Anda di halaman 1dari 17

Makalah Sejarah Gereja Umum

“Perselisihan Tentang Kedua Tabiat Kristus’

Nama Kelompok 11 :
1.Starly Graxel Bawias (202141228)
2.Zerena Welyana Wauran (202141459)
3.Srimey Buangbatu (202141423)

Dosen pengampuh : Mner DENNY NAJOAN, M.Si

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

ISI..............................................................................................................................................5

A. Awal Terjadinya Perselisihan Dua Tabiat Kristus......................................................5

B. Tokoh-Tokoh Yang Membahas Mengenai Dua Tabiat Kristus.................................6

C.Keputusan konsili Chalcedon.........................................................................................9

D. Perpisahan dalam Gereja timur..................................................................................11

E.Cara Menyikapi Perbedaan Pendapat diJemaat.........................................................12

F.Implikasi Terhadap Gereja Masa Kini.........................................................................13

BAB III....................................................................................................................................14

PENUTUP...............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat serta anugerah-Nya sehingga kami kelompok 11 bisa menyelesaikan
penyusunan makalah mengenai “Perselisihan Tentang Kedua Tabiat Kristus”
dengan baik.Tentunya semua ini berkat dai penyertaan dan tuntunan dari Tuhan.

Kami berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat , menambah wawasan


serta pengetahuan untuk teman-teman/para pembaca sehingga dapat lebih
memahami mengenai materi perselisihan kedua tabiat Kristus ini.

Kami meminta maaf jika masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah
ini baik dari segi kata ataupun hal lain. Untuk itu kami dari kelompok sangat
mengaharapkan adanya kritik serta saran juga masukan yang diberikan oleh
pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih, Tuhan memberkati.
3

BAB I
PENDAHULUAN

Sejak awal perkembangannya, gereja sudah tertantang untuk menjawab


pertanyaan-pertanyaan yang berkisar tentang identitas dan tabiat Yesus Kristus.
Hal ini tidak dapat dihindari oleh gereja, mengingat bahwa Yesus dan karya
keselamatan-Nya di kayu salib adalah dasar dan sekaligus pusat dari iman
kristen. Orang-orang kristen selalu mengklaim bahwa ada sesuatu yang
istimewa dalam diri Yesus yang membuatnya berbeda dari tokoh agama-agama
lain. Tapi apa sebenarnya keistimewaan itu? Para pemimpin gereja zaman dulu
mulai berusaha untuk menjawab hal tersebut dengan menggunakan berbagai
sarana dan cara yang berbeda-beda, setelah gereja berhasil melewati berbagai
tantangan dari luar.

Dari berbagai pertanyaan yang ada tentang Kristus, terdapat dua hal yang
paling menonjol dan dianggap paling penting. Yang pertama adalah hubungan
Yesus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus (masalah trinitas), sedangkan yang
kedua adalah tabiat Yesus Kristus, yaitu sifat keilahian dan kemanusiaan-Nya.
Kedua pertanyaan ini kemudian menjadi pergumulan gereja selama berabad-
abad, bahkan hingga saat ini.

Pemahaman akan identitas Yesus sudah menjadi topik perdebatan bahkan


pertikaian, yang tidak ada habis-habisnya sepanjang abad. Perdebatan semacam
itu pula - yang walaupun dalam nuansa yang lain – muncul pada masa sekarang.
- Sejak jaman Gereja mula-mula, sudah ada usaha gereja untuk membela diri
dari serangan serangan terhadap dogma Gereja, khususnya dalam hal dogma
Trinitas. Namun pembelaan yang dimaksud bukanlah berarti menghasilkan
pemahaman yang benar-benar sempurna mengenai identitas atau eksistensi
Kristus, melainkan hanya untuk menunjukkan reaksi bahwa gereja itu tidak
tinggal diam.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas secara khusus mengenai
pertikaian-pertikaian yang muncul dalam gereja mengenai tabiat Yesus Kristus
dan penyelesaiannya melalui Konsili Chalcedon (451M).

