1. Penciptaan
Ada tujuh ayat yang berbicara tentang berbagai macam
aspek pekerjaan Roh Kudus dalam Penciptaan. Ayat-ayat
tersebut adalah Kejadian 1:2; Ayub 26:13; 27:3; 33:4; Mazmur
33:6; 104:30 dan Yesaya 40:7. Walaupun merupakan petunjuk
yang jelas mengenai Roh Allah, namun sesungguhnya tidak
ada alasan yang tepat untuk tidak dapat menerimanya seperti
itu (meskipun dalam beberapa terjemahan untuk ayat-ayat ini
digunakan kata ‘nafas’ sebagai ganti Roh Kudus).
Roh Kudus terlibat dalam perencanaan alam semesta
secara umum. Dia juga aktif dalam kaitannya dengan
penciptaan bintang-bintang di langit (Mazmur 33:6). Roh
Kudus berperan dalam penciptaan bumi. Kata ‘melayang-
layang’ (di tempat lain hanya terdapat dalam Ulangan
32:11, ‘melayang-layang’ atau ‘mengipas-ngipaskan’ dan
Yeremia 23:9, ‘goyah’) berarti bahwa Roh Kudus melayang-
layang diatas dan memelihara bumi yang masih belum
berbentuk dan kosong. Roh Kudus bekerja dalam
penciptaan segala jenis hewan (Mazmur 104:30) dan dalam
penciptaan manusia. Penciptaan tersebut berhubungan
dengan kehidupan. PerbuatanNya yang menciptakan
kehidupan dari kekosongan pada permulaan dunia adalah
pertanda dari karya-karyaNya nanti pada zaman perjanjian
baru, yaitu memberi kehidupan rohani bagi umat Allah
(kelahiran baru). Roh juga memberi hidup rohani kepada
manusia. Roh Kudus juga pemberi hidup yang terus
menerus.
2. Pemberi Pengetahuan.
Roh Kudus mencerahkan pikiran dengan pengetahuan tentang Allah dan
kebenaranNya (Ulangan 34:9; Mazmur 143: 10), umumnya kesanggupan
untuk mengerti (Kejadian 41: 38-39), khususnya dalam wawasan para nabi
(1 Samuel 10:10). Contoh penting adalah penulisan Perjanjian Lama: Roh
Kudus mengilhami saksi-saksi yang dipilih dan disiapkan khusus supaya
tulisan-tulisan mereka mengungkapkan firman Allah (2 Petrus 1:21). Inilah
juga pertanda pelayananNya pada zaman Perjanjian Baru (Yohanes 16:12;
1 Korintus 2:9-13; 2 Petrus 3:15). Petrus memberi pernyataan yang jelas
soal ini “semua nubuat tidak dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi
para penulis Kitab Suci itu didorong atau diilhami oleh Roh Kudus.” Hal ini
menyatakan bahwa kehendak manusia bukanlah pelakunya, melainkan
adalah Roh Allah. Manusia yang menuliskan bertindak sebagai perantara,
tetapi kehendak mereka tidak mengatur atau mencampuri segala sesuatu
yang hendak disampaikan Allah Roh Kudus lah Pribadi yang mengilhami.
Ketika Paulus mengutip Perjanjian Lama dalam surat-suratnya, ia
menyebutkan dengan pasti bahwa penulisnya adalah Roh Kudus.
Perjanjian Baru menyatakan bahwa Roh Kudus berperan aktif dalam
menyampaikan kebenaran Allah di masa Perjanjian Lama.
3. Roh Kudus dalam HubunganNya dengan Manusia.
Pelayanan Roh Kudus kepada manusia di masa perjanjian Lama tidak
sama dengan pelayananNya setelah Hari Pentakosta. Tuhan Yesus
mengatakan: Apapun pelayanan Roh Kudus dulu, akan berbeda dengan
pelayanannya setelah Pentakosta. Perhatikan bahwa Tuhan Yesus
berulang kali berbicara tentang ‘kedatangan’ Roh Kudus (yang sebelumnya
telah hadir) dalam percakapanNya dengan para murid di ruang Atas (Yoh
15:26; 16:7-8, 13). Hal ini menyatakan bahwa Roh Kudus sudah bekerja
pada waktu itu dan juga bahwa pekerjaanNya akan berbeda sifatnya
setelah Pentakosta. Pada watu Tuhan Yesus menyatakan perbedaan itu
secara ringkas, Dia berkata bahwa Roh Kudus ‘menyertai’ (Yunani para
dalam bentuk masa kini) kamu dan akan diam di dalam (Yunani en dalam
bentuk masa akan datang) kamu (Yohanes 14:17). Walaupun ada
kemungkinan lain untuk mengartikan klausa kedua itu dalam bentuk masa
kini yakni ‘diam di dalam kamu’ namun sebagian besar komentator lebih
suka menyatakannya dalam bentuk masa yang akan datang. Tentu saja hal
ini menjelaskan perbedaan antara pelayanan Roh Kudus di masa Tuhan
Yesus ketika dia menyampaikan perkataan itu dengan masa yang akan
datang setelah Pentakosta.
