Anda di halaman 1dari 58

Kehidupan orang Kristen adalah suatu kehidupan yang

merupakan karya dari Roh Kudus. Oleh karena itu


mengenal Pribadi Roh Kudus adalah penting bagi orang
Kristen. Roh Kudus akan membawa orang percaya
kepada hubungan yang erat dengan Kristus dan
menikmati seluruh berkat dan kelimpahan Allah.
Peranan Roh Kudus sangat besar sekali dalam kehidupan
orang Kristen, dan seorang Kristen pasti membutuhkan
pertolongan Roh Kudus. Siapakah Roh Kudus itu
sebenarnya? Alkitab memberikan jawaban yang jelas,
bukan saja untuk maksud memberikan penjelasan
kongkrit tetapi juga ada suatu pengharapan agar
penjelasan itu membawa kepada suatu penyerahan
hidup untuk bersandar sepenuhnya dalam pertolongan
dan pimpinan Roh Kudus. Mengalami Roh Kudus dalam
kehidupan Kristen haruslah diawali dengan pemahaman
yang benar tentang Pribadi Roh Kudus.
I. ROH KUDUS ADALAH PRIBADI
Roh Kudus adalah Pribadi dan bukan sekedar pengaruh
atau kuasa ilahi. Roh Kudus bukanlah tenaga atau power
yang keluar dari sesuatu. Roh Kudus juga bukan sebagai
tenaga atau kuasa yang keluar dari Allah. Kalau hanya
kuasa maka Roh Kudus bukan satu pribadi, akan tetapi apa
yang dikatakan oleh Alkitab sangat jelas bahwa Dia adalah
pribadi. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut: Kata ganti
orang dipakai untuk menunjuk kepada Dia. Sekalipun istilah
Yunani untuk roh itu netral, dalam Yohanes 14: 26 dan
16:13-14 Yesus memakai kata ganti orang demonstratif
‘Dia’ dalam bentuk maskulin untuk Roh Kudus. Roh Kudus
tidak disebut sebagai sesuatu. Kata ganti yang digunakan
adalah Dia, yang digunakan untuk menunjukkan kata ganti
untuk orang atau pribadi. Dia berarti kongkrit dan tidak
abstrak.
Roh Kudus dinamakan penolong (penghibur). Istilah ini dipakai
baik untuk Roh Kudus (Yohanes 14:16, 26; 15:26; 16:7)
maupun untuk Kristus (Yohanes 14:16; 1 Yohanes 2:1), dan
karena istilah ini mengungkapkan kepribadian bila digunakan
untuk Kristus maka hal yang sama berlaku untuk Roh Kudus.
Jika Roh Kudus adalah abstrak maka Dia tidak akan dinamai
penolong atau penghibur. Penghibur haruslah pribadi yang
berinisiatif untuk menolong atau menghibur manusia.
Beberapa ciri khas kepribadian lain yang dikaitkan dengan Roh
Kudus adalah bahwa Ia memiliki tiga unsur utama
kepribadian: akal (1 Korintus 2:11), perasaan (Roma 8:27;
15:30), dan kehendak (1 Korintus 12:11). Sebagaimana pribadi
yang utuh Dia dapat berfikir, berperasaan dan memiliki
kehendak. Tindakan yang dilakukannya tentu saja bukan
hanya bersifat mekanis tetapi benar-benar tindakan sebagai
pribadi. Roh Kudus melakukan tindakan-tindakan yang
menunjukkan bahwa Ia berkepribadian.
Sebagai contoh: Roh Kudus mengadakan kelahiran kembali
(Yohanes 3:5), mengajar (Yohanes 14:26), bersaksi (Yohanes
15:26), menginsyafkan akan dosa (Yohanes 16:8-11), menuntun
ke dalam kebenaran (Yohanes 16:13), memuliakan Kristus
(Yohanes 16:14), memanggil orang ke dalam pelayanan (Kisah
13:2), berbicara (Kisah 13:2; Wahyu 2:7), mengarahkan
pelayanan seseorang (Kisah 16:6), memanjatkan doa syafaat
(Roma 8:26), menyelidiki segala sesuatu (1 Korintus 2:10), dan
berkarya (1 Korintus 12:11).
Ketika Roh Kudus berhubungan dengan Allah Bapa dan Tuhan
Yesus Dia bertindak sebagai pribadi yang diakui keberadaannya.
Hal ini terlihat dalam formula baptisan (Matius 28:19), dalam
berkat rasuli (2 Korintus 13:13), dan dalam tugasNya sebagai
pembina gereja (1 Korintus 12:4-6;1 Petrus 1:1-2; Yudas 20,21).
Ciri kepribadian lain yang dimiliki oleh Roh Kudus adalah sensitif
terhadap perlakuan pribadi. Dia dapat merasakan perlakuan
yang dilakukan kepadaNya. Ia dapat dicobai (Kisah 5:9), didustai
(Kisah 5:3), didukakan (Efesus 4:30; Yesaya 63:10), ditentang
(Kisah 7:51), dihina (Ibrani 10:29) dan dihujat (Matius 12:31-32).
Roh Kudus dibedakan DiriNya dari kuasaNya, artinya
bahwa Roh Kudus sendiri memiliki kuasa ilahi. (Kisah
10:38; Roma 15:13; 1 Korintus 2:4). Semua ini
membuktikan bahwa Roh Kudus itu berkepribadian dan
bukan sekadar pengaruh, kuasa, power atau tenaga
yang keluar dari Allah.
Penyangkalan bahwa Roh Kudus adalah suatu pribadi
yang seringkali nampak dalam konsep bahwa Dia
hanyalah merupakan suatu penjelamaan dari kuasa
(sangat mirip dengan pernyataan bahwa Setan adalah
suatu penjelmaan dari kejahatan). Penyangkalan
terhadap kepribadianNya telah terjadi sepanjang
sejarah gereja. Mula pertama oleh kaum Monarchian,
Arian, Socinian. Dan sekarang kaum Unitarian, Liberal
serta beberapa teolog neo-ortodoks. Dewasa ini
kelompok Saksi Yehowah tetap menyangkal kepribadian
Roh Kudus.
II. ROH KUDUS ADALAH ALLAH
Roh Kudus bukan saja suatu pribadi, tetapi Dia adalah
pribadi yang ilahi, sebab Dia adalah Allah. Bukti-bukti
kepribadian tidak harus menjadi bukti-bukti keallahan;
tetapi bukti-bukti keallahan juga merupakan bukti-bukti
kepribadianNya. Jika Allah adalah Pribadi, dan jika Roh
Kudus adalah juga Allah, maka Dia adalah pribadi juga.
Keilahian Roh Kudus dapat dibuktikan sebagai berikut:
Sifat-sifat Allah juga dimilikiNya antara lain Dia itu kekal
(Ibrani 9:14), mahatahu (1 Korintus 2:10-11; Yohanes
14:26; 16:12-13), mahakuasa (Lukas 1:35), mahahadir
(Mazmur 139:7-10). Pekerjaan-pekerjaan ilahi dilakukan
olehNya, misalnya Dia berperan dalam penciptaan
(Kejadian 1:2; Ayub 33:4; Mazmur 104:30), melahirkan
kembali orang-orang percaya (Yohanes 3:5), mengilhami
para penulis Alkitab (2 Petrus 1:21; Kisah 1:16; 28:25), dan
pembangkitan orang mati (Roma 8:11).
HubunganNya dengan Allah Bapa dan Allah Anak bukan saja
membuktikan bahwa Dia berkepribadian tetapi juga
keilahianNya, seperti halnya dalam formula baptisan, berkat
rasuli dan pembinaan gereja. Dalam formula Tritunggal selalu
disebut berurutan. Sabda dan karya Roh dianggap sebagai sabda
dan karya Allah (Yesaya 6:9-10; Yohanes 12:39-41; Kisah 28:25-
27; Keluaran 16:7; Mazmur 95:8-11; Yesaya 63:9-10; Ibrani 3:7-9;
Kejadian 1:27; Ayub 3:4) Alkitab secara tegas menyebut Roh
Kudus adalah Allah (Kisah 5:3-4; 2 Korintus 3:17-18). Beberapa
nama ilahi juga diberikan kepadaNya (Keluaran 17:7; Ibrani 3:7-9;
2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:21). Semua ayat tersebut
menunjukkan bahwa Roh Kudus itu setara dengan Allah.
Dalam sejarah gereja telah timbul keberatan-keberatan tertentu
terhadap ajaran bahwa Roh Kudus adalah Allah. Arius dan para
pengikutnya berpendapat bahwa Roh Kudus diciptakan oleh
Allah Anak. Makedonius, Uskup Konstantinopel Tahun 341-360
dan para pengikutnya berpendapat bahwa Roh Kudus merupakan
mahluk yang lebih rendah dari Allah Anak. Socinus
mengungkapkan pendapat bahwa Roh Kudus merupakan wujud
kekal dari kuasa Allah.
Kekristenan ortodoks senantiasa berkeyakinan bahwa
Roh Kudus adalah Allah. Konsili Konstantinopel (Tahun
381) mengesahkan ajaran ini, sebagaimana halnya
Konsili Nicea (Tahun 325) menjelaskan tentang ajaran
keilahian Kristus. Kedua konsili ini dianggap sebagai dua
sidang utama gereja yang paling awal.
Sebagaimana Yesus Kristus adalah Anak Allah, demikian
pula Roh Kudus ialah Roh Allah. Pada awal sejarah
gereja terjadi perdebatan tentang asal mula Roh Kudus
ini. Apakah Roh Kudus itu berasal dari Bapa saja
ataukah dari Bapa dan Anak? Konsili Teledo (Tahun 589)
mengakui bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa dan dari
Anak. Ajaran ini ditetapkan lewat dua kenyataan: Yesus
menyatakan bahwa Ia akan mengutus Roh Kudus
(Yohanes 15:26), dan Roh Kudus dinamakan Roh Kristus
(Roma 8:9), Roh Yesus (Kisah 16:7), dan Roh Anak
(Galatia 4:6).
III. KEBERADAAN ROH KUDUS
Keberadaan Roh Kudus tidak dapat disangkal lagi. Alkitab
membuktikan dengan jelas tentang keberadaanNya. Dia adalah
Allah yang turut bekerja dalam alam semesta ini dan tentu saja
turut bekerja dalam kehidupan manusia. Roh Kudus berperan
dalam kehidupan orang percaya untuk menolong, memimpin
dan memberikan karunia. Roh Kudus mendorong orang yang
belum percaya untuk menerima Kristus dan menolong orang
yang sudah percaya untuk tetap teguh dan dalam iman dan
bertumbuh secara rohani. Di dalam Alkitab ditunjukkan tentang
Roh Kudus. Kata Ibrani untuk Roh (ruakh) berarti ‘angin’
(Mazmur 148:8; Yehezkiel 1:4) atau ‘nafas’ (Yehezkiel 37:5),
yang pada mulanya Roh Allah muncul sebagai kuasa Allah yang
bergerak seperti angin di atas samudera raya dan ikut serta
dalam penciptaan alam semesta. Roh itu juga dilukiskan sebagai
nafas Allah yang memberi hidup kepada apa yang
diciptakanNya; kalau Roh ditarik kembali dari Allah, maka
ciptaan itu kembali lagi menjadi debu tanah (Mazmur 104:29-
30;Kejadian 2:7).
Sedangkan kata Yunani untuk Roh adalah ‘pneuma’ yang berarti
juga ‘angin’ dan ‘nafas’ (Yohanes 3:8; Wahyu 11:11) Keberadaan
Roh Kudus dinyatakan sebagai berikut:

