Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ADANYA INJIL SINOPTIK

Nama : Rotua Naibaho

Semester : Tiga (III)

Mata kuliah : Apologetika 1

INJIL Sinoptik

• Pendahuluan

Semua pembahasan serius mengenai Injil Sinoptik pada akhirnya akan melibatkan
pembahasan tentang keterkaitan penulisan yang ada diantara Matius, Markus, dan Lukas. Hal ini
penting untuk melihat bagaimana seorang penulis menggunakan sumber-sumber (baik untuk
reliabilitas dan kritik redaksional), serta saat penulisan.

Robert H. Stein’s The Synoptic Problem: An Introduction1 meringkas dengan baik hal-hal yang
terlibat dalam masalah sinoptik—dan juga solusi terbaiknya. Sebagian besar pembahasan kita
akan mengikuti garis besarnya.

II.Isi

A. Keterkaitan Penulisan Injil-injil Sinoptik

Kita tidak mungkin mengatakan kalau kitab-kitab injil sinoptik sama sekali tidak memiliki
keterkaitan satu sama lain. Mereka setidaknya memiliki tradisi oral yang sama. Banyak sarjana
PB masa kini berpendapat lebih dari itu.3 Ada empat argumen penting yang bisa membuktikan
ketergantungan penulisannya.
1. KEMIRIPAN KATA-KATA

Persamaan kata-kata diantara kitab-kitab injil menunjukan suatu bentuk saling ketergantungan.
Pada umumnya orang awam berpikir semua injil ini berdiri sendiri—dan menganggap kalau para
penulis hanyalah menuliskan apa yang terjadi dan kemudian menjadi sama, atau mereka
dibimbing oleh Roh Kudus kedalam penulisan yang sama. Penjelasan ini tidak masuk akal dalam
beberapa hal.

A. KENAIFAN SEJARAH
Pendekatan ini merupakan kenaifan sejarah karena beberapa alasan.

Pertama, pendekatan ini tidak bisa menjelaskan perbedaan yang ada diantara para penulis—
kecuali diasumsikan perbedaan verbal menunjukan perbedaan peristiwa. Jika demikian halnya,
kita bisa mengatakan kalau Yesus dicobai oleh iblis dua kali, Perjamuan kudus dilakukan dua
kali, dan Petrus menyangkal Tuhan enam sampai sembilan kali! Lebih lagi, kita bisa mengatakan
Kristus dibangkitkan dari kematian lebih dari sekali!

Kedua, jika Yesus berbicara dan mengajar dalam bahasa Aramaic (setidaknya cukup sering, atau
biasanya), maka mengapa persamaan verbal ini disimpan bagi kita dalam bahasa Yunani?
Meragukan kalau setiap penulis menerjemahkan perkataan Yesus tepat sama begitu sering.

Ketiga, walaupun Yesus berbicara secara khusus dalam bahasa Yunani, kenapa tidak hanya
perkataannya tapi juga perbuatannya ditulis dalam identitas verbal? Ada perbedaan material
antara mengingat kata-kata yang didengarnya dan menulis apa yang dilihatnya dalam kata-kata
yang identik.
Keempat, saat kita membandingkan materi sinoptik dengan Injil Yohanes, mengapa begitu
sedikit kemiripan verbal? Bagi hipotesis independen, Injil Yohanes dan injil sinoptik salah,
kecuali Yohanes tidak menulis peristiwa yang sama mengenai kehidupan Yesus.

B. KENAIFAN MENGENAI INSPIRASI


Pendekatan ini juga merupakan kenaifan terhadap peran Roh dalam menginspirasi para penulis
injil.
Pertama, jika verbal yang identik diatributkan kepada inspirasi Roh, kepada siapa perbedaan
verbal diatributkan?

Kedua, karena Injil Yohanes begitu beda (9 2% unik), apakah ini menunjukan dia tidak
diinspirasi oleh Roh dalam penulisan injil ini?