BAB II
ISI

A. Awal Terjadinya Perselisihan Mengenai Dua Tabiat Kristus

Setelah Konsili Konstantinopel (381M) berhasil meredakan permasalahan


mengenai masalah trinitas, pertanyaan yang kedua tentang Yesus mulai
bermunculan. Hal ini berkaitan dengan sifat keilahian Yesus sebagai bagaian
dari trinitas dan sifat-Nya sebagai manusia. Penyebabnya adalah inkoherensi
dalam Alkitab sendiri mengenai tabiat Yesus. Di berbagai kesempatan, Alkitab
mengungkapkan tabiat Yesus dengan dua hal yang berbeda dan bahkan
kontadiktif, yaitu Yesus sebagai Allah atau Tuhan dan Yesus sebagai manusia
(Ia bisa benar-benar merasa haus, lapar, kesakitan,dsb).

Masalah ini juga sering dibahas karena alasan teologis. Dalam konsili
konstantinopel, gereja mengakui bahwa Yesus sehakekat dengan Sang Bapa.
Pengakuan ini didasarkan atas kesadaran bahwa hanya Allah yang mampu
menyelamatkan manusia dan itu berarti Yesus adalah Allah, jika Ia mampu
menyelamatkan manusia. Tapi, hal itu tidak berhenti di sana. Untuk bisa
mengembalikan manusia kepada Allah, Yesus juga harus benar-benar manusia.
Hanya jika Ia, yang sehakekat dengan Allah, bisa benar-benar memiliki tubuh
dan darah yang sehakekat dengan manusia, maka manusia bisa kembali kepada
Allah melalui tubuh dan darah Kristus.
Hasil perbantahan-perbantahan theologia dalam abad ke-IV itu ialah Gereja
telah menetapkan pengakuannya tentang keesaan dan ke samaan hakekat
Kristus dengan Bapa, karena Gereja insaf bahwa manusia hanya dapat
diselamatkan oleh Kristus apabila la sungguh-sungguh Allah. Akan tetapi
kebebasan itu bergantung kepada masuknya Allah yang benar itu ke dalam
daging dan darah manusia (inkarnasi).
5

Kristus yang sungguh-sungguh Allah haruslah menjadi sungguh-sungguh


manusia pula, jika la hendak mengembalikan dunia ini kepada Tuhan. Dengan
demikian terbit lagi soal lain dalam Gereja Lama, ialah: Sampai berapa jauhkah
Kristus telah memakai tabiat manusia? Dan: Bagaimanakah hubungan antara
tabiat keilahian dan tabiat kemanusiaanNya?

Perbedaan pikiran tentang masalah ini mengacaukan pikiran banyak orang


Kristen 250 tahun lamanya, mulai dari abad ke-V. Oleh perselisihan ini Gereja
timur pecah dalam beberapa bagian yang sampai kini belum diper satukan pula.
Perbantahan ini dipengaruhi pula oleh persaingan antara patriarkh-patriarkh
Constantinopel dan Alexandria. Sukar sekali bagi Gereja untuk memutuskan
soal ini. Dengan hati-hati Gereja mencari jalan tengah antara dua ajaran yang
bertentangan itu.

B.Tokoh-Tokoh Yang Membahas Mengenai Dua Tabiat Kristus

Dari pemahaman di atas, muncul berbagai pertanyaan seperti: Bagaimana


kedua sifat yang jelas-jelas bertentangan itu bisa ada dalam satu orang? Jika
memang demikian, sampai di mana batasan-batasan kedua sifat itu bisa
bercampur?
Beberapa tokoh gereja kemudian berusaha mencari jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan di atas dan beberapa di antaranya mulai bertikai karena perbedaan
pandangan. Berikut ini akan diuraikan beberapa tokoh-tokoh dengan pandangan
yang dominan pada masa itu :

1. Apollinarisme

Apolinariasme atau Apolinarisme adalah pandangan yang dikemukakan oleh


uskup Apolinaris dari Laodikea (310-390 M). Ia mengatakan bahwa Yesus
mempunyai tubuh sebagai manusia tetapi tidak memiliki roh dan jiwa rasional.
Pada diri Yesus adalah pikiran ilahi.

