Dalam bagian ini penulis ingin mengajak pembaca untuk mengerti bagaimana sifat
rasio, wilayah rasio dan aspek-aspek rasio.
1. Natur Rasio
Penulis ingin pembaca mengatahui bahwa rasio yang dimiliki manusia itu merupakan
ciptaan Allah atau dengan kata lain Rasio manusia tidak datang sendiri melainkan rasio itu
dicipta oleh Allah. Dalam hal ini penulis ingin pembaca harus memahami bahwa manusia
harus menyadari naturnya sebagai yang dicipta itu terbatas dan cemar. Sama hal juga dengan
rasio, dimana rasio manusia itu juga mengalami keterbatasan sebagai yang dicipta. Rasio
manusia terbatas di dalam fungsinya, seturut dengan keterbatasan manusia itu sendiri sebagai
ciptaan Allah. dan kerena manusia telah jatuh ke dalam dosa , maka seluruh manusia
rasionya juga terbatas.
Contoh : perbedaan Thomas Aquinas dengan para Reformator. Menurut doktrin Katholik
tidak perlu dilahirkan kembali,tanpa perlu diperbaharui, rasio dapat membuktikan sifat dan
keberadaan Allah secara benar , namun hal ini dibantah oleh Teologi Refomed dimana
menurut mereka manusia tidak mungkin dapat membuktikan keberadaan dan diri Allah
secara tepat. Manusia hanya dapat menerima Allah yang mewahyukan diri dalam alam.
Pendekatan Khatolik merupakan pendekatan antroposentirs(pendekatan yang berpusat pada
diri manusia) sedangkan pendekatan Reformed adalah pendekatan teosentris(pendekatan
yang dimulai dari sudut pandang Allah). pendekatan antroposentris= manusia menganggap
diri sanggup menemukan Allah( pendekatan dari bawah), pendekatan teosentris =dari Allah
menegaskan bahwa manusia tidak mungkin sanggup oleh karena itu Allah yang
berinisiatif(pendekatan yang dari atas). Penulis mengatakan bahwa rasio manusia itu sudah
tercemar karena dosa.(apa yang kita temuka harus kita bawa untuk mempermuliakan Tuhan)
2. Lingkup Rasio
Iman sangat berperan dalam memberikan kita pengertian, iman membuat kita dapat
mengerti, “jikalau engkau tidak percaya maka , pasti engkau tidak akan menegrti”. Agustinus
ketika menjadi orang Kristen yang sungguh , ia mengembalikan rasionya yang begitu tajam
untuk takluk dibawah kebenaran Tuhan Allah. ia menemukan prinsip bahwa pikiran yang
tajam tidak perlu dikuburkan karena seorang beriman dan beragama . orang bergama tidak
tidak seharusnya menjadi orang bodoh , kalau agama mengakibtkan orang itu semakin bodoh,
maka agama itu pasti beres. Maka ia mengerti bahwa kepercayaan tidak meniadakan fungsi
rasio , tetapi menggali , memimpin kembali, menjernihkan dan mengarahkan fungsi rasio itu.
Relasi antara keduanya ditemukan didalam Yes 7 : 9 ini , dan dengan ayat itu ia menetapkan
prinsip apologetikanya selama sisa hidupnya yaitu; jikalau engkau tidak percaya, engkau
tidak mungkin menegrti. Iman kepercayaan menjadi dasar pengertian. Penulis mengatakan
bahwa iman tidak akan membunuh rasio (lihat dari pernyataan prisip Agustinus di atas). Iman
sangat menghasilkan pengertian yang benar, dan dari pengertian dapat mengokohkan iman(
seluruh pikiran Agustinus= karena aku percaya , maka aku menjadi mengerti , dan kerena aku
mengerti, maka aku dapat semakin percaya lagi). Penulis mengatakan bahwa dengan dasar
iman Tuhan menambahkan pengertian kepada orang yang beriman. Penulis mencatat didalam
pemikiran Agustinus , terdapat prinsip yang teguh yaitu Filsafat harus menjadi hamba dari
teologi. Biarlah Filsafat yang adalah buah pikiran manusia melayani Firman Tuhan. Prinsip
ini wajar , karena betapa pun tajamnya pikiran manusia dan fungsi rasio itu dipakai dengan
sangat dalamm, tetap terbatas adanya. Filsafat tidak akan mungkin dapat melampaui
kebenaran Allah yang diwahyukan kepada manusia. Oleh karen itu hendaknya secara
metodologi filsafat harus menunjang Firman Tuhan. Inti dari semuanya adalah rasio tidak
mungkin melampaui Firman Tuahn,
1, Rasio manusia terbatas sehingga tidak bisa manusia memikirkan Allah dengan
mengunakan rasio
5. Manusia harus mengembalikan rasionya yang begitu tajam untuk takluk di bawah
kebenaran Tuhan Allah.