Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS TEKS

A. Definisi
Analisis teks atau kritik teks adalah upaya menelusuri sususan naskah Alkitab melalui membaca,
mengamati bahasa aslinya, kemungkinan-kemungkinan perubahan salinan, membandingkan dengan
bagian-bagian ayat dalam Alkitab sendiri agar memperoleh kejelasan tentang teks itu sendiri. Bahasa-
bahasa yang digunakan naskah-naskah Alkitab mulai dari penulis asli hingga di tangan pembaca saat ini.
1. Perjanjian Lama memakai bahasa Ibrani dan Aram
2. Perjanjian Baru memakai bahasa Yunani
3. Salinan Septuaginta memakai bahasa Yunani
4. Vulgata memakai bahasa Latin
B. Fungsi Kritik Teks
Kegunaan analisis teks ataupun kritik teks ini adalah untuk mencari perbedaan-perbedaan makna
dalam ayat-ayat. Dalam menyelidiki teks maka ada kemungkinan kita menemukan terjemahan yang
berbeda. Hal itu disebabkan beberapa hal antara lain: perbedaan sumber asal, perbedaan interpretasi
pada saat menerjemahkan atau ada kemungkinan kesalahan yang tidak disengaja melalui penulisan atau
penyalinan. Para penulis kuno membuat perubahan ketika menyalin suatu naskah dengan tulisan tangan.
Dengan adanya berbagai salinan naskah itu dan tidak ditemukannya lagi yang asli maka para kritikus
berupaya merekontruksi teks asli. Selain itu, kita menyadari bahwa dalam kasus penerjemahan teks-teks
itu maka para penerjemah juga menyumbangkan perubahan teologis maupun doktrinal . Mereka
melakukannya dengan tujuan agar teks itu lebih mudah dibaca, maka ada kemungkinan terjadi reduksi dan
ekspansi teks. Dengan cara seperti itu seseorang biasanya berusaha mencari keaslian makna pada teks-
teks asli yang lebih sulit. Dari kritik teks ini diharapkan agar penafsir lebih teliti dan tidak terjebak pada tafsir
yang terlalu bebas pada zamannya.
Pada hakekatnya, kritik teks bertujuan untuk: (a) menentukan proses penerusan teks dan timbulnya bentuk-
bentuk varian teks yang beragam, (b) menentukan susunan kata yang asli, jika dinilai mungkin, dan (b) menentukan
bentuk dan susunan kata yang terbaik dari teks.
Agar kritik teks mencapai hasil yang maksimal maka ada beberapa prosedur yang dapat dipelajari antara
lain: 1) dalam terjemahan modern kita menjumpai catan-catan kaki yang harus dioeriksa dengan hati-hati. 2) Kita
perlu memehami jenis dan sifat permasalah yang sedang dihadapi. 3) kita memerlukan buku-buku atau literatur kritis
terhadap kitab suci yang sedang diteliti. 4) kita perlu mendaftarkan semua varian-varian yang ada. 5) kita
menerapkan tolok ukut internal dan eksternal.

C. Sejarah Kritik Teks Perjanjian Lama


Pada kenyataannya kritik terhadap teks berjalan seiring dengan keberadaan teks itu sendiri. Memang
dalam perkembangannya, kritik teks yang lebih modern dihubungkan dengan rasionalisme pada abad ke
17 dan 18. Konteks pendekatan ilmiah yang kemudian dikembangkan kepada pendekatan humanitas pada
abad 19.
Kritik teks bermula dari gugatan Thomas Hobbes, Benedict Spinoza, Richard Simon terhadap asal
usul teks itu sendiri. Pertanyaan paling penting dan menohok terhadap kepengarangan kitab Pentateukh
(Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan Ulangan). Menurut tradisi bahwa Musa adalah pengarang kitab itu,
namun para kritikus modern mempertanyakan kepengarangan itu. Alasan mempertanyakan adalah
banyaknya kontradiksi dan inkonsistensi dalam kitab Pentateukh itu.
Jean Astruct (1684-1766), seorang dokter Prancis menggunakan kritik teks untuk menjawab
keraguan para kritkus modern. Ia meyakini bahwa ada sejumlah dokumen terpisah dalam Kitab Kejadian,
yang berasal dari gulungan asli tulisan Musa. Generasi-generasi berikut menggabungkan domuken itu
sehingga terbentuklah naskah seperti Kitab Kejadian sekarang.
Menurut Douglas Stuart bahwa “secara jujur dapat dikatakan bahwa ayat-ayat, pasal-pasal, dan
kitab-kitab dalam Alkitab akan terbaca umumnya sama, dan memberikan kesa yang sama kepada
pembaca, meskipun orang memasukkan semua bacaan alternatif yang ada ke dalam teks yang menjadi
dasar terjemahan (bahasa Inggris) saat ini. 1
Contoh varian teks..
Dalam hal penciptaan Kejadian 1:1

WWT ‫ֱֹלהים אֵ ֥ת ַהּׁש ַ ָ֖מי ִם וְאֵ ֥ת הָאָ ֶֽרץ׃‬


֑ ִ ‫אׁשית ּב ָ ָ֣רא א‬
֖ ִ ‫ּב ְֵר‬
LXX .Ἐν ἀρχῇ ἐποίησεν ὁ θεὸς τὸν οὐρανὸν καὶ τὴν γῆν
KJV In the beginning God created the heaven and the earth
NIV In the beginning God created the heavens and the earth
ISRAV In the beginning Elohim created the heaven and the earth
ITB Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi

Dalam terjemahan Bahasa Ibrani (WTT), penciptaan merujuk kepada Allah (Elohim), objek yang
diciptakan adalah “langit” dan “bumi”. Dalam Bahasa Ibrani, kata syamayim adalah kata benda jamak,
yang hendak memperlihatkan karakteristik dari kata langit yang dapat dimengerti dalam banyak makna.
Seperti halnya dalam Bahasa Indonesia, kata “langit” dapat dipahami sebagai angkasa, bagian atas
rumah, rongga bagian atas mulut, dan berbagai pengertian lainnya. Sehingga kejamakan timbul dalam
pengertian. Oleh sebab itu perlu dipahami makna sesuai dengan konteksnya. Dalam terjemahan LXX
jamaknya tidak menonjolkan kejaman itu. Demikian juga dalam KJV, ITB, ISRAV. Yang memberi
terjemahan yang lebih literal adalah NIV dengan tetap menerjemahkan katan “heavens” dalam bentuk
jamak. Namun tampaknya NIV tidak sedang memberi penekakan bahwa “langit itu banyak”.
Selanjutnya dalamenggunaan kata “Elohim” maka semua diterjemahkan ke dalam Bahasa
penerimanya. Kata Elohim diterjemahkan dengan “Theos” (LXX), God (KJV, NIV), Allah (ITB). Sementara
dalam terjemahan Israeli Authorised Version menggunakan kata “Elohim”. Hal ini mudah dipahami
sebab terjemahan itu sangat kuat dengan komunitas Israel/Yahudi, maka penggunaan kata “Elohim”
sangat tepat.

Perhatikanlah Kejadian 10: 5

KJV By these were the isles of the Gentiles divided in their lands; every one after his tongue,
after their families, in their nations.
HOT ‫ׁשּפְח ָ ֹ֖תם ּבְגֹוי ֵהֶ ֽם׃‬
ְ ‫ְַארצ ֹתָ֔ ם ִ ֖איׁש ִללְׁש ֹנ֑ ֹו ְל ִמ‬
ְ ‫֠ ֵמ ֵאּלֶה נִפ ְְר ֞דּו ִא ֵּי֤י הַּגֹוי ִם֙ ּב‬
NIV From these the maritime peoples spread out into their territories by their clans within their (
).nations, each with its own language
ITB Dari mereka inilah berpencar bangsa-bangsa daerah pesisir. Itulah keturunan Yafet,
masing-masing di tanahnya, dengan bahasanya sendiri, menurut kaum dan bangsa
mereka.
Bila kita menyelidiki maka kita akan menjumpai banyak varian teks dalam beberapa terjemahan yang ada. Misalnya,
dalam beberapa terjemahan, pada Kej 10:5, ditambahkan kata ‘inilah anak-anak Yafet. Sementara, Kitab Suci
bahasa Ibrani sama sekali tidak memuat kata tersebut. Tambahan tersebut sebenarnya didasarkan pada anggapan
bahwa pernyataan itu, dengan menarik kesamaannya dengan ayat- ayat yang hilang dari teks
 Itulah keturunan Ham menurut kaum mereka, menurut bahasa mereka, menurut tanah mereka, menurut
bangsa mereka (Kej 10:20).

Kaiser, Walter (2001). The Old Testament Documents: Are They Reliable & Relevant? . InterVarsity Press. hlm. 48.
1

ISBN 9780830819751.
 Itulah segala kaum anak-anak Nuh menurut keturunan mereka, menurut bangsa mereka. Dan dari mereka
itulah berpencar bangsa-bangsa di bumi setelah air bah itu (Kej. 10 32).
Berbagai varian teks dalam Kitab Suci, teristimewa dalam teks-teks kuno, seringkali disebabkan oleh
‘kerusakan’ teks itu sendiri. Secara umum, ada dua macam kerusakan yang dapat terjadi:
1. Kerusakan yang tidak disengaja. Kerusakan itu dapat terjadi akibat adanya kesalahan-kesalahan yang dibuat
para penyalin, baik karena salah mendengar teks ataupun karena salah membaca teks.
2. Kerusakan yang disengaja. Beberapa prinsip penting yang dipertimbangkan sehingga para penulis sengaja
mempertimbangkan kerusakan dalam teks antara lain: a) Pada kasus khusus penyalin bisa dipaksa untuk
memperbaiki ejaan atau tata bahasa dari sebuah naskah yang disalinnya, tanpa mempersoalkan apakah
perbaikkannya tepat atau tidak. b) Penyalin dapat juga memutuskan untuk menyusun ulang susunan kata-
kata, kalimat-kalimat, atau bahkan alinea-alinea, dan sesekali menambahkan sesuatu jika dirasakan ada
kebutuhan untuk itu, untuk menghasilkan uraian yang lebih terpadu dan dengan urutan yang logis. c) Para
penyalin juga bisa mengubah teks dengan sengaja karena pertimbanagn teologis atau doktrinal, dibuat
sejalan dengan posisi yang lebih ortodoks.

D. Kegunaan Kritik Teks


Kritik teks menaruh perhatian pada penentuan setepatnya susunan kata dari teks dan kritik historis pada
penelitian sejarah di dalam dan dari teks historis pada penelitian itu. Namun kritik teks tidak dapat berdiri sendiri oleh
karena kritik itu akan terhubung dengan beragai kritiklainnya. Dalam kaitan yang lebih luas maka sejauh di dalam
dan dari teks, maka kritik tata bahasa (grammatical) akan berhubungan erat dengan penganalisaan sebuah teks
melalui bahasanya. Sehingga dalam kritik tata bahasa lebih menaruh perhatian bukan hanya pada perihal
bagaimana kata-kata berfungsi sebagai pembawa atau pengemban arti, tetapi bagaimana kata-kata berfungsi.
Maksud pendekatan unit paling mendasar dari suatu komunikasi yaitu “kata” kita harus mengakui bahwa
pesan sebuah teks tidak disampaikan di dalam dan melalui kata-kata yang terpisah atau terlepas satu dengan yang
lain tetapi melalui frase-frase dan kalimat–kalimat yang disusun dalam unit-unit pengertian, namun kita juga harus
menghadapi kata-kata satu per satu dan frase-frase. Alasannya antara lain adalah kita tidak memiliki arti yang
khusus di dalam panguyuban Israel dan Gereja mula-mula atau pemakaiannya pada tempo dulu berbeda secara
mencolok dengan pemakaiannya pada masa kini.
Dalam menganalisa teks, kita dapat memulainya dengan memilih-milih kata-kata atau ungkapan-ungkapan
yang mencolok yang kita duga penting, tetapi artinya jadi tidak jelas. Maka dalam mengalisa kata-kata, frase-frase
sarana yang tidak ternilai harganya yaitu: kamus, ensiklopedi, leksikon, konkordasi.
Prinsip-prinsip linguistik tertentu harus diingat untuk menghindarkan dari penelitian kata yang salah:
1. Kata-kata dalam bahasa Ibrani, Aram, Yunani, seperti juga kata-kata dalam bahasa manapun seringkali memiliki
arti yang amat beranekaragam. Misalnya kata “allah” berarti Tuhan yang disembah. Umumnya kata itu dikaitkan
dengan Bahasa Arab, yang dimulai dari al –“the” dan ilah – “god”. Jadi al-ilah berarti “The God” atau “Tuhan”.
Secara historis nama itu sudah digunakan orang Kristen Arab untuk menyebut Tuhan. Bila kita periksa maka
kata yang sama juga dijumpai dalam Bahasa Semit lainnya, seperti Elah atau Alaha dalam Bahasa Aram. Kata
ini digunakan gereja Asyur.
2. Menyadari sejarah kata-kata dan ungkapan yang dipakai, berusaha untuk menentukan arti asli. Yang penting
adalah kata-kata yang kita pergunakan benar-benar menyampaikan apa yang ingin dikatakan.
3. Pada umumnya kata-kata atau frase itu sendiri tidak punya arti teologis yang khusus. Misalnya kata “bara”
dalam bahsa Ibrani yang berarti “to create” atau “mencipta.” Kata ini hanya digunakan untuk Allah bara Elohim.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam penciptaan itu, Allah sendirilah yang berkuasa atas seluruh ciptaan. Allah
Yang Mahakuasa tidak memerlukan bantuan pihak lain sebagaimana lazim dalam konsep politeisme Kanaan.
4. Satu gagasan atau konsep teologis dapat diungkapkan secara berlainan.
5. Petunjuk terbaik untuk mengetahui arti sebuah kata adalah konteks langsung yaitu bagian Alkitab yang langsung
memuat kata itu. Jika sebuah kata memiliki beberapa arti, maka kita harus menjelajahi dulu kawasan arti kata itu
dan melihat bagaimana arti itu cocok atau tidak cocok dengan konteksnya.
6. Konteks luas sebuah kata adalah seluruh dokumen yang memuat kata itu. Konteks yang lebih luas lagi adalah
dokumen-dokumen Alkitabiah dan non-Alkitabiah yang sezaman dengan dokumen yang telah diteliti.
7. Arti dan penggunaan kata-kata senantiasa berubah sepanjang sejarah, maka kita jangan membatasi arti kata itu
hanya pada satu konteks dokumen atau satu konteks sejarah saja dan menganggap arti kata itu sama untuk
segala tempat dan zaman.
Dalam membaca kalimat ataupun cerita kita juga harus peduli dengan unsur eksternal dari manuskrip yaitu:
akar karangan, penentuan waktu dan geografi, catatan yang bermutu. Selain itu juga perlu perhatian terhadap unsur
internal yaitu: membaca, mensortir bacaan, mensortir judul yang cocok.

Latihan

1. Periksalah teks yang sedang dikerjakan


2. Bandingkan beberapa terjemahan
3. Periksalah apakah ada varian di dalma terjemahan itu
4. Berikan catatan-catatan penting untuk digunakan sebagai data dalam ekegesis

Anda mungkin juga menyukai