Anda di halaman 1dari 8

Masa Pentakosta 2014 59

Kotbah Jangkep
Minggu, 8 Juni 2014
MENERIMA ROH:
Hari raya Pentakosta
SETARA UNTUK
Bacaan I
Kis. 2:1-21
BERKARYA
Tanggapan:
Mazmur 104:24-35

Bacaan II:
1 Korintus 12:3b-13

Injil:

Yohanes 20:19-23

DASAR PEMIKIRAN
Terdapat perbedaan pemilihan teks pada Khotbah Jangkep
(GKJ) dan Dian Penuntun (GKI). Bahan ini berusaha
melakukan pemilihan (dengan mengacu Revised Common
Lectionary, tahun A) dalam terang tema Pentakosta 2014,
“Menerima Roh, Menghargai Perbedaan.”

Tema ini menjadi penting, karena makin lama makin muncul


pemahaman bahwa perbedaan itu tabu. Semua orang ingin
menjadi sama. Akibatnya, kehidupan dipecah-pecah dalam
berbagai kategori perbedaan. Yang paling terkenal adalah
SARA: Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan. Dampaknya,
konflik karena perbedaan sering terjadi. Tak hanya dalam
kehidupan bermasyarakat, dalam kehidupan gereja pun terjadi.
Konflik dalam gereja karena perbedaan pendapat, bukan barang
yang asing bagi kita. Itulah sebabnya, menjadi penting untuk
menghayati ulang makna kehadiran Roh Kudus. Roh Kudus
hadir untuk merayakan perbedaan, yang memang diciptakan
Tuhan. Bahan ini dibuat agar gereja/jemaat makin menghargai
60 Masa Pentakosta 2014

perbedaan – dalam bentuk apapun – sebagai bukti


kesediaannya memberi ruang yang utama bagi karya Roh
Kudus.
DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Kisah 2:1-21
Tanggapan : Mazmur 104:24-35
Bacaan II : 1 Korintus 12:3b-13
Injil : Yohanes 20:19-23
PENJELASAN TEKS
Kisah Para Rasul 2:1-21
Lukas dan Kisah Para Rasul bagaikan buku seri yang
bersambung. Lukas menghadirkan Yesus sebagai tokoh utama,
Kisah Para Rasul menghadirkan Roh Kudus sebagai tokoh
utama. Itulah sebabnya, adegan hadirnya Roh Kudus
disampaikan secara eksplisit. Hal ini bukan berarti Roh Kudus
belum hadir sebelumnya. Roh telah hadir, namun kali ini hadir
menjadi semacam “kuasa” yang dikaruniakan untuk
menahbiskan persekutuan umat Kristen.
Secara harfiah, Pentakosta berarti hari kelimapuluh. Memang
hari itu adalah hari ke 50 setelah Paskah. Hari raya itu,
mengambil nama hari raya orang Yahudi untuk mensyukuri
hasil panen gandum mereka. Itulah sebabnya, banyak orang
berkumpul di Yerusalem untuk merayakannya (ay 1). Di tengah
keramaian itu terdengarlah “… bunyi seperti tiupan angin
keras…” (ay 2). Angin adalah gambaran yang secara umum
dipahami terkait dengan Roh (Ibr: ruakh, Yun: pneuma,
keduanya menunjuk pada angin, api, nafas, dan jiwa). Itulah
sebabnya, gambaran dilanjutkan dengan lidah api yang menyala
(ay 3). Selanjutnya, para rasul melakukan tindakan yang
sebenarnya biasa dilakukan oleh para nabi, yaitu berkata-kata
di luar kesadaran. Keadaan itu saat ini sering disebut
“kepenuhan roh” (bdk. ay 4). Yang kemudian menjadi
persoalan, kerap itu menjadi satu-satunya tanda orang dipenuhi
Roh Kudus. Kalau tidak bisa berbahasa roh, berarti tidak
Masa Pentakosta 2014 61