A. Roh Kudus dalam Perjanjian Lama.


Keberadaan Roh Kudus sebelum kedatangan Kristus dapat dilihat
dalam Pejanjian Lama. KeberadaaNya terutama dalam
hubungannya dengan penciptaan, pemberi pengetahuan dan
dalam hubunganNya dengan manusia.

1. Penciptaan
Ada tujuh ayat yang berbicara tentang berbagai macam
aspek pekerjaan Roh Kudus dalam Penciptaan. Ayat-ayat
tersebut adalah Kejadian 1:2; Ayub 26:13; 27:3; 33:4; Mazmur
33:6; 104:30 dan Yesaya 40:7. Walaupun merupakan petunjuk
yang jelas mengenai Roh Allah, namun sesungguhnya tidak
ada alasan yang tepat untuk tidak dapat menerimanya seperti
itu (meskipun dalam beberapa terjemahan untuk ayat-ayat ini
digunakan kata ‘nafas’ sebagai ganti Roh Kudus).
Roh Kudus terlibat dalam perencanaan alam semesta
secara umum. Dia juga aktif dalam kaitannya dengan
penciptaan bintang-bintang di langit (Mazmur 33:6). Roh
Kudus berperan dalam penciptaan bumi. Kata ‘melayang-
layang’ (di tempat lain hanya terdapat dalam Ulangan
32:11, ‘melayang-layang’ atau ‘mengipas-ngipaskan’ dan
Yeremia 23:9, ‘goyah’) berarti bahwa Roh Kudus melayang-
layang diatas dan memelihara bumi yang masih belum
berbentuk dan kosong. Roh Kudus bekerja dalam
penciptaan segala jenis hewan (Mazmur 104:30) dan dalam
penciptaan manusia. Penciptaan tersebut berhubungan
dengan kehidupan. PerbuatanNya yang menciptakan
kehidupan dari kekosongan pada permulaan dunia adalah
pertanda dari karya-karyaNya nanti pada zaman perjanjian
baru, yaitu memberi kehidupan rohani bagi umat Allah
(kelahiran baru). Roh juga memberi hidup rohani kepada
manusia. Roh Kudus juga pemberi hidup yang terus
menerus.
2. Pemberi Pengetahuan.
Roh Kudus mencerahkan pikiran dengan pengetahuan tentang Allah dan
kebenaranNya (Ulangan 34:9; Mazmur 143: 10), umumnya kesanggupan
untuk mengerti (Kejadian 41: 38-39), khususnya dalam wawasan para nabi
(1 Samuel 10:10). Contoh penting adalah penulisan Perjanjian Lama: Roh
Kudus mengilhami saksi-saksi yang dipilih dan disiapkan khusus supaya
tulisan-tulisan mereka mengungkapkan firman Allah (2 Petrus 1:21). Inilah
juga pertanda pelayananNya pada zaman Perjanjian Baru (Yohanes 16:12;
1 Korintus 2:9-13; 2 Petrus 3:15). Petrus memberi pernyataan yang jelas
soal ini “semua nubuat tidak dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi
para penulis Kitab Suci itu didorong atau diilhami oleh Roh Kudus.” Hal ini
menyatakan bahwa kehendak manusia bukanlah pelakunya, melainkan
adalah Roh Allah. Manusia yang menuliskan bertindak sebagai perantara,
tetapi kehendak mereka tidak mengatur atau mencampuri segala sesuatu
yang hendak disampaikan Allah Roh Kudus lah Pribadi yang mengilhami.
Ketika Paulus mengutip Perjanjian Lama dalam surat-suratnya, ia
menyebutkan dengan pasti bahwa penulisnya adalah Roh Kudus.
Perjanjian Baru menyatakan bahwa Roh Kudus berperan aktif dalam
menyampaikan kebenaran Allah di masa Perjanjian Lama.
3. Roh Kudus dalam HubunganNya dengan Manusia.
Pelayanan Roh Kudus kepada manusia di masa perjanjian Lama tidak
sama dengan pelayananNya setelah Hari Pentakosta. Tuhan Yesus
mengatakan: Apapun pelayanan Roh Kudus dulu, akan berbeda dengan
pelayanannya setelah Pentakosta. Perhatikan bahwa Tuhan Yesus
berulang kali berbicara tentang ‘kedatangan’ Roh Kudus (yang sebelumnya
telah hadir) dalam percakapanNya dengan para murid di ruang Atas (Yoh
15:26; 16:7-8, 13). Hal ini menyatakan bahwa Roh Kudus sudah bekerja
pada waktu itu dan juga bahwa pekerjaanNya akan berbeda sifatnya
setelah Pentakosta. Pada watu Tuhan Yesus menyatakan perbedaan itu
secara ringkas, Dia berkata bahwa Roh Kudus ‘menyertai’ (Yunani para
dalam bentuk masa kini) kamu dan akan diam di dalam (Yunani en dalam
bentuk masa akan datang) kamu (Yohanes 14:17). Walaupun ada
kemungkinan lain untuk mengartikan klausa kedua itu dalam bentuk masa
kini yakni ‘diam di dalam kamu’ namun sebagian besar komentator lebih
suka menyatakannya dalam bentuk masa yang akan datang. Tentu saja hal
ini menjelaskan perbedaan antara pelayanan Roh Kudus di masa Tuhan
Yesus ketika dia menyampaikan perkataan itu dengan masa yang akan
datang setelah Pentakosta.
Ada tiga kata yang tampaknya menjelaskan pelayanan Roh Kudus
kepada manusia di masa sebelum Kristus: (1) Ia berada di dalam diri
orang-orang tertentu (Kejadian 41:38; Bilangan 27:18; Daniel 4:8;
5:11-14; 6:4). (2) Roh Kudus menghinggapi atau berkuasa atas orang-
orang tertentu (Bilangan 24:2; Hakim 3:10; 1 Samuel 10:10; 2
Tawarikh 15:1). (3) Roh Kudus memenuhi Bezaleel (Keluaran 31:3;
35:31). Hal ini tampaknya merupakan suatu kemampuan khusus
yang diberikan untuk memimpin para ahli bangunan ketika mereka
mengerjakan Tabernakel.
Akan tetapi pelayanan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama terbatas
yaitu dalam hubungannya dengan berbagai macam pelayanan. Roh
Kudus diberikan kepada orang-orang tertentu sehubungan dengan
tugas atau pelayanan tertentu. Kita tidak menjumpai pelayanan Roh
Kudus dalam hal: menginsyafkan dosa secara umum, mendiami dan
memberikan kuasa seperti yang terjadi setelah Pentakosta (Yohanes
7:37-39), memeteraikan, dan tentu saja membaptiskan.
Pembaharuan dari Roh Kudus tidak disebutkan secara khusus.
Rupanya tidak ada jaminan bahwa Roh Kudus hadir secara tetap dan
terus menerus di masa Perjanjian Lama (Hakim 13:25;16:20;
1 Samuel 10:10; 16:14).
B. Roh Kudus dalam Kehidupan Tuhan Yesus.
Hubungan Roh Kudus dengan Kehidupan Tuhan Yesus akan
menetapkan dasar teologis yang penting bagi pelayanan Roh
Kudus, sehingga hubungan ini mutlak perlu untuk
mendapatkan pandangan tepat tentang pekerjaanNya.

1. Hubungan Roh Kudus dan Tuhan Yesus.


Hubungan Roh Kudus dan Tuhan Yesus dapat ditunjukkan
dari fakta-fakta berikut ini: (1) Yesus Kristus dipenuhi dengan
Roh Kudus (Lukas 4:1). Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa hal ini merupakan sifat dalam kehidupanNya.
Kepenuhan Roh Kudus yang Yesus alami bukanlah suatu hal
yang hanya terjadi sebentar saja, melainkan merupakan
suatu hubungan yang Dia miliki sepanjang kehidupanNya. (2)
Yesus Kristus diurapi dengan Roh Kudus (Lukas 4:18; Kisah
4:27; 10:38; Ibrani 1:9), hal ini menyatakan bahwa Dia adalah
Mesias (Yang Diurapi) dan memberikan kuasa kepadaNya
untuk melakukan kenabianNya.
(3) Yesus Kristus bersukacita dalam Roh Kudus (Lukas 10:21).
Hal ini barangkali merupakan suatu bukti mengenai DiriNya
yang penuh dengan Roh Kudus. (4) Yesus Kristus diberi kuasa
oleh Roh Kudus dalam sepanjang kehidupanNya. Hal ini telah
dinubuatkan oleh Yesaya (Yesaya 42:1-4; 61:1-2) dan dialami
oleh Yesus dari Nazaret dalam setiap pelayanan khotbahNya
(Lukas 4:18) dan pada saat melakukan mujizat (Matius 12:28).

2. Bidang-bidang Pelayanan Roh Kudus.


Bidang-bidang pelayanan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus
adalah sebagai berikut: (1) Pelayanan Roh Kudus dalam
kehidupan Tuhan Yesus berhubungan dengan jabatanNya
sebagai Nabi. Pada permulaan pelayananNya kepada orang
banyak, Dia menyatakan bahwa Roh Tuhan ada padaNya
untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Lukas
4:18-19). (2). Pelayanan Roh Kudus juga memampukan Tuhan
Yesus untuk melakukan mujizat-mujizatNya. Beberapa dari
mujizat-mujizat Tuhan Yesus sudah pasti dilakukan dalam
kuasa Roh Kudus (Matius 12:28,31; Lukas 4:18-19).
(3) Perkembangan kemanusiaan Yesus Kristus. Kita bisa saja
secara benar menganggab bahwa Roh Kudus memainkan
peranan dalam perkembangan kemanusiaan Yesus Kristus
(Lukas 2:52; Ibrani 5:8) PertumbuhanNya sudah tentu
berhubungan dengan Roh Kudus yang telah memenuhi dan
mengurapi DiriNya. (4) Ketergantungan Yesus Kristus. Dia
amat tergantung pada Roh Kudus, setidak-tidaknya untuk
mendapatkan pimpinan dan kuasa dalam melakukan
beberapa mujizatNya.

3. Kristus Mengaruniakan Roh Kudus.


Yohanes pembaptis menubuatkan bahwa pelayanan Yesus
akan meliputi pembaptisan ‘dengan Roh Kudus dan dengan
api’ (Matius 3:11). Hal ini dihubungkan dengan puncak
pelayanan Yesus dalam kematian dan kebangkitanNya (Kisah
1:5; 2:33). Hubungan ini dinyatakan dalam Yohanes 7:39, “Roh
itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan” (yang
mengacu pada kemenanganNya dalam kematian, kebangkitan
dan kenaikan ; Yohanes 13:31; 20:22).
Ini memberi kepada kita kunci pengertian akan
pelayanan Roh Kudus menurut Perjanjian Baru, yakni:
hubungan erat antara pelayanan Roh Kudus dengan
pemuliaan Yesus. Roh Kudus adalah Allah yang
menetapkan hasil-hasil kemenangan Kristus yang
dicapai melalui hidup, kematian dan pengagunganNya
ke dalam hidup umat Allah. Dalam hal ini sangatlah
penting untuk menghubungkan antara Kristus dengan
Roh Kudus. ‘Penyataan Roh’ (1 Korintus 12:7), yaitu
karunia-karuniaNya harus dihubungkan dengan upaya
yang melampaui segala upaya lain untuk memuliakan
Allah dalam Yesus Kristus, kalau tidak maka karunia-
karunia itu sama sekali tidak sesuai dengan Alkitab yang
diilhami Roh Kudus, dan dapat merusak atau melawan
tugas Kristen agung untuk memuliakan Allah dengan
membawa Injil dan membangun umatNya.
C. Roh Kudus dalam Kehidupan Orang Percaya.
Alkitab memberikan penjelasan yang jelas tentang
pelayanan Roh Kudus kepada orang percaya. Inti
pengalaman Kristen tentang Roh Kudus adalah bahwa Ia
membawa orang percaya ke dalam hubungan yang hidup
dengan Yesus Kristus, sehingga mereka ikut menikmati
penebusan dan berkat-berkat yang mengalir dari
penebusan itu. Seluruh pengalaman Kristen difokuskan
pada pemberian satu-satunya dari Allah ini melalui Roh
Kudus, yaitu persatuan dengan Kristus.

