Karunia-
Buah-buah
karuniaroh
roh kudus
kudus
Dalam upacara Pembaptisan, air adalah
lambang tindakan Roh Kudus, karena sesudah
menyerukan Roh Kudus, air menjadi tanda
sakramental yang berdaya guna bagi
kelahiran kembali. Seperti pada kelahiran kita
yang pertama, kita tumbuh dalam air
ketuban, maka air Pembaptisan adalah tanda
bahwa kelahiran kita untuk kehidupan ilahi,
dianugerahkan kepada kita dalam Roh Kudus.
“Dibaptis dalam satu Roh”, kita juga “diberi
minum dari satu Roh” (1 Kor 12:13). Jadi Roh
dalam Pribadi-Nya adalah air yang
menghidupkan, yang mengalir dari Kristus
yang disalibkan dan yang memberi kita
kehidupan abadi.
AIR
Dalam inisiasi Kristen, urapan adalah tanda sakramental dalam Sakramen
Penguatan, yang karenanya dinamakan “Khrismation” dalam Gereja-gereja
Timur. Tetapi untuk mengerti sepenuhnya bobot nilai dari lambang ini, orang harus
kembali ke urapan pertama, yang Roh Kudus kerjakan, yaitu Urapan Yesus.
“Khristos” (terjemahan dari kata bahasa Ibrani “Mesias”) berarti “yang diurapi
dengan Roh Allah”. Dalam Perjanjian Lama sudah ada orang yang “diurapi”
Tuhan; terutama Daud adalah seorang yang diurapi. Tetapi Yesus secara khusus
adalah Dia yang diurapi Allah: kodrat manusiawi yang Putera terima, diurapi
sepenuhnya oleh Roh Kudus. Oleh Roh Kudus, Yesus menjadi “Kristus”. Perawan
Maria mengandung Yesus dengan perantaraan Roh Kudus, yang
mengumumkan-Nya melalui malaikat pada kelahiran-Nya sebagai Kristus, dan
yang membawa Simeon ke dalam kenisah, supaya ia dapat melihat Dia yang
diurapi Tuhan.
[Roh Kudus]-lah yang memenuhi Kristus, dan kekuatan-Nya keluar dari Kristus,
waktu Ia melakukan penyembuhan dan karya-karya keselamatan. Pada akhirnya
Ia jualah yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Dalam kodrat
manusiawi-Nya, yang adalah pemenang atas kematian, setelah sepenuhnya dan
seutuhnya menjadi “Kristus”, Yesus memberikan Roh Kudus secara berlimpah ruah,
sampai “orang-orang kudus” dalam persatuan-Nya dengan kodrat manusiawi
Putera Allah menjadi “manusia sempurna” dan “menampilkan Kristus dalam
kepenuhan-Nya” (Ef 4:13): “Kristus paripurna”, seperti yang dikatakan Santo
URAPAN Agustinus.
Sementara air melambangkan kelahiran dan
kesuburan kehidupan yang dianugerahkan dalam
Roh Kudus, api melambangkan daya transformasi
perbuatan Roh Kudus. Nabi Elia, yang “tampil
bagaikan api dan perkataannya bagaikan obor
yang menyala” (Sir 48:1), dengan perantaraan
doanya menarik api turun atas kurban di Gunung
Karmel — lambang api Roh Kudus yang mengubah
apa yang Ia sentuh.
Yohanes Pembaptis, yang mendahului Tuhan “dalam
roh dan kuasa Elia” (Luk 1:17) mengumumkan Kristus
sebagai Dia, yang “akan membaptis dengan Roh
Kudus dan dengan api” (Luk 3:16). Mengenai Roh ini
Yesus berkata: “Aku datang untuk melemparkan api
ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah
menyala” (Luk 12:49). Dalam “lidah-lidah seperti api”
Roh Kudus turun atas para rasul pada pagi hari
Pentakosta dan memenuhi mereka (Kis 2:3-4). Dalam
tradisi rohani, lambang api ini dikenal sebagai salah
satu lambang yang paling berkesan mengenai karya
Roh Kudus: “Janganlah padamkan Roh” (1 Tes 5:19).
API
Kedua lambang ini selalu berkaitan satu sama
lain, ketika Roh Kudus menampakkan Diri. Sejak
masa teofani Perjanjian Lama, awan — baik yang
gelap maupun yang cerah — menyatakan Allah
yang hidup dan menyelamatkan, dengan
menyelubungi kemuliaan-Nya yang adikodrati.
Demikian juga dengan Musa di Gunung Sinai,
dalam kemah wahyu dan selama perjalanan di
padang gurun; pada Salomo waktu pemberkatan
kenisah. Semua gambaran ini telah dipenuhi
dalam Roh Kudus oleh Kristus.
Roh turun atas Perawan Maria dan
“menaunginya”, supaya ia mengandung dan
melahirkan Yesus (Luk 1:35). Di atas gunung
transfigurasi, [Roh Kudus] datang dalam awan
“yang menaungi” Yesus, Musa, Elia, Petrus,
Yakobus, dan Yohanes, dan “satu suara
kedengaran dari dalam awan: Inilah Anak-Ku
yang Kupilih dengarkanlah Dia” (Luk 9:34-35).
“Awan” yang sama itu akhirnya menyembunyikan
Yesus pada hari Kenaikan-Nya ke surga dari
pandangan para murid (Kis 1:9); pada hari
kedatangan-Nya awan itu akan menyatakan Dia
sebagai Putera Allah dalam segala kemuliaan-
Nya.
METERAI
Yesus menyembuhkan orang sakit dan
memberkati anak-anak kecil, dengan
meletakkan tangan ke atas mereka.
Atas Nama-Nya para Rasul melakukan
hal yang sama. Melalui peletakan
tangan para rasul, Roh Kudus
diberikan. Surat kepada umat Ibrani
memasukkan peletakan tangan
dalam “unsur-unsur pokok” ajarannya.
Dalam epiklese sakramentalnya,
Gereja mempertahankan tanda
pencurahan Roh Kudus ini yang
mampu mengerjakan segala sesuatu.
TANGAN
“Dengan jari Allah” Yesus mengusir setan (Luk 11:20). Sementara
perintah Allah ditulis dengan “jari Allah” atas loh-loh batu (Kel
31:18); “surat Kristus” yang ditulis oleh para rasul, “ditulis dengan
Roh Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan
pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia” (2 Kor 3:3).
Madah “Veni Creator Spiritus” berseru kepada Roh Kudus
sebagai “jari tangan kanan Bapa” (digitus Paternae dexterae).
JARI
Pada akhir air bah (yang adalah lambang
Pembaptisan), merpati — yang diterbangkan
oleh Nuh dari dalam bahtera — kembali
dengan sehelai daun zaitun segar di paruhnya
sebagai tanda bahwa bumi sudah dapat
didiami lagi. Waktu Kristus naik dari air
Pembaptisan-Nya, Roh Kudus — dalam rupa
merpati — turun atas-Nya dan berhenti di
atas-Nya. Roh turun ke dalam hati mereka
yang sudah dimurnikan oleh Pembaptisan dan
tinggal di dalamnya. Di beberapa gereja,
Ekaristi Suci disimpan di dalam satu bejana
logam yang berbentuk merpati (columbarium)
dan digantung di atas altar. Merpati dalam
ikonografi Kristen sejak dahulu adalah
lambang Roh Kudus.
MERPATI
PERISTIWA PENTAKOSTA DAN MAKNANYA
pentakosta atau Minggu Putih adalah hari raya Kristiani yang
memperingati peristiwa dicurahkannya Roh Kudus kepada para rasul
di Yerusalem, yang terjadi 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus.
Pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan sesuai dengan yang
dijanjikan Yesus sesudah kenaikannya ke surga. Menurut Alkitab, murid-
murid Yesus berhasil mempertobatkan tiga ribu jiwa pada hari tersebut
dan hal inilah yang disebut dengan lahirnya gereja mula-mula
(Sumber: kitab Kisah Para Rasul pasal ke-2). Sebelumnya Pentakosta
adalah hari raya besar orang Yahudi yang kemudian diadopsi oleh
Gereja Barat dan Gereja Timur.
Terdapat berbagai macam makna Pentakosta bagi Orang Kristen.
Dalam artikel ini, akan dipaparkan 3 makna besar dan umum umat
Kristen merayakan Hari Pentakosta
1. Komunitas Iman
2. Ucapan Syukur yang Tidak Berkesudahan
3. Misi Pembebasan Allah bagi Manusia
MAKNA PENTAKOSTA
komunitas terbentuk karena adanya kecocokan atau kesamaan akan
tujuan. Akan tetapi, pada pengikut Kristus, komunitas iman sendiri adalah
sebagai wujud akibat dari kinerja Roh Kudus. Tuhan telah memilih mereka
untuk bersatu dalam memuji dan melayani Allah. Oleh karea itulah, merek
menjadi bersemangat dalam memuliakan Allah dengan komunitas yang
terbentuk,:
Komunitas iman sendiri sebenarnya sudah terjalin saat pertama kali Anda
diperkenalkan oleh orang tua Anda mengenai beribadah di gereja.
Dalam komunitas juga Anda akan semakin dilibatkan untuk terus bertumbuh
melalui kasih.
Roh Kudus memang menjadi sumber kekuatan iman Anda.
Roh Kudus bisa saja datang dalam rupa apapun, termasuk teman Anda.
Roh Kudus juga tentunya diam di dalam diri Anda, dimana Anda
dimampukan untuk berkomunikasi dengan Allah sehingga Anda mengerti
apa yang diinginkan oleh Allah.
KOMUNITAS IMAN
Saat merayakan hari Pentakosta, memang sejatinya umat Kristen
sudah seharusnya mengucapkan syukur atas kemuliaan Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari memang kita sudah menghadapi
berbagai macam permasalahan, baik itu permasalahan kita
dengan diri kita sendiri atau bahkan permasalahan dengan
orang di sekitar kita. Setiap orang tentunya memiliki karakter
yang berbeda-beda, itulah yang membuat kadang
perpecahaan tidak dapat terelakkan, ada pihak yang dirugikan
dan sangat jatuh dibuatnya. Jika Anda adalah pihak yang jatuh
tersebut, berserahlah kepada Kristus dan bersukacitalah karena
Roh Kudus telah diturunkan untukmu.
Kasih
Menunjukkan kasih sayang kepada orang tua dan saudara.
Menyapa anggota keluarga seperti kakek atau nenek dengan kasih sayang.
Menunjukkan kasih sayang kepada binatang-binatang peliharaan keluarga dan menjaga mereka
dengan benar.
Sukacita
Menikmati aktivitas setiap hari.
Menunjukkan antusiasme dan ucapan syukur untuk pengalaman dan kesempatan-kesempatan
yang positif.
Damai Sejahtera
Tenang pada waktu-waktu tertentu seperti waktu tidur atau waktu berdoa atau ibadah gereja.
Tidak mendendam atau cemburu saat orang lain mendapat perhatian.
Kesabaran
Bergiliran dalam permainan-permainan.
Menunggu dengan tenang sampai orang tua selesai berbicara sebelum menanyakan
pertanyaan.
Kemurahan
Berbagi dengan saudara atau teman-teman, terutama jika dilakukan secara spontan atau tanpa
mengeluh.
Menunjukkan kebaikan kepada teman-teman dan keluarga.
Kebaikan
Memikirkan orang lain dan sadar akan kebutuhan-kebutuhan mereka.
Menyediakan waktu berbicara dengan atau bermain dengan anak yang kesepian di sekolah.
Menawarkan diri membantu tugas-tugas orang tua dan guru-guru
Kesetiaan
Berdoa untuk kebutuhan-kebutuhan keluarga dan teman-teman.
Berpartisipasi dalam waktu renungan keluarga atau melaksanakan renungan pribadi secara rutin.
Kelembutan
Bermain dengan lembut dan benar dengan saudara yang lebih muda atau dengan teman-
teman keluarga.
Menjaga binatang-binatang peliharaan atau binatang-binatang lainnya dengan baik.