Paham ini sudah ada sebelum Konsili Konstantinopel I diadakan, namun


masih berkaitan dengan ajaran mengenai tabiat Yesus sebagai Allah dan
manusia. Sekitar pertengahan abad IV, Apollinaris dari Laodicea mulai
menyebarkan ajarannya.

Dalam ajaran tersebut, ia menyangkal bahwa Yesus mempunyai akal


manusia. Menurutnya, Yesus telah menjelma dengan memperoleh tubuh dan
jiwa manusia, tetapi posisi akal manusia atau "aku" digantikan oleh Logos yang
ilahi. Oleh karena itu, Yesus hanya mempunyai satu "kodrat" (ousia/physis),
yang memiliki tubuh dan jiwa manusia tetapi digerakkan oleh Logos.

Ajaran ini kemudian ditolak oleh Konsili Konstantinopel I karena jika


demikian, berarti Yesus tidak benar-benar menjadi manusia dan mustahil Ia bisa
menyelamatkan manusia melalui tubuh dan darah-Nya. Pada tahun 377M,
Apollinaris dikutuk oleh gereja Roma, disusul dengan kutuk dari konsili
tersebut.

2. Pandangan Nestorius

Nestorius adalah seorang pengkhotbah popular yang menajdi uskup


Konstatinopel pada tahun 428M. Ia termasuk mazhab para teolog Anthiokia
dalam pandangannya mengenai pribadi Yesus Kristus.

Pada tahun 428M, Nestorius diangkat menjadi patriakh di Konstantinopel.


Dengan mati-matian, Nestorius membela isi Konsili Nicea dan menentang
pengikut Arius serta paham-paham lain seperti adoptianisme, monarkianisme
dan Apollinarisme. Ia berusaha untuk menjelaskan dengan caranya sendiri
tentang Yesus yang sehakekat dengan Sang Bapa dan benar-benar Allah
(menurut Konsili Nicea) dan bahwa Yesus adalah juga manusia baik tubuh, jiwa
serta akalnya (menurut tradisi yang berkembang, khususnya dalam mazhab
Antiokhia).

Ia memang sering dianggap sebagai sebab berdirinya mazhab Nestorian, tapi


jika dilihat dengan lebih teliti, hal itu tidak mungkin terjadi. Kaum nestorian
mengajarkan bahwa pada Yesus ada dua "tokoh" (pribadi/subjek) yang
bergabung hanya secara lahiriah, yaitu tokoh manusia dan Firman (Logos). Jadi,
Yesus dibagi menjadi dua, yaitu anak manusia dan Anak Allah. Pengajaran ini
tidak sejalan dengan pandangan kristen dan oleh karena itu, tidak mungkin
disetujui oleh Nestorius yang berpegang teguh pada hasil konsili gereja-gereja.

Menurut Nestorius, Yesus memiliki dua kodrat (physis), yaitu kodrat-Nya


sebagai manusia dan Allah. Ia mendasarkan pernyataan tersebut dari filsafat
Aristoteles yang mendefinisikan physis sebagai keseluruhan ciri-corak dan sifat-
sifat sesuatu. Supaya kodrat itu menjadi nyata (memiliki eksistensi), ia
membutuhkan "rupa" (prosopon).Tidak ada kodrat yang tidak memiliki rupa,
dan karena itu Yesus memiliki dua kodrat dengan rupanya masing-masing.
Kedua kodrat itu kemudian menyatu menurut perkenanan dan menghasilkan
satu rupa yaitu rupa kristus. Penyatuan ini tidak semerta-merta membaurkan dua
kodrat Yesus sehingga tercampur tetapi sekaligus juga bukan sekedar
penggabungan secara lahiriah atau kesamaan kehendak. Dikatakan bahwa
Yesus adalah Allah sekaligus manusia yang bergabung dan mendapat satu rupa
yaitu Kristus Yesus.

Dalam usahanya untuk menjelaskan tabiat Yesus, Nestorius gagal


menghilangkan kesan dualisme Yesus dan bahwa Ia bukanlah sungguh-sungguh
satu subjek yang utuh. Ia juga sulit menerima bahwa Logos dapat menderita dan
mati, sehingga ia mengatakan bahwa yang menderita adalah Kristus dalam
wujud manusia saja.

3. Pandangan Cyrillus

Cyrillus adalah seorang Kristen pada abad ke-4 yang menjabat sebagai uskup
diAleksandria, Mesir mulai tahun 412M.

Bertolak belakang dengan Nestorius, patriakh Alexandria (412-444M) ini


menekankan pada kesatuan Yesus Kristus. Dalam ajarannya, Cyrillus
melanjutkan ajaran Anthanasius dan melengkapi seperlunya. Menurutnya
inkarnasi adalah Firman Allah menjadi manusia, daging, supaya membebaskan
manusia dari kematian dan memberikan kekekalan-Nya sendiri pada manusia.
Ia menegaskan bahwa dengan menjadi manusia, Firman Allah itu mengilahikan
manusia. Ajarannya ini berangkat dari pemahaman dan tradisi yang ada dalam
mazhab Alexandria yang menekankan keeratan hubungan antara dua tabiat
Kristus demi kepentingan keselamatan manusia.

Logos harus benar-benar bergabung dengan kemanusiaan Kristus sehingga


keduanya tidak dapat dibedakan. Kemanusiaan Yesus begitu dikuasai oleh
Logos, sehingga kehendak Kristus sebagai manusia tidak perlu dibicarakan lagi.
Hanya dengan demikian dapat dijamin bahwa manusia dapat diselamatkan
melalui sakramen ekaristi. Menurutnya hanya tubuh dan darah Kristus yang
benar-benar dikuasai oleh Logos yang memiliki kuasa menyelamatkan manusia.

Selain karena perbedaan mazhab, pertentangan antara Nestorius dan Cyrillus


sesungguhnya didasarkan oleh perbedaan pemahaman mereka atas definisi
physis. Nestorius memahami arti kata physis sebagai kodrat yang merupakan
ciri, corak atau sifat-sifat sesuatu dan membutuhkan rupa untuk menjadi real,
menurut filsafat Aristoteles. Sementara bagi Cyrillus, physis memiliki arti
"realitas konkret" atau "suatu individu konkret yang ada. Ketika Nestorius
mengatakan bahwa Yesus memiliki dua kodrat, Cyrillus memahaminya sebagai
pernyataan bahwa Kristus memiliki dua individu yang berbeda. Sementara
Nestorius tidak bisa menerima pernyataan Cyrillus bahwa Kristus hanya
memiliki satu kodrat, karena jika demikian, berarti keilahian dan kemanusiaan
Yesus berbaur menjadi satu. Hal yang demikian tidak dapat diterima oleh
orang-orang mazhab Antiokhia.

C.Keputusan konsili Chalcedon.

Konsili Kalsedon adalah sebuah konsili ekumenis yang berlangsung dari


tanggal 8 oktober sampai dengan 1 november tahun 451 diKhalsedon (sebuah
kota diBithinia diAsia Kecil) yang kini merupakan bagian kota Istanbul disisi
Asia dari selat Bosforus dan dikenal sebagai distrik Kadikoy. Konsili ini adalah
yang ke-4 dari tujuh Konsili Ekumenis dalam agama Kristen, dan oleh karena
itu dianggap infalibel (tak bercela) dalam definisi dogmatis oleh Gereja
Katholik Roma dan Gereja Ortodoks Timur. Konsili ini menolak doktrin
monofitisme dari kaum pengikut Eutikus, dan menetapkan Pengakuan Iman
Khalsedon, yang menggambarkan kemanusiaan penuh dan keilahian penuh dari
Yesus , pribadi kedua dari Tritunggal Kudus.

