinya. Saudara, tugas utama dan terakhir pengkhotbah adalah menjelaskan teks
Alkitab untuk dimengerti oleh jemaat. Bukan dengan membuat lelucon atau kesaksian yang
menyimpang dari teks, sehingga bisa memperkabur teks. Boleh saja membuat lelucon atau
kesaksian, selama itu tidak memperkabur makna teks. Kalau ada jemaat mendengar firman yang
lebih suka mendengar lelucon daripada mendengar penjelasan firman, besar kemungkinan
saudara adalah Kristen KTP yang belum bertobat. Sebab, orang yang bertobat itu adalah orang
yang akan selalu mencari kebenaran firman Tuhan dan makna yang dapat dimengerti dan
dilakukan ketimbang leluconnya. Cerita lucu bisa dipakai untuk mencapai tujuan, tapi
jangan lucu menjadi tujuan. Maka porsi menjelaskan firman, harus lebih banyak porsinya
leluconnya.
2. Lamanya Pemberitaan Firman Tuhan. Ayat 4: Ia Membacakan beberapa bagian daripada
kitab itu, di halaman di depan pintu gerbang air, dari pagi sampai tengah hari di hadapan
laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian
seluruh umat mendengarkan pembacaan Kitab Taurat itu.” Ini menunjukkan waktu sekitar 6

5
jam! Adalah sesuatu yang luar biasa bahwa mereka bisa mendengar Firman Tuhan begitu lama!
Kalau saudara mendengar khotbah selama 1-1,5 jam, apakah saudara merasa itu terlalu lama?
Dan apakah saudara malas / tidak kuat untuk berkonsentrasi selama itu? Dan apakah saudara
jengkel kepada pengkhotbah yang khotbahnya panjang? Ingat bahwa setan pasti tidak senang
kalau saudara mendengar / belajar Firman Tuhan, apalagi yang panjang! Tetapi janganlah mau
tunduk pada godaannya untuk menyenangi khotbah-khotbah yang pendek! Saudara harus mau
belajar / melatih diri untuk berkonsentrasi jangka panjang! Adalah sesuatu yang menyedihkan
kalau orang kristen bisa menonton bioskop jangka panjang, dan bahkan pada waktu sekolah /
kuliah, bisa menerima pelajaran duniawi untuk jangka waktu yang lama, tetapi tidak bisa
mendengar Firman Tuhan jangka panjang!
3. Orang yang menerima Firman Tuhan.
a. Mereka rindu pada Firman Tuhan. Kerinduan mereka akan Firman Tuhan terlihat dari ay 2
dimana mereka meminta Firman Tuhan itu. Kerinduan pada Firman Tuhan inilah yang
menyebabkan mereka bisa mendengar Firman Tuhan jangka panjang! Orang yang tidak senang
mendengar Firman Tuhan jangka panjang sebetulnya adalah orang yang tidak rindu pada Firman
Tuhan! Saudara kalau rindu pacar, setelah ketemu, duduk 4-5 jam, tidak terasa kan? Pas
mau pulang, saudara berkata: Kemesraan ini janganlah cepat berlalu...” :D. Kerinduanlah
yang menyebabkan itu. Apakah saudara rindu pada Firman Tuhan? Apakah kerinduan itu
saudara wujudkan dengan secara rajin mau belajar Firman Tuhan baik dalam kebaktian,
Pemahaman Alkitab, maupun saat teduh? Apakah saudara mau mendengar cassette rekaman
khotbah dan membaca buku-buku rohani? Kalau saudara tidak rindu Firman Tuhan, maka itu
berarti bahwa saudara bukan orang kristen yang sejati,  atau saudara adalah orang kristen yang
sedang sakit berat secara rohani!
b. Mereka hormat pada Firman Tuhan. Sikap hormat pada Firman Tuhan ini terlihat dalam ay 6
dimana dikatakan bahwa mereka bangkit berdiri. Apakah saudara selalu bersikap hormat pada
saat mendengar Firman Tuhan? Saudara memang tidak harus menyatakan rasa hormat itu dengan
berdiri seperti mereka. Tetapi apakah rasa hormat itu ada di dalam hati saudara? Apakah saudara
sering membiarkan anak saudara berlari-lari / membuat keributan pada saat Firman Tuhan
diberitakan? Ingat bahwa ini bukan hanya mengganggu konsentrasi pengkhotbah / jemaat yang
lain, tetapi juga merupakan tindakan yang tidak hormat kepada Tuhan maupun FirmanNya!
Kalau saudara mendapat teguran dari Firman Tuhan, apakah saudara mengacuhkannya dan
menganggap itu sebagai kata-kata Pendeta saja? Kalau ya, itu berarti saudara menolak Tuhan
sendiri (bdk. Luk 10:16), dan jelas menunjukkan sikap tidak hormat pada Firman Tuhan!
c. Mereka mendengar dengan penuh perhatian (ay 4).  Ini adalah perwujudan dari rasa hormat
dan kerinduan pada Firman Tuhan! Saudara harus berusaha untuk mendengar dengan penuh
perhatian, dan sekaligus juga berusaha supaya jemaat yang lain juga bisa mendengar dengan
penuh perhatian. Karena itu jangan memberi komentar, ngobrol pada saat Firman Tuhan
disampaikan! Sekalipun saudara tetap bisa berkonsentrasi pada Firman Tuhan pada saat saudara
berbicara kepada tetangga saudara,  tetapi boleh jadi tetangga saudara rusak konsentrasinya
karena hal itu! Supaya saudara bisa mendengar Firman Tuhan dengan penuh perhatian, tidak
cukup saudara melakukan hal itu dalam kebaktian saja, tetapi saudara juga harus melakukan
usaha-usaha tertentu sebelum kebaktian! Kalau sepanjang hari saudara melakukan macam-
macam hal (piknik, belanja, keluyuran, bekerja dsb), lalu datang dalam kebaktian sore, maka
sukar diharapkan saudara bisa berkonsentrasi  pada Firman Tuhan! Disamping itu saudara juga