1. Roh Kudus Mendiami Orang Percaya.


Alkitab mengajarkan bahwa Roh Kudus diberikan kepada
semua orang percaya, bukan hanya kepada orang-orang
tertentu secara selektif (Yohanes 7:37; Kisah 11:16-17;
Roma 5:5; 1 Korintus 2:12; 2 Korintus 5:5). Seseorang tentu
berfikir demikian, sebab suatu karunia bukan merupakan
suatu pahala, dan untuk memperoleh karunia ini tidak
diperlukan suatu perbuatan baik.
Paulus menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki Roh
Kudus sama dengan bukan milik Kristus (Roma 8:9). Yudas
juga menjelaskan bahwa orang-orang yang mengingkari
iman mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki Roh
Kudus (Yudas 19).
Orang-orang percaya yang berbuat dosa didiami oleh Roh
Kudus. Orang tersebut tetap didiami tetapi hidupnya tidak
dipenuhi oleh Roh Kudus. Ketika Paulus berbicara dalam 1
Korintus 6:19, ia sedang berbicara kepada suatu kelompok
yang sangat bercampur secara rohani. Sebagian adalah
orang-orang yang percaya yang baik rohaninya, tetapi
kebanyakan adalah orang-orang yang bersifat jasmani dan
duniawi. Namun Paulus tidak mengatakan hanya kelompok
yang rohani itulah yang didiami oleh Roh Kudus (1 Korintus
5:5; 1 Korintus 6:19).
2. Roh Kudus Berdiam Selama-lamanya.
Ada suatu janji yang pasti dalam Yohanes 14:16:” Supaya Ia menyertai
kamu selama-lamanya.” Dosa menyebabkan Roh Kudus yang berada
dalam kehidupan orang percaya menjadi tidak efektif, namun dosa
tidak menghilangkan kehadiranNya dari kehidupan orang-orang
percaya. Kehadiran Roh Kudus tidak dipengaruhi oleh dosa. Roh Kudus
yang mendiami orang berdosa justru akan membawa pertobatan
orang itu.
3. Roh Kudus sebagai Meterai.
Ada tiga bagian dalam Perjanjian Baru yang membicarakan tentang
pelayanan Roh Kudus yang khusus ini. Yang pertama, 2 Korintus 1:22,
mengatakan bahwa Allah telah memeteraikan tanda milikNya atas kita
dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan
dari semua yang disediakan untuk kita. Efesus 1:13 menambahkan
bahwa kita dimeteraikan dengan Roh Kudus (to pneumati) ketika kita
percaya, dan bahwa Roh Kudus iotu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya. Efesus 4:30 menyebutkan bahwa
kita telah dimeteraikan oleh atau dengan (en) Roh Kudus menjelang
hari penyelamatan. Siapakah yang dimeteraikan oleh Roh Kudus?
Pemeteraian hanya menjadi milik orang-orang percaya (2 Korintus
1:22)
Meterai diberikan pada saat orang mengaku percaya dan
bertobat (Kisah 2:38), dan pemeteraian itu terjadi sampai hari
penyelamatan (Efesus 4:30). Meterai dari Roh Kudus memiliki
arti sebagai ‘jaminan’. Jika materai sudah diberikan maka tidak
ada satu kuasapun yang dapat membatalkannya. Hal ini
merupakan suatu kepastian bagi orang percaya. Bahkan yang
menjadi materai adalah Roh Kudus sendiri yang adalah Allah. (2
Korintus 1:22; Efesus 1:13-14). Akan tetapi meterai itu juga
memiliki implikasi ‘kesucian’, artinya orang yang sudah
dimeteraikan oleh Roh Kudus adalah sah menjadi milik Allah
karena itu ia haruslah menjaga kehidupan yang kudus dan tidak
mengingkari panggilannya itu (Efesus 4:29-31).

4. Roh Kudus memberi Karunia


Di dalam 1 Korintus 12 dijelaskan tentang pekerjaan Roh Kudus
sebagai Pribadi yang memberikan karunia-karunia. Karena itu
karunia disebut sebagai Karunia Roh Kudus. Karunia diberikan
selalu untuk kepentingan jemaat sebagai Tubuh Kristus. Dalam
hal ini Roh Kudus berperan dalam perkembangan jemaat dengan
cara memberikan karunia-karunia.
Orang yang diberi karunia akan menggunakannya untuk melayani agar
jemaat semakin bertumbuh. Karunia-karunia rohani (charisma), jelas
sekali berhubungan erat dengan kata untuk anugerah, artinya sesuatu
yang disebabkan oleh anugerah Allah. Karunia-karunia rohani
diberikan kepada orang-orang percaya untuk melengkapi mereka
dalam pelayanan. Oleh karena itu setiap orang yang hendak melayani
harus terlebih dahulu mengetahui apakah karunia yang ada padanya
(1 Petrus 4:10).

5. Roh Kudus Memenuhi Orang Percaya.


Ketika seorang percaya kepada Tuhan Yesus pada waktu itu Roh Kudus
memenuhi orang tersebut. Dalam perjalanan hidupnya Roh Kudus
yang memenuhi orang percaya itu sangat berkaitan erat dengan
kerohanian. Orang yang hidup secara rohani adalah orang yang
dipenuhi oleh Roh Kudus. Ryrie menjelaskan tentang kepenuhan Roh
Kudus sebagai berikut: Ada dua sisi kepenuhan Roh Kudus, yang
pertama digambarkan sebagai tindakan yang berkuasa dari Allah
dimana Dia memiliki seseorang untuk kegiatan khusus. Hal ini
diungkapkan dalam bahasa Yunani dengan frase pimplemi pneumatos
agiou, dimana dijelaskan tentang peristiwa kepenuhan dan bukan
akibat dari kepenuhan itu.
Hal ini dapat dilihat dalam Lukas 1:15 (Yohanes Pembaptis), 41
(Elisabet), 67 (Zakharia); Kisah 2:4 (sekelompok orang percaya
pada Hari Pentakosta); 4:8 (Petrus), 31 (orang-orang percaya)
9:17 (Paulus); dan 13:9 (Paulus). Perhatikan bahwa Allah
melakukan hal ini sebagai tindakanNya yang berkuasa untuk
menentukan kondisi kepada mereka yang harus mendapat
kepenuhan.
Kedua, kepenuhan Roh Kudus bisa digambarkan sebagai
pengaruh dan kendali yang ekstensif dari Roh Kudus di dalam
kehidupan orang percaya. Hal ini membuktikan keadaan
kepenuhan abadi dan bukannya peristiwa khusus. Hal ini
menghasilkan suatu karakter hidup tertentu, dan kelihatannya
menjadi sinonim yang paling dekat dengan kerohanian. Hal ini
dinyatakan oleh frase Yunani plere atau pleroo pneumatos agiou.
Hal ini terjadi di Lukas 4:1 (Kristus); Kisah 6:3, 5 (penolong
pertama bagi para rasul); 7:55 (Stefanus); 11:24 (Barnabas);
13:52 (para murid); dan Efesus 5:18 (orang-orang percaya). Hal
yang palng penting dari epenuhan Roh Kudus adalah
menghasilkan buah-buah Roh (Galatia 5:22-23) dan karakter
seperti Kristus.
BAPTISAN ROH KUDUS

JANJI TENTANG PENCURAHAN ROH KUDUS.


Alkitab telah sejak lama menubuatkan mengenai
pencurahan/baptisan Roh Kudus kepada umat manusia, baik
dalam Yoel 2:28-32 maupun Mat. 3:11. Dan ini digenapi secara
sempurna pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-13, 17-20).

Menurut Yoh. 14:16-17, Roh Kudus mendiami atau tinggal dalam


diri orang percaya selama-lamanya. Ini baru terjadi setelah
Pentakosta. Sebelum itu, khususnya dalam masa Perjanjian
Lama, tampaknya Roh Kudus hanya mendiami orang tertentu
untuk sementara waktu (I Sam. 16:14). Sedangkan dalam
Perjanjian Baru, tepatnya setelah Pentakosta, Roh Kudus
dicurahkan kepada semua orang percaya, bukan hanya kepada
orang tertentu secara selektif (Yoh. 7:37; Kis. 11:16-17). Dalam
Perjanjian Lama Roh Kudus “beserta dengan” orang percaya,
tetapi dalam Perjanjian Baru Roh Kudus “berdiam dalam hati”
orang percaya.
Apa sebabnya? Dalam Perjanjian Lama masalah dosa manusia belum
dipecahkan, namun sejak Kristus mati di kayu salib, maka dosa kita dapat
disucikan oleh darah-Nya, sehingga tubuh kita dapat menjadi “Rumah
Allah” di mana Roh Kudus tinggal di dalamnya (I Kor. 6:19-20).

Paulus menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki Roh Kudus sama
dengan bukan milik Kristus (Rom.8:9) . Memiliki Roh Kudus merupakan
ciri semua orang yang telah dilahirkan kembali. Walaupun berdukacita,
namun Roh Kudus tidak meninggalkan orang Kristen yang berbuat dos,
sebab Roh Kudus tidak dapat meninggalkan seorang percaya tanpa
menyebabkan orang percaya berada dalam kondisi yang tehilang dan
tidak diselamatkan. Dosa memang dapat meyebabkan Roh Kudus yang
berada dalam kehidupan orang percaya menjadi tidak egektif, namun
dosa tidak menghilangkan kehadiran-Nya dari kehidupan orang percaya
(band. I Kor. 6:19). Sebetulnya dengan tinggalnya Roh Kudus dalam diri
kita selama-lamanya semestinya memberikan rasa aman dan hubungan
kita dengan Allah; memberi dorongan yang kuat untuk mempraktekkan
kehadiran Allah tersebut, makin peka dan menyadari bahwa dosa adalah
sama dengan melawan Allah .
Roh Kudus juga memeteraikan orang percaya, artinya
Allah telah memeteraikan tanda milik-Nya (II Kor. 1:22;
Efesus 1:3; 4:30). Semua orang yang percaya kepada Yesus
dimateraikan pada saat kelahiran baru. Pemeteraian
terjadi sampai pada hari penyelamatan (Efs. 4:30).
Pemeteraian mencakup arti tentang kepemilikan, otoritas
(wewenang), tanggung jawab dan jaminan.
Pendamaian Roh Kudus dan pemeteraian Roh Kudus
dalam diri orang percaya terjadi saat kelahiran baru,
namun setelah itu orang percaya harus mengalami
baptisan Roh Kudus agar menerima kuasa untuk melayani
dan menjadi saksi.
BEDA ANTARA KELAHIRAN BARU DAN BAPTISAN ROH
KUDUS
Ada banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh, tidak
mengalami baptisan Roh Kudus, karena ajaran yang
menyatakan bahwa kelahiran baru dan baptisan Roh itu
sama ! Mereka percaya bahwa semua orang Kristen
dibaptis dengan Roh Kudus ketika mereka dilahirkan
kembali. Alkitab mengajarkan bahwa kelahiran baru dan
baptisan Roh Kudus adalah dua pengalaman rohani yang
berbeda. Untuk dipenuhi dengan Roh, seseorang harus
terlebih dahulu dilahirkan oleh Roh. Baptisan Roh terjadi
sesudah pengalaman kelahiran baru (keselamatan),
walaupun bisa terjadi pada waktu yang hampir
bersamaan.
Tidak dapat disangkal bahwa Roh Kudus mempunyai dua
pekerjaan yang nyata dalam diri orang percaya:
Kelahiran bru (sehingga kit didiami dan dimeteraikan oleh
Roh Kudus).
Baptisan Roh Kudus.
Kelahiran baru memberi “hati baru” dan kehidupan baru
(II Kor. 5:17), sehingga kita menjadi anak Allah yang
diselamatkan dan memiliki hidup kekal, sedangkan
baptisan Roh Kudus memberi “kuasa Allah” untuk hidup
sebagai anak Allah yang berkemenangan dan menjadi
saksi-Nya (Kis. 1:8).
Menurut Stanley Horton, baptisan dalam Roh Kudus
bukanlah terutama untuk pemgembangan kesucian
dalam diri seseorang (walaupun hal ini mungkin terjadi
dan harus ditingkatkan oleh baptisan dalam Roh).
Baptisan Roh Kudus memberi kuasa untuk melayani! (Luk.
24:49; Kis. 1:4-5, 8). Janji baptisan Roh Kudus ini diberikan
kepada murid-murid yang sudah memiliki persekutuan
yang akrab dengan Kristus. Nama mereka telah tertulis di
surga (Luk. 10:20). Yang ditekankan Kis. 1:8 adalah kuasa
untuk bisa saja telah dilahirkan kembali, namun tidak
memiliki baptisan dalam Roh Kudus dan urapannya untuk
melayani.
Baptisan Roh Kudus bukanlah merupakan sebuah puncak
pengalaman rohani, melainkan pintu masuk ke dalam berjenis-
jenis pelayanan dalam Roh yang disebut karunia-karunia roh.
Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Yesuslah Pribadi yang
membaptis dalam Roh Kudus (Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16;
Yoh. 1:33). Paulus menyatakan bahwa Roh Kuduslah yang
membaptis kita ke dalam Yesus Kristus, yaitu ke dalam tubuh
Kristus (I Kor. 12:13; Gal. 3:27) . Kedua baptisan ini berbeda.
Pertama-tama Roh Kudus membaptis kita ke dalam tubuh
Kristus, kemudian Yesus membaptis kita dengan Roh Kudus. Jadi
kita perlu menerima baptisan oleh Roh Kudus yang
menempatkan orang percaya dalam tubuh Kristus, dan baptisan
oleh Kristus yang menempatkan orang percaya dalam tubuh
Kristus, dan baptisan oleh Kristus yang menempatkan orang
percaya di dalam Roh Kudus agar dapat melayani dengan kuasa.
Semua orang percaya telah dibaptis oleh Roh Kudus, tetapi tidak
semua orang percaya telah mengalami baptisan dalam Roh
Kudus oleh Kristus.
Peristiwa dalam Alkitab yang menunjukkan perbedaan
antara kelahiran baru dan baptisan Roh Kudus adalah
sebagai berikut:
Para Murid Kristus. Mereka telah mengaku Yesus adalah
Kristus, Anak Allah yang hidup (Mat. 16:16; Yoh. 6:68-
69). Yesus mengatakan bahwa nama mereka tertulis di
Surga (Luk. 10:20). Namun mereka diperintahkan tetap
tinggal di Yerusalem supaya menerima Baptisan Roh
Kudus (Luk. 24:49).
Orang Samaria yang bertobat. (Kis. 8:14-17). Filipus
memberitakan Injil di Samaria sehingga banyak orang
bertobat, percaya dan dibaptis dalam nama Tuhan
Yesus. Pastilah mereka telah dilahirkan baru oleh Roh
Kudus ketika itu. Tapi kemudian mereka menerima Roh
Kudus ketika rasul-rasul datang dari Yerusalem dan
menumpangkan tangan atas mereka.
Rasul Paulus. Penginjilan pada jalan menuju Damsyik
membuat Paulus mengaku ke-Tuhan-an Yesus (Kisah
Para Rasul 9:3-6). Itulah saat pertobatan Paulus yang
tentu dikerjakan oleh Roh Kudus. Tetapi kemudian
Ananias datang dan menumpangkan tangan ke atas
Paulus, dia terlepas dari kebutaannya dan dipenuhkan
Roh Kudus (Kis.9:17).
Murid-murid di Efesus (Kis. 19:1-7). Paulus menemukan
beberapa murid di Efesus yang telah menerima baptisan
Yohanes. Paulus bertanya kepada mereka, apakah
mereka telah menerima Roh Kudus ketika mereka
percaya? Apakah makna pertanyaan Paulus ini?
Seandainya semua murid menerima pengalaman Roh
Kudus ini ketika mereka percaya, mengapa Paulus
menanyakan hal ini kepada mereka? Pertanyaan itu
menujukkan bahwa mungkin saja seseorang menjadi
percaya tanpa menerima kepenuhan Roh Kudus.
TUJUAN BAPTISAN ROH KUDUS.
Tuhan Yesus Kristus membaptiskan kita dengan Roh
Kudus oleh karena Dia mempunyai maksud dan tujuan
yang indah, yakni supaya:
Kita yakin akan jamninan keselamatan (II Kor. 1:21-22;
Ef. 1:4). Kita juga yakin bahwa kita adalah anak Allah
yang berhak menerima janji-janji Allah karena Roh
Kudus telah dicurahkan dalam hati kita (Rm. 8:15-16).
Kita beroleh kuasa menjadi saksi Kristus (Luk. 24:49; Kis.
1:8).
Kita berani memberitakan kebenaran firman Tuhan (Kis.
4:21).
Kita hidup menuruti firman Tuhan. Roh Kudus itulah
yang memampukan kita untuk mentaati segala perintah-
Nya.
Kita memiliki kehidupan doa. Orang yang dipenuhi Roh Kudus
adkaan memiliki kerinduan untuk bersekutu dan menyembah
Allah dalam roh dan kebenaran sehingga kita bisa “berdoa
dengan tiada jemu-jemu” (Luk. 18:1; Yoh. 4:23-24; I Tes. 5:17).
Kita bisa melayani pekerjaan Tuhan dengan berhasil. Orang
yang ingin melayani Tuhan perlu dipenuhi Roh Kudus agar
pelaynannya ‘hidup dan berbuah’. Tidak seperti jemaat di
Sardis yang ‘kelihatan hiudp padahal mati’ (Why. 3:1). Para
rasul yang tidak terpelajar menjadi pelayan Allah yang ajaib
karena urapan Roh Kudus ada padanya.
Kita memiliki hidup berkemenangan dalam peperangan
rohani. Dengan senjata yang diberikan Roh Kudus kita bisa
mengalahkan kuasa kegelapan yang memberikan macam-
macam masalah (Ef. 6:10-18).
Kita dapat memikul salib, tahan menderita dan jika perlu mati
syahid karena Kristus. Rasul Paulus dan murid-murid Kristus
lainnya rela sengsara bahkan mati karena Roh Kudus memberi
kekuatan kepada mereka (II Kor. 11:23-28).
SYARAT MENERIMA BAPTISAN ROH KUDUS .
Agar kita mengalami baptisan Roh Kudus, maka kita harus
memiliki:
Hati yang suci
Baptisan Roh Kudus tidak bisa diterima oleh orang duniawi
karena mereka tidak percaya Kristus dan tidak mengenal
Roh Kudus (Yoh. 14:17). Orang Kristen “KTP” (Kristen
Tanpa Pertobatan) juga tidak bisa menerima baptisan Roh
Kudus karena mereka belum bertobat dan lahir baru.
Baptisan Roh Kudus adlaah berkat Allah untuk anak-anak
Tuhan yang sejati yang dosanya telah disucikan oleh darah
Kristus. Orang yang menerima baptisan Roh Kudus
haruslah telah bertobat dari hidup yang lama dan
diperbaharui oleh Kristus (Kis. 2:38, I Yoh. 1:9).
Hati yang haus.
Roh Kudus dicurahkan kepada orang yang haus kepada-
Nya (Yes. 44:3). Orang yang ingin dibaptis dengan Roh
Kudus menyatakan kerinduannya untuk dipenuhi. Sikap
perlu dengan sungguh-sungguh hati ‘meminta, mencari
dan mengetuk’dalam doa sehingga mendapat (Mat. 7:7;
Luk. 11:13).
Hati yang taat.
Roh Kudus itu dikaruniakan kepada orang yang taat
kepada Allah (Kis. 5:32). Kita harus “menyalibkan daging”
tunduk dan taat 100% kepada Allah dalam segala perkara
agar Roh Kudus memenuhi hidup kita senantiasa.
Hati yang percaya
Halangan terbesar bagi banyak anak Tuhan ialah
kurang/tidak percaya. Roh Kudus hanya dicurahkan
kepada yang percaya kepada Kristus (Yoh. 7:37-39a) .
Terimalah Roh Kudus dengan iman, jangan hanya
bergatung pada perasaan – Mrk. 11:24.
Hati yang menyembah.
Kita harus mempersembahkan puji-pujian dan
pengucapan syukur kepada Allah (Ibr. 13:15). Lebih dari ni
biarlah kita tunduk di bawah kaki-Nya dengan hati yang
hancur dan berlinang air mata, menyembah Dia yang
maha kasih atas anugerah yang tak terhingga. Pada saat
kita bersyukur, memuji dan menyembah Tuhan serta
memberikan jiwa raga kita kepada Allah, pada saat itulah
baptisan Roh Kudus akan terjadi bisa di gereja, di rumah
atau di mana saja.
Bila kita mengikuti persyaratan Alkitab, dengan
memiliki hati yang suci, haus, taat, percaya dan
menyembah, pastilah Roh Kudus dicurahkan dalam
hidup kita. Tidak perlu kita mengikuti cara-cara
ekstrim yang menyimpang dari firman untuk
mewujudkan baptisan Roh Kudus, seperti: bertepuk
tangan keras-keras, berteriak dan menjerit-jerit,
menirukan orang yang berdoa dalam bahasa roh,
menggoyang-goyangkan tubuh orang, memukul
bangku, meniup terompet, melompat-lompat tidak
karuan, harus rebah untuk dipenuhi Roh, dsb.
HAL-HAL YANG DIALAMI DALAM BAPTISAN ROH
Pengalaman seseorang yang dibaptis dengan Roh Kudus, menurut
Alkitab natara lain sebagai berikut:
Ia merasa hadirat Allah dan mengetahui bahwa Yesus Kristus itulah Anak
Allah yang hidup (Kis. 7:55-56).
Ia merasa jiwa dan rohnya digetarkan dengan kesukaan sorgawi yang
luar biasa seperti “dialiri sungai air hidup” (Yoh. 7:38).
Ia merasa damai sentosa, puas dalam hatinya dan tidak ingin
kesenangan dosa dan dunia lagi (Mat. 11:28; Yoh. 14:14,27).
Ia menerima kasih Allah dalam hati sehingga dapat mengampuni (Rm.
5:5).
Ia merasa berterima kasih kepada Tuhan sehingga ia memuji dan
menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran (Luk. 24:53; Yoh. 4:23-24).
Ia menerima kekuatan dan kuasa Allah, sehingga ia menjadi saksi Tuhan
dalam perkataan dan perbuatannya (Kis. 1:8; 4:33; II Tim. 1:7).
Ia menjadi berani dalam pelayanan dan pemberitaan firman Tuhan dan
tidak takut kepada siapapun juga, bila perlu berani mati syahid karena
Kristus (Kis.4:8, 13, 19-20, 31, 33).
TANDA KHAS BAPTISAN ROH KUDUS
Tanda khas yang biasanya dialami oleh orang yang
dibaptis dengan Roh Kudus ialah berkata-kata dalam
bahasa Roh. Bahasa Roh ialah suatu bahasa baru yang
diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang yang
menerima baptisan Roh Kudus, suatu bahasa yang tidak
pernah mereka pelajari, suatu bahasa yang asing yang
tidak dapat dimengerti oleh yang mengucapkan hal-hal
yang rahasia yang dimengerti oleh Allah saja (I Kor. 14:2).
Hal ini nyata dari pengalaman orang Kristen mula-mula
yang dicatat oleh Alkitab, misalnya:
Pada hari Pentakosta, 120 murid penuh dengan
Roh Kudus dan berkata-kata dalam bahasa lain (Kis.
2:4).
Di rumah Kornelius (Kis. 10:44-48, 11:15-17).
Di antara orang-orang Samaria (Kis. 8:14-19) – Ada
tanda lahiriah yang dilihat Simon. Kita percaya
bahwa tanda itulah berkata-kata dalam bahasa roh
.
Para murid di Efesus (Kis. 19:5-6).
Paulus penuh dengan Roh Kudus (Kis. 9:17). Kita
yakin dia berkata-kata dalam bahasa roh karena
ucapannya kepada jemaat di Korintus dalam I Kor.
14:18.
Jadi bila saudara dibaptis dengan Roh Kudus, Dia
akan mengilhamkan bahasa baru untuk diucapkan
oleh kita (Kis. 2:4). Jadi jangan tungguh Roh Kudus
“menggerak-gerakkan” atau “memutar-mutar”
lidah kita, tetapi dengan iman terimalah dan
ucapkanlah bahasa yang diilhamkan oleh Roh itu.
Jangan izinkan setan membuat kita ragu seakan-
akan kata-kata itu untuk kita ucapkan. Terimalah
baptisan Roh Kudus dan mulailah berkata-kata
dalam bahasa roh.
BEDA TANDA BAPTISAN ROH DENGAN KARUNIA
BAHASA ROH
Menurut kesaksian Alkitab, tanda yang menyertai
orang yang telah dibaptis dengan Roh Kudus
adalah berkata-kata dalam bahasa roh (=bahasa
lidah, bahasa asing, bahasa baru, karunia lidah,
glossolia). Ini nampak dalam beberapa peristiwa
yang dicatat dalam Kisah Para Rasul.
Pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-13).
Di rumah Kornelius (Kis.10:44-48; 11:15-17).
Di antara orang Samaria (Kis. 8:14-17), ada tanda
nyata yang dilihat oleh Simon, si ahli sihir itu,
yakni: bahasa roh.
Dua belas murid di Efesus (Kis. 19:1-7).
Pengalaman Paulus (Kis. 19:17 band. I Kor. 14:8).
Namun demikian bahasa roh sebagai tanda (bukti,
initial evidence, sign) baptisan Roh Kudus harus
dibedakan dengan karunia bahasa roh, walaupun
ada beberapa persamaan sifat diantara keduanya,
antara lain:
Memakai alat bicara sama.
Pikiran tidak bekerja ketika orang berkata-kata
dengan bahasa roh.
Dalam setiap bentuknya bahasa roh merupakan
pengungkapan roh manusia di bawah ilham Roh
Kudus.
Bersifat adikodrati.
Keduanya dipakai untuk menguji dan memuliakan
Allah.