dipenuhi Roh. Gambaran Kisah, jelas menolak anggapan


tersebut. Sebab dalam Kisah, bahasa yang mereka gunakan
adalah bahasa manusia yang membuat mereka mengerti
“tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (ay
11c). Artinya, kuasa Roh yang ditunjukkan Kisah adalah kuasa
yang mengatasi kemandegan komunikasi (lihat Bahan Dasar,
untuk memperkaya pemahaman ini).
Secara eksplisit disebutkan bahwa para rasul adalah orang-
orang Galilea (ay 7). Penyebutan Galilea untuk memberikan
penekanan bahwa para rasul adalah orang yang dianggap tidak
berpendidikan. Hal itulah yang membuat mereka bertanya,
mengapa orang-orang ini bisa bahasa “dunia”? Karya Roh
menjadi jelas. Melalui Roh penghambat bahasa dipatahkan.
Itulah sebabnya, cerita turunnya Roh Kudus kerap disebut
antitesis dari cerita menara Babil (Kej 11).
Mazmur 104:24-35
Pemazmur menyampaikan kemahakuasaan Tuhan. Segala
sesuatu pada alam semesta ini tidak pernah lepas dari tangah
Tuhan yang penuh kuasa. Bumi yang tercipta dengan segala
mahluknya adalah karya Tuhan (ay 24). Laut yang luas dengan
segala mahluknya (termasuk Lewiatan, yang kerap menunjuk
pada mitos tentang naga laut yang jahat) adalah juga karya
Tuhan (ay 25-26). Bahkan kehidupan ciptaan Tuhan,
bergantung kepada Tuhan. Termasuk soal makanan (ay 28) dan
nyawa (ay 29). Sekalipun ada kata “mengirim” (ay 30), bukan
berarti Pemazmur membedakan Tuhan dan Roh. Agaknya
kedua karya-Nya (Tuhan dan Roh tidak dibedakan). Ketika Roh
Tuhan bekerja selalu saja ada penciptaan (yang baru, Ibr: bara)
dan pembaruan (perbaikan, Ibr: chadas).
1 Korintus 12:3-13
Penjelasan Paulus tentang karunia Roh amat penting
mengingat latarbelakang jemaat Korintus yang beragam.
Agaknya kepercayaan lama mereka (akan kuasa roh)
berdampak pada kehidupan praktis persekutuan mereka saat
62 Masa Pentakosta 2014

ini. Misalnya, mereka tampaknya menilai pembicara yang


bersemangat sebagai tanda dikuasai Roh (ini pula yang turut
menyumbang perpecahan jemaat [lih 1 Kor 1-3], secara tidak
langsung Paulus menegaskan hal ini dalam 1 Kor 2:1). Bagi
Paulus, semua kepercayaan kepada Tuhan dan dampak
praktisnya, pasti disebabkan oleh karya Roh (ay 3).

Dalam kerangka itu, Paulus memetakan berbagai macam


karunia pelayanan yang nampak dalam persekutuan. Yaitu
kemampuan berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata dengan
pengetahuan, iman percaya, menyembuhkan, mengadakan
mujizat, bernubuat, berbahasa roh, menafsirkan bahasa roh dan
sebagainya (ay 8-10). Bagi Paulus bukan rinciannya yang
penting. Yang penting adalah keyakinan bersama bahwa
karunia itu berasal dari Allah (ay 6), yang digunakan untuk
kepentingan bersama (ay 7). “Kepentingan bersama” menjadi
penting. Artinya karunia yang diberikan Tuhan itu bukan untuk
unjuk kemampuan, atau ajang perlombaan. Itulah sebabnya,
Paulus melanjutkan penjelasan ini dengan metafora tubuh
(lihat ay 12-31). Tubuh yang satu itu tidak membeda-bedakan
(bdk ay 13). Semuanya bekerja demi “kepentingan bersama.”

Yohanes 20:19-23
Peristiwa kematian Yesus, membawa ketakutan pada diri
murid-murid-Nya. Itulah sebabnya mereka berkumpul bersama
dengan pintu yang terkunci (ay 19). Di tengah keadaan itu Yesus
datang. Hal ini mengingatkan mereka pada janji Yesus sebelum
kematian-Nya dalam Yoh 16:22 “Demikian juga kamu sekarang
diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan
hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat
merampas kegembiraanmu itu dari padamu.” Penekanan kata
“melihat” menjadi penting dalam Injil Yoh. Itulah sebabnya,
“murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.”
Kata itu pula yang menjadi penekanan Tomas yang belum
percaya sebelum melihat bekas luka Yesus (ay 25). Yang pada
Masa Pentakosta 2014 63