6
harus berdoa untuk meminta Tuhan menolong saudara supaya bisa berkonsentrasi dengan baik
pada waktu Firman Tuhan diberitakan.
d. Mereka mengerti Firman Tuhan yang disampaikan (ay 9b,13b). Bisa atau tidaknya jemaat
mendengar dengan penuh perhatian dan mengerti Firman Tuhan tergantung pada:
1. Pengkhotbahnya. Seseorang berkata: “Ministers must be men who can help the people to hear
attentively and understand the word of God”  (= pendeta haruslah orang yang bisa menolong
jemaat untuk mendengar dengan penuh perhatian dan mengerti Firman Tuhan). Kalau
pengkhotbah memberikan terlalu banyak lelucon dan kesak-sian, maka ia memang bisa membuat
jemaat mendengar, tetapi ia tidak membuat jemaat mengerti Firman Tuhan! Sebaliknya, ada juga
pengkhotbah yang bisa menjelaskan Firman Tuhan tetapi ia tidak bisa menarik perhatian jemaat.
Seorang pengkhotbah seharusnya bisa menarik perhatian jemaat, dan bisa juga menjelaskan
Firman Tuhan kepada mereka!
2. Jemaat. Bagaimanapun hebatnya pengkhotbahnya, kalau jemaatnya memang tidak rindu Firman
Tuhan, dan tidak mau berkonsentrasi pada Firman Tuhan, maka pengkhotbah itu tidak akan bisa
membuat jemaatnya mendengar / mengerti Firman Tuhan! Saya sendiri sering melihat adanya
jemaat yang dari permulaan khotbah sudah bersikap acuh tak acuh terhadap Firman Tuhan, dan
saya bertanya-tanya dalam hati saya: apa gunanya dan apa tujuannya orang ini datang ke
kebaktian? Renungkan: apakah saudara adalah jemaat seperti itu?

Anda mungkin juga menyukai