Ada tiga kata yang tampaknya menjelaskan pelayanan Roh Kudus
kepada manusia di masa sebelum Kristus: (1) Ia berada di dalam diri
orang-orang tertentu (Kejadian 41:38; Bilangan 27:18; Daniel 4:8;
5:11-14; 6:4). (2) Roh Kudus menghinggapi atau berkuasa atas orang-
orang tertentu (Bilangan 24:2; Hakim 3:10; 1 Samuel 10:10; 2
Tawarikh 15:1). (3) Roh Kudus memenuhi Bezaleel (Keluaran 31:3;
35:31). Hal ini tampaknya merupakan suatu kemampuan khusus
yang diberikan untuk memimpin para ahli bangunan ketika mereka
mengerjakan Tabernakel.
Akan tetapi pelayanan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama terbatas
yaitu dalam hubungannya dengan berbagai macam pelayanan. Roh
Kudus diberikan kepada orang-orang tertentu sehubungan dengan
tugas atau pelayanan tertentu. Kita tidak menjumpai pelayanan Roh
Kudus dalam hal: menginsyafkan dosa secara umum, mendiami dan
memberikan kuasa seperti yang terjadi setelah Pentakosta (Yohanes
7:37-39), memeteraikan, dan tentu saja membaptiskan.
Pembaharuan dari Roh Kudus tidak disebutkan secara khusus.
Rupanya tidak ada jaminan bahwa Roh Kudus hadir secara tetap dan
terus menerus di masa Perjanjian Lama (Hakim 13:25;16:20;
1 Samuel 10:10; 16:14).
B. Roh Kudus dalam Kehidupan Tuhan Yesus.
Hubungan Roh Kudus dengan Kehidupan Tuhan Yesus akan
menetapkan dasar teologis yang penting bagi pelayanan Roh
Kudus, sehingga hubungan ini mutlak perlu untuk
mendapatkan pandangan tepat tentang pekerjaanNya.
Paulus menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki Roh Kudus sama
dengan bukan milik Kristus (Rom.8:9) . Memiliki Roh Kudus merupakan
ciri semua orang yang telah dilahirkan kembali. Walaupun berdukacita,
namun Roh Kudus tidak meninggalkan orang Kristen yang berbuat dos,
sebab Roh Kudus tidak dapat meninggalkan seorang percaya tanpa
menyebabkan orang percaya berada dalam kondisi yang tehilang dan
tidak diselamatkan. Dosa memang dapat meyebabkan Roh Kudus yang
berada dalam kehidupan orang percaya menjadi tidak egektif, namun
dosa tidak menghilangkan kehadiran-Nya dari kehidupan orang percaya
(band. I Kor. 6:19). Sebetulnya dengan tinggalnya Roh Kudus dalam diri
kita selama-lamanya semestinya memberikan rasa aman dan hubungan
kita dengan Allah; memberi dorongan yang kuat untuk mempraktekkan
kehadiran Allah tersebut, makin peka dan menyadari bahwa dosa adalah
sama dengan melawan Allah .
Roh Kudus juga memeteraikan orang percaya, artinya
Allah telah memeteraikan tanda milik-Nya (II Kor. 1:22;
Efesus 1:3; 4:30). Semua orang yang percaya kepada Yesus
dimateraikan pada saat kelahiran baru. Pemeteraian
terjadi sampai pada hari penyelamatan (Efs. 4:30).
Pemeteraian mencakup arti tentang kepemilikan, otoritas
(wewenang), tanggung jawab dan jaminan.
Pendamaian Roh Kudus dan pemeteraian Roh Kudus
dalam diri orang percaya terjadi saat kelahiran baru,
namun setelah itu orang percaya harus mengalami
baptisan Roh Kudus agar menerima kuasa untuk melayani
dan menjadi saksi.
BEDA ANTARA KELAHIRAN BARU DAN BAPTISAN ROH
KUDUS
Ada banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh, tidak
mengalami baptisan Roh Kudus, karena ajaran yang
menyatakan bahwa kelahiran baru dan baptisan Roh itu
sama ! Mereka percaya bahwa semua orang Kristen
dibaptis dengan Roh Kudus ketika mereka dilahirkan
kembali. Alkitab mengajarkan bahwa kelahiran baru dan
baptisan Roh Kudus adalah dua pengalaman rohani yang
berbeda. Untuk dipenuhi dengan Roh, seseorang harus
terlebih dahulu dilahirkan oleh Roh. Baptisan Roh terjadi
sesudah pengalaman kelahiran baru (keselamatan),
walaupun bisa terjadi pada waktu yang hampir
bersamaan.
Tidak dapat disangkal bahwa Roh Kudus mempunyai dua
pekerjaan yang nyata dalam diri orang percaya:
Kelahiran bru (sehingga kit didiami dan dimeteraikan oleh
Roh Kudus).
Baptisan Roh Kudus.
Kelahiran baru memberi “hati baru” dan kehidupan baru
(II Kor. 5:17), sehingga kita menjadi anak Allah yang
diselamatkan dan memiliki hidup kekal, sedangkan
baptisan Roh Kudus memberi “kuasa Allah” untuk hidup
sebagai anak Allah yang berkemenangan dan menjadi
saksi-Nya (Kis. 1:8).
Menurut Stanley Horton, baptisan dalam Roh Kudus
bukanlah terutama untuk pemgembangan kesucian
dalam diri seseorang (walaupun hal ini mungkin terjadi
dan harus ditingkatkan oleh baptisan dalam Roh).
Baptisan Roh Kudus memberi kuasa untuk melayani! (Luk.
24:49; Kis. 1:4-5, 8). Janji baptisan Roh Kudus ini diberikan
kepada murid-murid yang sudah memiliki persekutuan
yang akrab dengan Kristus. Nama mereka telah tertulis di
surga (Luk. 10:20). Yang ditekankan Kis. 1:8 adalah kuasa
untuk bisa saja telah dilahirkan kembali, namun tidak
memiliki baptisan dalam Roh Kudus dan urapannya untuk
melayani.
Baptisan Roh Kudus bukanlah merupakan sebuah puncak
pengalaman rohani, melainkan pintu masuk ke dalam berjenis-
jenis pelayanan dalam Roh yang disebut karunia-karunia roh.
Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Yesuslah Pribadi yang
membaptis dalam Roh Kudus (Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16;
Yoh. 1:33). Paulus menyatakan bahwa Roh Kuduslah yang
membaptis kita ke dalam Yesus Kristus, yaitu ke dalam tubuh
Kristus (I Kor. 12:13; Gal. 3:27) . Kedua baptisan ini berbeda.
Pertama-tama Roh Kudus membaptis kita ke dalam tubuh
Kristus, kemudian Yesus membaptis kita dengan Roh Kudus. Jadi
kita perlu menerima baptisan oleh Roh Kudus yang
menempatkan orang percaya dalam tubuh Kristus, dan baptisan
oleh Kristus yang menempatkan orang percaya dalam tubuh
Kristus, dan baptisan oleh Kristus yang menempatkan orang
percaya di dalam Roh Kudus agar dapat melayani dengan kuasa.
Semua orang percaya telah dibaptis oleh Roh Kudus, tetapi tidak
semua orang percaya telah mengalami baptisan dalam Roh
Kudus oleh Kristus.
Peristiwa dalam Alkitab yang menunjukkan perbedaan
antara kelahiran baru dan baptisan Roh Kudus adalah
sebagai berikut:
Para Murid Kristus. Mereka telah mengaku Yesus adalah
Kristus, Anak Allah yang hidup (Mat. 16:16; Yoh. 6:68-
69). Yesus mengatakan bahwa nama mereka tertulis di
Surga (Luk. 10:20). Namun mereka diperintahkan tetap
tinggal di Yerusalem supaya menerima Baptisan Roh
Kudus (Luk. 24:49).
Orang Samaria yang bertobat. (Kis. 8:14-17). Filipus
memberitakan Injil di Samaria sehingga banyak orang
bertobat, percaya dan dibaptis dalam nama Tuhan
Yesus. Pastilah mereka telah dilahirkan baru oleh Roh
Kudus ketika itu. Tapi kemudian mereka menerima Roh
Kudus ketika rasul-rasul datang dari Yerusalem dan
menumpangkan tangan atas mereka.
Rasul Paulus. Penginjilan pada jalan menuju Damsyik
membuat Paulus mengaku ke-Tuhan-an Yesus (Kisah
Para Rasul 9:3-6). Itulah saat pertobatan Paulus yang
tentu dikerjakan oleh Roh Kudus. Tetapi kemudian
Ananias datang dan menumpangkan tangan ke atas
Paulus, dia terlepas dari kebutaannya dan dipenuhkan
Roh Kudus (Kis.9:17).
Murid-murid di Efesus (Kis. 19:1-7). Paulus menemukan
beberapa murid di Efesus yang telah menerima baptisan
Yohanes. Paulus bertanya kepada mereka, apakah
mereka telah menerima Roh Kudus ketika mereka
percaya? Apakah makna pertanyaan Paulus ini?
Seandainya semua murid menerima pengalaman Roh
Kudus ini ketika mereka percaya, mengapa Paulus
menanyakan hal ini kepada mereka? Pertanyaan itu
menujukkan bahwa mungkin saja seseorang menjadi
percaya tanpa menerima kepenuhan Roh Kudus.
TUJUAN BAPTISAN ROH KUDUS.
Tuhan Yesus Kristus membaptiskan kita dengan Roh
Kudus oleh karena Dia mempunyai maksud dan tujuan
yang indah, yakni supaya:
Kita yakin akan jamninan keselamatan (II Kor. 1:21-22;
Ef. 1:4). Kita juga yakin bahwa kita adalah anak Allah
yang berhak menerima janji-janji Allah karena Roh
Kudus telah dicurahkan dalam hati kita (Rm. 8:15-16).
Kita beroleh kuasa menjadi saksi Kristus (Luk. 24:49; Kis.
1:8).
Kita berani memberitakan kebenaran firman Tuhan (Kis.
4:21).
Kita hidup menuruti firman Tuhan. Roh Kudus itulah
yang memampukan kita untuk mentaati segala perintah-
Nya.
Kita memiliki kehidupan doa. Orang yang dipenuhi Roh Kudus
adkaan memiliki kerinduan untuk bersekutu dan menyembah
Allah dalam roh dan kebenaran sehingga kita bisa “berdoa
dengan tiada jemu-jemu” (Luk. 18:1; Yoh. 4:23-24; I Tes. 5:17).
Kita bisa melayani pekerjaan Tuhan dengan berhasil. Orang
yang ingin melayani Tuhan perlu dipenuhi Roh Kudus agar
pelaynannya ‘hidup dan berbuah’. Tidak seperti jemaat di
Sardis yang ‘kelihatan hiudp padahal mati’ (Why. 3:1). Para
rasul yang tidak terpelajar menjadi pelayan Allah yang ajaib
karena urapan Roh Kudus ada padanya.
Kita memiliki hidup berkemenangan dalam peperangan
rohani. Dengan senjata yang diberikan Roh Kudus kita bisa
mengalahkan kuasa kegelapan yang memberikan macam-
macam masalah (Ef. 6:10-18).
Kita dapat memikul salib, tahan menderita dan jika perlu mati
syahid karena Kristus. Rasul Paulus dan murid-murid Kristus
lainnya rela sengsara bahkan mati karena Roh Kudus memberi
kekuatan kepada mereka (II Kor. 11:23-28).
SYARAT MENERIMA BAPTISAN ROH KUDUS .
Agar kita mengalami baptisan Roh Kudus, maka kita harus
memiliki:
Hati yang suci
Baptisan Roh Kudus tidak bisa diterima oleh orang duniawi
karena mereka tidak percaya Kristus dan tidak mengenal
Roh Kudus (Yoh. 14:17). Orang Kristen “KTP” (Kristen
Tanpa Pertobatan) juga tidak bisa menerima baptisan Roh
Kudus karena mereka belum bertobat dan lahir baru.
Baptisan Roh Kudus adlaah berkat Allah untuk anak-anak
Tuhan yang sejati yang dosanya telah disucikan oleh darah
Kristus. Orang yang menerima baptisan Roh Kudus
haruslah telah bertobat dari hidup yang lama dan
diperbaharui oleh Kristus (Kis. 2:38, I Yoh. 1:9).
Hati yang haus.
Roh Kudus dicurahkan kepada orang yang haus kepada-
Nya (Yes. 44:3). Orang yang ingin dibaptis dengan Roh
Kudus menyatakan kerinduannya untuk dipenuhi. Sikap
perlu dengan sungguh-sungguh hati ‘meminta, mencari
dan mengetuk’dalam doa sehingga mendapat (Mat. 7:7;
Luk. 11:13).
Hati yang taat.
Roh Kudus itu dikaruniakan kepada orang yang taat
kepada Allah (Kis. 5:32). Kita harus “menyalibkan daging”
tunduk dan taat 100% kepada Allah dalam segala perkara
agar Roh Kudus memenuhi hidup kita senantiasa.
Hati yang percaya
Halangan terbesar bagi banyak anak Tuhan ialah
kurang/tidak percaya. Roh Kudus hanya dicurahkan
kepada yang percaya kepada Kristus (Yoh. 7:37-39a) .
Terimalah Roh Kudus dengan iman, jangan hanya
bergatung pada perasaan – Mrk. 11:24.
Hati yang menyembah.
Kita harus mempersembahkan puji-pujian dan
pengucapan syukur kepada Allah (Ibr. 13:15). Lebih dari ni
biarlah kita tunduk di bawah kaki-Nya dengan hati yang
hancur dan berlinang air mata, menyembah Dia yang
maha kasih atas anugerah yang tak terhingga. Pada saat
kita bersyukur, memuji dan menyembah Tuhan serta
memberikan jiwa raga kita kepada Allah, pada saat itulah
baptisan Roh Kudus akan terjadi bisa di gereja, di rumah
atau di mana saja.
Bila kita mengikuti persyaratan Alkitab, dengan
memiliki hati yang suci, haus, taat, percaya dan
menyembah, pastilah Roh Kudus dicurahkan dalam
hidup kita. Tidak perlu kita mengikuti cara-cara
ekstrim yang menyimpang dari firman untuk
mewujudkan baptisan Roh Kudus, seperti: bertepuk
tangan keras-keras, berteriak dan menjerit-jerit,
menirukan orang yang berdoa dalam bahasa roh,
menggoyang-goyangkan tubuh orang, memukul
bangku, meniup terompet, melompat-lompat tidak
karuan, harus rebah untuk dipenuhi Roh, dsb.
HAL-HAL YANG DIALAMI DALAM BAPTISAN ROH
Pengalaman seseorang yang dibaptis dengan Roh Kudus, menurut
Alkitab natara lain sebagai berikut:
Ia merasa hadirat Allah dan mengetahui bahwa Yesus Kristus itulah Anak
Allah yang hidup (Kis. 7:55-56).
Ia merasa jiwa dan rohnya digetarkan dengan kesukaan sorgawi yang
luar biasa seperti “dialiri sungai air hidup” (Yoh. 7:38).
Ia merasa damai sentosa, puas dalam hatinya dan tidak ingin
kesenangan dosa dan dunia lagi (Mat. 11:28; Yoh. 14:14,27).
Ia menerima kasih Allah dalam hati sehingga dapat mengampuni (Rm.
5:5).
Ia merasa berterima kasih kepada Tuhan sehingga ia memuji dan
menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran (Luk. 24:53; Yoh. 4:23-24).
Ia menerima kekuatan dan kuasa Allah, sehingga ia menjadi saksi Tuhan
dalam perkataan dan perbuatannya (Kis. 1:8; 4:33; II Tim. 1:7).
Ia menjadi berani dalam pelayanan dan pemberitaan firman Tuhan dan
tidak takut kepada siapapun juga, bila perlu berani mati syahid karena
Kristus (Kis.4:8, 13, 19-20, 31, 33).
TANDA KHAS BAPTISAN ROH KUDUS
Tanda khas yang biasanya dialami oleh orang yang
dibaptis dengan Roh Kudus ialah berkata-kata dalam
bahasa Roh. Bahasa Roh ialah suatu bahasa baru yang
diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang yang
menerima baptisan Roh Kudus, suatu bahasa yang tidak
pernah mereka pelajari, suatu bahasa yang asing yang
tidak dapat dimengerti oleh yang mengucapkan hal-hal
yang rahasia yang dimengerti oleh Allah saja (I Kor. 14:2).
Hal ini nyata dari pengalaman orang Kristen mula-mula
yang dicatat oleh Alkitab, misalnya:
Pada hari Pentakosta, 120 murid penuh dengan
Roh Kudus dan berkata-kata dalam bahasa lain (Kis.
2:4).
Di rumah Kornelius (Kis. 10:44-48, 11:15-17).
Di antara orang-orang Samaria (Kis. 8:14-19) – Ada
tanda lahiriah yang dilihat Simon. Kita percaya
bahwa tanda itulah berkata-kata dalam bahasa roh
.
Para murid di Efesus (Kis. 19:5-6).
Paulus penuh dengan Roh Kudus (Kis. 9:17). Kita
yakin dia berkata-kata dalam bahasa roh karena
ucapannya kepada jemaat di Korintus dalam I Kor.
14:18.
Jadi bila saudara dibaptis dengan Roh Kudus, Dia
akan mengilhamkan bahasa baru untuk diucapkan
oleh kita (Kis. 2:4). Jadi jangan tungguh Roh Kudus
“menggerak-gerakkan” atau “memutar-mutar”
lidah kita, tetapi dengan iman terimalah dan
ucapkanlah bahasa yang diilhamkan oleh Roh itu.
Jangan izinkan setan membuat kita ragu seakan-
akan kata-kata itu untuk kita ucapkan. Terimalah
baptisan Roh Kudus dan mulailah berkata-kata
dalam bahasa roh.
BEDA TANDA BAPTISAN ROH DENGAN KARUNIA
BAHASA ROH
Menurut kesaksian Alkitab, tanda yang menyertai
orang yang telah dibaptis dengan Roh Kudus
adalah berkata-kata dalam bahasa roh (=bahasa
lidah, bahasa asing, bahasa baru, karunia lidah,
glossolia). Ini nampak dalam beberapa peristiwa
yang dicatat dalam Kisah Para Rasul.
Pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-13).
Di rumah Kornelius (Kis.10:44-48; 11:15-17).
Di antara orang Samaria (Kis. 8:14-17), ada tanda
nyata yang dilihat oleh Simon, si ahli sihir itu,
yakni: bahasa roh.
Dua belas murid di Efesus (Kis. 19:1-7).
Pengalaman Paulus (Kis. 19:17 band. I Kor. 14:8).
Namun demikian bahasa roh sebagai tanda (bukti,
initial evidence, sign) baptisan Roh Kudus harus
dibedakan dengan karunia bahasa roh, walaupun
ada beberapa persamaan sifat diantara keduanya,
antara lain:
Memakai alat bicara sama.
Pikiran tidak bekerja ketika orang berkata-kata
dengan bahasa roh.
Dalam setiap bentuknya bahasa roh merupakan
pengungkapan roh manusia di bawah ilham Roh
Kudus.
Bersifat adikodrati.
Keduanya dipakai untuk menguji dan memuliakan
Allah.
1. SEMUA orang boleh berkata-kata dengan 1. Hanya SATU orang boleh berkata-kata
bahasa roh pada waktu yang bersamaan, pada suatu waktu (I Kor. 12:30, 14:27-28).
seperti halnya dengan 120 orang pada
hari Pentakosta (Kis. 2). Semua di rumah
Kornelius (Kis. 10), 12 murid di Efesus
(Kis.19).
1. SEMUA orang boleh berbahasa roh dalam 1. Paling banyak TIGA orang yang diizinkan
satu kebaktian berkata-kata dengan karunia bahasa roh
secara bergantian dalam satu kebaktian.
1. SEMUANYA boleh berbahasa roh tanpat 1. Karunia bahasa roh harus diterjemahkan.
diterjemahkan. Kalau tak ada yang menterjemahkan, dia
harus berdiam diri (I Kor. 14:28).
Jelaslah sudah bahwa berkata-kata dengan bahasa roh sebagai
tanda/bukti pertama Roh Kudus bukanlah karunia lidah yang
dibicarakan dalam I Kor. 12 dan 14.
Bahasa roh itu ada yang berupa glossolalia, yakni bahasa yang
tidak dimengerti oleh orang yang mengucapkan atau
mendengarkannya, karena tidak pernah dipelajari sebelumnya.
Ia mengucapkan adalah bahasa itu karena ilham atau dorongan
Roh Kudus (I Kor. 14:2). Ada pula yang disebut xenolalia, yaitu
bahasa asing (mis: Belanda, Inggris, Spanyol, Jepang, dan
lainnya) yang kita ucapkan padahal belum pernah dipelajari
sebelumnya. Dengan bahasa itu kita memuliakan Allah dan
menyatakan kehendak Allah. Contoh :
Pada hari Pentakosta (Kis.2:1-13).
Tommy Hick bisa berbahasa Rusia, ketika penterjemahnya tidak
mau meneruskan tugasnya.
Seorang mendapat karunia bahasa India, hingga 3 orang Hindu
bertobat.
Ini adalah tanda untuk orang yang tidak beriman, sedangkan
nubuat adalah tanda untuk orang beriman ( I Kor. 14:22).
FUNGSI BAHASA ROH
Banyak orang bertanya-tanya, “Apakah gunanya bahasa
roh? Apakah manfaatnya suatu bahasa yang tidak
dimengerti? I Kor.14:39, Paulus menulis. “….Jangan
melarang orang berkata-kata dalam bahasa roh”. Dalam
I Kor. 14:18, dia juga menulis, “Aku mengucap syukur
kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa
roh lebih dari kamu semua. “Aku suka, supaya kamu
semua berkata-kata dalam bahasa roh”. Mengapa
Paulus dan juga semua orang Kristen perlu berbahasa
roh? Tentu karunia yang diberikan Allah adalah sesuatu
yang sangat penting. Allah bukanlah Allah yang tanpa
tujuan. Ia tidak akan bersusah-susah menyediakan
sesuatu bagi kita jika Ia tidak mempunyai tujuan
dalamnya.
Mengapa kita perlu berkata-kata dalam bahasa roh? Ada
beberapa alasan, antara lain:
Bahasa roh merupakan tanda awal yang alkitabiah dari
baptisan Roh Kudus (Kis. 2:4; 10:46; 19:6).
Hal itu adalah kehendak Allah bagi kita (I Kor. 14:5).
Bahasa roh membangun iman kita/diri sendiri (I Kor.
14:4a). Bahasa roh adalah karunia yang diberikan untuk
membangun iman individu. Yudas 20 mengajarkan agar
kita memebangun diri di atas dasar iman yang paling suci
dan berdoa dalam Roh Kudus. Berdoa dalam bahasa roh
bagaikan menghubungkan accu lemah dengan dengan
alat penyetrum accu – dimana kita bisa berhubungan
dengan sumber dari segala sumber tenaga, yakni Allah
yang hidup. Kita tidak mungkin bisa membangun orang
lain (jemaat), misalnya dengan bernubuat (I Kor. 14:4b)
bila diri kita juga belum dibangunkan. Bahasa roh adalah
sarana untuk membangun iman kita.
Dengan berbahasa roh kita senantiasa sadar akan kehadiran Roh
Kudus. Bila kita sadar Roh Kudus ada dalam kita, maka Dia akan
menjadi rem akan perbuatan najis, dosa yang dikerjakan. Tak
mungkin seseorang percaya berbahasa roh sambil berzinah,
mencuri, menjelekkan orang lain. Bahasa roh akan senantiasa
mengingatkan kita bahwa ada Roh Kudus di dalam kita.
Bahasa Roh memberi kesegaran rohani (Yes. 28:11-12). Paulus
mengutip ayat ini dan menghubungkan dengan bahasa roh
dalam I Kor. 14:21. Berdoa dengan bahasa roh memberikan
“perhentian/peristirahatan” kepada jiwa yang lelah untuk
disegarkan kembali dengan kasih dan hadirat Allah.
Dengan bahasa roh kita bisa bedoa untuk sesuatu permohonan
yang tidak kita ketahui (Rm. 8:26). Saat kita menghadapi
persoalan berat yang secara akal sudah tak terpecahkan dan
sudah tidak ada jalan keluar lagi, sehingga kita tidak tahu lagi
apa yang harus kita doakan atau mohonkan kepada Allah, saat
itulah kita bisa berdoa dengan bahasa roh. Roh Kudus yang akan
membantu kita dengan keluhan yang tak terucapkan untuk
mendatangkan kebaikan bagi kita.
Berdoa dengan bahasa roh adalah doa yang seseuai dengan kehendak
Allah (Roma 8:27). Doa dengan bahasa roh sesuai dengan kehendak
Allah karena Roh Kudus yang membantu berdoa untuk kita, dan Roh
Kudus pasti selalu berdoa untuk kita sesuai dengan kehendak Allah.
Bahasa roh memungkinkan kita untuk menyanyi dan memuji Allah
dalam urapan Roh Kudus (I Kor. 14:15). Kita bisa menyanyi dan berdoa
dengan akal budi. Tetapi waktu kita berbahasa roh, Roh Kudus
mengontrol kita dan mulai memberikan perkataan ilahi kepada kita
untuk berkomunikasi dengan Allah, kita memuji dan meninggikan
Allah dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24).
Dengan bahasa roh kita mengucap syukur kepada Allah (I Kor. 14:16-
17; Efs. 5:20). Saat kita sedang berbicara dalam bahasa roh, kita
mengucapkan syukur kepada Allah dengan cara yang sangat baik.
Inilah sarana supranatural Ilahi yang digunakan putra-putra Allah
untuk mengucap syukur kepada-Nya dalam segala waktu, tempat dan
keadaan. Inilah bersyukur kepada Allah bukan dari pikiran kita atau
kedagingan kita, tetapi dengan kemampuan ilahi yang supranatural
dan Roh Kuduslah yang mengilhamkan pengucapan syukur itu.
Dengan bahasa roh kita mengucapkan bahasa
rahasia kepada Allah (I Kor. 14:2). Berdoa dengan
bahasa roh berarti kita berkata-kata dengan
mesra kepada Allah tentang hal-hal yang rahasia,
yang tidak dimengerti oleh siapapun kecuali oleh
Allah sendiri. Hal ini menyebabkan doa kita tidak
“disabot” oleh Iblis (band. Daniel 10:12-14).
Sarana alkitabiah untuk memelihara kepenuhan
Roh Kudus (Efs. 5:18-19).
Beberapa pertanyaan yang sering diajukan mengenai
bahasa roh :
Dapatkah doktirn didasarkan pada sesuatu yang bukan
pernyataan deklaratif? Seperti doktrin Trinitas, doktrin
bahasa roh sebagai bukti dari baptisan Roh Kudus
didasarkan pada banyak bagian Alkitab yang yang
berhubungan dengan pokok ini.
Bukankah bahasa roh merupakan fenomena pada zaman
para rasul saja? Paulus mengatakan dalam I Kor.13:8
bahwa bahasa roh akan berhenti, yakni jika yang sempurna
itu tiba ( I Kor. 13:8-10). Kaum Injili (Reformed)
menganggap bahwa yang sempurna itu telah tiba yakni
lengkapnya kanon Perjanjian Baru. Namun kita meyakini
bahwa yang dimaksud oleh Paulus itu berhubungan dengan
kedatangan Kristus yang kedua kali. Bandingkan dengan I
Yoh. 3:2.
Ketika Paulus menulis, “Adakah mereka semua berkata-
kata dalam bahasa roh?” (I Kor. 12:30), bukankah itu
pertanyaan retoris yang harus dijawab secara negatif?
Semua orang percaya pada saat mengalami baptisan Roh
Kudus mulai berbahasa roh yang dapat digunakan terus
dalam doa pribadi untuk menguatkan diri sendiri. Tetapi
tidak semua orang dijadikan saluran Roh Kudus melalui
bahasa roh dan penafsirannya dalam jemaat, untuk
menguatkan jemaat. Dua bentuk bahasa roh ini perlu
dibedakan.
Apakah orang yang berbahasa roh tidak tergoda untuk
menjadi sombong rohani? Bila orang mengerti benar
manfaat baptisan Roh Kudus, mereka akan rendah hati
karena menyadari anugerah Allah yang besar. Lagi pula
kerohanian tidak ditentukan oleh karunia, melainkan oleh
buah Roh .
Bagaimana dengan orang Kristen yang sudah lahir baru dan
hidup saleh tetapi tidak berbahasa roh ? Jelas mereka telah
didiami Roh Kudus. Tapi kita tidak boleh mendasarkan
doktrin Firman pada pengalaman orang percyaa, dan
mengevaluasi benar tidaknya Firman itu berdasarkan
perbandingan manusiawi (II Kor. 10:12).
KEPENUHAN ROH KUDUS
Berbeda dengan baptisan Roh Kudus yang hanya dialami
sekali oleh orang percaya, kepenuhan Roh Kudus dapat
terjadi berulang-ulang (Ef. 5:18). Kepenuhan Roh Kudus
merupakan kunci pertumbuhan rohani bagi orang percaya.
Ada berbagai tingkat pertumbuhan dan kedewasaan
rohani. Meskipun seseorang bisa mencapai kedewasaan,
selalu ada kedewasaan yang lebih matang lagi untuk
dicapai. Kepenuhan Roh Kudus adalah pengaruh dan
kendali yang menyeluruh dari Roh Kudus di dalam
kehidupan orang percaya ini menghasilkan karakter seperti
Kristus. Kepenuhan Roh Kudus juga merupakan tindakan
yang berkuasa dari Allah dimana Dia mengurapi orang
percaya dan memampukannya untuk melakukan suatu
pelayanan khusus, misalnya terhadap Yohanes Pembaptis
(Luk. 1:15), Paulus (Kis.9:17), dll.
Ciri orang yang dipenuhkan senantiasa dengan Roh
Kudus antara lain:
Menjadi saksi Kristus dengan perkataan dan perbuatan
(Kis. 1:8). Ia memberitakan Firman Allah dengan berani
(Kis.4:31).
Mengalami karunia-karunia roh Kudus yang berguna
untuk pelayanan dan sidang jemaat ( I Kor. 12:7-10).
Menghasilkan buah roh dalam kehidupannya (Gal. 5:22-
23).
Untuk senantiasa dipenuhkan dengan Roh Kudus, kita
harus tetap tinggal dalam Kristus (Yoh. 15:4-5), yakni
melalui persekutuan dalam Doa (hidup senantiasa
dalam pujian dan penyembahan), ketaatan kepada
firman Allah dan Pelayanan.