Ringkasan : Pentakosta
Kisah 1:8 memberikan poin dan tujuan dari Pentakosta, bahwa Roh adalah kekuatan untuk melakukan misi
Tuhan bagi bangsa-bangsa. Dalam khotbah ini, pak James fokus pada dua simbol Roh Kudus pada peristiwa
Angin dalam bahasa asli Alkitab menggunakan kata yang sama untuk roh dan napas. Ruach dalam bahasa
Ibrani dan pneuma dalam Bahasa Yunani. Beberapa kisah dan teks Alkitab menggunakan menggunakan
simbol angin untuk menekankan kekuatan Allah yang memberikan kehidupan (lihat Kejadian 1:2:
Penciptaan; Yohanes 3:5-8: Nikodemus). Sedangkan pada kisah Pentakosta, simbol angin menunjuk kepada
kehidupan baru dalam komunitas gereja, yang memampukan mereka untuk menjadi saksi Kristus dan bukan
Simbol kedua adalah api yang merupakan simbol kehadiran Allah. Allah hadir dalam wujud api yang
membakar binatang dalam kisah perjanjian dengan Abraham (Kej 15:7). Dalam Ibrani 12:28 dituliskan
bahwa Tuhan adalah api yang menghanguskan (bandingkan Luk 12:49). Api pentakosta selain menjadi
simbol kehadiran Tuhan dalam umat-Nya, tetapi juga melalui Roh-Nya memampukan mereka untuk
Pada saat itu mereka penuh dengan Roh Kudus (ay. 4) merupakan simbolisasi dari regenerasi serta
identifikasi dengan adopsi Kristus dan hak istimewa menjadi anak dalam keluarga Tuhan – gereja.
Tujuannya supaya memeroleh kekuatan menjadi saksi dan bukan pada vokalisasi bebasnya. Karena ay. 5
dan seterusnya menunjukkan bahwa orang-orang dari bangsa lain mengerti yang mereka bicarakan.
Menutup khotbahnya pak James mengatakan bahwa peristiwa pentakosta seharusnya mengingatkan kita,
Dari khotbah tersebut, saya tertarik mengenai “Dipenuhi Roh Kudus”. Seperti disebutkan
oleh pak James bahwa dipenuhi oleh Roh Kudus pada kisah Pentakosta merupakan simbolisasi dari
regenerasi. Itu berarti, dipenuhi Roh Kudus merupakan wujud nyata regenerasi atau penerimaan
Roh Kudus (dibaptis dengan Roh Kudus). Dibaptis dengan Roh Kudus terkadang bersamaan
dengan dipenuhi Roh Kudus (Kis 2:4), akan tetapi pada umumnya tidak bersamaan (lih. Kis 2:38,
Ef 1:13). Sebab dibaptis dengan Roh Kudus satu kali untuk selamanya, sedangkan dipenuhi oleh
Roh Kudus bisa berkali-kali (Kis 2:4, 4:8, 4:31 band. Ef 5:18). Misalnya, kata kerja, “hendaklah
kamu penuh” dalam Ef 5:18, bersifat present dan pasif. Artinya suatu perintah kepada orang
percaya supaya terus menerus membiarkan diri (O’Brien, 2013). Sehingga kesimpulan Budi Asali
bahwa Alkitab memerintahkan orang percaya supaya terus menerus dipenuhi oleh Roh Kudus, dan
bukan terus menerus dibaptis dengan Roh Kudus (2016), dalam hal ini sangat tepat.
Jika demikian, apa maksudnya dipenuhi dengan Roh Kudus? John Piper menuliskan, the
fundamental meaning of being filled with the Spirit is being filled with joy that comes from God
(2016). Sukacita yang dimaksud tentunya dalam ketaatan dan melayani Tuhan. Para murid menjadi
contoh nyata akan hal itu. Paska Pentakosta, mereka semakin bertumbuh dalam persekutuan dan
semakin bersukacita memberitakan Injil. Karena itu, asumsi bahwa dipenuhi oleh Roh Kudus
sebagai second blessing, yaitu pemberian bahasa Roh sebagai tanda keselamatan, tidak tepat –
Sebab peristiwa Pentakosta adalah bersifat descriptive (menggambarkan), cerita yang terjadi
sungguh-sungguh dan bersifat menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu, namun tidak dapat
dijadikan didactic (pengajaran) (Asali, 2016) – Dibuktikan dengan bahasa Roh yang dilakukan
oleh para murid, dapat dimengerti oleh orang-orang bukan Yahudi (Kis 2:5-11). Hal itu sesuai
dengan tujuan awal Roh Kudus diberikan, yaitu untuk pemberitaan Injil (Kis 1:8).
Refleksi:
Tidak setiap hari saya menyadari bahwa di dalam saya ada Roh Kudus, dan dengan Roh Kudus itu
saya harus menjadi saksi, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. Saya masih berusaha
untuk tetap saat teduh pribadi, maupun ibadah bersama dengan keluarga, bahkan saya juga yakin
bahwa saya telah menerima Roh Kudus. Namun, saya merasa betapa saya kurang joy (sukacita)
Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman non-Kristen. Kami bercerita
sampai kemana-mana, dan saya pun mengikuti alur itu. Bahkan sampai area politik, dimana saya
sangat asing, pun saya tetap meladeninya berdiskusi. Bahkan dia sempat menceritakan masalah
pribadi maupun keluarganya. Namun, lagi-lagi saya hanya mendengar dan sesekali memberi
tanggapan ‘bijak’ padanya. Setelah kembali dari pertemuan itu, saya baru sadar dan menyesal,
mengapa tidak menggunakan kesempatan itu menyaksikan Kristus padanya lewat pengalaman
mengikut Kristus selama ini dan menghadapi pergumulan keluarga sebagai orang percaya. Saya
mulai mengintrospeksi diri. Kekurangpekaan itu terjadi karena terlalu biasa tidak peka dengan
suara Roh Kudus. Tidak memberi diri dikuasai Roh Kudus, namun lebih dikuasai oleh diri sendiri.
Kiranya Tuhan menolong saya untuk dipimpin oleh Roh-Nya, dan dimampukan untuk menjadi
Referensi:
Peter T. O’Brien, Surat Efesus, terj. Andri Kosasih (Surabaya: Momentum, 2013)
Budi Asali, ”Penuh Dengan Roh Kudus,” Golgothaministry.org, diakses 6 Juni 2016,
http://www.golgothaministry.org/artikel/art_penuhdenganrohkudus.htm.
John Piper, “Be Filled with the Spirit,” Desiringgod.org, 8 Maret 1981, diakses 6 Juni 2016,
http://www.desiringgod.org/messages/be-filled-with-the-spirit.