akhirnya diberi penekanan oleh Yesus, “berbahagialah mereka


yang tidak melihat, namun percaya” (ay 29).
Yesus kemudian memberikan tugas pengutusan (ay 21). Yang
oleh penginjil Yohanes diberi makna ganda. Pertama,
penciptaan kembali, yang ditandai dengan penghembusan nafas
(bdk. Kitab Kejadian saat Tuhan menciptakan manusia, Kej
2:7). Penginjil mau mengatakan inilah manusia baru yang
terlahir kembali (lihat Yoh 3:3). Kedua, pencurahan Roh Kudus,
sehingga para murid mempunyai daya kekuatan ilahi (ay 23).

BERITA YANG MAU DISAMPAIKAN


Karya Roh telah hadir. Kehadiran-Nya nampak dalam
penghargaan pada semua orang. Bagi Tuhan setiap orang
setara. Justru kesetaraan itulah yang membuat manusia dapat
hidup bersama, untuk saling menguatkan untuk membangun
agar tercipta kehidupan bersama yang lebih baik.

KHOTBAH JANGKEP

Tiga orang hamba Tuhan, terlibat dalam adu argumentasi


sengit. Apa pasal? Mereka bertiga menganggap dirinya yang
dikuasai oleh kuasa Roh Kudus. Hamba Tuhan yang pertama
mengatakan, bukti kuasa Roh Kudus terlihat melalui karunia
Roh yang ajaib. Ia mengaku bahwa dirinya bisa berbahasa Roh
dan memiliki kuasa kesembuhan ilahi. Hamba Tuhan yang
kedua menegaskan bahwa dirinyalah yang dikuasai Roh Kudus.
Sebab jemaat yang dilayaninya telah mengalami pertumbuhan
yang menakjubkan. Hamba Tuhan yang ketiga menyatakan,
dirinyalah yang paling dikuasai Roh Kudus. Sebab ia memiliki
pengalaman rohani naik ke sorga. Dengan percaya diri, ia
bertanya: apakah yang lebih hebat daripada pengalamannya
naik ke sorga? Pengalamannya naik ke sorga berkali-kali
menunjukkan bahwa dirinya yang lebih diberkati dari yang lain.
Bagaimana pendapat Anda? Siapakah hamba Tuhan yang
paling dikuasai Roh Kudus? Pertanyaan ini membawa kita pada
64 Masa Pentakosta 2014

pertanyaan selanjutnya. Benarkah karya Roh Kudus hanya


nampak pada karya-karya yang spektakuler?
Saudaraku, tentu dalam hidup ini kita mungkin pernah menjumpai
karya-karya ajaib Roh Kudus. Namun, ada juga karya-karya Roh Kudus
yang jauh dari spektakuler. Itulah sebabnya Paulus dalam surat
Korintus merinci berbagai macam karunia Roh. Berikut rincian
karunia karya Roh menurut Paulus:
Spektakuler Biasa-biasa saja
(Supranatural) (Natural)
• Menyembuhkan • Bernubuat
• Mengadakan mujizat • Melayani
• Membedakan macam- • Mengajar
macam roh • Menasihati
• Berbahasa roh • Berkata-kata dengan
• Menafsirkan bahasa roh hikmat
• Berkata-kata dengan
pengetahuan
• Iman
• Memimpin

Daftar itu menunjukkan bahwa karya Roh Kudus tidak hanya


pada hal-hal yang spektakuler atau supranatural. Alias, hal-hal
di luar kemampuan manusiawi. Bahkan, justru hal-hal yang
nampaknya biasa ditampilkan lebih banyak oleh Paulus sebagai
karya Roh Kudus. Keragaman karya Roh Kudus membuat kita
yakin, bahwa karya Roh Kudus bukan tanda kehebatan
seseorang. Karya Roh Kudus diberikan kepada seseorang untuk
membangun, bukan untuk membanggakan diri.

