Anda di halaman 1dari 4

Buku Iman, Rasio, dan Kebenaran

Bab IV = Keterbatasan Rasio

Dalam bagian ini penulis ingin mengajak pembaca untuk mengerti bagaimana sifat
rasio, wilayah rasio dan aspek-aspek rasio.

1. Natur Rasio

Penulis ingin pembaca mengatahui bahwa rasio yang dimiliki manusia itu merupakan
ciptaan Allah atau dengan kata lain Rasio manusia tidak datang sendiri melainkan rasio itu
dicipta oleh Allah. Dalam hal ini penulis ingin pembaca harus memahami bahwa manusia
harus menyadari naturnya sebagai yang dicipta itu terbatas dan cemar. Sama hal juga dengan
rasio, dimana rasio manusia itu juga mengalami keterbatasan sebagai yang dicipta. Rasio
manusia terbatas di dalam fungsinya, seturut dengan keterbatasan manusia itu sendiri sebagai
ciptaan Allah. dan kerena manusia telah jatuh ke dalam dosa , maka seluruh manusia
rasionya juga terbatas.

Contoh : perbedaan Thomas Aquinas dengan para Reformator. Menurut doktrin Katholik
tidak perlu dilahirkan kembali,tanpa perlu diperbaharui, rasio dapat membuktikan sifat dan
keberadaan Allah secara benar , namun hal ini dibantah oleh Teologi Refomed dimana
menurut mereka manusia tidak mungkin dapat membuktikan keberadaan dan diri Allah
secara tepat. Manusia hanya dapat menerima Allah yang mewahyukan diri dalam alam.
Pendekatan Khatolik merupakan pendekatan antroposentirs(pendekatan yang berpusat pada
diri manusia) sedangkan pendekatan Reformed adalah pendekatan teosentris(pendekatan
yang dimulai dari sudut pandang Allah). pendekatan antroposentris= manusia menganggap
diri sanggup menemukan Allah( pendekatan dari bawah), pendekatan teosentris =dari Allah
menegaskan bahwa manusia tidak mungkin sanggup oleh karena itu Allah yang
berinisiatif(pendekatan yang dari atas). Penulis mengatakan bahwa rasio manusia itu sudah
tercemar karena dosa.(apa yang kita temuka harus kita bawa untuk mempermuliakan Tuhan)

2. Lingkup Rasio

Manusia diciptakan salah satu tujuannya adalah untuk berpikir, bagaiaman


cara manusia itu dapat berpikir jawabannya adalah dengan cara menggunakan rasio,
dan dengan itulah Allah menciptakan Rasio. Manusia ada untuk berpikir,walaupun
seringkali kebanyakan manusia tidak suka berpikir. Tugas berpikir adalah tugas yang
berat.manusia akan terus –menerus berpikir , jika manusia berhenti darisatu pokok
pikiran , ia akan beralih ke pokok-pokok pikiran yang lain. Ketika manusia berpikir,
pikiran rasio manusia paling sedikit dapat dibagi menjadi tiga kategori atau bidang
pikiran besar yaitu. 1. Memikirkan hal-hal di bawah diri manusia ( Alam), 2.
Memikirkan hal-hal yang ada didalam diri manusia(manusia),3. Memikirkan
hal-hal yang lebih jauh , lebih besar dan lebih tinggi dari pada diri manusia(
Allah). penulis mengatakan bahwa mengenal Allah adalah pengenalan sistem
terbuka sedangkan mengenal alam adalah sistem tertutup(Kol 3).

Penulis mengatakan bahwa memikirkan hal-hal bersifat dunia tidak akan


selesai sampai mati, tapi memikirkan hal-hal surgawi , banyak mencari dan mengejar
Kerajaan Allah , maka hal lainnya akan secara otomatis akan terselesaikan. Pada saat
seperti itu fungsi pikiran menuju keatas. Penulis berkata bahwa pada saat seseorang
berpikir kebawah , ia memperunjingkan masalah alam.hal-hal yang berkaitan dengan
alam. Allah memberikan hak kepada manusia untuk boleh mengerti alam yang berada
dibawahnya, bahkan manusia diciptakan lebih tinggi dari alam, itulah alasannya
sehingga semua penemuan ilmiah adalah hal sewajarnya, tidak ada hal dapat
dimegahkan . semua itu adalah usaha yang wajar. Dalam hal ini , manusia hanya
mempergunakan rasio yang dicipta oleh Allah untuk menemukan kebenaran-
kebenaran dan dalil –dalil yang disimpan oleh Allah di dalam alam. Penulis
mengatakan bahwa ilmu adalah hal yang wajar dan merupakan hak bagi manusia yang
berasio , karena manusia adalah peta dan teladan Allah , sampai tahap ini manusia
mutlak dapat mengetahui ilmu di dalam alam. Pengetahuan akan ilmu adalah
pengetahun yang rendah sifatnya, karena ilmu hanya merupakan sistem-sistem
pengetahuan yang diungkapkan melalui rasio manusia yang merupakan anugerah
Allah, untuk menemukan dalil-dalil ciptaan yang memang disembunyikan didalam
alam. Ini adalah kebenaran yang paling rendah diantara tingkatan-tingkatan
pengetahuan, karena tahap ini hanya menemukan sesuatu yang telah disimpan oleh
Allah didalam alam.