Pada tahun 448 perselisihan ini mulai berkobar lagi, tatkala seorang sarjana
theologia yang bernama Eutyches mengajarkan bahwa sebenarnya Kristus
hanya bertabiat satu saja. Kemanusiaan Kristus dipengaruhi oleh atau diisi
dengan keilahianNya semata-mata, sehingga kemanusiaan itu cuma
kelihatannya saja menyerupai kemanusiaannya . Inilah ajaran "monophysit"
(mono = satu; physis = tabiat). Patriarkh Alexandria, Dioscurus namanya,
membantu Eutyches. Pada tahun 449 "Sinode penyamun" di Efesus dipaksa
oleh Dioscurus dengan rahibnya yang bersenjata supaya mengaku
monophysitisme dari Eutyches selaku ajaran anodoks. Akan tetapi putusan ini
tak disetujui oleh uskup Roma, yaitu

Leo L Pada tahun 450 seorang kaisar yang lebih kuat pendiriannya naik
takhta di Byzantium (Constantinopel). Kaisar ini bermaksud melawan kuasa
Alexan dria yang makin bertambah itu, supaya mewujudkan persatuan baru
dalam Gereja dan kekaisarannya. Atas ajakan Leo I diundangnya suatu sinode
baru, yaitu konsili oikumenis yang keempat yang dilangsungkan pada tahun 451
di Dean (di seberang selat Constantinopel).

Konsili inilah yang terbesar dalam sejarah Gereja Lama: enam ratus orang
kup bersidang. Meskipun pengaruh Dioscurus masih sangat kuat, tetapi oleh
desakan kita maka akhirnya tercapailah suatu keputusan kompromi (jalan
tengah) yang begini bunyinya: Kristus bukan bertabiat satu (Alexandria) dan
boticons bertabiat dua (Antiokhia), melainkan la "bertabiat dua dalam satu re"
Kedas tabiat ini "tidak bercampur dan tidak berubah" (melawan Eutyches), dan
"tidak terbagi dan tidak terpisah" (melawan Nestorius).

Dengan putusan ini Gereja telah mengaku, bahwa sebenarnya keadaan Yesus
Kristus di bumi ini tinggal satu rahasia yang tak dapat dipahami oleh akal budi
manusia. Dikatakan bahwa Pengakuan Khalsedon atau Kredo
Khalsedon atau Definisi Khalsedon adalah sebuah kredo Kristen yang berisi
pengakuan terlengkap mengenai Pribadi Kristus. Kredo ini disusun pada Konsili
Khalsedon pada tahun 451.

10

Isi dari pengakuan tersebut yaitu sebagai berikut :

Dengan meneladani para Bapa suci, kami sepenuhnya mengajarkan dan


mengakui sang Putera yang satu dan sama, Tuhan kita Yesus Kristus: yang
sempurna dalam keilahian dan sempurna dalam kemanusiaan yang sama, yang
adalah Allah sejati dan manusia sejati yang sama, yang terdiri atas tubuh dan
jiwa yang rasional; yang sehakikat (konsubstansial) dengan Sang Bapa dalam
keilahian-Nya dan sehakikat dengan kita dalam kemanusiaan-Nya; "sama
seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa." Ia keluar dari Sang Bapa
sebelum segala zaman dan pada hari-hari terakhir ini, demi kita dan demi
keselamatan kita, dilahirkan dalam kemanusiaan-Nya dari Perawan Maria,
Bunda Allah.

Kami mengakui bahwa Kristus, Tuhan, dan Putera tunggal yang satu dan
sama itu, dikenal dalam dua hakikat tanpa kekacauan, perubahan, pemilah-
milahan, atau pemisahan. Perbedaan antar hakikat tidak dihilangkan oleh
kebersatuannya, akan tetapi karakter masing-masing dari kedua hakikat itu
terlestarikan karena keduanya berada dalam satu pribadi (prosopon) dan
satu hypostasis.

D. Perpisahan dalam Gereja timur.

Perbantahan ini belum berakhir dengan konsili Chalcedon. Gereja di negeri


Mesir dan Siria menolak keputusan Chalcedon, pertama-tama, sebab mereka tak
setuju secara theologia, dan kedua, karena mereka tak suka takluk lagi kepada
titah kaisar dari Constan tinopel, berhubung dengan kesadaran kebangsaan yang
mulai timbul di mana mana.
Gereja di negeri Persia itulah yang pertama memutuskan perhubungan
Gereja dengan pemimpin-pemimpin Gereja di Constantinopel. Gereja Persia itu
mengaku ajaran Nestorius (duophysit). Dalam abad-abad berikutnya pekabar
pekabar Injil Nestorian masuk sampai jauh ke dalam Asia Tengah, bahkan
sampai ke Peking. Demikianlah timbul di Tiongkok suatu Gereja yang besar,
yang pengaruhnya besar sekali dalam masyarakat sekitar tahun 1200. Tetapi
kemudian Gereja itu lenyap oleh bangsa Mongol.

11

Dalam abad ke-V banyak Gereja yang lain lagi menceraikan diri dari Gereja
Katolik, yakni Gereja Armenia, Siria, Mesir (Gereja Koptis) dan Abesinia.
Semua Gereja ini memihak kepada theologia Cyrillus atau ajaran monophysit.
Dalam abad ke-VII, daerah semua Gereja ini dialahkan oleh orang Islam,
sehingga tak dapat berkembang lagi. Sungguhpun Gereja-gereja ini masih ada
sampai kini, tetapi tidak berpengaruh di luar lingkungannya sendiri.

E.Cara Menyikapi Perbedaan Pendapat diJemaat

Perbedaan pendapat pasti akan kita temui didalam jemaat. Oleh karena itu,
kita menyikapi perbedaan tersebut bukan sebagai kemunduran, melainkan suatu
hal yang mempekaya pemikiran jemaat serta membuat jemaat semakin maju.
Oleh karena itu, kelompok kami menyimpulkan ada beberapa cara untuk
mengatasi hal-hal dalam perbedaan pendapat yaitu sebagai berikut :

1.Tetap mendengarkan

Hal ini merupakan hal yang penting sebab ketika kita mendengarkan
pendapat dari orang lain itu berarti kita juuga menghargai orang lain. Kita harus
tetap menunjukan bahwa kita menghargai pendapat daripada orang itu dan kalau
bisa kita juga bisa menyampaikan pendapat kita namun tetap sopan.

2.Jangan berdebat

Hal ini merupakan sesuatu yang penting sebab, ketika kita menahan diri
untuk tidak berdebat sehingga tidak ada yang saling menunjuk mengenai siapa
yang benar dan siapa yang salah. Melainkan menunjukan sikap yang baik
dengan menerima setiap pendapat-pendapat yang ada.

3.Menerima Pendapat dan Menyatukannya Menjadi Kesatuan

Ketika kita telah mendengarkan pendapat orang lain, selanjutnya kita


menerimanya dan menyatukan pendapat-pendapat yang ada menjadi sebuah
satu kesimpulan atau kesatuan. Sehingga dari perbedaan yang ada kita bisa
menyatupadukan menjadi satu, bukan untuk kepentingan sendiri melainkan
kepentingan bersama.

12

F.Implikasi Terhadap Gereja Masa Kini

Pada umumnya, para reformator Gereja memegang teguh kepada keputusan


Chalcedon. Para teolog Lutheran juga mengatakan bahwa kesatuan
kemanusiaan dan kellahian Yesus tidak sama dengan penggabungan papan
kayu, yang tanpa saling pengaruh- mempengaruhi, melainkan di dalam kesatuan
itu kemanusiaan Yesus mendapat bagian dari sifat-sifat Ilahi. Kemanusiaan
Yesus diresapi oleh keIlahianNya, dimana setelah Yesus naik ke surga,
kemanusiaanNya tetap berada di mana-mana (Omni present).

Calvin menitikberatkan kepada perbedaan antara kedua tabiat Yesus di


dalam kesatuan kepribadianNya. Yang penting ialah pribadinya, yang
mengungkapkan kemanusiaan dan keIlahianNya. Yesus adalah Tuhan sebagai
Allah dan manusia sekaligus. Bagi Calvin, yang memiliki sifat-sifat Ilahi bukan
tabiat Yesus, melainkan pribadiNya. Anak Allah telah menjadi manusia, maka
kemanusiaan atau tabiat manusiawi tetap berada pada seluruh manusia Yesus,
akan tetapi tidak menjadi berada di mana-mana. Sebab, kemanusiaan tersebut
tidak mendapat bagian dari sifat Ilahi.

Bila ditelusuri isi pengakuan tentang Kristologi menurut Konsili Chalcedon


dalam Gereja mula-mula, maka dapat dinyatakan bahwa keberadaan pengakuan
tersebut masih relevan atau sesuai dengan Gereja masa kini. Karena, dalam
ajaran Gereja masa kini juga, mengakui bahwa Yesus itu adalah manusia
sesungguhnya dan Allah sesungguhnya.

Hal itu kita dapat kita lihat pada gereja masa kini lewat pengakuan-
pengakuan iman yang ada. Dari pengakuan-pengakuan itulah dapat kita lihat
mengenai dua tabiat Kristus yang dahulunya menjadi perdebatan sehingga
adanya perselisihan kini menjadi satu kesatuan.

13

BAB III
PENUTUP

Perselisihan mengenai dua tabiat Kristus dimulai sejak abad ke-V oleh
karena ini terjadi banyak perdebatan mengenai kedua tabiat Kristus yaitu sifat
kemusiaan dan keilahian-Nya sehingga melahirkan banyaknya pikiran-pikiran
dari tokoh-tokoh yang ada seperti Apollinaris, Nestorius, dan Cyrillus pada saat
itu.

Selain dari adanya perdebatan tokoh-tokoh mengenai dua tabiat Kristus


rupanya hal ini juga mengakibatkan terjadinya pecahnya Gereja Timur dalam
beberapa bagian yang sampai kini belum dipersatukan pula. Namun hal ini bisa
diredah dengan adanya keputusan dari konsili Chalcedon sehingga munculnya
pengakuan mengenai kedua tabiat Kristus ini.

Pemahaman yang ada dalam gereja-gereja sekarang ini mengenai tabiat


Kristus yaitu sifat ketuhanan dan kemanusiaannya, tidak muncul begitu saja.
Proses perumusannya melewati waktu yang panjang dan penuh pertentangan.
Bahkan hingga saat ini pun, masalah tabiat Kristus masih terus dipelajari secara
khusus dalam ilmu yang dinamakan kristologi. Meskipun demikian, tidak dapat
dipungkiri bahwa pendahulu-pendahulu kita telah berjasa besar untuk
membentuk rangka dasar pemikiran kita mengenai hal tersebut.
14

DAFTAR PUSTAKA

Dr.H.Berkhof Dr.I.H.Enklaar. Sejarah Gereja.PT. BPK GUNUNG MULIA,


1996

Angela Debora M. Pontororing. Sejarah Kekristenan Umum :Perselisihan


Kedua Tabiat Kristus : http://neleskarundeng.blogspot.com/2011/02/pertikaian-
mengenai-tabiat-kristus-dan.html?m=1

Wikipedia, Apollinarism. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Apolinarianisme


(diakses pada 15 Maret 2022)

Wikipedia, Nestorius. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nestorius (diakses


pada 15 Maret 2022)

Wikipedia, Sirilus. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sirilus_dari_Aleksandria


(diakses pada 15 Maret 2022)

Wikipedia, Pengakuan Iman Kalsedon.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengakuan_Iman_Kalsedon#:~:text=Pengakua
n%20Khalsedon%20atau%20Kredo%20Khalsedon,Konsili%20Khalsedon
%20pada%20tahun%20451 (diakses pada 15 Maret 2022)
15

Anda mungkin juga menyukai