Perbedaan antara bahasa roh sebagai tanda dan


bahasa roh sebagai karunia dapat kita lihat dengan
jelas pada bagan dibawah ini:
Berkata-kata dalam bahasa roh merupakan Karunia bahasa roh sebagai salah satu dari 9
TANDA pertama dari baptisan Roh Kudus (Kis. KARUNIA Roh Kudus yang dipakai dalam
2:4; 10:46; 19:6). jemaat (I Kor. 12:10, 28, 30; 14:2, 4; 6:13-19,
21-23, 26-28).
1. SEMUA orang yang menerima baptisan 1. TIDAK SEMUA orang dapat memiliki
Roh Kudus, berkata-kata dalam bahasa karunia bahasa roh ini (I Kor. 12:30b,
roh (ayat di atas). mengatakan: ..Dapatkah semua-nya itu
berkata-kata dnegan karunia lidah ?—
Jawabnya, “TIDAK”)

1. SEMUA orang boleh berkata-kata dengan 1. Hanya SATU orang boleh berkata-kata
bahasa roh pada waktu yang bersamaan, pada suatu waktu (I Kor. 12:30, 14:27-28).
seperti halnya dengan 120 orang pada
hari Pentakosta (Kis. 2). Semua di rumah
Kornelius (Kis. 10), 12 murid di Efesus
(Kis.19).

1. SEMUA orang boleh berbahasa roh dalam 1. Paling banyak TIGA orang yang diizinkan
satu kebaktian berkata-kata dengan karunia bahasa roh
secara bergantian dalam satu kebaktian.