Penulis mengatakan bahwa para ilmuwan-ilmuwan tidak boleh sombong


stelah menemukan keajaiban ciptaan. Mereka hanya boleh mempermuliakan Allah
karena mereka boleh menemukan dalil-dalil yang tersembunyi itu. Penemuan ilmu
hanyalah penemuan ciptaan didalam alam ,sehingga penemuan ilmu jauh berada
dibawah teologi. Penulis juga mengatakan bahwa manusia itu terbatas dalam hal
berpikir , dan hal ini menunjukkan bahwa rasio manusia terbatas, ketika manusia
menggunakan pikiran untuk mengetahui bagaimana pikiran itu berpikir , maka tanpa
ia sadari ia sedang masuk dalam siklu diri sendiri , yang akhirnya akan membawa dia
kepada kesulitan untuk memikirkan diri sendiri. Hal ini dapat membuat rasio
mengalami jalan butut , tetapi tidak mau mengakuinya , bahkan ia mau melompat
lebih jauh lagi. Penulis mengatakan bahwa rasio bukan hanya mau memikirkan hal-
hal didalam diri manuisa atau rasio itu saja, bahkan manusia mau memikirkan hal-hal
di atas manusia dan rasio itu sendiri. Ia mau memikirkan tentang Allah . penulis
mangatakan bahwa Tidak mungkin rasio manusia yang terbatas itu dapat memikirkan
, menganalisi Tuhan yang menciptakan rasio itu sendiri. Tetapi manusia yang bodoh
tidak menegrti dan menganggap dapat menegrti Allah dengan rasio. Manusia tidak
mungkin mengerti Allah melalui rasio yang Alalh cipta . manusia hanya dapat
mengerti Allah melalui inisiatif pewahyuan Allah kepada manusia. Allah rela
mewahyukan diri kepada manusia dan Allah rela menyatakan diri kepada rasio
manusia sehingga rasio manusia yang terbatas dicerahkan oleh cahaya wahyu dan
kebenaran itu sehingga ia dapat kembali kepada kebenaran.

Bab V : Pencerahan Rasio

Iman sangat berperan dalam memberikan kita pengertian, iman membuat kita dapat
mengerti, “jikalau engkau tidak percaya maka , pasti engkau tidak akan menegrti”. Agustinus
ketika menjadi orang Kristen yang sungguh , ia mengembalikan rasionya yang begitu tajam
untuk takluk dibawah kebenaran Tuhan Allah. ia menemukan prinsip bahwa pikiran yang
tajam tidak perlu dikuburkan karena seorang beriman dan beragama . orang bergama tidak
tidak seharusnya menjadi orang bodoh , kalau agama mengakibtkan orang itu semakin bodoh,
maka agama itu pasti beres. Maka ia mengerti bahwa kepercayaan tidak meniadakan fungsi
rasio , tetapi menggali , memimpin kembali, menjernihkan dan mengarahkan fungsi rasio itu.
Relasi antara keduanya ditemukan didalam Yes 7 : 9 ini , dan dengan ayat itu ia menetapkan
prinsip apologetikanya selama sisa hidupnya yaitu; jikalau engkau tidak percaya, engkau
tidak mungkin menegrti. Iman kepercayaan menjadi dasar pengertian. Penulis mengatakan
bahwa iman tidak akan membunuh rasio (lihat dari pernyataan prisip Agustinus di atas). Iman
sangat menghasilkan pengertian yang benar, dan dari pengertian dapat mengokohkan iman(
seluruh pikiran Agustinus= karena aku percaya , maka aku menjadi mengerti , dan kerena aku
mengerti, maka aku dapat semakin percaya lagi). Penulis mengatakan bahwa dengan dasar
iman Tuhan menambahkan pengertian kepada orang yang beriman. Penulis mencatat didalam
pemikiran Agustinus , terdapat prinsip yang teguh yaitu Filsafat harus menjadi hamba dari
teologi. Biarlah Filsafat yang adalah buah pikiran manusia melayani Firman Tuhan. Prinsip
ini wajar , karena betapa pun tajamnya pikiran manusia dan fungsi rasio itu dipakai dengan
sangat dalamm, tetap terbatas adanya. Filsafat tidak akan mungkin dapat melampaui
kebenaran Allah yang diwahyukan kepada manusia. Oleh karen itu hendaknya secara
metodologi filsafat harus menunjang Firman Tuhan. Inti dari semuanya adalah rasio tidak
mungkin melampaui Firman Tuahn,

Yang kita dapat

1, Rasio manusia terbatas sehingga tidak bisa manusia memikirkan Allah dengan
mengunakan rasio

2.Rasio tidak terlepas dari iman dan kebenaran Allah.

3. iman membuat kita mengerti akan kebenaran Allah

4. Rasio tidak bisa melampui Firman Tuhan

5. Manusia harus mengembalikan rasionya yang begitu tajam untuk takluk di bawah
kebenaran Tuhan Allah.

Anda mungkin juga menyukai