Anda di halaman 1dari 41

BAB III

EKSEGESIS

A. Nas

1. Teks

“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan


pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah
tersandung” (2 Petrus 1:10).

Penulis menentukan langkah-langkah eksegesis yang pertama adalah teks. Teks

berarti naskah. Didalam proses penafsiran Alkitab teks adalah merupakan komponen yang utama

dan sangat penting. Kemudian setelah teks ditentukan langkah yang selanjutnya setelah

menentukan teks adalah melakukan penganalisaan terhadap teks yang telah ditentukan, hal ini

bertujuan untuk memahami teks dengan secara jelas atau lebih terperinci dalam melaksanakan

eksegesa nas. Hasan Sutanto megatakan bahwa “Sebab sebelum seorang penafsir menafsirkan

sebagian Alkitab, ia terlebih dahulu harus yakin bahwa bacaan atau teks dalam tangannya adalah

yang paling dekat dengan naskah asli.”1. Dalam menentukan teks bukan hanya terpancang pada

pembagian pasal dan ayat, hal itu disebabkan karena didalam teks asli Alkitab yang asli ditulis

tanpa adanya pasal dan ayat.

1
Hasan Sutanto, Hermeneutik Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: Seminari Asia
Tenggara, 1989), 133.
Teks yang dipergunakan adalah teks asli Bahasa Yunani. Beberapa teks tersebut

diantaranya, Textus Receptus, E. Nestle dan K. Aland, United Bible Societes.2

Nico Gara mengutarkan bahwa “Menemukan naskah berarti menentukan perikop

yang hendak ditafsirkan sehubungan dengan naskah-naskah sekitarnya.”3 Pernyataan dari Nico

Gara tersebut menunjukkan bahwa hubungan perikop yang hendak ditafsirkan dengan perikop

sebelum atau sesudahnya harus diketahui terlebih dahulu, dan hal tersebut merupakan bagian

yang sangat penting dalam proses penafsiran.

2. Kritik teks
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer mengutarakakan pendapat mereka mengenai kritik teks,

mereka berpendapat bahwa “Naskah Yunani Perjanjian Baru yang asli tidak dipunyai lagi oleh karena itu

kritik teks berusaha mendekati bentuk naskah Yunani asli dari Perjanjian Baru dengan mempergunakan

salinan-salinan tua, terjemahan-terjemahan yang lama dan kutipan-kutipan Perjanjian Baru dalam

karangan-karangan bapa gereja”.4

Langkah-langkah untuk mampu melakukan kritik teks dengan baik dan benar

menurut A.A Sitompul dan Ulrich Beyer adalah sebagai berikut: Pertama, mengumpulkan nas

yang menyimpang. Kedua, menguji nas. Ketiga, mengambil kesimpulan.”5

Kritik teks memiliki tugas untuk menyelidiki salinan-salinan tersebut dan berupaya

menemukan bagian-bagian yang dianggap sebagai kesalahan penyalinan, juga bagian-bagian


2
Joseph C.S, Diktat: Bahasa Yunani II, Sem. II, Surakarta: STT Elshadday, 2019, 19.

3
Niko Gara, Menafsirkan Alkitab secara Praktis (Jakarta: Gunung Mulia, 1991), 30.
4
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 2017), 215.
5
Ibid, 45.
yang mungkin merupakan upaya pengoreksian dari penyalin berikutnya. Setelah itu menentukan

salinan yang dianggap lebih dekat dengan naskah aslinya. 6

Penentuan teks sangat dibutuhkan yang bertujuan untuk mengetahui gagasan utama

naskah yang akan ditafsirkan. Tujuan dari penentuan teks adalah untuk mempermudah dalam hal

penyelidikan teks yang akan ditafsirkan apakah teks tersebut berdiri sendiri atau mempunyai

korelasi dengan teks sebelum dan sesudahnya.

Dalam teks 2 Petrus 1 ayat 10 terdapat empat varian, varian pertama berbunyi spouda,sate

bebai,an poiei/sqai (spoudasate bebaian poieistai), varian kedua berbunyi spouda,sate i]na dia,,

tw//n kalw//n e[rgwn bebai,an poih/sqe (spoudasate ina dia ton kalon ergon bebaian poiesthe),

varian ketiga berbunyi spouda,sate dia,, tw//n kalw//n e[rgwn bebai,an poiei/sqai(spoudasate dia

ton kalon ergon bebaian poieistai ), dan varian keempat berbunyi spouda,sate bebai,an ei`

u`mw/n th.n evklogh.n poiei/sqe (spoudasate bebaian ei humon ten eklogen poieisthe).

Berdasarkan usia naskah, maka disusun kritik teks sebagai berikut:

Varian 1

Nomor Manuskrip Tempat Tahun /Abad

î72 Jenewa:P. Bodmer, VII/VIII III/IV

6
Yan Ngagadas Deky Hidnas, Pengantar Praktis Studi Kitab-kitab Injil (Yogyakarta: ANDI, 2011),
190.
B Citta del Vaticano: Vaticanus IV

C Paris: Ephraemi Rescriptus V

0209 Ann Arbor, Mich. VII

322 XV

323 XI

945 XI

1241 XII

1739 X

1881 XIV
2298 XI

2344 XI

Ambrose Latin 397

Varian 2 :

Nomor Manuskrip Tempat Tahun /Abad

¥ London Sinaiticus IV

Ψ 81 1044

436 XI

1175 XI

1292
1409

1505 1084

1611 XII

1852 XIII

2138 1072

2464 X

l 60 1021

l 1365 XII

Varian 3

Nomor Manuskrip Tempat Tahun /Abad


l 596 1146

Varian 4

Nomor Manuskrip Tempat Tahun /Abad

1243 XI

Selanjutnya berdasarkan tabel persebaran dan keakuratan naskah dapat disusun

sebagai berikut :

Varian 1

Jenis Manuskrip Alexandria Barat Byzantium

Unisial î72 ¥ B C 0209

Minuskul 322 323 945 1241

1739 1881 2298

Versi

Bapa Gereja Ambrose

Varian 2

Jenis Manuskrip Alexandria Barat Byzantium


Unisial Ψ

Minuskul 81 1175 1611 1852 1292 1505

Versi itar. (t). z vg syr(ph). h. pal cop sa, bo

arm (eth) geo

Bapa Gereja

Varian 3:

Jenis Manuskrip Alexandria Barat Byzantium

Unisial

Minuskul 596

Versi

Bapa Gereja

Varian 4:

Jenis Manuskrip Alexandria Barat Byzantium

Unisial

Minuskul 1243

Versi

Bapa Gereja

Berdasarkan persebarannya, varian 1 tersebar lebih luas daripada varian 2, 3, dan 4,

yaitu di Alexandria dan di Barat. Secara jumlah, varian 1 juga memiliki jumlah salinan lebih
banyak daripada varian 2. Pertimbangan secara jumlah dipandang sudah cukup, sehingga tidak

perlu lagi dibandingkan keakuratan berdasarkan persebaran antara Alexandria dan Barat.

Kesimpulan sementara dari persebaran naskah adalah: Varian 1 lebih dapat diterima

dari pada varian 2, 3, dan 4, karena varian 1 tersebar lebih luas baik dalam hal area maupun

jumlah salinan.

Kesimpulan akhir dari perbedaan naskah pada 2 Petrus 1 :10 adalah: varian yang

dipilih adalah varian 1 yang berbunyi : spouda,sate bebai,an poiei/sqai (spoudasate bebaian

poieistai),

Dalam karya ilmiah ini, penulis memilih teks yang akan dieksegesis adalah 2 Petrus

1:10 Dalam mengeksegesis teks tersebut penulis merujuk kepada teks asli dalam bahasa Yunani.

Teks tersebut berbunyi sebagai berikut:

BGT
2 Peter 1:10 dio. ma/llon( avdelfoi,( spouda,sate bebai,an u`mw/n th.n klh/sin kai.

evklogh.n poiei/sqai\ tau/ta ga.r poiou/ntej ouv mh. ptai,shte, poteÅ 7

(dio mallon adelphoi bebaian humon ten klesin kai eklogen poiesthai tauta gar poiountes ou me

ptaisete pote).

Sedangkan dalam bahasa Indonesia Terjemahan Baru (ITB) teks tersebut berbunyi

sebagai berikut:

7
Bible Works, Ver. 7.0, Software Alkitab, Biblika, dan Alat-alat (CD-ROM).
ITB
2 Petrus 1:10 Karena itu,saudara-saudaraku, berusaha sungguh-sungguh, supaya panggilan

dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah

tersandung.8

Untuk mempermudah mengeksegesa, maka penulis menyertakan diagram struktur sebagai

berikut:

2 Petrus 1:10

di o,

av
del f oi ,

(X) spouda,s at e kl h/s i n


ma/l l on poi ei /s qai t h.n bebai ,an
kai ,
ga,r evkl ogh,n
(X) pt ai ,s ht e
um̀w/n
ouvmh,

poi ou/nt ej t au/t a pot e

3. Analisa Morfologi dan Leksikal

a. Analisa Morfologi

No. Infleksi Leksikal Morfologi Makna

1. dio. (dio) dio. (dio) Konjungsi Karena itu.

(kata

penghubung).

2. ma/llon (mallon) ma/llon Adverb (kata Dengan lebih;

Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:
8

Lembaga Alkitab Indonesia), 1246.


(mallon) keterangan). melainkan;malah.

3. avdelfoi avdelfo,j Kata Saudara;saudara


(adelphos)
(adelphoi), benda,vokatif (seiman);saudara

maskulin, (sebangsa); teman dekat.

jamak.

4. spouda,sate spouda,zw Verb (kata Bersegera; berusaha

(spoudasate) (spoudazo) kerja), dengan sungguh-

imperatif, sungguh; sungguh ingin.

aouris, aktif,

orang kedua,

jamak.

5. bebai,an (bebaian) be,baioj Adjective (kata Teguh; pasti; sah; yang


(bebaios)
sifat) normal, dapat dipercayai;

akusatif. terbukti benar.

feminine

tunggal no

degree.

6. u`mw/n (humon) su, personal Engkau; mu; kamu;


(su)
pronoun, kamu sendiri; -mu.

genitif, jamak.

7. th.n (ten) o` (ho) definite article Ini; itu; -nya; ia; yang

(kata sandang lain; siapa saja;apa saja.

tertentu),
akusatif,

feminin,

tunggal.

8. klh/sin (klesin) klh/sij (klesis) Noun (kata Panggilan; posisi

benda)

akusatif,

feminin,

tunggal.

9. kai. (kai) kai, (kai) Conjunction Dan; juga; bahkan; dan

(kata khususnya; memang;

penghubung). bahwa; yaitu; ketika;

maka; adapun; demikian

juga; demikian;

sehingga; malah;

namun; walaupun;

padahal; kemudian; lalu;

karena; bukan

saja….tetapi juga; atau;

dari.

10. evklogh.n evklogh, Noun (kata Pemilihan; pilihan.


(ekloge)
(eklogen) benda),

akusatif,

feminin,
tunggal.

11. poiei/sqai poie,w (poieo) Verb (kata Melakukan; membuat;

(poiesthai) kerja), infinitif, mencipta menyebabkan;

present middle. menghasilkan;bertindak;

berlaku; berbuat

merayakan; mulai

mengadakan;

menjadikan; bekerja;

berusaha; mengeluarkan

; membawa; memakai

tinggal; berada;

menunjukkan;

menganggap; mendapat.

12. tau/ta (tauta) ou-toj (houtos) Pronoun (kata Ini; inilah.

ganti)

demonstratif ,n

ominatif

neuter, jamak.

13. ga.r (gar) ga,r (gar) conjunction Sebab; apa; mengapa;

(kata pasti; lalu; maka; karena

penghubung). itu; tetapi; memang;

lihatlah

14. poiou/ntej poie,w (poieo) verb (kata Melakukan; membuat;


(poiountes) kerja) mencipta menyebabkan;

participle menghasilkan;bertindak;

present, aktif, berlaku; berbuat

nominatif. merayakan; mulai

maskulin, mengadakan;

jamak. menjadikan; bekerja;

berusaha; mengeluarkan

; membawa; memakai

tinggal; berada;

menunjukkan;

menganggap; mendapat

15. ouv (ou) ouv (ou) Particle Tidak;bukan;jangan

(Imbuan).

16. mh. (me) mh, (me) Particle Tidak; jangan; supaya

(Imbuan). jangan; apakah;

mungkin; jangan lagi.

17. ptai,shte ptai,w (ptaio) Verb (kata Tersandung; bersalah;

(ptaisete), kerja) binasa.

subjungtif,

auoris aktif,

orang kedua,

jamak.

18. pote, (pote) pote (pote) Particle Bilamana; pernah;


(Imbuan) dahulu.

b. Analisis Leksikal

Kata dio. (dio) mempunyai makna karena itu merupakan kata penghubung yang

berfungsi untuk menghubungkan induk kalimat dan anak kalimat. 9

Kata ma/llon (mallon) adalah kata keterangan (adverb). Mempunyai makna Dengan

lebih; melainkan;malah. 10 Penulis memilih kata “Dengan lebih” untuk menerjemahkan kata

Kata avdelfoi (adelphoi), berasal dari akar kata avdelfo,j (adelphos), Kata avdelfoi

(adelphoi) adalah kata benda,vokatif maskulin, jamak. Kata avdelfoi (adelphoi) merupakan kata

benda (noun), kata avdelfoi (adelphoi) menggunakan kasus vokatif yang sering disebut kasus

sapaan karena jabatan kasus ini untuk menyapa, kata ini berjenis kelamin dan kata ini digunakan

untuk lebih dari satu pelaku. Kata avdelfoi (adelphoi), mempunyai arti saudara;saudara

(seiman);saudara (sebangsa); teman dekat. Penulis memilih kata “saudara (seiman)” untuk

menerjemahkan kata avdelfoi (adelphoi). 11 Jadi kata avdelfoi artinya adalah saudara-saudara

(seiman).

Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta:
9

Lembaga Alkitab Indonesia), 203.


10
Ibid., 469.

11
Ibid., 17.
Kata spouda,sate (spoudasate) berasal dari akar kata spouda,zw (spoudazo), Kata

spouda,sate (spoudasate) adalah kata kerja (verb) imperatif auoris aktif, orang kedua, jamak.

Kata spouda,sate (spoudasate) merupakan kata kerja (verb). Kata kerja terdiri dari beberapa

unsur atau elemen, antara lain adalah modus, waktu (tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang.

Kata spouda,sate (spoudasate) menggunakan modus imperatif (modus yang menyatakan suatu

tindakan karena perintah), aouris (pernah terjadi dan tidak terus menerus ), aktif (subjek sebagai

pelaku tindakan), orang kedua, jamak. Kata spouda,sate (spoudasate) mempunyai arti Bersegera;

berusaha dengan sungguh-sungguh; sungguh ingin. Penulis memilih kata “berusaha sungguh-

sungguh” untuk menerjemahkan kata spouda,sate (spoudasate). 12 Jadi kata spouda,sate

(spoudasate) artinya adalah berushalah sungguh-sungguh.

Kata bebai,an (bebaian) berasal dari akar kata be,baioj (bebaios),kata bebai,an

adalah kata sifat (adjective) normal, akusatif, feminin, tunggal. Kata bebai,an (bebaian)

merupakan kata sifat (adjective), kata, kata bebai,an (bebaian) menggunakan kasus akusatif yang

sering disebut kasus pembatasan karena kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir

suatu tindakan tetentu, kata ini berjenis kelamin perempuan, dan digunakan untuk satu pelaku

Kata bebai,an (bebaian) mempunyai arti teguh; pasti; sah; yang dapat dipercayai; terbukti benar.

Penulis memilih kata “pasti” untuk menerjemahkan kata bebai,an (bebaian). 13

Kata u`mw/n (humon) berasal dari akar kata su, (su). Kata u`mw/n (humon) adalah

kata ganti orang (pronoun personal) genitif jamak. Kata u`mw/n (humon) merupakan kata ganti

12
Ibid., 671.

13
Ibid., 140.
orang, Kata u`mw/n (humon) menggunakan kasus genitif yang sering disebut dengan kasus

penjelasan ,sebab kata tersebut mempunyai fungsi menjelaskan asal, macam, jenis atau dari suatu

objek (biasanya diterjemahkan milik, dari). Kata u`mw/n (humon) mempunyai arti Engkau; mu;

kamu; kamu sendiri; -mu. Penulis memilih kata “kamu” untuk menerjemahkan kata u`mw/n

(humon).14

Kata th.n (ten) berasal dari akar kata o` (ho). Kata th.n (ten) adalah kata sandang

tertententu, akusatif, feminin, tunggal. Kata th.n (ten) merupakan kata sandang tertententu

(definit article), kata th.n (ten) menggunakan kasus akusatif yang sering disebut kasus

pembatasan karena kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu,

kata th.n (ten) berjenis kelamin perempuan, dan digunakan untuk satu pelaku. Kata th.n (ten)

mempunyai arti ini; itu; -nya; ia; yang lain; siapa saja;apa saja. Penulis memilih kata

“apa saja” untuk menerjemahkan kata th.n (ten).15

Kata klh/sin (klesin) berasal dari akar kata klh/sij (klesis). Kata klh/sin (klesin)

adalah kata benda, akusatif, feminin, tunggal. Kata klh/sin (klesin) merupakan kata benda

(noun), kata klh/sin (klesin) menggunakan kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan

karena kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu, kata klh/sin

(klesin) berjenis kelamin perempuan, dan digunakan untuk satu pelaku. kata klh/sin (klesin)

14
Ibid, 677.

15
Ibid, 510.
mempunyai arti panggilan; posisi. Penulis memilih kata “panggilan” untuk menerjemahkan kata

klh/sin (klesin).16

Kata kai. (kai) berasal dari akar kata kai, (kai). Kata kai. (kai) adalah kata

penghubung (konjungsi). Kata kai. (kai) menyatakan gagasan argumentasi kesinambungan.yang

mempunyai arti dan; juga; bahkan; dan khususnya; memang; bahwa; yaitu; ketika; maka;

adapun; demikian juga; demikian; sehingga; malah; namun; walaupun; padahal; kemudian; lalu;

karena; bukan saja….tetapi juga; atau; dari. Penulis memilih kata“atau” untuk menerjemahkan

kata kai. (kai).17

Kata evklogh.n (eklogen) berasal dari akar kata evklogh, (ekloge). Kata evklogh.n

(eklogen) adalah kata benda (noun), akusatif, feminin, tunggal. Kata evklogh.n (eklogen) adalah

kata benda (noun), kata ini menggunakan kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan

karena kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu, kata ini

berjenis kelamin perempuan, dan digunakan untuk satu pelaku. Kata evklogh.n (eklogen)

mempunyai arti pemilihan; pilihan. Penulis memilih kata “pilihan” untuk menerjemahkan kata

evklogh.n (eklogen).18

Kata poiei/sqai (poiesthai) berasal dari akar kata poie,w (poieo). Kata poiei/sqai

(poiesthai) adalah kata kerja (verb), infinitif, presen. Kata kerja terdiri dari beberapa unsur atau

elemen, antara lain adalah modus, waktu (tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang. Kata ini

menggunakan modus infinitif (modus yang menyatakan suatu tindakan yang lepas dari persoalan

16
Ibid, 423.

17
Ibid, 388.

18
Ibid, 246.
pelakunya ), presen (sedang terjadi). Kata poiei/sqai (poiesthai) mempunyai arti melakukan;

membuat; mencipta menyebabkan; menghasilkan;bertindak; berlaku; berbuat; merayakan; mulai

mengadakan; menjadikan; bekerja; berusaha; mengeluarkan ; membawa; memakai tinggal;

berada; menunjukkan; menganggap; mendapat. Penulis memilih kata “melakukan” untuk

menerjemahkan kata poiei/sqai (poiesthai).19

Kata tau/ta (tauta) berasal dari akar kata ou-toj (houtos). Kata tau/ta (tauta) adalah

kata ganti orang (pronoun demonstrative), akusatif ,neuter, jamak. Kata tau/ta (tauta) merupakan

kata ganti orang, kata ini menggunakan kasus nominatif yang sering disebut kasus penamaan,

sebab fungsinya dan perannya dalam kalimat sebagai subjek atau sebagai pelaku. Kata tau/ta

(tauta) termasuk neuter dan digunakan untuk lebih dari satu pelaku. Kata tau/ta (tauta)

mempunyai arti ini; inilah. Kata kata tau/ta (tauta) termasuk neuter dan digunakan untuk lebih

dari satu pelaku. Penulis memilih kata “ini” untuk menerjemahkan kata tau/ta (tauta).20

Kata ga.r (gar) berasal dari akar kata ga.r (gar). Kata Kata ga.r (gar) adalah kata

penghubung (konjungsi). Kata ga.r (gar) mempunyai arti sebab; apa; mengapa; pasti; lalu; maka;

karena itu; tetapi; memang; lihatlah. Penulis memilih kata “maka” untuk menerjemahkan kata

ga.r (gar).21

Kata poiou/ntej (poiountes) berasal dari akar kata poie,w (poieo). Kata poiou/ntej

(poiountes) adalah (kata kerja) partisipel (verb participle), presen,aktif,nominatif, maskulin,

jamak. Kata poiou/ntej (poiountes) merupakan verb (kata kerja) partisipel yang memiliki kala

19
Ibid, 614.

20
Ibid, 555.

21
Ibid, 151.
presen (yang sedang), aktif (subjek sebagai pelaku tidakan), kata poiou/ntej (poiountes)

menggunakan kasus nominatif yang sering disebut kasus penamaan, sebab fungsinya dan

perannya dalam kalimat sebagai subjek atau sebagai pelaku, kata poiou/ntej (poiountes) berjenis

kelamin laki-laki, dan digunakan untuk lebih dari satu pelaku. Kata poiou/ntej (poiountes)

mempunyai arti melakukan; membuat; mencipta menyebabkan; menghasilkan;bertindak;

berlaku; berbuat; merayakan; mulai mengadakan; menjadikan; bekerja; berusaha;

mengeluarkan ; membawa; memakai tinggal; berada; menunjukkan; menganggap; mendapat.

Penulis memilih kata “menyebabkan” untuk menerjemahkan kata poiou/ntej (poiountes). 22

Kata ouv (ou) berasal dari akar kata ouv (ou) yang mempunyai arti

Tidak;bukan;jangan. Kata ouv (ou) merupakan imbuan (particle). Penulis memilih kata “tidak ”

untuk menerjemahkan kata ouv (ou). 23

Kata mh. (me) berasal dari akar kata mh (me) yang mempunyai arti Tidak;

jangan; supaya jangan; apakah; mungkin; jangan lagi. Kata mh. (me) merupakan imbuan

(particle). Penulis memilih kata “mungkin” untuk menerjemahkan kata mh. (me).24

Kata ptai,shte (ptaisente), berasal dari akar kata ptai,w (ptaio). Kata ptai,shte

adalah kata kerja (verb), subjungtif, auoris, aktif, orang kedua, jamak. Kata ini merupakan kata

kerja (verb). Kata kerja terdiri dari beberapa unsur atau elemen, antara lain adalah modus, waktu
22
Ibid, 614.

23
Ibid, 548.

24
Ibid, 485.
(tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang. Kata ini menggunakan modus subjungtif (modus

yang menyatakan tindakan yang belum pasti terjadi, bisa terjadi bisa tidak sesuai komdisi yang

diisyaratkan), (pernah terjadi dan tidak terus menerus ), aktif (subjek sebagai pelaku tindakan),

orang kedua, jamak.yang mempunyai arti tersandung; bersalah; binasa. Penulis memilih kata

“binasa” untuk menerjemahkan kata ptai,shte (ptaisete),.25. Jadi kata ptai,shte artinya kamu

binasa.

Kata pote, (pote) berasal dari akar kata pote (pote) yang mempunyai arti

bilamana; pernah; dahulu Kata ini merupakan imbuan (particle). Penulis memilih kata “pernah”

untuk menerjemahkan kata pote, (pote).26

4. Terjemahan

a. Terjemahan Sementara

Menurut A.A Sitompul dan Ulrich Beyer memiliki terjemahan sementara adalah hal

penting didalam proses menafsirkan nas yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk

pengertian nas diperlukan suatu terjemahan, karya penafsir sendiri.27 Terjemahan baru

dalam bahasa Indonesia perlu dihargai tetapi dari pertemuan sejati dengan nas haruslah

nas tersebut diterjemahkan secara tepat.28

25
Ibid, 644.

26
Ibid, 622.

27
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998),
225.
28
Ibid.
Terjemahan sementara yang dibuat oleh penulis berbunyi sebagai berikut:

Karena itu, dengan lebih saudara-saudara seiman berusaha sungguh-sungguh pasti

kamu apa saja panggilan atau pilihan melakukan ini maka sebab tidak pernah mungkin binasa.

b. Terjemahan Pembanding

Terjemahan pembanding yang digunakan oleh penulis dalam nas 2 Petrus 1:10 adalah

sebagai berikut:

Indonesia Terjemahan Baru (ITB) menerjemahkan “Karena itu,saudara-saudaraku,

berusaha sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu

melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.“29

Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menerjemahkan” Sebab itu,saudara-saudaraku,

berusahalah lebih keras supaya panggilan Allah dan pilihan-Nya atas dirimu itu menjadi semakin

teguh. Kalau kalian melakukan itu, kalian tidak akan murtad.”30

Firman Allah Yang Hidup (FAYH) “Jadi, Saudara sekalian yang saya kasihi,

berusahalah membuktikan bahwa Saudara benar-benar tergolong orang yang sudah dipanggil

serta dipilih Allah, supaya Saudara tidak akan tersandung atau jatuh.”31

Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:
29

Lembaga Alkitab Indonesia), 1246.

30
Ibid.
31
Sabda (OLB Versi Indonesia) 4.30, Software Alkitab, dan Alat-alat (Yayasan Lembaga Sabda).
King James Version (KJV) menerjemahan “Wherefore the rather, brethren, give

diligence to make your calling and election sure: for if ye do these things, ye shall never fall.32

New American Version Standart (NAS) menerjemahkan “ Therefore, brethren, be all

the more diligent to make certain about His calling and choosing you; for as long as you practice

these things, you will never stumble.33

New International Version (NIV) menerjemahkan”Therefore, my brothers, be all the

more eager to make your calling and election sure. For if you do these things, you will never

fall,”34

C. Evaluasi Terjemahan

Beberapa terjemahan seperti Indonesia Terjemahan Baru (ITB) dan New American

Version Standart (NAS) dan New International Version (NIV) menggunakan kata “Karena itu”

dalam awal nas, yang mungkin dimaksudkan untuk menjelaskan dari ayat-ayat di atasnya dan

kemudian mempertegas menjadi bagian penting dalam ayat tersebut. Penulis mendapati adanya

kata Yunani yang dapat diterjemahkan dengan kata karena itu yaitu dio. (dio). Maka dari itu

penulis tetap mempertahankan terjemahannya untuk menggunakan kata karena itu dalam awal

nas.

32
Bible Works, Ver. 7.0, Software Alkitab, Biblika, dan Alat-alat (CD-ROM).
33
Ibid.

Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:
34

Lembaga Alkitab Indonesia), 1246.


Berdasarkan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), maka penulis tetap

mempertahankan terjemahannya untuk menggunakan kata “dengan lebih” dalam terjemahannya.

Karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata ma/llon (mallon) yang mempunyai arti dengan

lebih.

Berdasarkan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dan Indonesia

Terjemahan Baru (ITB) maka penulis tetap mempertahankan terjemahannya untuk menggunakan

kata saudara-saudara seiman dalam terjemahannya. Karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan

kata avdelfoi (adelphoi) yang mempunyai arti saudara (seiman).

Berdasarkan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB) , Bahasa Indonesia Sehari-

hari (BIS), Firman Allah Yang Hidup (FAYH), maka penulis tetap mempertahankan untuk

menggunakan kata berusaha sungguh-sungguh dalam terjemahannya. Karena dalam bahasa Yunani

penulis menemukan kata spouda,sate (spoudasate) yang mempunyai arti berusaha sungguh-

sungguh.

Berdasarkan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dan Indonesia

Terjemahan Baru (ITB), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata bebai,an

(bebaian) dari yang semula penulis memilih kata pasti untuk menterjemahkan kata bebai,an

(bebaian), namun setelah penulis menemukan terjemahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH)

maka penulis mengubah terjemahan kata bebai,an (bebaian) menjadi terbukti benar, karena kata

teguh dirasa lebih tepat untuk menterjemahkan kata bebai,an (bebaian).


Berdasarkan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), Firman Allah Yang

Hidup (FAYH), New American Version Standart (NAS), dan New International Version (NIV),

maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata kamu, karena dalam bahasa

Yunani penulis menemukan kata u`mw/n (humon) yang mempunyai arti kamu.

Berdasarkan terjemahan King James Version (KJV), Bahasa Indonesia Sehari-hari

(BIS), dan Indonesia Terjemahan Baru, maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan

kata th.n (ten) dari yang semula penulis memilih kata apa saja untuk menterjemahkan kata th.n

(ten), namun setelah penulis menemukan terjemahan King James Version (KJV), Bahasa

Indonesia Sehari-hari (BIS), dan Indonesia Terjemahan Baru, maka penulis mengubah

terjemahan kata th.n (ten) menjadi -nya, karena kata -nya dirasa lebih tepat untuk

menterjemahkan kata th.n (ten).

Berdasarkan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB) Bahasa Indonesia Sehari-

hari (BIS) King James Version (KJV), New American Version (NAS), dan New International

Version (NIV), maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata panggilan dalam

terjemahannya, karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata klh/sin (klesin) yang mempunyai

arti panggilan.

Berdasarkan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB), Bahasa Indonesia Sehari-

hari (BIS) King James Version (KJV), New American Version (NAS), dan New International

Version (NIV), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata kai. (kai) dari yang

semula penulis memilih kata atau untuk menterjemahkan kata kai. (kai), namun setelah penulis
menemukan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB) Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS)

King James Version (KJV), New American Version (NAS), dan New International Version

(NIV), maka penulis mengubah terjemahan kata kai. (kai) menjadi dan, karena kata dan dirasa

lebih tepat untuk menterjemahkan kata kai. (kai).

Berdasarkan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) King James Version

(KJV), Firman Allah Yang Hidup (FAYH), New American Version (NAS), dan New

International Version (NIV), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata

evklogh.n (eklogen) dari yang semula penulis memilih kata pilihan untuk menterjemahkan kata

evklogh.n (eklogen), namun setelah penulis menemukan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-

hari (BIS), Firman Allah Yang Hidup (FAYH), dan New American Version (NAS), maka

penulis mengubah terjemahan kata evklogh.n (eklogen) menjadi pemilihan, karena kata

pemilihan dirasa lebih tepat untuk menterjemahkan kata evklogh.n (eklogen).

Berdasarkan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), King James Version

(KJV), New American Version (NAS), dan New International Version (NIV), maka penulis

memutuskan untuk mengubah terjemahan kata poiei/sqai (poiesthai) dari yang semula penulis

memilih kata melakukan untuk menterjemahkan kata poiei/sqai (poiesthai), namun setelah

penulis menemukan terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) King James Version (KJV),

New American Version (NAS), dan New International Version (NIV), maka penulis mengubah

terjemahan kata poiei/sqai (poiesthai) menjadi membuat, karena kata membuat dirasa lebih tepat

untuk menterjemahkan kata poiei/sqai (poiesthai).


Berdasarkan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB), maka penulis tetap

mempertahankan untuk menggunakan kata ini dalam terjemahannya, karena dalam bahasa Yunani

penulis menemukan kata tau/ta (tauta) yang mempunyai arti ini.

Berdasarkan terjemahan New International Version (NIV) dan King James Version

(KJV), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata ga.r (gar) dari yang semula

penulis memilih kata maka untuk menterjemahkan kata ga.r (gar), namun setelah penulis

menemukan terjemahan New International Version (NIV) dan, King James Version (KJV), maka

penulis mengubah terjemahan kata ga.r (gar) menjadi pasti, karena kata sebab dirasa lebih tepat

untuk menterjemahkan kata ga.r (gar).

Berdasarkan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB) dan Bahasa Indonesia

Sehari-hari (BIS), maka penulis memutuskan untuk mengubah terjemahan kata dari yang

semula penulis memilih kata menyebabkan, namun setelah penulis menemukan terjemahan

Indonesia Terjemahan Baru (ITB) dan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), maka penulis

mengubah terjemahan kata poiou/ntej (poiountes) menjadi melakukan, karena kata sebab dirasa

lebih tepat untuk menterjemahkan kata poiou/ntej (poiountes).

Berdasarkan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB), Bahasa Indonesia Sehari-

hari (BIS) King James Version (KJV), New American Version (NAS), dan New International

Version (NIV), maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata tidak dalam
terjemahannya, karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata ouv (ou) yang mempunyai

arti tidak.

Berdasarkan terjemahan New American Version (NAS) dan New Internasional

Version (NIV), maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata mungkin dalam

terjemahannya, karena dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata mh. (me) yang

mempunyai arti mungkin.

Berdasarkan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB), Firman Allah Yang

Hidup (FAYH), dan New American Version (NAS), maka penulis memutuskan untuk mengubah

terjemahan kata ptai,shte (ptaisente) dari yang semula penulis memilih kata binasa, untuk

menterjemahkan kata ptai,shte (ptaisente), namun setelah penulis menemukan terjemahan

terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB), Firman Allah Yang Hidup (FAYH), dan New

American Version (NAS), maka penulis mengubah terjemahan kata ptai,shte (ptaisente) menjadi

tersandung, karena kata pemilihan dirasa lebih tepat untuk menterjemahkan kata ptai,shte

(ptaisente)

Berdasarkan terjemahan Indonesia Terjemahan Baru (ITB) Bahasa Indonesia Sehari-

maka penulis tetap mempertahankan untuk menggunakan kata pernah dalam terjemahannya, karena

dalam bahasa Yunani penulis menemukan kata pote, (pote) yang mempunyai arti pernah.

D. Terjemahan Final
Setelah membandingkan dengan beberapa versi terjemahan serta melakukan evaluasi

terjemahan sementara, maka langkah selanjutnya penulis akan menentukan terjemahan yang

paling tepat dan selanjutnya akan digunakan sebagai acuan untuk langkah penelitian berikutnya.

“karena itu, saudara-saudara seiman berusaha dengan lebih sungguh-sungguh

membuat panggilan dan pemilihan-Nya ini teguh ,kamu melakukan pasti tidak mungkin pernah

tersandung.”

B. Bentuk

Bentuk adalah tempat nas dalam konteksnya. Menemukan bentuk berarti menentukan

tempat nas dalam konteksnya. Hal tersebut akan membantu dalam usaha memastikan arti nas.

Hasan Sutanto mengutarakan bahwa “kata konteks berasal dari dua kata bahasa Latin

yang berbunyi “con” yang berarti bersama-sama/menjadi satu dan “textus” yang berarti tersusun.

Jadi kata konteks dipakai untuk menunjukkan hubungan yang menyatukan bagian Alkitab yang

ingin ditafsir dengan sebagian atau seluruh Alkitab.”35

Berdasarkan pengertian ini, maka bentuk yang berhubungan dengan

menentukan”tempat nas dalam konteksnya” adanya bentuk dalam proses penafsiran bertujuan

untuk mengungkapkan kesatuan yang utuh pada nas yang ingin di tafsirkan. Melihat konteks

sangat bermafaat dalam penafsiran Alkitab, manfaat tersebut terutama dapat dilihat dalam proses

penentuan arti kata, tata bahasa, tujuan, dan maksud ayat-ayat yang ingin ditafsir.

1. Konteks Umum

Menentukan nas dalam konteks umum berarti nas yang akan diteliti dianggap sebagai

satu kesatuan yang utuh dan saling terkati dengan keseluruhan karangan, bukan merupakan

35
Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: SAAT, 2002), 205.
suatu hal tidak memiliki kaitan atau terpisah.berdasarkan alasan tersebut, maka bagian dan

susunan Perjanjian Baru di mana nas yang ditafsirkan perlu diketahui.

Nas yang ditafsirkan adalah satu perikop, yaitu bagian dan keseluruhan karangan.

Seperti pendapat yang diutarakan oleh A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, mereka berpendapat

bahwa “Arti khusus nas barulah terang dalam konteks umum seluruh buku itu.”36 Pendapat

tersebut menunjukan bahwa nas yang dieksegesa tersebut memiliki keterkaitan dengan kalimat

sebelum dan sesudahnya.

Nas 2 Petrus 1:10 juga tidak dapat dipahami dengan jelas tanpa mengetahui bagian

atau susunan Surat 2 Petrus, sebab bagian ini tidak terpisah. Untuk itu, peranan Surat 2 dalam

keseluruhan karangan dan Surat 2 Petrus ini akan diuraikan pada bagian ini.

Surat 2 Petrus hanya terdiri dari 3 pasal, yang berisi tentang peringatan bahayanya

ajaran-ajaran sesat yang membinasakan. Melalui surat ini Petrus memberi arahan bagaimana

orang Kristen harus hidup untuk bisa melawan guru guru palsu yang ada. 37

Menurut rasul Petrus untuk melawan guru guru palsu yang ada maka orang Kristen

harus memiliki pengenalan akan Allah dan KuasaNya yang mulia dan ajaib. 38

36
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 2017), 226.
37
Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 149.
Ibid.

38
Ibid.
2. Konteks Khusus

a. Konteks Dekat

Kegunaan mengetahui konteks dekat dalam skripsi ini adalah untuk menentukan

batasan-batasan kesatuan nas yang akan diteliti. Menentukan nas dalam satu perikop atau teks

yang lebih sempit. Analisa konteks dekat menitikberatkan kepada ayat-ayat yang berada di

sekitar ayat yang ingin diketahui makna sesungguhnya melalui proses penafsiran. Korelasi nas

sebelumnya dan korelasi nas sesudahnya menjadi bagian yang penting untuk dimengerti.

Hasan Sutanto mengutarakan pendapatnya mengenai analisa konteks dekat dalam

pernyataannya Hasan Sutanto mengatakan sebagai berikut: “Dalam beberapa aspek analisa jenis

ini tidak banyak berbeda dengan analisa sastra yang mencakup juga penyelidikan pada struktur

sebuah kitab.”39 Berdasarkan pemaparan yang disampaikan tersebut, maka analisa konteks juga

menitikberatkan pada tujuan, struktur, bentuk penulisan sebuah kitab yang ingin ditafsir seperti

halnya dalam analisa sastra.

Konteks dekat dari Surat 2 Petrus 1:10 adalah dari ayat-ayat yang berada sebelum dan

sesudah ayat yang akan ditafsirkan. Untuk memperjelas arti dari nas tersebut, maka penulis juga

akan menguraikan konteks dekatnya.

Surat 2 Petrus 1:10 dalam Alkitab Terjemahan Baru LAI adalah termasuk dalam

bagian perikop 2 Petrus 1:3-15 yang memiliki judul perikop “Panggilan dan pilihan Allah”. Di

awal perikop ini tampak jelas rasul Petrus mengutakan tentang Anugerah untuk hidup benar oleh

karena pengenalan akan Kristus. Anugerah berarti mutlak pilihan Allah sendiri Dan kita sebagai

orang percaya diberikan oleh Allah janji yang besar yang bertujuan untuk kita dapat memiliki

kodrat ilahi dan dengan itu kita sebagai orang percaya diluputkan dari hawa nafsu duniawi.

39
Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: SAAT, 2002), 206.
Kemudian di ayat 5-7 rasul Petrus mengutarakan bagaimana kita sebagai orang yang sudah

menerima anugerah dari Allah harus hidup.

b. Konteks Jauh

Kegunaan mengetahui konteks jauh dalam skripsi ini adalah untuk memandang

keterkaitan nas yang diteliti dengan pokok yang sama pada nas lain, baik itu dalam Perjanjian

Baru maupun dalam Perjanjian Lama. Hal ini menunjukkan bahwa ayat-ayat yang ingin ditafsir

mempunyai suatu kesatuan yang utuh. Konteks jauh memberi data-data yang sangat menolong

dan menentukan dalam memahami tafsiran. David Moore mengutarakan penjabaran mengenai

konteks jauh penjabaran tersebut adalah sebagai berikut: “Konteks mencakup konteks langsung

2-3 alinea yang mendahului dan mengikuti teks, persamaan bahasa dan atau pendapat dalam

kitab itu dimana terdapat teks, persamaan bahasa dan atau pendapat dalam kitab lain yang

dikarang oleh pengarang yang sama.”40

Dari penjabaran di atas maka dapat diketahui bahwa konteks jauh dapat dibagi

menjadi tiga bagian yaitu: pertama, konteks jauh yang berkaitan konteks dalam kitab itu sendiri

kedua, konteks dalam kitab-kitab lain, dan ketiga konteks dalam kitab lain yang ditulis oleh

pengarang yang sama. Konteks dalam kitab-kitab lain jika memberi bahasa, kata atau istilah

yang sama, latar belakang yang berdekatan, data-data yang sejajar maupun cerita yang

berhubungan. Jadi pemahaman konteks dalam penafsiran sangatlah penting. Perhatian terhadap

konteks berarti menafsirkan Alkitab yang hendak ditafsirkan dengan Alkitab itu sendiri, Alkitab

menjelaskan Alkitab.

40
David Moore, Dasar-dasar Penyelidikan Alkitab (Jakarta: YT Leadership Foundation, 1998), 3.
Nas yang dieksegesa 2 Petrus 1:10 juga memiliki konteks jauh. Artinya akan semakin

jelas dengan melihat konteks jauh tersebut. Maka pada bagian ini penulis akan memaparkan

konteks jauh dari nas yang akan dieksegesa.

Surat 2 Petrus 1:10 ini berbicara tentang topik supaya panggilan dan pilihanmu

makin teguh. Rasul Petrus sedang memberi pemahaman kepada para orang-orang Kristen

bagaimana orang Kristen harus menjalankan anugerah keselamatan yang telah diterima.

Sehingga dalam 2 Petrus 1:10, ayat ini merupakan penegasan dari rasul Petrus kepada

orang-orang Kristen bahwa anugerah keselamatan tetap harus dikerjakan dan hal inilah yang

menghasilkan jaminan untuk meraih hidup kekal. Ayat 12 merupakan nasehat rasul Petrus yang

mengingatkan orang Kristen untuk tetap teguh dalam panggilannya, yang menggambarkan rasa

tanggung jawab yang besar yang dimiliki rasul Petrus terhadap jemaat yang dipercayakan Tuhan

kepadanya.

Dibawah ini merupakan konteks jauh dari nas yang diteliti oleh penulis yang diambil

dari Kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang membahas mengenai panggilan Allah

terhadap orang percaya.

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa
yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu” (Yohanes 15:16)41

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa keselamatan yang diterima oleh setiap orang

percaya itu benar-benar pilihan Allah sendiri. Dan setiap orang yang sudah percaya mempunyai

tugas atau tanggung jawab untuk mengerjakan keselamatan yang telah telah diterimanya dan

melakukan tugasnya itu secara konsisten.

41
Alkitab Terjemahan Baru (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), Yohanes 15:16.
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah
menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan : aku melupakan apa yang telah di
belakangku   dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,  dan berlari-
lari   kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,   yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam
Kristus Yesus” (Filipi 3:13-14).42

Dari ayat di atas dapat disimpilkan bahwa fokus orang percaya adalah hidup kekal di

Surga tetapi itu tidak bisa tercapai jika kita tidak melupakan segala sesuatu yang pernah terjadi di

masa lalu.

“Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan
berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang
telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (2 Timotius
1:9).”43

Dari ayat ini nampak jelas bahwa orang yang diselamatkan oleh Tuhan Yesus

mempunyai maksud Ilahi yang harus di responi dan di jalani sebaik mungkin dengan terus

meminta Tuntunan dan pengurapan Ilahi dalam menjalankan panggilan itu agar bisa berjalan

dengan maksimal hanya untuk kemuliaan-Nya semata.

C. Bidang Kehidupan (Sitz Im Leben)

Langkah-langkah agar mampu memahami bidang kehidupan (Sitz Im Leben) menurut

A.A Sitompul adalah sebagai berikut: Pertama, melakukan penentuan jenis literatur nas,agar

diketahui kedudukan naskah yang ingin dieksegesa dalam Alkitab, dalam Perjanjian Baru ada

empat macam kategori kitab yaitu Injil, surat kiriman, surat umum, dan apokaliptik. Kedua,

melakukan penentuan jenis literatur nas secara spesifik dari kitab yang dibahas berdasarkan

pembicara, situasi penulisan naskah dan tujuan penulisan naskah ditekategorikan sebagai

42
Ibid., Filipi 3:13-14.
43
Ibid., 2 Timotius 1:9.
berikut:liturgis, didaktis, parabolis, simbolis dan lain-lain. Ketiga, memahami kedudukan dan

fungsinya dalam kehidupan jemaat.44

D. Tempat dan Waktu

A.A Sitompul dan Ulrich Beyer berpendapat bahwa, “Pekabaran saksi-saksi

Perjanjian Baru bukanlah suatu kebenaran umum yang berlaku di luar masa dan ruang,

melainkan merupakan suatu sapaan yang konkret yang tertuju kepada orang yang hidup pada

suatu masa sejarah tertentu.”45 Pemamparan tersebut menggambarkan keterkaitan yang kuat

antara Alkitab dengan sejarah dunia Alkitab itu sendiri. Unsur waktu dan tempat adalah unsur

yang cukup penting dalam memandang makna yang ingin diutarakan oleh penulis Alkitab.

E. Scopus

Scopus merupakan tujuan singkat, padat dan jelas, ringkasan atau pokok tafsiran yang

menyatakan tujuan pekabaran nas. Menurut A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, “Scopus itu

dirumuskan dalam satu kalimat berita.”46 Dalam satu kalimat berita adalah supaya tujuan nas itu

disimpulkan dalam satu perumusan. Perumusan scopus dapat memperjelas tujuan penulis kepada

pembaca mula-mula apa yang menjadi kehendak penyampaian suatu berita, menyampaikan

pesan, atau menyampaikan suatu panggilan. Untuk menemukan tujuan dari 2 Petrus 1:10 kepada

pembaca mula-mula, maka penulis akan menjelaskan pada bagian ini.

Teks 2 Petrus 1 :10 adalah bagian dari surat 2 Petrus kepada para pembacanya yang

sedang mengalami adanya guru-guru palsu. Mendorong para pembaca agar tetap memiliki

keteguhan hati dalam menjalankan panggilan dan pilihannya, walaupun ditengah ujian adanya

guru-guru palsu.

44
Ibid.,245.
45
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), 342.
46
A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), 142.
F. Tafsiran

Menurut A.A Sitompul dan Ulrich Beyer, “Dalam tafsiran ayat demi ayat perlu sekali

ditunjukkan hubungan yang logis di antara ayat-ayat masing-masing agar terjang jalan pikiran

dan paparan pengarang.”47

Tafsiran ayat menjelaskan alur pikiran serta penjabaran yang disampaikan oleh

penulis kitab. Maka dalam penulisan skripsi ini penulis akan menafsirkan ayat dalam surat 2

Petrus 1 ayat 10 khususnya dalam frasa “supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh” untuk

menjelaskan alur pikiran kepada pembaca mula-mula. Penafsir menggunakan leksikon, kamus,

ensiklopedia, tafsiran-tafsiran, terjemahan-terjemahan, buku komentar-komentar dan eksegetikal.

Pada akhirnya dihasilkan suatu tafsiran yang indah, utuh, jelas dan dapat dimengerti.

2 Petrus 1:10 dio. ma/llon( avdelfoi,( spouda,sate bebai,an u`mw/n th.n klh/sin kai.

evklogh.n poiei/sqai\ tau/ta ga.r poiou/ntej ouv mh. ptai,shte, poteÅ 48 (dio mallon adelphoi

bebaian humon ten klesin kai eklogen poiesthai tauta gar poiountes ou me ptaisete pote).

Kata avdelfoi (adelphoi), berasal dari akar kata avdelfo,j (adelphos), yang

diterjemahkan penulis dengan kata “saudara-saudara (seiman)”.49 Kata avdelfoi merupakan

kata benda (noun) yang diikuti kasus vokatif50. Kasus vokatif adalah kasus yang sering disebut

kasus sapaan karena jabatan kasus ini untuk menyapa. Dalam hal ini penulis akan memaknai kata

avdelfoi (adelphoi) dengan kata “saudara-saudara (seiman)” untuk menjelaskan kata avdelfoi

(adelphoi) yang digunakan untuk lebih dari satu pelaku.

Ibid., 344.
47

Bible Works, Ver. 7.0, Software Alkitab, Biblika, dan Alat-alat (CD-ROM).
48

49
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia), 17.
50
Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia), 1246.
Kata spouda,sate (spoudasate) berasal dari akar kata spouda,zw (spoudazo).51 kata

bebai,an yang diterjemahkan oleh penulis dengan kata “berusaha dengan sungguh-sungguh.”

Kata spouda,sate (spoudasate) adalah kata kerja (verb) menggunakan modus imperatif (modus

yang menyatakan suatu tindakan karena perintah), aouris (pernah terjadi dan tidak terus

menerus ), aktif (subjek sebagai pelaku tindakan), orang kedua, jamak.52 Dalam hal ini penulis

akan memaknai kata spouda,sate (spoudasate) dengan kata “berusahalah sungguh-sungguh”

untuk menjelaskan kata spouda,sate (spoudasate yang merupakan deklensi aouris imperatif aktif

jamak yang digunakan untuk orang kedua.

Kata bebai,an (bebaian) berasal dari akar kata be,baioj (bebaios).53 kata bebai,an

yang diterjemahkan oleh penulis dengan kata “teguh” adalah kata sifat (adjective) normal,

feminin tunggal dengan kasus akusatif.54 Kasus akusatif adalah kasus pembatasan karena kata ini

berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis memilih

kata “teguh” untuk memaknai kata dikarenakan kata bebai,an (bebaian) digunakan untuk satu

pelaku.

Kata u`mw/n (humon) berasal dari akar kata su, (su).55 Kata u`mw/n (humon) yang

diterjemahkan oleh penulis dengan kata “kamu” adalah kata ganti orang (pronoun personal)

dengan kasus genitif jamak56. Kasus genitif adalah kasus penjelasan, sebab kata tersebut

mempunyai fungsi menjelaskan asal, macam, jenis atau dari suatu objek. Dalam hal ini penulis

memilih kata “kamu” untuk memaknai kata u`mw/n dikarenakan kata u`mw/n (humon)

digunakan untuk lebih dari satu pelaku.

51
Sutanto, op.cit., 671.
52
Sutanto, loc.cit.
53
Sutanto, op.cit., 140.
54
Sutanto, loc.cit.
55
Sutanto, op.cit., 677.
56
Sutanto, loc.cit.
Kata th.n (ten) berasal dari akar kata o` (ho),57 yang diterjemahkan oleh penulis

dengan kata “-Nya” Kata th.n (ten) adalah kata sandang tertentu (definit article) yang

mempunyai kasus akusatif.58 Kasus akusatif adalah kasus pembatasan karena kata ini berfungsi

untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis memilih kata “-

Nya” untuk memaknai kata th.n (ten) dikarenakan kata th.n (ten) digunakan untuk satu pelaku.

Kata klh/sin (klesin) berasal dari akar kata klh/sij (klesis),59 yang diterjemahkan oleh

penulis dengan kata “panggilan”. Kata klh/sin (klesin) adalah kata benda (noun) yang memiliki

kasus akusatif.60 Kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan karena kata ini berfungsi

untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis memilih kata

“panggilan” untuk memaknai kata klh/sin (klesin) dikarenakan kata klh/sin (klesin) digunakan

untuk satu pelaku.

Kata evklogh.n (eklogen) berasal dari akar kata evklogh, (ekloge),61 yang

diterjemahkan oleh penulis dengan kata “pilihan”. Kata evklogh.n (eklogen) adalah kata benda

(noun) yang memiliki akusatif.62 Kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan karena

kata ini berfungsi untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis

memilih kata “pilihan” untuk memaknai kata evklogh.n (eklogen) dikarenakan kata evklogh.n

(eklogen) digunakan untuk satu pelaku.

57
Sutanto, op.cit., 510.
58
Sutanto, loc.cit.
59
Sutanto, op.cit., 423.
60
Sutanto, loc.cit.
61
Sutanto, op.cit., 246.
62
Sutanto, loc.cit.
Kata poiei/sqai (poiesthai) berasal dari akar kata poie,w (poieo),63 yang diterjemahkan

oeh penulis dengan kata “membuat”. Kata poiei/sqai (poiesthai) adalah kata kerja (verb),infinitif,

presen .64 Kata kerja (verb) terdiri dari beberapa unsur atau elemen, antara lain adalah modus,

waktu (tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang. Kata poiei/sqai (poiesthai) menggunakan

modus infinitif (modus yang menyatakan suatu tindakan yang lepas dari persoalan pelakunya ),

presen (sedang terjadi). Dalam hal ini penulis memilih kata “membuat” untuk memaknai kata

poiei/sqai (poiesthai) dikarenakan kata poiei/sqai (poiesthai) digunakan untuk satu pelaku.

Kata tau/ta (tauta) berasal dari akar kata ou-toj (houtos),65yang diterjemahkan oleh

penulis dengan kata “ini”. Kata tau/ta (tauta) adalah kata ganti orang (pronoun demonstrative),

akusatif. 66 Kasus akusatif yang sering disebut kasus pembatasan karena kata ini berfungsi

untuk memberikan batasan akhir suatu tindakan tetentu. Dalam hal ini penulis memilih kata “ini”

untuk memaknai kata tau/ta (tauta) dikarenakan kata tau/ta (tauta) digunakan untuk lebih dari

pelaku.

Kata poiou/ntej (poiountes) berasal dari akar kata poie,w (poieo)67, yang

diterjemahkan oleh penulis dengan kata “melakukan”. Kata poiou/ntej (poiountes) Kata

poiou/ntej (poiountes) berasal dari akar kata poie,w (poieo). Kata poiou/ntej (poiountes) adalah

(kata kerja) partisipel (verb participle), presen, aktif, nominatif. Kata poiou/ntej (poiountes)

merupakan verb (kata kerja) partisipel yang memiliki kala presen (yang sedang), aktif (subjek

sebagai pelaku tidakan), kata poiou/ntej (poiountes) menggunakan kasus nominatif yang sering

disebut kasus penamaan, sebab fungsinya dan perannya dalam kalimat sebagai subjek atau

63
Sutanto, op.cit., 614.
64
Sutanto, loc.cit.
65
Sutanto, op.cit., 555.
66
Sutanto, loc.cit.
67
Sutanto, op.cit., 614.
sebagai pelaku.68 Dalam hal ini penulis memilih kata “melakukan” untuk memaknai kata

poiou/ntej (poiountes) dikarenakan kata poiou/ntej (poiountes) digunakan untuk lebih dari

pelaku.

Kata ptai,shte (ptaisente), berasal dari akar kata ptai,w (ptaio)69, yang diterjemahkan

oleh penulis dengan kata “tersandung”Kata ptai,shte adalah kata kerja (verb), subjungtif, auoris,

aktif, orang kedua, jamak. Kata ini merupakan kata kerja (verb). Kata kerja terdiri dari beberapa

unsur atau elemen, antara lain adalah modus, waktu (tense), diatesis, jumlah, dan subjek/orang.

Kata ini menggunakan modus subjungtif (modus yang menyatakan tindakan yang belum pasti

terjadi, bisa terjadi bisa tidak sesuai komdisi yang diisyaratkan), (pernah terjadi dan tidak terus

menerus ), aktif (subjek sebagai pelaku tindakan), orang kedua, jamak.70 Dalam hal ini penulis

memilih kata “tersandung” untuk memaknai kata ptai,shte (ptaisente) dikarnakan kata ptai,shte

(ptaisente) digunakan untuk lebih dari satu pelaku.

68
Sutanto, loc.cit.
69
Sutanto, op.cit., 644.
70
Sutanto, loc.cit.

Anda mungkin juga menyukai