Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Inkarnasi atau penjelmaan Kristus menjadi manusia adalah cara Allah sendiri

untuk menyelamatkan manusia dari beban dosa yang menindih hidup manusia.

Kejatuhan manusia dalam dosa adalah menjadi awal dari kematian manusia itu

secara rohani (Kej. 3). Setelah peristiwa kejatuhan manusia dalam dosa, maka

kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari perbuatan dosa yang membawa

manusia pada kematian secara rohani. Ini artinya manusia mengalami keterputusan

hubungan dengan Allah karena dosa manusia.

Perbuatan dosa yang dilakukan manusia sudah menjadi darah dan daging

dalam kehidupan manusia, dan mengakibatkan manusia harus berada di bawah

penghukuman karena dosa tersebut. Dalam keadaan keberdosaan ini, manusia

tidak dapat bangkit dengan kekuatan sendiri, sehingga manusia hanya berharap

kepada anugerah dari Allah sendiri. Tentunya Allah tidak akan membiarkan ciptaan-

Nya yang mulia dan sungguh amat baik itu (Kej. 1:26-28) berada di bawah

penghukuman. Untuk itu Allah berinkarnasi atau menjelma menjadi manusia agar

ciptaan-Nya yang mulia dan berharga itu dapat terlepas dari semua penghukuman

dan memperoleh kehidupan kekal bersama dengan Allahnya.


BAB II
INKARNASI KRISTUS
SEBAGAI MISI ALLAH BAGI DUNIA

A. Pengertian Inkarnasi

Inkarnasi dalam bahasa Inggris Incarnation diartikan sebagai penjelmaan,

perwujudan, penitisan. Kata inkarnasi berasal dari bahasa Latin in artinya “dalam”

dan caro atau carnis artinya “daging”. Jadi, Inkarnasi dapat diartikan masuk ke

dalam daging. Kata “daging” bukan hanya memberikan indikasi pada “tubuh” tetapi

seluruh aspek hidup manusia. Dalam bahasa Yunani Inkarnasi dapat diartikan

menjadi daging. Anak Allah telah menjadi daging untuk menyelamatkan manusia

dari dosa dan ia menjadi sama dengan manusia.

Moody mengatakan, Inkarnasi Kristus adalah suatu tindakan dimana putra

Allah yang kekal mengambil bagi diri-Nya natur tambahan yaitu manusia, melalui

kelahiran dari seorang anak dara (virgin birth). Akibatnya adalah bahwa Kristus tetap

selamanya Allah tidak bercacat cela, dan demikian keadaanNya sejak kekekalan; ia

juga memiliki kebenaran, dan ia adalah manusia yang tidak berdosa dalam satu

Pribadi untuk selamanya. (Yohanes 1:14; Filipi 2:7-8; 1 Timotius 3:6).

Menurut Dr. G. C. Van Niftrik, dalam bukunya yang berjudul Dogmatika Masa

Kini, memberikan pemahamannya mengenai apa itu inkarnasi. Menurutnya,

Inkarnasi adalah:

 Inkarnasi bermaksud menyatakan bahwa Firman Allah telah menjadi daging, yakni

bahwa Allah telah menjadi manusia, didalam Yesus orang Nazaret.

 Inkarnasi bermaksud menyatakan bahwa Firman Allah telah menjadi daging,

bahwa Allah telah menjadi manusia, bahwa didalam Yesus orang Nazaret Allah itu
sendiri datang kepada kita.

B. Hakikat Inkarnasi

Kristus, dalam inkarnasi-Nya mengambil seluruh aspek budaya manusia dan

menggunakannya sebagai wahana misi, menyatakan kehendak Allah yang kekal

kepada dunia melalui konteks budaya di mana Ia ada. Yesus dikenal sebagai orang

Galilea (Lukas 23:5-7), berasal dari Nazaret (Matius 2:22,23;Lukas 18:37), semua

orang mengenal Dia dan keluarga-Nya (Matius 13:55-56; Markus 6:1, 3; Lukas

4:16). Dalam kaitannya dengan kehadiran-Nya di dalam konteks budaya Hebraic ini

Yesus tetap menggunakan seluruh elemen budaya dalam menyatakan Allah kepada

dunia. Berulang-ulang Ia menegaskan tujuan kedatangan-Nya, “… melakukukan

kehendak Dia yang mengutus Aku, dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yohanes

4:34).

C. Kristus ada saat kekekalan

Inkarnasi Allah dalam Yesus Kristus yang menjadi manusia, merupakan suatu

hal yang begitu luar biasa dalam tubuh kekristenan. Sebelum inkarnasi, Yesus

Kristus, Allah yang sudah menjadi manusia itu sudah ada. Dalam pernyataan

ortodoks mengenai doktrin Tritunggal, pribadi kedua (Kristus) diuraikan sebagai

memiliki segala sifat-sifat Ilahi, dibedakan sebagai tidak sama dengan pribadi yang

pertama dan ketiga dalam ketritunggalan, dan sebagai Anak yang kekal yang

berbeda dari Bapa atau Roh Kudus. Dalam Ibrani 13:8 mengatakan bahwa Yesus

Kristus itu tetap sama, kemarin, sekarang dan selamanya. Jadi, jelas bahwa Kristus

ini sudah ada sejak kekekalan dan memiliki sifat-sifat Ilahi dan inkarnasi-Nya .
Sangat jelas sekali bahwa keberadaan Kristus yang menjadi manusia sudah ada

sejak kekekalan. Kej. 1:26-28 dengan jelas sekali menunjukkan keTritunggalan yang

juga menyangkut mengenai Allah yang berinkarnasi menjadi manusia dalam Yesus

Kristus.

D. Yesus Kristus adalah Allah

Inkarnasi merupakan cara satu-satunya Allah untuk menyelamatkan manusia

dari penghukuman dosa. Dengan Allah menjadi manusia dan masuk kedalam dunia,

maka Allah memulihkan kembali hubungan manusia dengan Allah sendiri. Allah

yang manjelma atau berinkarnasi menjadi manusia menimbulkan banyak

perdebatan dan permasalahan. Permasalahan dan perdebatan ini muncul karena

salah satu doktrin kekristenan mengenai Allah yang berinkarnasi dalam diri Yesus

Kristus sebagai manusia. Perdebatan-perdebatan ini membentuk dua kubu dalam

kekristenan yaitu yang percaya bahwa Allah berinkarnasi menjadi manusia dan ada

juga yang tidak percaya. Hal yang begitu mendasar adalah bagaimana Allah yang

penuh dengan kemuliaan dan takhta meninggalkan semuanya itu dan mau menjadi

manusia. Secara rasional dan pikiran ini tidak mungkin dapat diterima semuanya.

Sifat ke-Ilahian Kristus dalam inkarnasi, ada yang pro dan ada juga yang kontra.

Teolog-teolog yang pro dengan keilahian-Nya Yesus Kristus: Scheiermacker:

mengatakan bahwa Yesus itu sebagai manusia dengan kesadaran ke-Allahan yang

luar biasa; Ritsch: menyebutnya sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai Allah;

Wendt: melihat Yesus sebagai manusia yang terus menerus memiliki persekutuan

kasih dengan Allah; Beyschlag: menyebut Yesus sebagai manusia yang dipenuhi

oleh Allah . Pandangan ini menyatakan bahwa inkarnasi Allah dalam diri Yesus

Kristus adalah 100% memiliki sifat ke-Allahan. Ketika Allah menjelma menjadi
manusia, bukan berarti bahwa ke-allahan Allah hilang. Melainkan ketika Allah

menjelma menjadi manusia maka sifat ke-Allahan ada dalam diri-Nya.

E. Yesus Kristus Juga adalah manusia

Ada juga golongan-golongan yang bertentangan dengan pendapat para

teolog di atas. Pertentangan ini muncul dari golongan-golongan liberal yang

mengandalkan rasio dan pengetahuan, diantaranya adalah: Harnack; Weiss;

Schweitzer; dan lain-lain, menyatakan bahwa Kristus yang berinkarnasi itu hanya

sekedar menjadi manusia saja, dan tidak memiliki sifat-sifat keilahian . Para tokoh

liberal ini hanya mengakui kemanusiaan Kritus saja dan tidak mengakui bahwa

dalam penjelmaan Allah menjadi manusia, Kristus itu memiliki sifat-sifat keilahian.

Jadi, dua pandangan yang sangat bertentangan antara yang satu dengan yang

lainnya.

Pandangan ini juga ditentang oleh Paulus. Dalam suratnya dia mengatakan

bahwa seluruh kepenuhan Allah berada pada tubuh Kristus yang sudah menjadi

manusia (Kol. 1:19), dan bahwa Yesus lebih tinggi dari para malaikat merupakan

salah satu tema dalam surat Ibrani. Kemudian dalam Yohanes, kata “Akulah” juga

menyaksikan mengenai keilahian Kristus itu sendiri .

Dalam inkarnasi ini, Yesus adalah sepenuhnya Allah. Dalam diri-Nya, dalam natur-

Nya, Dia adalah Allah. Dalam alkitab memberikan bukti yang sangat jelas sekali

mengenai inkarnasi Allah ini dalam wujud manusia yang juga memiliki sifat 100%

ilahi. Lukas 22:70 menyebutkan kata “Anak Allah”. Kata Anak Allah ini dalam

keseluruhan Alkitab disebutkan sebanyak 40 kali . Yohanes 5:18, jelas bahwa nama

itu adalah dari Allah yang diberikan kepada Kristus.

Pengakuan Iman Westminster mengatakan bahwa: Kristus adalah Allah, Dia juga

adalah manusia, di mana Dia secara super natural telah mengenakan natur manusia
tanpa dosa, tetapi Kristus tetap satu pribadi yaitu Kristus, satu-satunya pengantar

antara Allah dan manusia. Dalam pengakuan ini, menunjukkan bahwa Inkarnasi

Yesus Kristus adalah benar-benar menyatakan bahwa Dia adalah manusia dan juga

Allah. Kemanusiaan Kristus dan ke-Allahan-Nya adalah dua hal yang ada dalam diri-

Nya.

F. Ke-Allahan dan kemanusiaan di dalam Inkarnasi Yesus Kristus.

Inkarnasi melalui Yesus Kristus, kekristenan mengakui bahwa Yesus Kristus

itu memiliki sifat Ilahi, dan juga sifat manusia. Dia adalah Alla. Sifat Ilahi dan Insani

dalam diri Yesus Kristus adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Namun bukan

berarti ke dua sifat itu menyatu. Yesaya 9:5, menuliskan bahwa Yesus itu

dinamakan penasihat ajaib, Allah yang Maha Kuasa dan Bapa kekekalan. Ayat ini

sebenarnya sudah sangat menerangkan bahwa Yesus itu adalah Allah. Dalam PB,

Yohanes 1:1, “pada mulanya adalah firman, firman itu bersama-sama dengan Allah

dan firman itu adalah Allah.” Roma 8:32, “Ia (Allah) yang tidak menyayangkan Anak-

Nya sendiri.” Matius 26:63, Tuhan Yesus sendiri menyatakan diri-Nya sebagai Anak

Allah. Matius 28:19, perintah Baptisan menyatakan Allah Bapa, Allah Putera, Allah

Roh Suci.

Beberapa bukti dari Alkitab yang menyatakan bahwa Yesus adalah Allah.

Bukti ini dilihat dari beberapa sebutan terhadap Yesus bahwa Dia adalah Allah. Dia

disebut Allah (Yoh. 1:1; Roma 9:5; I Yoh. 5:20); Dia disebut Anak Allah (Mat. 16:16-

17; Mrk. 14:16; Luk. 4:41; Yoh. 1:18); Dia juga disebut Tuhan (Mat. 22:43-45; Mark.

2:28; Luk. 6:46; Kis. 4:33; 9:17; 10:36; 26:15). Bukti-bukti Alkitabiah ini memberikan

pernyataan bahwa Yesus adalah Allah, sumber kebenaran absolut. Mengenal Yesus

sama dengan mengenal Allah. Leon Moris mengatakan bahwa ketika Yesus

mengatakan bahwa kita bisa mengenal Allah, Dia melampaui segala hal yang
dinyatakan orang kudus pada masa lalu…. Yesus memberikan kepada mereka yang

percaya sesuatu yang baru dan luar biasa dalam pengalaman religius, yaitu

pengenalan yang riil akan Allah. Yesus adalah Allah, dan dalam keberadaan-Nya

sebagai manusia, Dia adalah Allah.

Yesus memiliki natur yang ke dua yaitu sebagai manusia yang sempurna.

Natur kemanusiaan Allah dalam diri Yesus benar-benar dinyatakan dalam Alkitab.

Yesus menyebut diri-Nya sendiri sebagai manusia, dan juga di sebut oleh orang lain

Yoh. 8:40; Kis. 2:22; Roma 5:15; I Kor 15:21. Penjulukkan-Nya yang umum adalah

bahwa Dia adalah anak manusia. Lebih lanjut dikatakan lagi bahwa Tuhan datang

dan dinyatakan dalam daging, menunjukkan natur manusia-Nya. Alkitab jelas

menunjukkan bahwa Yesus memiliki elemen esensi natur manusia, yaitu tubuh

jasmaniah dan jiwa yang rasional, Mat. 26:26, 28, 38; Luk. 23:46, 24:39; Yoh. 11:33;

Ibr. 2:14. Ada juga ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus ada di bawah hukum

perkembangan manusia yang umum dan mempunyai kebutuhan serta penderitaan

seperti manusia, Luk. 2:40, 52; Ibr. 2:10, 18; 5:8, dan dijelaskan lagi secara

terperinci bahwa ia juga memiliki pengalaman-pengalaman biasa sebagai manusia

dalam kehidupannya, Mat. 4:2; 8:24; 9:36; Mark. 3:5; Luk. 22:44; Yoh. 4:6; 11:35;

12:7; Ibr. 5:7.

Beberapa bukti-bukti yang diberikan oleh Alkitab mengenai ke-Allahan dan

Kemanusiaan Yesus Kristus, ke-Kristenan meyakini bahwa Yesus adalah Allah dan

manusia sejati. Beberapa ayat dalam Alkitab mendukung hal ini dan memberikan

bukti yang cukup signifikan untuk menerima kesatuan ke dua natur dalam diri sang

Inkarnasi tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN REFLEKSI

Inkarnasi Allah dalam Yesus Kristus adalah sebagai wujud dari kasih Allah
kepada manusia. Manusia yang berdosa, adalah manusia yang sudah mati. Efesus
2:1: “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.”
Kejatuham manusia ke dalam dosa membuat manusia tidak memiliki pengharapan
akan hidupnya. Namun Allah dalam kedaulatan anugerah-Nya rela untuk menebus
manusia yang sudah mati karena dosa itu. Sehingga manusia beroleh kemenangan
dari dosa, dan memiliki pengharapan hidup dalam diri sang Inkarnasi tersebut.
Refleksi pribadi mengenai doktrin Kristus ini khususnya mengenai inkarnasi yang
saya bahas dalam paper ini, saya memahami bahwa pemahan ini sangat penting
dalam kekristenan. Inkarnasi adalah anugerah dari Allah. Anugerah dari Allah dalam
inkarnasi ada dalam diri Yesus. Dengan cara Yesus berinkarnasi menjadi manusia,
sesungguhnya adalah cara atau upaya yang dilakukan Allah dalam misi
penyelamatan manusia berdosa ke dalam dunia. Hanya dengan berinkarnasi kita
dapat menerima Anugerah Allah karena kita terbatas dalam memahami
pengetahuan akan Yesus Sang Raja yang turun ke dalam dunia yang tercemar oleh
dosa.
Daftar Pustaka

 Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 3: Doktrin Kristus. Jakarta:


Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1986.
 Brill, J. Wesley, Dasar Yang Teguh. Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
1996.
 Echols, John M., dan Shadly, Hassan, Kamus Inggris Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia, 1976.
 Enns, Paul., The Moody Hand Book Of Theology 1. Malang: Literatur
SAAT, 2003.
 Fernando, Ajith, Supremasi Kristus. Surabaya: Momentum, 2008.
 Napel, Henk Ten., Kamus Teologi. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1994.
 Niftrik, G. C.Van., Dogmatika Masa Kini. Jakarta: Bpk. Gunung Mulia,
1984.
 Soedarmo, Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
 Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.
 Sproul, R. C., Kebenaran-kebanaran Dasar Iman Kristen. Malang:
Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997.
 Tomatala, Y Teologi Kontekstualisasi. Malang: Gandum Mas, 1993
 Walvoord, John F. Yesus Kristus Tuhan Kita. Surabaya: YAKIN, 1969.
 Williamson, G. I. Pengakuan Iman Westminster. Surabaya:
Momentum, 2006.
 Wongso, Peter, Kristologi – Doktrin Tentang Kristus. Malang: Seminari
Alkitab Asia Tenggara, 1990

Anda mungkin juga menyukai