Karena itu, jika kita memerhatikan, kata kunci yang ditekankan


Paulus untuk melihat keragaman karunia Roh itu adalah
“kepentingan bersama.” Jadi karya Roh yang berbeda itu justru
menjadi sebuah kekuatan bersama untuk membangun
persekutuan. Jika demikian, apakah tiga hamba Tuhan itu
Masa Pentakosta 2014 65

berargumentasi untuk kepentingan bersama? Atau untuk


kepentingannya sendiri?
Itulah sebabnya, Paulus melanjutkan pemaparannya dengan
analogi tubuh. Di sini Paulus menekankan pentingnya kesatuan
dalam perbedaan. Perbedaan, seperti juga dalam tubuh, adalah
keniscayaan. Perbedaan dihadirkan Tuhan dengan sengaja.
Agar perbedaan dapat menjadi kekuatan untuk menghasilkan
kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian perbedaan itu
untuk disandingkan, bukan untuk dipertandingkan.
Untuk dapat menyandingkan perbedaan, kunci utamanya
adalah kesetaraan. Menganggap semua setara. Setara bukan
berarti sama. Hidup bukanlah untuk mencari kesamaan.
Konon, menurut penelitian, tingkat kesamaan DNA manusia
yang mencapai hampir 99% adalah Babi. Jadi, kalau mencari
kesamaan – tak ragu lagi – lihatlah dan bersamalah dengan
Babi!
Kesetaraan berarti menerima perbedaan. Sekaligus melihat
perbedaan sebagai kekayaan. Bayangkanlah keindahan sebuah
lukisan, yang justru karena kekayaan warna menciptakan
keindahan.
Dalam rangka kesetaraan itulah, Tuhan membuka perintang
komunikasi antar manusia, yaitu bahasa. Cerita turunnya Roh
Kudus dalam Kisah Para Rasul adalah cerita bagaimana kuasa
Roh mampu melintasi batas bahasa di antara manusia.
Peristiwa turunnya Roh Kudus justru ditandai dengan bahasa
manusia, bukan bahasa malaikat. Hal ini bukan berarti tidak
ada keajaiban dalam peristiwa Pentakosta. Keajaibannya justru
karena ragam bahasa itu diucapkan oleh orang-orang Galilea
(ay 7). Dalam Alkitab dituturkan bahwa mereka yang hadir
dalam peristiwa Pentakosta adalah orang-orang yang berasal
dari berbagai negara. Yaitu: Partia, Media, Elam, Mesopotamia,
Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia,
Roma, Kreta, Arab – baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa
lain penganut agama Yahudi (ay 9-11). Dari cerita ini tampaklah
66 Masa Pentakosta 2014

bahwa bahasa-bahasa diucapkan para murid adalah bahasa-


bahasa manusia yang dapat dimengerti oleh orang lain.
Padahal, orang Galilea (disebut secara eksplisit pada ay 7)
terkenal terbelakang, alias bodoh. Karya ajaib dari Roh Kudus
terjadi melalui bahasa manusia!
Terbukanya selubung bahasa adalah tanda karya Roh Kudus.
Selama ini, keterbatasan bahasa kerap menjadi penghalang di
antara manusia. Kesalahpahaman istilah dalam bahasa kerap
menciptakan konflik antar kita. Ada sebuah buku yang ditulis
bersama teolog muslim dan kristen. Judul bukunya “Meniti
Kalam Kerukunan” dengan editor: Pdt. Dr. Djaka Soetapa dan
Prof. Dr. Phil. H.M. Nur Kholis Setiawan. Melalui buku ini,
upaya memahami istilah bahasa dalam masing-masing agama
dituturkan. Tujuannya agar penghalang antar kedua agama ini
mulai cair.
Turunnya Roh Kudus, membuka selubung kotak-kotak yang
menguasai manusia. Semua di mata Tuhan sama, setara, dan
dipanggil untuk membangun kehidupan bersama yang lebih
baik. Jadi, ketika kita dikuasai Roh Kudus, yang tampak adalah
pada penghargaan terhadap orang lain, siapapun mereka.
Jadi, marilah sekarang kita melihat kehidupan bersama kita di
tempat ini. Adakah penghargaan pada orang lain? Atau kita
merasa lebih hebat dibanding orang lain? Saudara yang dapat
menjawabnya. Amin.

ASP

Anda mungkin juga menyukai