1. SEMUANYA boleh berbahasa roh tanpat 1. Karunia bahasa roh harus diterjemahkan.
diterjemahkan. Kalau tak ada yang menterjemahkan, dia
harus berdiam diri (I Kor. 14:28).
Jelaslah sudah bahwa berkata-kata dengan bahasa roh sebagai
tanda/bukti pertama Roh Kudus bukanlah karunia lidah yang
dibicarakan dalam I Kor. 12 dan 14.
Bahasa roh itu ada yang berupa glossolalia, yakni bahasa yang
tidak dimengerti oleh orang yang mengucapkan atau
mendengarkannya, karena tidak pernah dipelajari sebelumnya.
Ia mengucapkan adalah bahasa itu karena ilham atau dorongan
Roh Kudus (I Kor. 14:2). Ada pula yang disebut xenolalia, yaitu
bahasa asing (mis: Belanda, Inggris, Spanyol, Jepang, dan
lainnya) yang kita ucapkan padahal belum pernah dipelajari
sebelumnya. Dengan bahasa itu kita memuliakan Allah dan
menyatakan kehendak Allah. Contoh :
Pada hari Pentakosta (Kis.2:1-13).
Tommy Hick bisa berbahasa Rusia, ketika penterjemahnya tidak
mau meneruskan tugasnya.
Seorang mendapat karunia bahasa India, hingga 3 orang Hindu
bertobat.
Ini adalah tanda untuk orang yang tidak beriman, sedangkan
nubuat adalah tanda untuk orang beriman ( I Kor. 14:22).
FUNGSI BAHASA ROH
Banyak orang bertanya-tanya, “Apakah gunanya bahasa
roh? Apakah manfaatnya suatu bahasa yang tidak
dimengerti? I Kor.14:39, Paulus menulis. “….Jangan
melarang orang berkata-kata dalam bahasa roh”. Dalam
I Kor. 14:18, dia juga menulis, “Aku mengucap syukur
kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa
roh lebih dari kamu semua. “Aku suka, supaya kamu
semua berkata-kata dalam bahasa roh”. Mengapa
Paulus dan juga semua orang Kristen perlu berbahasa
roh? Tentu karunia yang diberikan Allah adalah sesuatu
yang sangat penting. Allah bukanlah Allah yang tanpa
tujuan. Ia tidak akan bersusah-susah menyediakan
sesuatu bagi kita jika Ia tidak mempunyai tujuan
dalamnya.
Mengapa kita perlu berkata-kata dalam bahasa roh? Ada
beberapa alasan, antara lain:
Bahasa roh merupakan tanda awal yang alkitabiah dari
baptisan Roh Kudus (Kis. 2:4; 10:46; 19:6).
Hal itu adalah kehendak Allah bagi kita (I Kor. 14:5).
Bahasa roh membangun iman kita/diri sendiri (I Kor.
14:4a). Bahasa roh adalah karunia yang diberikan untuk
membangun iman individu. Yudas 20 mengajarkan agar
kita memebangun diri di atas dasar iman yang paling suci
dan berdoa dalam Roh Kudus. Berdoa dalam bahasa roh
bagaikan menghubungkan accu lemah dengan dengan
alat penyetrum accu – dimana kita bisa berhubungan
dengan sumber dari segala sumber tenaga, yakni Allah
yang hidup. Kita tidak mungkin bisa membangun orang
lain (jemaat), misalnya dengan bernubuat (I Kor. 14:4b)
bila diri kita juga belum dibangunkan. Bahasa roh adalah
sarana untuk membangun iman kita.
Dengan berbahasa roh kita senantiasa sadar akan kehadiran Roh
Kudus. Bila kita sadar Roh Kudus ada dalam kita, maka Dia akan
menjadi rem akan perbuatan najis, dosa yang dikerjakan. Tak
mungkin seseorang percaya berbahasa roh sambil berzinah,
mencuri, menjelekkan orang lain. Bahasa roh akan senantiasa
mengingatkan kita bahwa ada Roh Kudus di dalam kita.
Bahasa Roh memberi kesegaran rohani (Yes. 28:11-12). Paulus
mengutip ayat ini dan menghubungkan dengan bahasa roh
dalam I Kor. 14:21. Berdoa dengan bahasa roh memberikan
“perhentian/peristirahatan” kepada jiwa yang lelah untuk
disegarkan kembali dengan kasih dan hadirat Allah.
Dengan bahasa roh kita bisa bedoa untuk sesuatu permohonan
yang tidak kita ketahui (Rm. 8:26). Saat kita menghadapi
persoalan berat yang secara akal sudah tak terpecahkan dan
sudah tidak ada jalan keluar lagi, sehingga kita tidak tahu lagi
apa yang harus kita doakan atau mohonkan kepada Allah, saat
itulah kita bisa berdoa dengan bahasa roh. Roh Kudus yang akan
membantu kita dengan keluhan yang tak terucapkan untuk
mendatangkan kebaikan bagi kita.
Berdoa dengan bahasa roh adalah doa yang seseuai dengan kehendak
Allah (Roma 8:27). Doa dengan bahasa roh sesuai dengan kehendak
Allah karena Roh Kudus yang membantu berdoa untuk kita, dan Roh
Kudus pasti selalu berdoa untuk kita sesuai dengan kehendak Allah.
Bahasa roh memungkinkan kita untuk menyanyi dan memuji Allah
dalam urapan Roh Kudus (I Kor. 14:15). Kita bisa menyanyi dan berdoa
dengan akal budi. Tetapi waktu kita berbahasa roh, Roh Kudus
mengontrol kita dan mulai memberikan perkataan ilahi kepada kita
untuk berkomunikasi dengan Allah, kita memuji dan meninggikan
Allah dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24).
Dengan bahasa roh kita mengucap syukur kepada Allah (I Kor. 14:16-
17; Efs. 5:20). Saat kita sedang berbicara dalam bahasa roh, kita
mengucapkan syukur kepada Allah dengan cara yang sangat baik.
Inilah sarana supranatural Ilahi yang digunakan putra-putra Allah
untuk mengucap syukur kepada-Nya dalam segala waktu, tempat dan
keadaan. Inilah bersyukur kepada Allah bukan dari pikiran kita atau
kedagingan kita, tetapi dengan kemampuan ilahi yang supranatural
dan Roh Kuduslah yang mengilhamkan pengucapan syukur itu.
Dengan bahasa roh kita mengucapkan bahasa
rahasia kepada Allah (I Kor. 14:2). Berdoa dengan
bahasa roh berarti kita berkata-kata dengan
mesra kepada Allah tentang hal-hal yang rahasia,
yang tidak dimengerti oleh siapapun kecuali oleh
Allah sendiri. Hal ini menyebabkan doa kita tidak
“disabot” oleh Iblis (band. Daniel 10:12-14).
Sarana alkitabiah untuk memelihara kepenuhan
Roh Kudus (Efs. 5:18-19).
Beberapa pertanyaan yang sering diajukan mengenai
bahasa roh :
Dapatkah doktirn didasarkan pada sesuatu yang bukan
pernyataan deklaratif? Seperti doktrin Trinitas, doktrin
bahasa roh sebagai bukti dari baptisan Roh Kudus
didasarkan pada banyak bagian Alkitab yang yang
berhubungan dengan pokok ini.
Bukankah bahasa roh merupakan fenomena pada zaman
para rasul saja? Paulus mengatakan dalam I Kor.13:8
bahwa bahasa roh akan berhenti, yakni jika yang sempurna
itu tiba ( I Kor. 13:8-10). Kaum Injili (Reformed)
menganggap bahwa yang sempurna itu telah tiba yakni
lengkapnya kanon Perjanjian Baru. Namun kita meyakini
bahwa yang dimaksud oleh Paulus itu berhubungan dengan
kedatangan Kristus yang kedua kali. Bandingkan dengan I
Yoh. 3:2.
Ketika Paulus menulis, “Adakah mereka semua berkata-
kata dalam bahasa roh?” (I Kor. 12:30), bukankah itu
pertanyaan retoris yang harus dijawab secara negatif?
Semua orang percaya pada saat mengalami baptisan Roh
Kudus mulai berbahasa roh yang dapat digunakan terus
dalam doa pribadi untuk menguatkan diri sendiri. Tetapi
tidak semua orang dijadikan saluran Roh Kudus melalui
bahasa roh dan penafsirannya dalam jemaat, untuk
menguatkan jemaat. Dua bentuk bahasa roh ini perlu
dibedakan.
Apakah orang yang berbahasa roh tidak tergoda untuk
menjadi sombong rohani? Bila orang mengerti benar
manfaat baptisan Roh Kudus, mereka akan rendah hati
karena menyadari anugerah Allah yang besar. Lagi pula
kerohanian tidak ditentukan oleh karunia, melainkan oleh
buah Roh .
Bagaimana dengan orang Kristen yang sudah lahir baru dan
hidup saleh tetapi tidak berbahasa roh ? Jelas mereka telah
didiami Roh Kudus. Tapi kita tidak boleh mendasarkan
doktrin Firman pada pengalaman orang percyaa, dan
mengevaluasi benar tidaknya Firman itu berdasarkan
perbandingan manusiawi (II Kor. 10:12).
KEPENUHAN ROH KUDUS
Berbeda dengan baptisan Roh Kudus yang hanya dialami
sekali oleh orang percaya, kepenuhan Roh Kudus dapat
terjadi berulang-ulang (Ef. 5:18). Kepenuhan Roh Kudus
merupakan kunci pertumbuhan rohani bagi orang percaya.
Ada berbagai tingkat pertumbuhan dan kedewasaan
rohani. Meskipun seseorang bisa mencapai kedewasaan,
selalu ada kedewasaan yang lebih matang lagi untuk
dicapai. Kepenuhan Roh Kudus adalah pengaruh dan
kendali yang menyeluruh dari Roh Kudus di dalam
kehidupan orang percaya ini menghasilkan karakter seperti
Kristus. Kepenuhan Roh Kudus juga merupakan tindakan
yang berkuasa dari Allah dimana Dia mengurapi orang
percaya dan memampukannya untuk melakukan suatu
pelayanan khusus, misalnya terhadap Yohanes Pembaptis
(Luk. 1:15), Paulus (Kis.9:17), dll.
Ciri orang yang dipenuhkan senantiasa dengan Roh
Kudus antara lain:
Menjadi saksi Kristus dengan perkataan dan perbuatan
(Kis. 1:8). Ia memberitakan Firman Allah dengan berani
(Kis.4:31).
Mengalami karunia-karunia roh Kudus yang berguna
untuk pelayanan dan sidang jemaat ( I Kor. 12:7-10).
Menghasilkan buah roh dalam kehidupannya (Gal. 5:22-
23).
Untuk senantiasa dipenuhkan dengan Roh Kudus, kita
harus tetap tinggal dalam Kristus (Yoh. 15:4-5), yakni
melalui persekutuan dalam Doa (hidup senantiasa
dalam pujian dan penyembahan), ketaatan kepada
firman Allah dan Pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai