Anda di halaman 1dari 28

AGAMA

PERAN ROH LUDUS BAGI


GEREJA
Laura andriago
Victoria jessica
Miko halim
Winson hosea
Ray geraldo gunawan
Nathan indra gotama
Roh kudus melahirkan, Menghayati buah-
membimbing dan buah roh kudus dalam
menghidupi, geraja hidup sehari-hari
Peristiwa Peran roh
Lambang
pentakosta& kudus dalam
roh kudus
maknanya gereja

Karunia-
Buah-buah
karuniaroh
roh kudus
kudus
 Dalam upacara Pembaptisan, air adalah
lambang tindakan Roh Kudus, karena sesudah
menyerukan Roh Kudus, air menjadi tanda
sakramental yang berdaya guna bagi
kelahiran kembali. Seperti pada kelahiran kita
yang pertama, kita tumbuh dalam air
ketuban, maka air Pembaptisan adalah tanda
bahwa kelahiran kita untuk kehidupan ilahi,
dianugerahkan kepada kita dalam Roh Kudus.
“Dibaptis dalam satu Roh”, kita juga “diberi
minum dari satu Roh” (1 Kor 12:13). Jadi Roh
dalam Pribadi-Nya adalah air yang
menghidupkan, yang mengalir dari Kristus
yang disalibkan dan yang memberi kita
kehidupan abadi.

AIR
 Dalam inisiasi Kristen, urapan adalah tanda sakramental dalam Sakramen
Penguatan, yang karenanya dinamakan “Khrismation” dalam Gereja-gereja
Timur. Tetapi untuk mengerti sepenuhnya bobot nilai dari lambang ini, orang harus
kembali ke urapan pertama, yang Roh Kudus kerjakan, yaitu Urapan Yesus.
 “Khristos” (terjemahan dari kata bahasa Ibrani “Mesias”) berarti “yang diurapi
dengan Roh Allah”. Dalam Perjanjian Lama sudah ada orang yang “diurapi”
Tuhan; terutama Daud adalah seorang yang diurapi. Tetapi Yesus secara khusus
adalah Dia yang diurapi Allah: kodrat manusiawi yang Putera terima, diurapi
sepenuhnya oleh Roh Kudus. Oleh Roh Kudus, Yesus menjadi “Kristus”. Perawan
Maria mengandung Yesus dengan perantaraan Roh Kudus, yang
mengumumkan-Nya melalui malaikat pada kelahiran-Nya sebagai Kristus, dan
yang membawa Simeon ke dalam kenisah, supaya ia dapat melihat Dia yang
diurapi Tuhan.
 [Roh Kudus]-lah yang memenuhi Kristus, dan kekuatan-Nya keluar dari Kristus,
waktu Ia melakukan penyembuhan dan karya-karya keselamatan. Pada akhirnya
Ia jualah yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Dalam kodrat
manusiawi-Nya, yang adalah pemenang atas kematian, setelah sepenuhnya dan
seutuhnya menjadi “Kristus”, Yesus memberikan Roh Kudus secara berlimpah ruah,
sampai “orang-orang kudus” dalam persatuan-Nya dengan kodrat manusiawi
Putera Allah menjadi “manusia sempurna” dan “menampilkan Kristus dalam
kepenuhan-Nya” (Ef 4:13): “Kristus paripurna”, seperti yang dikatakan Santo

URAPAN Agustinus.
 Sementara air melambangkan kelahiran dan
kesuburan kehidupan yang dianugerahkan dalam
Roh Kudus, api melambangkan daya transformasi
perbuatan Roh Kudus. Nabi Elia, yang “tampil
bagaikan api dan perkataannya bagaikan obor
yang menyala” (Sir 48:1), dengan perantaraan
doanya menarik api turun atas kurban di Gunung
Karmel — lambang api Roh Kudus yang mengubah
apa yang Ia sentuh.
 Yohanes Pembaptis, yang mendahului Tuhan “dalam
roh dan kuasa Elia” (Luk 1:17) mengumumkan Kristus
sebagai Dia, yang “akan membaptis dengan Roh
Kudus dan dengan api” (Luk 3:16). Mengenai Roh ini
Yesus berkata: “Aku datang untuk melemparkan api
ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah
menyala” (Luk 12:49). Dalam “lidah-lidah seperti api”
Roh Kudus turun atas para rasul pada pagi hari
Pentakosta dan memenuhi mereka (Kis 2:3-4). Dalam
tradisi rohani, lambang api ini dikenal sebagai salah
satu lambang yang paling berkesan mengenai karya
Roh Kudus: “Janganlah padamkan Roh” (1 Tes 5:19).

API
 Kedua lambang ini selalu berkaitan satu sama
lain, ketika Roh Kudus menampakkan Diri. Sejak
masa teofani Perjanjian Lama, awan — baik yang
gelap maupun yang cerah — menyatakan Allah
yang hidup dan menyelamatkan, dengan
menyelubungi kemuliaan-Nya yang adikodrati.
Demikian juga dengan Musa di Gunung Sinai,
dalam kemah wahyu dan selama perjalanan di
padang gurun; pada Salomo waktu pemberkatan
kenisah. Semua gambaran ini telah dipenuhi
dalam Roh Kudus oleh Kristus.
 Roh turun atas Perawan Maria dan
“menaunginya”, supaya ia mengandung dan
melahirkan Yesus (Luk 1:35). Di atas gunung
transfigurasi, [Roh Kudus] datang dalam awan
“yang menaungi” Yesus, Musa, Elia, Petrus,
Yakobus, dan Yohanes, dan “satu suara
kedengaran dari dalam awan: Inilah Anak-Ku
yang Kupilih dengarkanlah Dia” (Luk 9:34-35).
“Awan” yang sama itu akhirnya menyembunyikan
Yesus pada hari Kenaikan-Nya ke surga dari
pandangan para murid (Kis 1:9); pada hari
kedatangan-Nya awan itu akan menyatakan Dia
sebagai Putera Allah dalam segala kemuliaan-
Nya.

AWAN DAN SINAR


 Meterai adalah sebuah lambang yang erat berkaitan
dengan pengurapan. Kristus telah disahkan oleh
“Bapa dengan meterai-Nya” (Yoh 6:27) dan di dalam
Dia, Bapa juga memeteraikan tanda milik-Nya atas
kita. Karena gambaran meterai (bahasa Yunani
“sphragis”) menandakan akibat pengurapan Roh
Kudus yang tidak terhapuskan dalam penerimaan
Sakramen Pembaptisan, Penguatan, dan Tahbisan
(Imamat), maka ia dipakai dalam berbagai tradisi
teologis untuk mengungkapkan “karakter” yang tidak
terhapuskan, tanda yang ditanamkan oleh ketiga
Sakramen yang tidak dapat diulangi itu.

METERAI
 Yesus menyembuhkan orang sakit dan
memberkati anak-anak kecil, dengan
meletakkan tangan ke atas mereka.
Atas Nama-Nya para Rasul melakukan
hal yang sama. Melalui peletakan
tangan para rasul, Roh Kudus
diberikan. Surat kepada umat Ibrani
memasukkan peletakan tangan
dalam “unsur-unsur pokok” ajarannya.
Dalam epiklese sakramentalnya,
Gereja mempertahankan tanda
pencurahan Roh Kudus ini yang
mampu mengerjakan segala sesuatu.

TANGAN
 “Dengan jari Allah” Yesus mengusir setan (Luk 11:20). Sementara
perintah Allah ditulis dengan “jari Allah” atas loh-loh batu (Kel
31:18); “surat Kristus” yang ditulis oleh para rasul, “ditulis dengan
Roh Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan
pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia” (2 Kor 3:3).
Madah “Veni Creator Spiritus” berseru kepada Roh Kudus
sebagai “jari tangan kanan Bapa” (digitus Paternae dexterae).

JARI
 Pada akhir air bah (yang adalah lambang
Pembaptisan), merpati — yang diterbangkan
oleh Nuh dari dalam bahtera — kembali
dengan sehelai daun zaitun segar di paruhnya
sebagai tanda bahwa bumi sudah dapat
didiami lagi. Waktu Kristus naik dari air
Pembaptisan-Nya, Roh Kudus — dalam rupa
merpati — turun atas-Nya dan berhenti di
atas-Nya. Roh turun ke dalam hati mereka
yang sudah dimurnikan oleh Pembaptisan dan
tinggal di dalamnya. Di beberapa gereja,
Ekaristi Suci disimpan di dalam satu bejana
logam yang berbentuk merpati (columbarium)
dan digantung di atas altar. Merpati dalam
ikonografi Kristen sejak dahulu adalah
lambang Roh Kudus.

MERPATI
PERISTIWA PENTAKOSTA DAN MAKNANYA
 pentakosta atau Minggu Putih adalah hari raya Kristiani yang
memperingati peristiwa dicurahkannya Roh Kudus kepada para rasul
di Yerusalem, yang terjadi 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus.
Pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan sesuai dengan yang
dijanjikan Yesus sesudah kenaikannya ke surga. Menurut Alkitab, murid-
murid Yesus berhasil mempertobatkan tiga ribu jiwa pada hari tersebut
dan hal inilah yang disebut dengan lahirnya gereja mula-mula
(Sumber: kitab Kisah Para Rasul pasal ke-2). Sebelumnya Pentakosta
adalah hari raya besar orang Yahudi yang kemudian diadopsi oleh
Gereja Barat dan Gereja Timur.
 Terdapat berbagai macam makna Pentakosta bagi Orang Kristen.
Dalam artikel ini, akan dipaparkan 3 makna besar dan umum umat
Kristen merayakan Hari Pentakosta
1. Komunitas Iman
2. Ucapan Syukur yang Tidak Berkesudahan
3. Misi Pembebasan Allah bagi Manusia

MAKNA PENTAKOSTA
 komunitas terbentuk karena adanya kecocokan atau kesamaan akan
tujuan. Akan tetapi, pada pengikut Kristus, komunitas iman sendiri adalah
sebagai wujud akibat dari kinerja Roh Kudus. Tuhan telah memilih mereka
untuk bersatu dalam memuji dan melayani Allah. Oleh karea itulah, merek
menjadi bersemangat dalam memuliakan Allah dengan komunitas yang
terbentuk,:
 Komunitas iman sendiri sebenarnya sudah terjalin saat pertama kali Anda
diperkenalkan oleh orang tua Anda mengenai beribadah di gereja.
 Dalam komunitas juga Anda akan semakin dilibatkan untuk terus bertumbuh
melalui kasih.
 Roh Kudus memang menjadi sumber kekuatan iman Anda.
 Roh Kudus bisa saja datang dalam rupa apapun, termasuk teman Anda.
 Roh Kudus juga tentunya diam di dalam diri Anda, dimana Anda
dimampukan untuk berkomunikasi dengan Allah sehingga Anda mengerti
apa yang diinginkan oleh Allah.

KOMUNITAS IMAN
 Saat merayakan hari Pentakosta, memang sejatinya umat Kristen
sudah seharusnya mengucapkan syukur atas kemuliaan Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari memang kita sudah menghadapi
berbagai macam permasalahan, baik itu permasalahan kita
dengan diri kita sendiri atau bahkan permasalahan dengan
orang di sekitar kita. Setiap orang tentunya memiliki karakter
yang berbeda-beda, itulah yang membuat kadang
perpecahaan tidak dapat terelakkan, ada pihak yang dirugikan
dan sangat jatuh dibuatnya. Jika Anda adalah pihak yang jatuh
tersebut, berserahlah kepada Kristus dan bersukacitalah karena
Roh Kudus telah diturunkan untukmu.

UCAPAN SYUKUR YANG TIDAK


BERKESUDAHAN
MISI PEMBEBASAN ALLAH BAGI MANUSIA
 Setiap manusia pastilah berdosa, bahkan seorang anak bayi pun sudah
dikenai dosa. Meskipun secara logika, mereka tidak melakukan apa-apa
yang merugikan orang lain. Tetapi, dosa keturunan dari nenek moyang
manusia sangat sulit untuk dilepaskan, bahkan hal itu sangat tidak mungkin
untuk dilepaskan dari pribadi seseorang. Karena dosa, wajah Allah
tercemar karena sesungguhnya manusialah yang membentuk wajah
Allah. Allah tentunya menginginkan anak-anak yang patuh dan taat
terhadap perintahnya. Akan tetapi, di kalangan hidup beberapa orang
malah menganggap bahwa peraturan adalah salah satu yang dibuat
untuk kepentingan pelanggaran. Sesungguhnya Allah mengingkan
manusia untuk tetap suci karena Dia telah mengorbankan Tuhan Yesus
untuk datang ke dunia dan menderita. Penderitaannya juga terlihat saat
manusia terus berbuat dosa. Perbuatan dosa sesungguhnya adalah
perbuatan yang menandakan bahwa seseorang menolak bahwa Allah itu
ada
PERAN ROH KUDUS
 Peranan Roh Kudus dalam Gereja yang akan memimpin kita dengan beribadah
dan mengalir di dalam persembahan pada Tuhan sebab Roh Kudus yang
memungkinkan kita bisa mencapai persembahan yang sejati. Roh Kudus yang
diutus ke dalam dunia akan memimpin kita pada segala kebenaran dan demi
memuliakan nama Tuhan Yesus. Jika dilihat apa saja peranan Roh Kudus di dalam
gereja, maka kita bisa menemukan beberapa peranan Roh Kudus seperti berikut
ini:
 Roh Kudus Mengendalikan Karunia Ibadah Gereja
 Roh Kudus Menghadirkan Kristus Secara Sakramental
 Roh Kudus Memberi Kehidupan Baru
 Roh Kudus Sebagai Pemersatu gereja
 Roh Kudus Mempersatukan Umat Dalam Tubuh Kristus
 Roh Kudus Mendorong Gereja Untuk Melayani
 Roh Kudus Mendampingi Gereja
 Roh Kudus Memampukan Kita Untuk Diakonia
 Roh Kudus Mendorong Persekutuan Kokoh
 Roh Kudus Menguduskan Kegiatan Liturgi
 Roh Kudus memberikan inspirasi kepada umat manusia lewat
karunia-karunia Roh Kudus. Nabi Yesaya telah menulis tentang
ketujuh karunia Roh Kudus tersebut. Katekismus Gereja Katolik
mengajarkan: “Ketujuh karunia Roh Kudus yang diberi kepada
orang Kristen adalah: kebijaksanaan, pengertian, nasihat,
keperkasaan, pengenalan, kesalehan, dan rasa takut kepada
Allah.” (KGK, 1845). Mengapa umat Allah memerlukan tujuh karunia
Roh Kudus? Jawabannya sederhana, yaitu karena karunia Roh
Kudus ini diperlukan supaya kita dapat mencapai tujuan akhir kita,
yaitu Sorga. ((ibid)) Karena Sorga yang ilahi itu berada di luar kodrat
manusia, maka kita memerlukan bantuan ilahi, yaitu Roh Kudus,
untuk mencapai tujuan akhir ini. Sama seperti bayi tidak bisa pergi
ke suatu tempat tanpa bantuan orang tuanya, maka kita tidak
dapat mencapai Sorga tanpa bantuan dari Allah sendiri, yaitu Roh
Kudus.

KARUNIA ROH KUDUS


 Karunia takut akan Tuhan (fear of the Lord)
 Ada ketakutan yang baik dan ada ketakutan yang tidak baik. Ketakutan yang bersumber pada keduniaan atau
penderitaan fisik di atas segalanya tidaklah baik. ((St. Teresa Avilla, The Way of Perfection, 40,1)) Ketakutan seperti
ini adalah ketakutan kehilangan kenyamanan fisik dan kenikmatan dunia melebihi ketakutan akan kehilangan
iman. Jika seseorang menganggap iman dan Gereja sebagai penghalang baginya, ia siap meninggalkan iman
maupun Gereja supaya kenyamanan akan hal-hal duniawi dapat dipertahankan olehnya. Ketakutan seperti ini
bukanlah ketakutan yang baik, sebab bahkan dapat membawanya kepada penderitaan abadi di neraka, sebab
ia rela meninggalkan iman akan Kristus yang sudah diketahuinya dapat membawanya kepada kehidupan kekal.
Namun demikian, ada ketakutan yang baik, yaitu takut akan Tuhan (fear of the Lord). St. Teresa mengatakan
bahwa Tuhan telah memberikan obat bagi manusia untuk menghindari dosa, yaitu takut akan Tuhan dan kasih.
Takut akan Tuhan adalah takut akan penghukuman Tuhan, takut bahwa dirinya akan terpisah dari Tuhan untuk
selamanya di neraka. Ketakutan seperti ini disebut “servile fear“. Ketakutan pada tahap ini membantu seseorang
untuk membawanya kepada pertobatan awal. Namun, bukankah Rasul Yohanes mengatakan bahwa dalam
kasih tidak ada ketakutan? (lih. 1Yoh 4:18) Ya, dengan bertumbuhnya iman, maka takut akan penghukuman Tuhan
akan berubah menjadi takut menyedihkan hati Tuhan, yang didasarkan atas kasih. Inilah yang disebut takut karena
kasih (filial fear), seperti anak yang takut menyedihkan hati bapanya.
 Karunia Roh Kudus ini menyadarkan bahwa satu-satunya yang memisahkan seseorang dari Tuhan adalah dosa.
Oleh karena itu, manifestasi dari karunia ini adalah kesedihan karena dosa, yang diikuti dengan kebencian akan
dosa. Orang yang membenci dosa tidak hanya menghindari dosa berat, namun juga ia tidak mau melakukan
dosa ringan. Ia akan lari dari peluang dan kondisi yang dapat membuat dia berbuat dosa. Ia akan sadar bahwa
meskipun ia sudah berusaha menghindari dosa, ia kerap tetap jatuh di dalam dosa, termasuk dosa ringan. Dengan
demikian, ia menjadi sadar akan dirinya yang tidak berarti apa-apa, dan pada saat yang bersamaan ia sadar
bahwa Tuhan adalah segalanya. Sikap seperti inilah yang menuntunnya kepada kerendahan hati. Jika kita belajar
dari kesalahan kita bahwa yang sering memisahkan diri kita dari Tuhan adalah godaan duniawi, maka kita belajar
untuk membatasi diri dari kenikmatan duniawi. Inilah yang disebut sebagai kebajikan penguasaan diri
(temperance). Marilah kita menilik ke dalam hati kita, sudahkah kita memiliki rasa takut akan Tuhan: sudahkah kita
membenci dosa, dan berusaha untuk menjauhinya.
 Karunia keperkasaan (fortitude)
 Kebajikan keperkasaan adalah keberanian untuk mengejar yang baik dan tidak takut dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghalangi tercapainya kebaikan tersebut. Karunia
keperkasaan dari Roh Kudus adalah keberanian untuk mencapai misi yang diberikan oleh Tuhan,
bukan berdasarkan pada kemampuan diri sendiri, namun bersandar pada kekuatan Tuhan.
Dengan kebajikan keperkasaan, kita dapat berkata seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus,
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4:13).
Juga, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rom 8:31) Melalui karunia ini,
Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk yakin, percaya dan bersandar kepada
kekuatan Allah. Allah dapat menggunakan kita yang terbatas dalam banyak hal untuk
memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Sebab Allah memilih orang-orang yang bodoh, yang
lemah, agar kemuliaan Allah dapat semakin dinyatakan, dan agar tidak ada orang yang
bermegah di hadapan-Nya (lih. 1Kor 1:27-29).
 Orang yang dipenuhi dengan karunia keperkasaan bukannya tidak pernah merasa takut, namun
mereka dapat mengatasi ketakutannya karena mereka percaya pada Allah yang dapat
melakukan segalanya. Bunda Teresa yang berani melaksanakan kehendak Allah untuk melayani
orang-orang yang miskin di tengah-tengah pelayanannya sebagai biarawati yang menjadi guru,
adalah contoh bagaimana karunia keperkasaan menjadi nyata. Dan dalam derajat yang
sempurna, karunia Roh Kudus ini dinyatakan oleh para martir. Sekilas mungkin saja kita berpikir,
“tetapi aku tidak mempunyai tingkat keberanian seperti para martir dan pan para orang kudus
itu…”. Tetapi, benarkah bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mempunyai kesempatan
untuk menerapkan karunia keperkasaan ini?
 Karunia kesalehan (piety)
 Karunia kesalehan adalah karunia Roh Kudus yang membentuk hubungan kita dengan Allah seperti
hubungan seorang anak dengan bapanya; dan pada saat yang bersamaan, membentuk hubungan
persaudaraan yang baik dengan sesama. Karunia ini menyempurnakan kebajikan keadilan, yaitu
keadilan kepada Allah – yang diwujudkan dengan agama – dan keadilan kepada sesama. Karunia
kesalehan memberikan kita kepercayaan kepada Allah yang penuh kasih, sama seperti seorang anak
percaya kepada bapanya. Hal ini memungkinkan karena kita telah menerima Roh yang menjadikan kita
anak-anak Allah, sehingga kita dapat berseru “Abba, Bapa!” (lih. Rom 8:15). Dengan hubungan kasih
seperti ini, seseorang dapat mengerjakan apa yang diminta oleh Allah dengan segera, karena percaya
bahwa Allah mengetahui yang terbaik. Dalam doa, orang ini menaruh kepercayaan yang besar kepada
Allah, karena percaya bahwa Allah memberikan yang terbaik, sama seperti seorang bapa akan
memberikan yang terbaik bagi anak- anaknya. St. Theresia Kanak-kanak Yesus mempunyai karunia ini
secara nyata, karena dia menempatkan dirinya sebagai seorang anak yang mau melakukan apa saja
untuk Bapa-nya. Ia mengumpamakan kehidupan rohaninya sebagai seseorang yang naik dengan lift
menuju Tuhan, yaitu dengan tangan Tuhan sendiri yang menopangnya dan mengangkatnya. Kuncinya
sederhana: melakukan hal-hal yang kecil dan sederhana, dengan kasih yang besar kepada Allah.
 Orang-orang yang menerima karunia kesalehan akan memberikan penghormatan kepada Bunda Maria,
para malaikat, para kudus, Gereja, sakramen, karena mereka semua itu berkaitan dengan Allah. Juga,
orang-orang yang diberi karunia ini, juga akan membaca Kitab Suci dengan penuh hormat dan kasih,
karena Kitab Suci merupakan surat cinta dari Allah kepada manusia. Dalam hubungannya dengan
sesama, karunia kesalehan dapat menempatkan sesama sebagai saudara/i di dalam Kristus, karena Allah
mengasihi seluruh umat manusia dan menginginkan agar mereka juga mendapatkan keselamatan.
Mereka yang saleh ini akan menjadi lebih bermurah hati kepada sesama. Dan dalam derajat yang lebih
tinggi, mereka bersedia memberikan dirinya demi kebaikan bersama.
 Karunia nasihat (Counsel)
 Mazmur 32:8 mengatakan, “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan
yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.”
Allah menunjukkan jalan kepada kita melalui karunia Roh Kudus-Nya, yaitu karunia
nasihat. Karunia adi kodrati ini adalah karunia yang memberikan petunjuk jalan mana
yang harus ditempuh untuk dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar bagi nama
Tuhan. Karunia nasihat menerangi kebajikan kebijaksanaan (prudence), agar kita
dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat dan keadaan tertentu. Dengan
demikian, karunia nasihat senantiasa menerangi jalan orang- orang yang dengan
sungguh- sungguh mendengarkan Roh Kudus.
 Yang terpenting sehubungan dengan karunia nasihat adalah kesediaan dan kerjasama
kita dalam melaksanakan dorongan Roh Kudus. Kita tidak boleh menempatkan
penghalang sehingga Roh Kudus tidak dapat bekerja secara bebas. Penghalang
karunia Roh Kudus ini dapat berasal dari diri kita sendiri, seperti keterikatan pada
pertimbangan kita sendiri, tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan juga
kurangnya kerendahan hati. Kita perlu belajar dari teladan Bunda Maria yang memiliki
kesediaan penuh untuk bekerjasama mewujudkan karya Allah dalam hidupnya,
dengan mengatakan, “Terjadilah padaku, Tuhan, menurut perkataan-Mu” (lih. Luk 1:38).
 Karunia pengenalan (knowledge)
 Karunia pengenalan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk menilai ciptaan
dengan semestinya dan melihat kaitannya dengan Sang Pencipta. Kebijaksanaan 13:1-3
menggambarkan karunia ini dengan indahnya: “Sungguh tolol karena kodratnya semua
orang yang tidak mengenal Allah sama sekali; dan mereka tidak mampu mengenal Dia
yang ada dari barang-barang yang kelihatan, dan walaupun berhadapan dengan
pekerjaan-Nya mereka tidak mengenal Senimannya. Sebaliknya, mereka mengganggap
sebagai allah yang menguasai jagat raya ialah api atau angin ataupun udara kencang,
lagipula lingkaran bintang-bintang atau air yang bergelora ataupun penerang-
penerang yang ada di langit. Jika dengan menikmati keindahannya mereka sampai
menganggapnya allah, maka seharusnya mereka mengerti betapa lebih mulianya
Penguasa kesemuanya itu. Sebab Bapa dari keindahan itulah yang menciptakannya.”
Dengan kata lain, karunia pengenalan akan Allah memberikan kepada kita, pengertian
akan makna dari ciptaan dengan mengacu kepada Sang Pencipta, yaitu Tuhan.
 Dengan karunia pengenalan akan Allah, seseorang dapat memberikan makna akan
hal-hal sederhana yang dilakukannya setiap hari, dengan mengangkatnya ke tingkat
yang lebih tinggi, yaitu sebagai jalan pengudusannya. Artinya, semua pekerjaan, jika
dilakukan dengan jujur, bersungguh-sungguh dan dengan motivasi untuk mengasihi
Allah, dapat menjadi cara bagi kita untuk bertumbuh dalam kekudusan. Semua hal di
dunia ini dapat dilihat dengan kaca mata Allah, dan dihargai sebagaimana Allah
menghargai tiap-tiap ciptaan-Nya itu.
 Karunia pengertian (understanding)
 Karunia pengertian adalah adalah karunia yang memungkinkan seseorang untuk
mengerti kedalaman misteri iman. Karunia pengertian adalah seumpama sinar yang
menerangi akal budi kita, sehingga kita dapat mengerti apa yang sebenarnya
diajarkan oleh Kristus dan misteri iman seperti apakah yang harus kita percayai. Raja
Daud memahami karunia ini, sehingga dengan penuh pengharapan ia berkata,
“Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak
memeliharanya dengan segenap hati.” (Mzm 119:34) Karunia pengertian
memberikan kedalaman pengertian akan Kitab Suci, kehidupan rahmat,
pertumbuhan dalam sakramen-sakramen, dan juga kejelasan akan tujuan akhir kita,
yaitu Surga.
 Karunia pengertian ini memberikan gambaran yang jelas akan tujuan akhir kita yaitu
Surga. Dengan karunia ini, kita dapat terdorong untuk mengarahkan seluruh hidup
kita ke Surga. Kita akan mengusahakan segala pikiran, perkataan dan perbuatan
kita agar selaras dengan kehendak dan perintah Tuhan. Kita akan terdorong untuk
terus mencari dan memahami apa yang menjadi kehendak-Nya dalam hidup kita
dan berjuang dengan sekuat tenaga untuk melaksanakannya.
 Karunia kebijaksanaan (wisdom)
 Karunia kebijaksanaan adalah karunia yang memungkinkan manusia untuk mengalami pengetahuan
akan Tuhan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Karunia kebijaksanaan ini
berhubungan erat dengan kasih. Karunia ini bukan hanya merupakan pengetahuan belaka, namun
merupakan satu pengalaman ilahi yang diperoleh melalui kasih. Roh Kudus mengisi jiwa orang- orang
yang sederhana dan penuh kasih dengan karunia ini, sehingga seolah-olah mereka memakai
kacamata ilahi dalam melihat segalanya. Seseorang dapat menjelaskan tentang rasa buah durian
dengan berbagai macam kata dan susunan kalimat. Namun, tidak ada yang dapat menjelaskan
dengan baik rasa buah durian selain dengan mencobanya sendiri. Atau sama seperti seorang ibu
yang mengenal anaknya bukan dari buku, namun dari kasihnya kepada anaknya. Demikian juga,
karunia ini akan menjadi semakin nyata dalam kehidupan seseorang, sesuai dengan besarnya kasih
yang dinyatakan olehnya, kepada Tuhan. Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa adalah lebih
baik bagi kita untuk hanya mengenal sesuatu (ciptaan) yang lebih rendah dari kita daripada
mencintainya, tapi adalah lebih baik bagi kita untuk mencintai sesuatu yang lebih tinggi dari kita
daripada hanya mengen. Karena Tuhan lebih tinggi secara tak terbatas daripada diri kita, maka
adalah lebih baik kita untuk memperoleh pengetahuan akan Tuhan dengan cara mengasihi-Nya
secara tak terbatas. Dengan demikian, seseorang dapat mengala.
 Karena karunia kebijaksanaan memungkinkan seseorang melihat segala sesuatunya dari kacamata
Tuhan, maka orang ini dapat menimbang segala sesuatunya dengan tepat, mempunyai perspektif
yang jelas akan kehidupan, melihat segala yang terjadi dalam kehidupannya dengan baik tanpa
adanya kepahitan, dan dapat bersukacita di dalam penderitaan. Semua yang terjadi dilihat secara
jelas dalam kaitannya dengan Tuhan. Karunia ini memungkinkan seseorang menjalani kehidupan
sehari-hari dengan pandangan terfokus kepada Tuhan. Karunia ini membuat seseorang dapat
mencerminkan Kristus, seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus, “Dan kita semua mencerminkan
kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari
Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan
yang semakin besar.” (1Kor 3:8)
 Buah Roh Kudus (bahasa Yunani: καρπος, karpos, "buah"; bahasa Yunani:
πνευματος, pneumatos, "roh") adalah istilah Alkitab yang merangkum 9 sifat
nyata dari hidup Kristen yang sejati menurut rasul Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Galatia pasal 5. Meskipun tertulis ada 9 sifat (atau
"atribut"), tetapi istilah aslinya dalam bahasa Yunani untuk "buah" adalah
kata tunggal, menegaskan bahwa hanya ada satu macam "Buah", dengan
9 sifat. Di seluruh Alkitab, orang saleh diibaratkan seperti pohon,[2][3] dan di
pasal ini Paulus menjelaskan buah macam apa yang dihasilkan oleh "pohon
yang baik" yaitu orang saleh atau orang benar. Buah ini akan dihasilkan oleh
mereka yang sungguh-sungguh bertobat, yang menjadi pengikut sejati
Yesus Kristus.[4] Sebaliknya, jika seseorang tidak menghasilkan buah ini, ia
bukanlah seorang Kristen sejati.
 Buah roh kudus ialah :1 Kasih.2 Sukacita.3 Damai sejahtera.4 Kesabaran
 .5 Kemurahan. 6 Kebaikan.7 Kesetiaan.8 Kelemahlembutan.
9.penguasaan diri

BUAH ROH KUDUS


B. MENGHAYATI BUAH ROH KUDUS DALAM HIDUP SEHARI-HARI

Kasih
 Menunjukkan kasih sayang kepada orang tua dan saudara.
 Menyapa anggota keluarga seperti kakek atau nenek dengan kasih sayang.
 Menunjukkan kasih sayang kepada binatang-binatang peliharaan keluarga dan menjaga mereka
dengan benar.

Sukacita
 Menikmati aktivitas setiap hari.
 Menunjukkan antusiasme dan ucapan syukur untuk pengalaman dan kesempatan-kesempatan
yang positif.

Damai Sejahtera
 Tenang pada waktu-waktu tertentu seperti waktu tidur atau waktu berdoa atau ibadah gereja.
 Tidak mendendam atau cemburu saat orang lain mendapat perhatian.

Kesabaran
 Bergiliran dalam permainan-permainan.
 Menunggu dengan tenang sampai orang tua selesai berbicara sebelum menanyakan
pertanyaan.
Kemurahan
 Berbagi dengan saudara atau teman-teman, terutama jika dilakukan secara spontan atau tanpa
mengeluh.
 Menunjukkan kebaikan kepada teman-teman dan keluarga.

Kebaikan
 Memikirkan orang lain dan sadar akan kebutuhan-kebutuhan mereka.
 Menyediakan waktu berbicara dengan atau bermain dengan anak yang kesepian di sekolah.
 Menawarkan diri membantu tugas-tugas orang tua dan guru-guru

Kesetiaan
 Berdoa untuk kebutuhan-kebutuhan keluarga dan teman-teman.
 Berpartisipasi dalam waktu renungan keluarga atau melaksanakan renungan pribadi secara rutin.

Kelembutan
 Bermain dengan lembut dan benar dengan saudara yang lebih muda atau dengan teman-
teman keluarga.
 Menjaga binatang-binatang peliharaan atau binatang-binatang lainnya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai