EKSEGESIS
A. Nas
1. Teks
berarti naskah. Didalam proses penafsiran Alkitab teks adalah merupakan komponen yang utama
dan sangat penting. Kemudian setelah teks ditentukan langkah yang selanjutnya setelah
menentukan teks adalah melakukan penganalisaan terhadap teks yang telah ditentukan, hal ini
bertujuan untuk memahami teks dengan secara jelas atau lebih terperinci dalam melaksanakan
eksegesa nas. Hasan Sutanto megatakan bahwa “Sebab sebelum seorang penafsir menafsirkan
sebagian Alkitab, ia terlebih dahulu harus yakin bahwa bacaan atau teks dalam tangannya adalah
yang paling dekat dengan naskah asli.”1. Dalam menentukan teks bukan hanya terpancang pada
pembagian pasal dan ayat, hal itu disebabkan karena didalam teks asli Alkitab yang asli ditulis
1
Hasan Sutanto, Hermeneutik Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: Seminari Asia
Tenggara, 1989), 133.
Teks yang dipergunakan adalah teks asli Bahasa Yunani. Beberapa teks tersebut
yang hendak ditafsirkan sehubungan dengan naskah-naskah sekitarnya.”3 Pernyataan dari Nico
Gara tersebut menunjukkan bahwa hubungan perikop yang hendak ditafsirkan dengan perikop
sebelum atau sesudahnya harus diketahui terlebih dahulu, dan hal tersebut merupakan bagian
2. Kritik teks
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer mengutarakakan pendapat mereka mengenai kritik teks,
mereka berpendapat bahwa “Naskah Yunani Perjanjian Baru yang asli tidak dipunyai lagi oleh karena itu
kritik teks berusaha mendekati bentuk naskah Yunani asli dari Perjanjian Baru dengan mempergunakan
salinan-salinan tua, terjemahan-terjemahan yang lama dan kutipan-kutipan Perjanjian Baru dalam
Langkah-langkah untuk mampu melakukan kritik teks dengan baik dan benar
menurut A.A Sitompul dan Ulrich Beyer adalah sebagai berikut: Pertama, mengumpulkan nas
Kritik teks memiliki tugas untuk menyelidiki salinan-salinan tersebut dan berupaya
3
Niko Gara, Menafsirkan Alkitab secara Praktis (Jakarta: Gunung Mulia, 1991), 30.
4
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 2017), 215.
5
Ibid, 45.
yang mungkin merupakan upaya pengoreksian dari penyalin berikutnya. Setelah itu menentukan
Penentuan teks sangat dibutuhkan yang bertujuan untuk mengetahui gagasan utama
naskah yang akan ditafsirkan. Tujuan dari penentuan teks adalah untuk mempermudah dalam hal
penyelidikan teks yang akan ditafsirkan apakah teks tersebut berdiri sendiri atau mempunyai
Dalam teks 2 Petrus 1 ayat 10 terdapat empat varian, varian pertama berbunyi spouda,sate
bebai,an poiei/sqai (spoudasate bebaian poieistai), varian kedua berbunyi spouda,sate i]na dia,,
tw//n kalw//n e[rgwn bebai,an poih/sqe (spoudasate ina dia ton kalon ergon bebaian poiesthe),
varian ketiga berbunyi spouda,sate dia,, tw//n kalw//n e[rgwn bebai,an poiei/sqai(spoudasate dia
ton kalon ergon bebaian poieistai ), dan varian keempat berbunyi spouda,sate bebai,an ei`
u`mw/n th.n evklogh.n poiei/sqe (spoudasate bebaian ei humon ten eklogen poieisthe).
Varian 1
6
Yan Ngagadas Deky Hidnas, Pengantar Praktis Studi Kitab-kitab Injil (Yogyakarta: ANDI, 2011),
190.
B Citta del Vaticano: Vaticanus IV
322 XV
323 XI
945 XI
1241 XII
1739 X
1881 XIV
2298 XI
2344 XI
Varian 2 :
¥ London Sinaiticus IV
Ψ 81 1044
436 XI
1175 XI
1292
1409
1505 1084
1611 XII
1852 XIII
2138 1072
2464 X
l 60 1021
l 1365 XII
Varian 3
Varian 4
1243 XI
sebagai berikut :
Varian 1
Versi
Varian 2
Bapa Gereja
Varian 3:
Unisial
Minuskul 596
Versi
Bapa Gereja
Varian 4:
Unisial
Minuskul 1243
Versi
Bapa Gereja
yaitu di Alexandria dan di Barat. Secara jumlah, varian 1 juga memiliki jumlah salinan lebih
banyak daripada varian 2. Pertimbangan secara jumlah dipandang sudah cukup, sehingga tidak
perlu lagi dibandingkan keakuratan berdasarkan persebaran antara Alexandria dan Barat.
Kesimpulan sementara dari persebaran naskah adalah: Varian 1 lebih dapat diterima
dari pada varian 2, 3, dan 4, karena varian 1 tersebar lebih luas baik dalam hal area maupun
jumlah salinan.
Kesimpulan akhir dari perbedaan naskah pada 2 Petrus 1 :10 adalah: varian yang
dipilih adalah varian 1 yang berbunyi : spouda,sate bebai,an poiei/sqai (spoudasate bebaian
poieistai),
Dalam karya ilmiah ini, penulis memilih teks yang akan dieksegesis adalah 2 Petrus
1:10 Dalam mengeksegesis teks tersebut penulis merujuk kepada teks asli dalam bahasa Yunani.
BGT
2 Peter 1:10 dio. ma/llon( avdelfoi,( spouda,sate bebai,an u`mw/n th.n klh/sin kai.
(dio mallon adelphoi bebaian humon ten klesin kai eklogen poiesthai tauta gar poiountes ou me
ptaisete pote).
Sedangkan dalam bahasa Indonesia Terjemahan Baru (ITB) teks tersebut berbunyi
sebagai berikut:
7
Bible Works, Ver. 7.0, Software Alkitab, Biblika, dan Alat-alat (CD-ROM).
ITB
2 Petrus 1:10 Karena itu,saudara-saudaraku, berusaha sungguh-sungguh, supaya panggilan
dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah
tersandung.8
berikut:
2 Petrus 1:10
di o,
av
del f oi ,
a. Analisa Morfologi
(kata
penghubung).
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:
8
jamak.
aouris, aktif,
orang kedua,
jamak.
feminine
tunggal no
degree.
genitif, jamak.
7. th.n (ten) o` (ho) definite article Ini; itu; -nya; ia; yang
tertentu),
akusatif,
feminin,
tunggal.
benda)
akusatif,
feminin,
tunggal.
juga; demikian;
sehingga; malah;
namun; walaupun;
karena; bukan
dari.
akusatif,
feminin,
tunggal.
berlaku; berbuat
merayakan; mulai
mengadakan;
menjadikan; bekerja;
berusaha; mengeluarkan
; membawa; memakai
tinggal; berada;
menunjukkan;
menganggap; mendapat.
ganti)
demonstratif ,n
ominatif
neuter, jamak.
lihatlah
participle menghasilkan;bertindak;
maskulin, mengadakan;
berusaha; mengeluarkan
; membawa; memakai
tinggal; berada;
menunjukkan;
menganggap; mendapat
(Imbuan).
subjungtif,
auoris aktif,
orang kedua,
jamak.
b. Analisis Leksikal
Kata dio. (dio) mempunyai makna karena itu merupakan kata penghubung yang
Kata ma/llon (mallon) adalah kata keterangan (adverb). Mempunyai makna Dengan
lebih; melainkan;malah. 10 Penulis memilih kata “Dengan lebih” untuk menerjemahkan kata
Kata avdelfoi (adelphoi), berasal dari akar kata avdelfo,j (adelphos), Kata avdelfoi
(adelphoi) adalah kata benda,vokatif maskulin, jamak. Kata avdelfoi (adelphoi) merupakan kata
benda (noun), kata avdelfoi (adelphoi) menggunakan kasus vokatif yang sering disebut kasus
sapaan karena jabatan kasus ini untuk menyapa, kata ini berjenis kelamin dan kata ini digunakan
untuk lebih dari satu pelaku. Kata avdelfoi (adelphoi), mempunyai arti saudara;saudara
(seiman);saudara (sebangsa); teman dekat. Penulis memilih kata “saudara (seiman)” untuk
menerjemahkan kata avdelfoi (adelphoi). 11 Jadi kata avdelfoi artinya adalah saudara-saudara
(seiman).
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta:
9
11
Ibid., 17.
Kata spouda,sate (spoudasate) berasal dari akar kata spouda,zw (spoudazo), Kata
spouda,sate (spoudasate) adalah kata kerja (verb) imperatif auoris aktif, orang kedua, jamak.
Kata spouda,sate (spoudasate) merupakan kata kerja (verb). Kata kerja terdiri dari beberapa
unsur atau elemen, antara lain adalah modus, waktu (tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang.
Kata spouda,sate (spoudasate) menggunakan modus imperatif (modus yang menyatakan suatu
tindakan karena perintah), aouris (pernah terjadi dan tidak terus menerus ), aktif (subjek sebagai
pelaku tindakan), orang kedua, jamak. Kata spouda,sate (spoudasate) mempunyai arti Bersegera;
berusaha dengan sungguh-sungguh; sungguh ingin. Penulis memilih kata “berusaha sungguh-
Kata bebai,an (bebaian) berasal dari akar kata be,baioj (bebaios),kata bebai,an
adalah kata sifat (adjective) normal, akusatif, feminin, tunggal. Kata bebai,an (bebaian)
merupakan kata sifat (adjective), kata, kata bebai,an (bebaian) menggunakan kasus akusatif yang
sering disebut kasus pembatasan karena kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir
suatu tindakan tetentu, kata ini berjenis kelamin perempuan, dan digunakan untuk satu pelaku
Kata bebai,an (bebaian) mempunyai arti teguh; pasti; sah; yang dapat dipercayai; terbukti benar.
Kata u`mw/n (humon) berasal dari akar kata su, (su). Kata u`mw/n (humon) adalah
kata ganti orang (pronoun personal) genitif jamak. Kata u`mw/n (humon) merupakan kata ganti
12
Ibid., 671.
13
Ibid., 140.
orang, Kata u`mw/n (humon) menggunakan kasus genitif yang sering disebut dengan kasus
penjelasan ,sebab kata tersebut mempunyai fungsi menjelaskan asal, macam, jenis atau dari suatu
objek (biasanya diterjemahkan milik, dari). Kata u`mw/n (humon) mempunyai arti Engkau; mu;
kamu; kamu sendiri; -mu. Penulis memilih kata “kamu” untuk menerjemahkan kata u`mw/n
(humon).14
Kata th.n (ten) berasal dari akar kata o` (ho). Kata th.n (ten) adalah kata sandang
tertententu, akusatif, feminin, tunggal. Kata th.n (ten) merupakan kata sandang tertententu
(definit article), kata th.n (ten) menggunakan kasus akusatif yang sering disebut kasus
pembatasan karena kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu,
kata th.n (ten) berjenis kelamin perempuan, dan digunakan untuk satu pelaku. Kata th.n (ten)
mempunyai arti ini; itu; -nya; ia; yang lain; siapa saja;apa saja. Penulis memilih kata
Kata klh/sin (klesin) berasal dari akar kata klh/sij (klesis). Kata klh/sin (klesin)
adalah kata benda, akusatif, feminin, tunggal. Kata klh/sin (klesin) merupakan kata benda
(noun), kata klh/sin (klesin) menggunakan kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan
karena kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu, kata klh/sin
(klesin) berjenis kelamin perempuan, dan digunakan untuk satu pelaku. kata klh/sin (klesin)
14
Ibid, 677.
15
Ibid, 510.
mempunyai arti panggilan; posisi. Penulis memilih kata “panggilan” untuk menerjemahkan kata
klh/sin (klesin).16
Kata kai. (kai) berasal dari akar kata kai, (kai). Kata kai. (kai) adalah kata
mempunyai arti dan; juga; bahkan; dan khususnya; memang; bahwa; yaitu; ketika; maka;
adapun; demikian juga; demikian; sehingga; malah; namun; walaupun; padahal; kemudian; lalu;
karena; bukan saja….tetapi juga; atau; dari. Penulis memilih kata“atau” untuk menerjemahkan
Kata evklogh.n (eklogen) berasal dari akar kata evklogh, (ekloge). Kata evklogh.n
(eklogen) adalah kata benda (noun), akusatif, feminin, tunggal. Kata evklogh.n (eklogen) adalah
kata benda (noun), kata ini menggunakan kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan
karena kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu, kata ini
berjenis kelamin perempuan, dan digunakan untuk satu pelaku. Kata evklogh.n (eklogen)
mempunyai arti pemilihan; pilihan. Penulis memilih kata “pilihan” untuk menerjemahkan kata
evklogh.n (eklogen).18
Kata poiei/sqai (poiesthai) berasal dari akar kata poie,w (poieo). Kata poiei/sqai
(poiesthai) adalah kata kerja (verb), infinitif, presen. Kata kerja terdiri dari beberapa unsur atau
elemen, antara lain adalah modus, waktu (tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang. Kata ini
menggunakan modus infinitif (modus yang menyatakan suatu tindakan yang lepas dari persoalan
16
Ibid, 423.
17
Ibid, 388.
18
Ibid, 246.
pelakunya ), presen (sedang terjadi). Kata poiei/sqai (poiesthai) mempunyai arti melakukan;
Kata tau/ta (tauta) berasal dari akar kata ou-toj (houtos). Kata tau/ta (tauta) adalah
kata ganti orang (pronoun demonstrative), akusatif ,neuter, jamak. Kata tau/ta (tauta) merupakan
kata ganti orang, kata ini menggunakan kasus nominatif yang sering disebut kasus penamaan,
sebab fungsinya dan perannya dalam kalimat sebagai subjek atau sebagai pelaku. Kata tau/ta
(tauta) termasuk neuter dan digunakan untuk lebih dari satu pelaku. Kata tau/ta (tauta)
mempunyai arti ini; inilah. Kata kata tau/ta (tauta) termasuk neuter dan digunakan untuk lebih
dari satu pelaku. Penulis memilih kata “ini” untuk menerjemahkan kata tau/ta (tauta).20
Kata ga.r (gar) berasal dari akar kata ga.r (gar). Kata Kata ga.r (gar) adalah kata
penghubung (konjungsi). Kata ga.r (gar) mempunyai arti sebab; apa; mengapa; pasti; lalu; maka;
karena itu; tetapi; memang; lihatlah. Penulis memilih kata “maka” untuk menerjemahkan kata
ga.r (gar).21
Kata poiou/ntej (poiountes) berasal dari akar kata poie,w (poieo). Kata poiou/ntej
jamak. Kata poiou/ntej (poiountes) merupakan verb (kata kerja) partisipel yang memiliki kala
19
Ibid, 614.
20
Ibid, 555.
21
Ibid, 151.
presen (yang sedang), aktif (subjek sebagai pelaku tidakan), kata poiou/ntej (poiountes)
menggunakan kasus nominatif yang sering disebut kasus penamaan, sebab fungsinya dan
perannya dalam kalimat sebagai subjek atau sebagai pelaku, kata poiou/ntej (poiountes) berjenis
kelamin laki-laki, dan digunakan untuk lebih dari satu pelaku. Kata poiou/ntej (poiountes)
Kata ouv (ou) berasal dari akar kata ouv (ou) yang mempunyai arti
Tidak;bukan;jangan. Kata ouv (ou) merupakan imbuan (particle). Penulis memilih kata “tidak ”
Kata mh. (me) berasal dari akar kata mh (me) yang mempunyai arti Tidak;
jangan; supaya jangan; apakah; mungkin; jangan lagi. Kata mh. (me) merupakan imbuan
(particle). Penulis memilih kata “mungkin” untuk menerjemahkan kata mh. (me).24
Kata ptai,shte (ptaisente), berasal dari akar kata ptai,w (ptaio). Kata ptai,shte
adalah kata kerja (verb), subjungtif, auoris, aktif, orang kedua, jamak. Kata ini merupakan kata
kerja (verb). Kata kerja terdiri dari beberapa unsur atau elemen, antara lain adalah modus, waktu
22
Ibid, 614.
23
Ibid, 548.
24
Ibid, 485.
(tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang. Kata ini menggunakan modus subjungtif (modus
yang menyatakan tindakan yang belum pasti terjadi, bisa terjadi bisa tidak sesuai komdisi yang
diisyaratkan), (pernah terjadi dan tidak terus menerus ), aktif (subjek sebagai pelaku tindakan),
orang kedua, jamak.yang mempunyai arti tersandung; bersalah; binasa. Penulis memilih kata
“binasa” untuk menerjemahkan kata ptai,shte (ptaisete),.25. Jadi kata ptai,shte artinya kamu
binasa.
Kata pote, (pote) berasal dari akar kata pote (pote) yang mempunyai arti
bilamana; pernah; dahulu Kata ini merupakan imbuan (particle). Penulis memilih kata “pernah”
4. Terjemahan
a. Terjemahan Sementara
Menurut A.A Sitompul dan Ulrich Beyer memiliki terjemahan sementara adalah hal
penting didalam proses menafsirkan nas yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk
pengertian nas diperlukan suatu terjemahan, karya penafsir sendiri.27 Terjemahan baru
dalam bahasa Indonesia perlu dihargai tetapi dari pertemuan sejati dengan nas haruslah
25
Ibid, 644.
26
Ibid, 622.
27
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998),
225.
28
Ibid.
Terjemahan sementara yang dibuat oleh penulis berbunyi sebagai berikut:
kamu apa saja panggilan atau pilihan melakukan ini maka sebab tidak pernah mungkin binasa.
b. Terjemahan Pembanding
Terjemahan pembanding yang digunakan oleh penulis dalam nas 2 Petrus 1:10 adalah
sebagai berikut:
berusaha sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu
berusahalah lebih keras supaya panggilan Allah dan pilihan-Nya atas dirimu itu menjadi semakin
Firman Allah Yang Hidup (FAYH) “Jadi, Saudara sekalian yang saya kasihi,
berusahalah membuktikan bahwa Saudara benar-benar tergolong orang yang sudah dipanggil
serta dipilih Allah, supaya Saudara tidak akan tersandung atau jatuh.”31
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:
29
30
Ibid.
31
Sabda (OLB Versi Indonesia) 4.30, Software Alkitab, dan Alat-alat (Yayasan Lembaga Sabda).
King James Version (KJV) menerjemahan “Wherefore the rather, brethren, give
diligence to make your calling and election sure: for if ye do these things, ye shall never fall.32
the more diligent to make certain about His calling and choosing you; for as long as you practice
more eager to make your calling and election sure. For if you do these things, you will never
fall,”34
C. Evaluasi Terjemahan
Beberapa terjemahan seperti Indonesia Terjemahan Baru (ITB) dan New American
Version Standart (NAS) dan New International Version (NIV) menggunakan kata “Karena itu”
dalam awal nas, yang mungkin dimaksudkan untuk menjelaskan dari ayat-ayat di atasnya dan
kemudian mempertegas menjadi bagian penting dalam ayat tersebut. Penulis mendapati adanya
kata Yunani yang dapat diterjemahkan dengan kata karena itu yaitu dio. (dio). Maka dari itu
penulis tetap mempertahankan terjemahannya untuk menggunakan kata karena itu dalam awal
nas.
32
Bible Works, Ver. 7.0, Software Alkitab, Biblika, dan Alat-alat (CD-ROM).
33
Ibid.
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:
34
Karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata ma/llon (mallon) yang mempunyai arti dengan
lebih.
Terjemahan Baru (ITB) maka penulis tetap mempertahankan terjemahannya untuk menggunakan
kata saudara-saudara seiman dalam terjemahannya. Karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan
hari (BIS), Firman Allah Yang Hidup (FAYH), maka penulis tetap mempertahankan untuk
menggunakan kata berusaha sungguh-sungguh dalam terjemahannya. Karena dalam bahasa Yunani
penulis menemukan kata spouda,sate (spoudasate) yang mempunyai arti berusaha sungguh-
sungguh.
Terjemahan Baru (ITB), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata bebai,an
(bebaian) dari yang semula penulis memilih kata pasti untuk menterjemahkan kata bebai,an
(bebaian), namun setelah penulis menemukan terjemahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
maka penulis mengubah terjemahan kata bebai,an (bebaian) menjadi terbukti benar, karena kata
Hidup (FAYH), New American Version Standart (NAS), dan New International Version (NIV),
maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata kamu, karena dalam bahasa
Yunani penulis menemukan kata u`mw/n (humon) yang mempunyai arti kamu.
(BIS), dan Indonesia Terjemahan Baru, maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan
kata th.n (ten) dari yang semula penulis memilih kata apa saja untuk menterjemahkan kata th.n
(ten), namun setelah penulis menemukan terjemahan King James Version (KJV), Bahasa
Indonesia Sehari-hari (BIS), dan Indonesia Terjemahan Baru, maka penulis mengubah
terjemahan kata th.n (ten) menjadi -nya, karena kata -nya dirasa lebih tepat untuk
hari (BIS) King James Version (KJV), New American Version (NAS), dan New International
Version (NIV), maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata panggilan dalam
terjemahannya, karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata klh/sin (klesin) yang mempunyai
arti panggilan.
hari (BIS) King James Version (KJV), New American Version (NAS), dan New International
Version (NIV), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata kai. (kai) dari yang
semula penulis memilih kata atau untuk menterjemahkan kata kai. (kai), namun setelah penulis
menemukan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB) Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS)
King James Version (KJV), New American Version (NAS), dan New International Version
(NIV), maka penulis mengubah terjemahan kata kai. (kai) menjadi dan, karena kata dan dirasa
(KJV), Firman Allah Yang Hidup (FAYH), New American Version (NAS), dan New
International Version (NIV), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata
evklogh.n (eklogen) dari yang semula penulis memilih kata pilihan untuk menterjemahkan kata
evklogh.n (eklogen), namun setelah penulis menemukan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-
hari (BIS), Firman Allah Yang Hidup (FAYH), dan New American Version (NAS), maka
penulis mengubah terjemahan kata evklogh.n (eklogen) menjadi pemilihan, karena kata
(KJV), New American Version (NAS), dan New International Version (NIV), maka penulis
memutuskan untuk mengubah terjemahan kata poiei/sqai (poiesthai) dari yang semula penulis
memilih kata melakukan untuk menterjemahkan kata poiei/sqai (poiesthai), namun setelah
penulis menemukan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) King James Version (KJV),
New American Version (NAS), dan New International Version (NIV), maka penulis mengubah
terjemahan kata poiei/sqai (poiesthai) menjadi membuat, karena kata membuat dirasa lebih tepat
mempertahankan untuk menggunakan kata ini dalam terjemahannya, karena dalam bahasa Yunani
Berdasarkan terjemahan New International Version (NIV) dan King James Version
(KJV), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata ga.r (gar) dari yang semula
penulis memilih kata maka untuk menterjemahkan kata ga.r (gar), namun setelah penulis
menemukan terjemahan New International Version (NIV) dan, King James Version (KJV), maka
penulis mengubah terjemahan kata ga.r (gar) menjadi pasti, karena kata sebab dirasa lebih tepat
Sehari-hari (BIS), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata dari yang
semula penulis memilih kata menyebabkan, namun setelah penulis menemukan terjemahan
Indonesia Terjemahan Baru (ITB) dan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), maka penulis
mengubah terjemahan kata poiou/ntej (poiountes) menjadi melakukan, karena kata sebab dirasa
hari (BIS) King James Version (KJV), New American Version (NAS), dan New International
Version (NIV), maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata tidak dalam
terjemahannya, karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata ouv (ou) yang mempunyai
arti tidak.
Version (NIV), maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata mungkin dalam
terjemahannya, karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata mh. (me) yang
Hidup (FAYH), dan New American Version (NAS), maka penulis memutuskan untuk mengubah
terjemahan kata ptai,shte (ptaisente) dari yang semula penulis memilih kata binasa, untuk
terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB), Firman Allah Yang Hidup (FAYH), dan New
American Version (NAS), maka penulis mengubah terjemahan kata ptai,shte (ptaisente) menjadi
tersandung, karena kata pemilihan dirasa lebih tepat untuk menterjemahkan kata ptai,shte
(ptaisente)
maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata pernah dalam terjemahannya, karena
dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata pote, (pote) yang mempunyai arti pernah.
D. Terjemahan Final
Setelah membandingkan dengan beberapa versi terjemahan serta melakukan evaluasi
terjemahan sementara, maka langkah selanjutnya penulis akan menentukan terjemahan yang
paling tepat dan selanjutnya akan digunakan sebagai acuan untuk langkah penelitian berikutnya.
membuat panggilan dan pemilihan-Nya ini teguh ,kamu melakukan pasti tidak mungkin pernah
tersandung.”
B. Bentuk
Bentuk adalah tempat nas dalam konteksnya. Menemukan bentuk berarti menentukan
tempat nas dalam konteksnya. Hal tersebut akan membantu dalam usaha memastikan arti nas.
Hasan Sutanto mengutarakan bahwa “kata konteks berasal dari dua kata bahasa Latin
yang berbunyi “con” yang berarti bersama-sama/menjadi satu dan “textus” yang berarti tersusun.
Jadi kata konteks dipakai untuk menunjukkan hubungan yang menyatukan bagian Alkitab yang
menentukan”tempat nas dalam konteksnya” adanya bentuk dalam proses penafsiran bertujuan
untuk mengungkapkan kesatuan yang utuh pada nas yang ingin di tafsirkan. Melihat konteks
sangat bermafaat dalam penafsiran Alkitab, manfaat tersebut terutama dapat dilihat dalam proses
penentuan arti kata, tata bahasa, tujuan, dan maksud ayat-ayat yang ingin ditafsir.
1. Konteks Umum
Menentukan nas dalam konteks umum berarti nas yang akan diteliti dianggap sebagai
satu kesatuan yang utuh dan saling terkati dengan keseluruhan karangan, bukan merupakan
35
Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: SAAT, 2002), 205.
suatu hal tidak memiliki kaitan atau terpisah.berdasarkan alasan tersebut, maka bagian dan
Nas yang ditafsirkan adalah satu perikop, yaitu bagian dan keseluruhan karangan.
Seperti pendapat yang diutarakan oleh A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, mereka berpendapat
bahwa “Arti khusus nas barulah terang dalam konteks umum seluruh buku itu.”36 Pendapat
tersebut menunjukan bahwa nas yang dieksegesa tersebut memiliki keterkaitan dengan kalimat
Nas 2 Petrus 1:10 juga tidak dapat dipahami dengan jelas tanpa mengetahui bagian
atau susunan Surat 2 Petrus, sebab bagian ini tidak terpisah. Untuk itu, peranan Surat 2 dalam
keseluruhan karangan dan Surat 2 Petrus ini akan diuraikan pada bagian ini.
Surat 2 Petrus hanya terdiri dari 3 pasal, yang berisi tentang peringatan bahayanya
ajaran-ajaran sesat yang membinasakan. Melalui surat ini Petrus memberi arahan bagaimana
orang Kristen harus hidup untuk bisa melawan guru guru palsu yang ada. 37
Menurut rasul Petrus untuk melawan guru guru palsu yang ada maka orang Kristen
harus memiliki pengenalan akan Allah dan KuasaNya yang mulia dan ajaib. 38
36
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 2017), 226.
37
Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 149.
Ibid.
38
Ibid.
2. Konteks Khusus
a. Konteks Dekat
Kegunaan mengetahui konteks dekat dalam skripsi ini adalah untuk menentukan
batasan-batasan kesatuan nas yang akan diteliti. Menentukan nas dalam satu perikop atau teks
yang lebih sempit. Analisa konteks dekat menitikberatkan kepada ayat-ayat yang berada di
sekitar ayat yang ingin diketahui makna sesungguhnya melalui proses penafsiran. Korelasi nas
sebelumnya dan korelasi nas sesudahnya menjadi bagian yang penting untuk dimengerti.
pernyataannya Hasan Sutanto mengatakan sebagai berikut: “Dalam beberapa aspek analisa jenis
ini tidak banyak berbeda dengan analisa sastra yang mencakup juga penyelidikan pada struktur
sebuah kitab.”39 Berdasarkan pemaparan yang disampaikan tersebut, maka analisa konteks juga
menitikberatkan pada tujuan, struktur, bentuk penulisan sebuah kitab yang ingin ditafsir seperti
Konteks dekat dari Surat 2 Petrus 1:10 adalah dari ayat-ayat yang berada sebelum dan
sesudah ayat yang akan ditafsirkan. Untuk memperjelas arti dari nas tersebut, maka penulis juga
Surat 2 Petrus 1:10 dalam Alkitab Terjemahan Baru LAI adalah termasuk dalam
bagian perikop 2 Petrus 1:3-15 yang memiliki judul perikop “Panggilan dan pilihan Allah”. Di
awal perikop ini tampak jelas rasul Petrus mengutakan tentang Anugerah untuk hidup benar oleh
karena pengenalan akan Kristus. Anugerah berarti mutlak pilihan Allah sendiri Dan kita sebagai
orang percaya diberikan oleh Allah janji yang besar yang bertujuan untuk kita dapat memiliki
kodrat ilahi dan dengan itu kita sebagai orang percaya diluputkan dari hawa nafsu duniawi.
39
Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: SAAT, 2002), 206.
Kemudian di ayat 5-7 rasul Petrus mengutarakan bagaimana kita sebagai orang yang sudah
b. Konteks Jauh
Kegunaan mengetahui konteks jauh dalam skripsi ini adalah untuk memandang
keterkaitan nas yang diteliti dengan pokok yang sama pada nas lain, baik itu dalam Perjanjian
Baru maupun dalam Perjanjian Lama. Hal ini menunjukkan bahwa ayat-ayat yang ingin ditafsir
mempunyai suatu kesatuan yang utuh. Konteks jauh memberi data-data yang sangat menolong
dan menentukan dalam memahami tafsiran. David Moore mengutarakan penjabaran mengenai
konteks jauh penjabaran tersebut adalah sebagai berikut: “Konteks mencakup konteks langsung
2-3 alinea yang mendahului dan mengikuti teks, persamaan bahasa dan atau pendapat dalam
kitab itu dimana terdapat teks, persamaan bahasa dan atau pendapat dalam kitab lain yang
Dari penjabaran di atas maka dapat diketahui bahwa konteks jauh dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu: pertama, konteks jauh yang berkaitan konteks dalam kitab itu sendiri
kedua, konteks dalam kitab-kitab lain, dan ketiga konteks dalam kitab lain yang ditulis oleh
pengarang yang sama. Konteks dalam kitab-kitab lain jika memberi bahasa, kata atau istilah
yang sama, latar belakang yang berdekatan, data-data yang sejajar maupun cerita yang
berhubungan. Jadi pemahaman konteks dalam penafsiran sangatlah penting. Perhatian terhadap
konteks berarti menafsirkan Alkitab yang hendak ditafsirkan dengan Alkitab itu sendiri, Alkitab
menjelaskan Alkitab.
40
David Moore, Dasar-dasar Penyelidikan Alkitab (Jakarta: YT Leadership Foundation, 1998), 3.
Nas yang dieksegesa 2 Petrus 1:10 juga memiliki konteks jauh. Artinya akan semakin
jelas dengan melihat konteks jauh tersebut. Maka pada bagian ini penulis akan memaparkan
Surat 2 Petrus 1:10 ini berbicara tentang topik supaya panggilan dan pilihanmu
makin teguh. Rasul Petrus sedang memberi pemahaman kepada para orang-orang Kristen
bagaimana orang Kristen harus menjalankan anugerah keselamatan yang telah diterima.
Sehingga dalam 2 Petrus 1:10, ayat ini merupakan penegasan dari rasul Petrus kepada
orang-orang Kristen bahwa anugerah keselamatan tetap harus dikerjakan dan hal inilah yang
menghasilkan jaminan untuk meraih hidup kekal. Ayat 12 merupakan nasehat rasul Petrus yang
mengingatkan orang Kristen untuk tetap teguh dalam panggilannya, yang menggambarkan rasa
tanggung jawab yang besar yang dimiliki rasul Petrus terhadap jemaat yang dipercayakan Tuhan
kepadanya.
Dibawah ini merupakan konteks jauh dari nas yang diteliti oleh penulis yang diambil
dari Kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang membahas mengenai panggilan Allah
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa
yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu” (Yohanes 15:16)41
Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa keselamatan yang diterima oleh setiap orang
percaya itu benar-benar pilihan Allah sendiri. Dan setiap orang yang sudah percaya mempunyai
tugas atau tanggung jawab untuk mengerjakan keselamatan yang telah telah diterimanya dan
41
Alkitab Terjemahan Baru (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), Yohanes 15:16.
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah
menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang telah di
belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-
lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam
Kristus Yesus” (Filipi 3:13-14).42
Dari ayat di atas dapat disimpilkan bahwa fokus orang percaya adalah hidup kekal di
Surga tetapi itu tidak bisa tercapai jika kita tidak melupakan segala sesuatu yang pernah terjadi di
masa lalu.
“Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan
berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang
telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (2 Timotius
1:9).”43
Dari ayat ini nampak jelas bahwa orang yang diselamatkan oleh Tuhan Yesus
mempunyai maksud Ilahi yang harus di responi dan di jalani sebaik mungkin dengan terus
meminta Tuntunan dan pengurapan Ilahi dalam menjalankan panggilan itu agar bisa berjalan
A.A Sitompul adalah sebagai berikut: Pertama, melakukan penentuan jenis literatur nas,agar
diketahui kedudukan naskah yang ingin dieksegesa dalam Alkitab, dalam Perjanjian Baru ada
empat macam kategori kitab yaitu Injil, surat kiriman, surat umum, dan apokaliptik. Kedua,
melakukan penentuan jenis literatur nas secara spesifik dari kitab yang dibahas berdasarkan
pembicara, situasi penulisan naskah dan tujuan penulisan naskah ditekategorikan sebagai
42
Ibid., Filipi 3:13-14.
43
Ibid., 2 Timotius 1:9.
berikut:liturgis, didaktis, parabolis, simbolis dan lain-lain. Ketiga, memahami kedudukan dan
Perjanjian Baru bukanlah suatu kebenaran umum yang berlaku di luar masa dan ruang,
melainkan merupakan suatu sapaan yang konkret yang tertuju kepada orang yang hidup pada
suatu masa sejarah tertentu.”45 Pemamparan tersebut menggambarkan keterkaitan yang kuat
antara Alkitab dengan sejarah dunia Alkitab itu sendiri. Unsur waktu dan tempat adalah unsur
yang cukup penting dalam memandang makna yang ingin diutarakan oleh penulis Alkitab.
E. Scopus
Scopus merupakan tujuan singkat, padat dan jelas, ringkasan atau pokok tafsiran yang
menyatakan tujuan pekabaran nas. Menurut A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, “Scopus itu
dirumuskan dalam satu kalimat berita.”46 Dalam satu kalimat berita adalah supaya tujuan nas itu
disimpulkan dalam satu perumusan. Perumusan scopus dapat memperjelas tujuan penulis kepada
pembaca mula-mula apa yang menjadi kehendak penyampaian suatu berita, menyampaikan
pesan, atau menyampaikan suatu panggilan. Untuk menemukan tujuan dari 2 Petrus 1:10 kepada
Teks 2 Petrus 1 :10 adalah bagian dari surat 2 Petrus kepada para pembacanya yang
sedang mengalami adanya guru-guru palsu. Mendorong para pembaca agar tetap memiliki
keteguhan hati dalam menjalankan panggilan dan pilihannya, walaupun ditengah ujian adanya
guru-guru palsu.
44
Ibid.,245.
45
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), 342.
46
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), 142.
F. Tafsiran
Menurut A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, “Dalam tafsiran ayat demi ayat perlu sekali
ditunjukkan hubungan yang logis di antara ayat-ayat masing-masing agar terjang jalan pikiran
Tafsiran ayat menjelaskan alur pikiran serta penjabaran yang disampaikan oleh
penulis kitab. Maka dalam penulisan skripsi ini penulis akan menafsirkan ayat dalam surat 2
Petrus 1 ayat 10 khususnya dalam frasa “supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh” untuk
menjelaskan alur pikiran kepada pembaca mula-mula. Penafsir menggunakan leksikon, kamus,
Pada akhirnya dihasilkan suatu tafsiran yang indah, utuh, jelas dan dapat dimengerti.
2 Petrus 1:10 dio. ma/llon( avdelfoi,( spouda,sate bebai,an u`mw/n th.n klh/sin kai.
evklogh.n poiei/sqai\ tau/ta ga.r poiou/ntej ouv mh. ptai,shte, poteÅ 48 (dio mallon adelphoi
bebaian humon ten klesin kai eklogen poiesthai tauta gar poiountes ou me ptaisete pote).
Kata avdelfoi (adelphoi), berasal dari akar kata avdelfo,j (adelphos), yang
kata benda (noun) yang diikuti kasus vokatif50. Kasus vokatif adalah kasus yang sering disebut
kasus sapaan karena jabatan kasus ini untuk menyapa. Dalam hal ini penulis akan memaknai kata
avdelfoi (adelphoi) dengan kata “saudara-saudara (seiman)” untuk menjelaskan kata avdelfoi
Ibid., 344.
47
Bible Works, Ver. 7.0, Software Alkitab, Biblika, dan Alat-alat (CD-ROM).
48
49
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia), 17.
50
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia), 1246.
Kata spouda,sate (spoudasate) berasal dari akar kata spouda,zw (spoudazo).51 kata
bebai,an yang diterjemahkan oleh penulis dengan kata “berusaha dengan sungguh-sungguh.”
Kata spouda,sate (spoudasate) adalah kata kerja (verb) menggunakan modus imperatif (modus
yang menyatakan suatu tindakan karena perintah), aouris (pernah terjadi dan tidak terus
menerus ), aktif (subjek sebagai pelaku tindakan), orang kedua, jamak.52 Dalam hal ini penulis
untuk menjelaskan kata spouda,sate (spoudasate yang merupakan deklensi aouris imperatif aktif
Kata bebai,an (bebaian) berasal dari akar kata be,baioj (bebaios).53 kata bebai,an
yang diterjemahkan oleh penulis dengan kata “teguh” adalah kata sifat (adjective) normal,
feminin tunggal dengan kasus akusatif.54 Kasus akusatif adalah kasus pembatasan karena kata ini
berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis memilih
kata “teguh” untuk memaknai kata dikarenakan kata bebai,an (bebaian) digunakan untuk satu
pelaku.
Kata u`mw/n (humon) berasal dari akar kata su, (su).55 Kata u`mw/n (humon) yang
diterjemahkan oleh penulis dengan kata “kamu” adalah kata ganti orang (pronoun personal)
dengan kasus genitif jamak56. Kasus genitif adalah kasus penjelasan, sebab kata tersebut
mempunyai fungsi menjelaskan asal, macam, jenis atau dari suatu objek. Dalam hal ini penulis
memilih kata “kamu” untuk memaknai kata u`mw/n dikarenakan kata u`mw/n (humon)
51
Sutanto, op.cit., 671.
52
Sutanto, loc.cit.
53
Sutanto, op.cit., 140.
54
Sutanto, loc.cit.
55
Sutanto, op.cit., 677.
56
Sutanto, loc.cit.
Kata th.n (ten) berasal dari akar kata o` (ho),57 yang diterjemahkan oleh penulis
dengan kata “-Nya” Kata th.n (ten) adalah kata sandang tertentu (definit article) yang
mempunyai kasus akusatif.58 Kasus akusatif adalah kasus pembatasan karena kata ini berfungsi
untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis memilih kata “-
Nya” untuk memaknai kata th.n (ten) dikarenakan kata th.n (ten) digunakan untuk satu pelaku.
Kata klh/sin (klesin) berasal dari akar kata klh/sij (klesis),59 yang diterjemahkan oleh
penulis dengan kata “panggilan”. Kata klh/sin (klesin) adalah kata benda (noun) yang memiliki
kasus akusatif.60 Kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan karena kata ini berfungsi
untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis memilih kata
“panggilan” untuk memaknai kata klh/sin (klesin) dikarenakan kata klh/sin (klesin) digunakan
Kata evklogh.n (eklogen) berasal dari akar kata evklogh, (ekloge),61 yang
diterjemahkan oleh penulis dengan kata “pilihan”. Kata evklogh.n (eklogen) adalah kata benda
(noun) yang memiliki akusatif.62 Kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan karena
kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis
memilih kata “pilihan” untuk memaknai kata evklogh.n (eklogen) dikarenakan kata evklogh.n
57
Sutanto, op.cit., 510.
58
Sutanto, loc.cit.
59
Sutanto, op.cit., 423.
60
Sutanto, loc.cit.
61
Sutanto, op.cit., 246.
62
Sutanto, loc.cit.
Kata poiei/sqai (poiesthai) berasal dari akar kata poie,w (poieo),63 yang diterjemahkan
oeh penulis dengan kata “membuat”. Kata poiei/sqai (poiesthai) adalah kata kerja (verb),infinitif,
presen .64 Kata kerja (verb) terdiri dari beberapa unsur atau elemen, antara lain adalah modus,
waktu (tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang. Kata poiei/sqai (poiesthai) menggunakan
modus infinitif (modus yang menyatakan suatu tindakan yang lepas dari persoalan pelakunya ),
presen (sedang terjadi). Dalam hal ini penulis memilih kata “membuat” untuk memaknai kata
poiei/sqai (poiesthai) dikarenakan kata poiei/sqai (poiesthai) digunakan untuk satu pelaku.
Kata tau/ta (tauta) berasal dari akar kata ou-toj (houtos),65yang diterjemahkan oleh
penulis dengan kata “ini”. Kata tau/ta (tauta) adalah kata ganti orang (pronoun demonstrative),
akusatif. 66 Kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan karena kata ini berfungsi
untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis memilih kata “ini”
untuk memaknai kata tau/ta (tauta) dikarenakan kata tau/ta (tauta) digunakan untuk lebih dari
pelaku.
Kata poiou/ntej (poiountes) berasal dari akar kata poie,w (poieo)67, yang
diterjemahkan oleh penulis dengan kata “melakukan”. Kata poiou/ntej (poiountes) Kata
poiou/ntej (poiountes) berasal dari akar kata poie,w (poieo). Kata poiou/ntej (poiountes) adalah
(kata kerja) partisipel (verb participle), presen, aktif, nominatif. Kata poiou/ntej (poiountes)
merupakan verb (kata kerja) partisipel yang memiliki kala presen (yang sedang), aktif (subjek
sebagai pelaku tidakan), kata poiou/ntej (poiountes) menggunakan kasus nominatif yang sering
disebut kasus penamaan, sebab fungsinya dan perannya dalam kalimat sebagai subjek atau
63
Sutanto, op.cit., 614.
64
Sutanto, loc.cit.
65
Sutanto, op.cit., 555.
66
Sutanto, loc.cit.
67
Sutanto, op.cit., 614.
sebagai pelaku.68 Dalam hal ini penulis memilih kata “melakukan” untuk memaknai kata
poiou/ntej (poiountes) dikarenakan kata poiou/ntej (poiountes) digunakan untuk lebih dari
pelaku.
Kata ptai,shte (ptaisente), berasal dari akar kata ptai,w (ptaio)69, yang diterjemahkan
oleh penulis dengan kata “tersandung”Kata ptai,shte adalah kata kerja (verb), subjungtif, auoris,
aktif, orang kedua, jamak. Kata ini merupakan kata kerja (verb). Kata kerja terdiri dari beberapa
unsur atau elemen, antara lain adalah modus, waktu (tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang.
Kata ini menggunakan modus subjungtif (modus yang menyatakan tindakan yang belum pasti
terjadi, bisa terjadi bisa tidak sesuai komdisi yang diisyaratkan), (pernah terjadi dan tidak terus
menerus ), aktif (subjek sebagai pelaku tindakan), orang kedua, jamak.70 Dalam hal ini penulis
memilih kata “tersandung” untuk memaknai kata ptai,shte (ptaisente) dikarnakan kata ptai,shte
68
Sutanto, loc.cit.
69
Sutanto, op.cit., 644.
70
Sutanto, loc.cit.