Singkatnya, tidak mungkin—pada dasarnya merusak iman—mempertahankan adanya suatu


independensi total diantara para penulis injil.

2. KEMIRIPAN URUTAN

Walau ada perbedaan besar dalam urutan perikop diantara injil sinoptik, lebih banyak
kesamaannya. Jika kita menganggap urutannya terbatas secara kronologis, ada empat data yang
menggugurkan hal ini. Pertama, ada perbedaan dalam urutan. Sebagai contoh, banyak
perumpamaan dalam Matius dipasal 13 ditemukan dalam Lukas 8 atau Lukas 13. Murid yang
mendekati Yesus bertanya tentang amanat agung ditempatkan dalam Passion Week di Matius
dan Markus, dan ditempatkan dibagian lain dalam Lukas. Kedua, terbukti kalau cukup banyak
materi dikelompokan secara topical dalam injil-injil—e.g., didalam Matius setelah Kotbah di
Bukit dilanjutkan dengan beberapa mujizat oleh Yesus. Memang, “Matius mengatur seluruh Injil
sehingga kumpulan cerita berdampingan dengan kumpulan perkataan.”4 Ketiga, para penulis
patristik (e.g., Papias) mengenali kalau para penulis injil tidak mengikuti aturan kronologis
secara kaku. Keempat, ada penelitian terhadap injil untuk menunjukan waktu berbagai peristiwa.
Kata-kata pembuka seperti, “immediately,” “after this,” “on another occasion,” “one day,” dll.
menjadi norma. Dengan kata lain, kelihatannya tidak ada maksud dari para penulis Injil untuk
mengikuti urutan kronologis dari peristiwa secara kaku.

3. KESAMAAN MATERI SUMBER

“Salah satu argumen paling menguatkan bagi keterkaitan penulisan dari injil Sinoptik adalah
kehadiran materi sumber yang identik, karena sangat tidak mungkin dua atau tiga penulis bisa
secara tidak disengaja memasukan kedalam tulisan mereka komentar editorial yang tepat sama
dan ditempatkan ditempat yang tepat sama.”5 Salah satu contoh utama, yang begitu meyakinkan,
adalah penggunaan dokumen tertulis: “When you see the desolating sacrilege . . . (let the reader
understand) . . . ” (Matt 24:15/Mark 13:14). Sangat jelas kalau komentar editorial ini bukan dari
warisan oral, karena tidak dikatakan, “let the hearerunderstand.” Cf. also Matt 9:6/Mark
2:10/Luke 5:24; Matt 27:18/Mark 15:10.
4. PENDAHULUAN LUKAS

Lukas memulai penulisan injilnya dalam bentuk yang mirip dengan sejarawan dimasa lalu:
“Inasmuch as many have undertaken to compile a narrative . . . it seemed good to me also . . . to
write an orderly account for you . . . .” Setidaknya semua hal ini menunjukan dua hal: (1) Lukas
sadar akan sumber tulisan (dan oral) didasarkan pada cerita saksi mata; (2) Lukas menggunakan
beberapa dari sumber-sumber ini dalam menuliskan injil.

5. KESIMPULAN

Stein dengan baik meringkas, apa yang seharusnya disimpulkan seseorang setelah melihat
keempat hal diatas:

Kita nanti akan melihat kalau sebelum kitab-kitab Injil ditulis telah ada suatu periode dimana
materi injil disebarkan secara oral, dan tradisi oral ini jelas tidak hanya mempengaruhi injil
sinoptik pertama tapi kitab injil selanjutnya. Sebagai penjelasan bagi kemiripan umum antara
Matius-Markus-Lukas, penjelasan diatas tidak cukup. Ada beberapa alasan. Salah satunya
ketepatan pengkalimatan antara injil sinoptik lebih baik dijelaskan dengan penggunaan sumber
tulisan daripada oral. Hal ini benar dalam Matthew 24:15 dan Mark 13:14, yang berkata
kepada para pembaca - nya! Hal ketiga dan yang paling penting, banyaknya kemiripan dalam
penghafalan tradisi injil oleh pendeta dan orang awam diakui oleh semua, yang diragukan adalah
penghafalan seluruh peristiwa injil dalam urutan yang spesifik. Menghafal satu perikop,
perumpamaan dan perkataan, dan bahkan kumpulan kecil dari materi ini, adalah satu hal, tapi
menghafal seluruh injil dari materi ini adalah hal yang berbeda. Banyaknya kemiripan urutan
diantara injil Sinoptik dijelaskan dengan baik oleh digunakannya sumber tulisan yang umum.
Terakhir, seperti yang telah ditunjukan, apakah Lukas 1:2 memang merujuk pada suatu periode
oral saat materi-materi injil diberikan, Lukas secara eksplisit mengatakan penyelidikannya
sendiri terhadap sumber-sumber tulisan.6
B. Keutamaan Markus

Ada tiga teori yang muncul untuk menjelaskan hubungan penulisan diantara injil sinoptik.
Pertama, Schleiermacher ditahun 1817 berpendapat para rasul telah menulis memorabilia singkat
yang kemudian dikumpulkan dan diatur menurut tipe genrenya. Masalah dari pandangan ini
adalah gagal menjelaskan keseluruhan pengaturan dari injil sinoptik.
Kedua, G. E. Lessing (1776) dan J. G. Eichhorn (1796) berpendapat bahwa Ur-Gospel, ditulis
dalam bahasa Aramaic, yang merupakan teks dibelakang injil sinoptik. Berbagai penulis sinoptik
menggunakan terjemahan/revisi yang berbeda dari Ur-Gospel ini. Masalah utama dari teori ini
adalah teks ini tidak berbeda dari Ur-Mark yang pada akhirnya tidak berbeda dari Markus. Maka
dari itu, daripada membuktikan adanya keragaman Ur-Gospel, suatu teori yang lebih sederhana
bagi data ini adalah Markus ada dibelakang Lukas dan Matius.

Ketiga, teori ketergantungan (yang dikenal dengan utilization) diusulkan. Dengan kata lain, satu
atau lebih dari injil sinoptik menggunakan satu atau lebih injil sinoptik lainnya. Seluruhnya
ada delapanbelas kemungkinan permutasi dari teori ini,7 walau ada tiga yang paling mungkin:
(1) the Augustinian hypothesis: Matius ditulis pertama dan digunakan/diutilisasi oleh Markus
dan Markus digunakan oleh Lukas; (2) the Griesbach hypothesis (diusulkan oleh J. J. Griesbach
ditahun 1776): Matius ditulis pertama dan digunakan oleh Lukas, kedua injil ini kemudian
digunakan oleh Markus; dan (3) the Holtzmann/Streeter hypothesis (diusulkan oleh H. J.
Holtzmann ditahun 1863, dan diperbaharui [dan rumit!] oleh B. H. Streeter ditahun 1924):
Markus ditulis pertama kali dan digunakan secara terpisah oleh Matius dan Lukas.8
Mayoritas sarjana PB berpegang pada keutamaan Markus (baik hipotesis dua sumber dari
Holtzmann atau hipotesis empat sumbernya Streeter). Pandangan ini juga diadopsi dalam tulisan
ini.9 Stein memberi empat delapan kategori alasan mengapa Markus harus dianggap sebagai injil
pertama. Walau tidak semua argumennya memiliki keseimbangan, baik bukti kumulatif dan
beberapa argumen spesifiknya cukup persuasif.
1. SINGKATNYA MARKUS: ARGUMENTASI MENGENAI PANJANG

Singkatnya Markus bisa diukur dari ayat atau kata-katanya:

MATIUS MARKUS LUKAS

AYAT 1068 661 1149

KATA 18,293 11,025 19,376

Saat kita membandingkan paralel sinoptik, beberapa hasilnya perlu diperhatikan. Dari 11,025
kata-kata dalam Markus, hanya 132 yang tidak memiliki paralel dalam Matius atau Lukas.
Persentase bijaknya, 97% dari Injil Markus diduplikasi dalam Matius; dan 88% ditemukan dalam
Lukas. Sebaliknya, kurang dari 60% Matius diduplikasi di Markus, dan hanya 47% Lukas
ditemukan dalam Markus.10
Apa yang paling penting dari hampir keseluruhan Markus ada dalam Matius dan Lukas?
Hipotesa Griesbach11 menunjukan kalau Markus merupakan injil terakhir yang ditulis dan
penulisnya menggunakan Matius dan Lukas. Tapi jika demikian halnya, mengapa dia
menghilangkan begitu banyak materi? Apa yang dihilangkan Markus dari injilnya sangat
penting: kelahiran Yesus, kelahiran Yohanes Pembaptis, Kotbah di Bukit, Doa Bapa Kami,
penampakan Yesus setelah kebangkitan,12 sebagian besar materi pengajaran, dll. Lebih jauh, dia
menyingkat cerita pencobaan Tuhan dan baptisan. Ada dua alasan13 yang biasanya diberikan
mengapa Markus menghilangkan begitu banyak materi: (1) Markus ingin menyediakan suatu
injil abridgement untuk digunakan dalam gereja; (2) Markus hanya ingin mencatat materi yang
ditemukan baik dalam Matius dan Lukas, mungkin analogi dari Ulangan 17:6-7/19:15 (dua suara
saksi cukup menegaskan kebenaran). Kedua alasan ini kelihatannya tidak cukup, karena alasan
dibawah ini.
(1) Injil Markus bukan suatu abridgment: “apakah Markus lebih singkat daripada Matius dan
Lukas?, saat kita membandingkan semua perikop dimiliki ketiganya, berkali-kali kita temukan
Markus lebih panjang!”14 Dengan kata lain, Injil Markus, yang memiliki paralelnya dalam
Matius dan Lukas, bukan suatu abridgment, tapi suatu ekspansi. Tidak hanya itu, setiap materi
yang dia hilangkan memiliki maksud baik bagi injilnya. Sebagai contoh, Markus berusaha
menekankan peran Yesus sebagai guru (cf. 2:13; 4:1-2; 6:2; 8:31; 12:35, 38, etc.), tapi dia
menghilangkan sebagian besar perkataan pengajaranNya. Penjelasan terbaik dari hal ini adalah
dia tidak ingin disibukkan dengan perkataan-perkataan Yesus yang itu, daripada dengan sengaja
menghilangkan begitu banyak—secara khusus, Kotbah di Bukit. “Karya abridged menjadi lebih
pendek dengan menghilangkan berbagai materi dan menyingkat cerita yang
dipertahankan.”15 Tapi materi yang dihilangkan Markus bisa dijelaskan atas asumsi keutamaan
Markus; dan peristiwa yang dipertahankan hampir selalu lebih panjang daripada Lukas atau
Matius.
(2) Sangat salah memiliki pendapat kalau Markus hanya ingin mencatat materi yang ditemukan
juga dalam Matius dan Lukas. Tapi, W. R. Farmer dekat dengan pandangan ini saat dia menulis
kalau Markus dibuat sebagai:

Injil yang baru dari Injil yang sudah ada atas suatu prinsip “exclusive”. . . . [ditulis untuk tujuan
liturgis] suatu injil yang baru [yang ditulis] sebagian besar dari kitab-kitab injil yang sudah ada
dan berkonsentrasi pada materi-materi dimana teksnya memiliki kesaksian yang sama dengan
tradisi Injil. Injil Markus bisa dianggap sebagai karya seperti itu. . . 16
Ada tiga masalah dengan hal ini. Pertama, meragukan kalau Markus bermaksud menulis injil ini
untuk menegaskan apa yang sudah ditemukan dalam Matius dan Lukas. Hanya sedikit bukti yang
membuktikan inilah motif utamanya. Tapi, jika ada penulis injil yang menggunakan motif ini
pastilah Matius bukan Markus.17
Kedua, ada banyak materi—dan materi yang sangat kaya—ditemukan baik dalam Matius dan
Lukas tidak ada dalam Markus. Terutama, cerita kelahiran, Kotbah di Bukit, Doa Bapa Kami,
dan penampakan setelah kebangkitan. Jika Markus hanya menghasilkan materi yang ditemukan
dalam Matius dan Lukas, mengapa dia menghilangkan bagian-bagian yang begitu penting bagi
kedua injil itu?
Ketiga, terlalu berlebihan untuk mengatakan kalau Markus hanya menghasilkan materi yang
ditemukan dalam dua injil ini: sebagian besar dari injil Markus termasuk perikop-perikopnya
hanya bisa ditemukan disalah satu injil lain.

Sebagai contoh eksklusivitas paralel Markus-Lukas, perhatikan hal berikut: penyembuhan orang
yang dirasuk disinagoge (Mark 1:23-28/Luke 4:33-37); persembahan janda miskin (Mark 12:41-
44/Luke 21:1-4).
Sebagai contoh ekslusivitas paralel Markus-Matius, perhatikan hal berikut: mata/tangan yang
menyesatkan (Matt. 5:29-30 and 18:8-9/Mark 9:43-47); detil tentang kematian Yohanes
Pembaptis (Matt. 14:3-12/Mark 6:17-29); Yesus berjalan diatas air (Matt 14:22-33/Mark 6:45-
52); nubuat Yesaya mengenai kritik keterlaluan orang dan aplikasi Yesus (Matt 15:1-20/Mark
7:1-23); perikop mengenai wanita Syrophoenicean (Matt 15:21-28/Mark 7:24-30); penyembuhan
orang tuli-bisu (Matt 15:29-31/Mark 7:31-37); memberi makan empat ribu orang (Matt 15:32-
39/Mark 8:1-10); kedatangan Elijah (Matt 17:10-13/Mark 9:11-13); pohon ara yang kering (Matt
21:20-22/Mark 11:20-26); hinaan para serdadu terhadap Yesus dihadapan Pilatus (Matt 27:28-
31/Mark 15:17-20).
Apa yang ditunjukan kedua paralel dari kedua kitab injil ini: (1) Markus tidak mengikuti prinsip
eksklusive, karena dia memasukan cukup banyak materi yang hanya ditemukan dalam salah satu
injil; (2) Markus paralel Matius lebih sering daripada dengan Lukas (hanya dua perikop dalam
Markus-Lukas dibandingkan dengan sepuluh pada Markus-Matius), menolak klaim Farmer kalau
Markus hanya mengikuti satu injil secara seimbang, tidak merujuk pada Matius atau Lukas.18
Melawan teori keutamaan Markus berdiri anggapan kalau Lukas dan Matius menggunakan
sumber-sumber tambahan. Jika demikian, alasan mereka menyingkat perikop-perikop yang sama
dengan Markus adalah agar mereka bisa memasukan materi-materi lain sesuai panjang
gulungannya.19
Singkatnya, kita bisa menambahkan pernyataan terkenal G. M. Styler: “berikan Markus, mudah
melihat mengapa Matius ditulis; berikan Matius, sulit melihat mengapa Markus diperlukan.”20
2. GAYA TULIS MARKUS YANG BURUK: ARGUMENTASI MENGENAI STRUKTUR
KALIMAT21
Stein mendaftar tiga kategori besar mengenai gaya bahasa Markus yang buruk: (1)
colloquialisms dan struktur kalimat yang tidak tepat , (2) Ekspresi Aramaic, dan (3)
redundancies. Argumentasi pertama dan kedua sangat penting bagi perikop-perikop yang
dimiliki Markus bersama dengan Matius atau Lukas; Argumentasi ketiga sangat penting untuk
melihat materi yang dihilangkan dalam Markus.

A. COLLOQUIALISMS DAN STRUKTUR KALIMAT YANG TIDAK TEPAT22


Sebagai contoh, Markus menggunakan kravbatton dalam 2:4, suatu kata slang bagi “mattress”
yang dilarang penulis literatur periode Phrynichus dan Moeris. Paralelnya dalam Matius dan
Lukas mengubah kata itu kedalam bentuk akar kata klin- (klivnh, klinivdio), yang merupakan
istilah literature yang diterima. Argumen ini mendapat kekuatannya saat diketahui baik Matius
atau Lukat tidak pernah sama sekali menggunakan kravbatton23 (walau Markus ditiga bagian
menggunakan kata yang tepat).
Kedua, sudah menjadi karakteristik Markus menggunakan fevrw dalam pengertian kata “lead,”
sedangkan, berbicara secara khusus, a[gw artinya “lead,” dan fevrw artinya “bring, carry.”
Cf. Mark 7:32 and 8:22.
Sir John C. Hawkins menambahkan berbagai anomali struktur kalimat lainnya yang ada dalam
Markus termasuk instances of anacoluthon dan instances of asyndeton yang dikoreksi atau
dihapus dalam Matius atau Lukas.24
B. EKSPRESI ARAMAIC
Banyak orang yang melihat Aramaisms didalam Markus merupakan suatu yang membungkus
struktur kalimatnya; selain itu ada tujuh ekspresi Aramaic yang sangat jelas dalam Markus.
Sebagai contoh, didalam Mark 3:17 Yakobus dan Yohanes disebut “Boanerges,” suatu ekspresi
yang tidak ditemukan pada paralelnya baik di Matius atau Lukas. Markus menyebut “Corban”
(Mark 7:11), suatu ekspresi yang dihapus dalam paralel Matiusnya. Cf. juga Mark 7:34/Matt
15:30; etc. “Melalui tujuh ilustrasi ini ekspresi Aramik hilang dalam lima cerita paralel Lukas
dan setidaknya lima dari tujuh paralel Matiusnya. . . . bagi penambahan Aramaisms ini dalam
injilnya, yang tidak ada dalam sumber-sumbernya, tidak bisa dijelaskan.”25
C. REDUNDANCY
Markus memiliki ekspresi yang berulang pada beberapa bagiannya dimana baik Matius dan
Lukas menghilangkannya. Sebagai contoh, in Matt 27:35 kita membaca kalau para prajurit
“divided his garments among them by casting lots”; Luke 23:34 memiliki paralelnya “they cast
lots to divide his garments”; Markus sebaliknya, menambah materinya: “they divided his
garments among them, casting lots for them, to decide what each should take” (Mark 15:24). Cf.
juga Mark 2:18/Matt 9:14/Luke 5:33.
T. R. W. Longstaff baru-baru ini mengatakan kalau pengulangan dalam Markus hanyalah
penggembungan yang dilakukan Markus terhadap apa yang ditemukannya dalam Matius dan
Lukas. Hal ini mirip dengan kecenderungan juru tulis Byzantine untuk mengembungkan materi
yang ditemukan saksi awal (i.e., dalam MSS Alexandrian dan ‘Western’ MSS).26 Tapi,
pandangan ini tidak cukup karena 213 penggembungan yang terdeteksi dalam Markus, hanya
pada 17 kejadian ada dua “prongs”—satu dalam Matius dan yang lainnya dalam Lukas—yang
bisa membentuk dasar bagi conflation dalam Markus.27 Maka dari itu kurang dari 10% kejadian
penggembungan yang bisa dideteksi sebagai motive!
Hal yang melawan kemungkinan penggembungan adalah motivenya:

Sangat sulit melihat Markus memilih menghilangkan materi seperti Ucapan Bahagia, Doa Bapa
Kami, dan cerita kelahiran dan memilih hal diatas untuk memperluas ceritannya dengan
menggunakan ekspresi berulang. Penggunaan Matius dan Lukas oleh Markus seperti itu lebih
sulit diterima daripada percaya Matius dan Lukas ingin membuat ekspresi berulang itu lebih
pendek. Pengulangan dalam Markus paling baik dijelaskan dari dasar keutamaan Markus.28
3. PEMBACAAN MARKUS YANG LEBIH SULIT

Ada beberapa bagian dalam Markus yang menggambarkan gambaran tentang Yesus (atau para
murid, etc.) yang bisa disalah mengerti. Bagian-bagian ini dikesampingkan baik dalam Matius
atau Lukas atau keduanya. Ini meyakinkan banyak sarjana PB kalau kategori ini menjadi pukulan
kuat bagi hipotesa Griesbach—dan yang tidak bisa ditangani dengan baik oleh pendukung
keutamaan Matius.29 Diantara beberapa kemungkinan bagian yang diketahui para sarjana,
bagian berikut ini sangat menarik bagi saya. Tapi, dampak keseluruhannya yang paling
mengesankan.
(1) Mark 6:5-6/Matt 13:58—“he could not do any mighty work there except / Ia tidak dapat
mengadakan satu mukjizat pun di sana, kecuali . . . ”/“he did not do many works there / tidak
banyak mukjizat diadakan-Nya di situ . . . because of their unbelief / Karena mereka tidak
percaya.” Bagi teks ini Farmer berkomentar: “bagian ini tidak memberikan petunjuk jelas kalau
. . . Matius telah ‘meringkas’ suatu frasa dalam Markus yang ‘bisa menghasilkan serangan atau
kesulitan’.”30 Tapi ini mengabaikan kata kerja yang digunakan, karena Markus
menunjukan ketidakmampuan pada Yesus, sedangkan Matius hanya
menunjukan ketidakinginan (oujk ejduvnato vs. oujk ejpoivhsen). Cf. juga Mark 1:32-34/Matt
8:16/Luke 4:40untuk teks yang mirip.
(2) Mark 10:18/Matt 19:17/Luke 18:19—“Good teacher . . . Why do you call me good?” (dalam
Markus dan Lukas) vs. “Teacher . . . Why do you ask me about what is good?” (Matius).Teks ini,
seperti dalam Markus, bisa saja menunjukan kalau Yesus menolak keilahiannya sendiri.
Kelihatannya Lukas tidak dibaca seperti itu, tapi Matius mungkin. Memang, dalam pandangan
Holtzmann/Streeter, Matius dan Lukas menyalin Markus secara independen. Maka dari itu apa
yang mungkin menyinggung yang satu tidak perlu menyinggung lainnya.31
(3) Mark 3:5/Luke 6:10—“he looked around at them with anger/he looked around on them all.”
Matius menghilangkan keseluruhan ayat ini, walaupun dia memasukan materinya sebelum dan
sesudahnya (12:12-13). Bahwa Lukas menghilangkan pernyataan mengenai kemarahan Yesus
sangat bisa dimengerti.
(4) Mark 1:12/Matt 4:1/Luke 4:1—“the Spirit drove him into the desert” (Mark)/ “Jesus was led
into the desert by the Spirit” (Matthew and Luke). Markus menggunakan ejkbavllw yang sangat
kasar, sedangkan Matius dan Lukas menggunakan (ajn)avgw, suatu istilah yang lebih halus,
untuk menggambarkan peran Roh dalam membawa Yesus kepada gurun untuk dicobai.
(5) Mark 8:24-26—perbedaan tingkatan dari beberapa cerita penyembuhan, dihilangkan dalam
Matius dan Lukas. Orang buta disembuhkan sebagian disaat pertama oleh Yesus, kemudian
sepenuhnya disaat kedua. Ini merupakan satu-satunya cerita penyembuhan dalam injil sinoptik
yang membutuhkan dua tahap. Mungkin inilah alasan dihilangkannya dalam Matius/Lukas, atau
mungkin fakta bahwa ludah digunakan sebagai cara penyembuhan.32
(6) Mark 3:20-21—Pernyataan tentang ibu dan saudara-saudara Yesus yang berusaha
menangkapnya karena mereka kira dia sudah gila (ejxevsth). Baik Matius atau Lukas tidak
memiliki ayat ini, kelihatannya karena hal ini bisa memberi kesan kasar pada ibu dan saudara
Yesus.
4. KURANGNYA KEMIRIPAN MATIUS-LUKAS TERHADAP MARKUS:

Argumentasi mengenai kemiripan verbal

Stein mengatakan “kemiripan Matius-Lukas terhadap Markus masih kurang sering daripada
bentuk kemiripan lain”33 dan penjelasan terbaik dari fenomena ini adalah keutamaan Markus
dimana Matius dan Lukas menyalin Markus secara independen. Secara khusus, keutamaan
Markus bisa menjelaskan dengan baik tiga pertanyaan:
(1) Mengapa ada bagian Matius dan Markus tidak seperti Lukas—Lukas tidak memakai Markus
sebagai sumber sedangkan Matius sebaliknya.

(2) Mengapa ada bagian Markus dan Lukas tidak seperti Matius—Matius tidak memakai Markus
sebagai sumber sedangkan Lukas sebaliknya.

(3) Mengapa Matius dan Lukas cukup sering tidak seperti Markus—ini membutuhkan suatu
perubahan tidak disengaja dari Matius dan Lukas terhadap Markus sebagai sumber dengan cara
yang tepat sama.34
5. KURANGNYA KEMIRIPAN MATIUS-LUKAS TERHADAP MARKUS: ARGUMENTASI
MENGENAI URUTAN

Hal yang menjadi argumen terkuat bagi keutamaan Markus adalah argumen mengenai urutan.
Karl Lachmann adalah orang pertama yang mengatakannya. Argumen dasarnya positif dan
negatif: (1) positif: saat ketiga injil memiliki perikop ini, Matius dan Lukas sangat mirip
dalam urutan perikopnya; (2) negatif: saat Matius atau Lukas terpisah dari urutan Markus dalam
hal pengaturan perikop, mereka tidak pernah bisa mirip terhadap Markus. Dengan kata lain:
dalam cerita yang umum bagi ketiganya, Matius dan Lukas mirip urutannya hanya saat keduanya
mirip dengan Markus; saat keduanya berbeda dari Markus, keduanya pergi kearah yang berbeda.
Apa penjelasan terbaik dari hal ini? Sebagian besar sarjana PB menganggapnya sebagai
keutamaan Markus. Sebagian terlalu jauh mengatakan kalau Lachmann yang membuktikan
keutamaan Markus.
Dalam decade ini, pelajar dari pemikiran Griesbach memperdebatkan argumen urutan. Secara
khusus, B. C. Butler ditahun 1951 dengan berani menyebutnya dengan “the Lachmann fallacy.”
Argumennya adalah “jika Matius, Markus, dan Lukas secara langsung saling berkaitan satu sama
lain bukannya secara tidak langsung dihubungkan dengan beberapa sumber yang lebih awal
dimana ketiganya secara independen menyalinnya, maka fenomena urutan tidak lagi mendukung
keutamaan Markus tapi keutamaan Matius atau Lukas.”35 Ini artinya jika Markus adalah injil
terakhir, maka penulisnya akan mengatur materi atas dasar yang umum yang ada antara Matius
dan Lukas, dan akan mengikuti salah satu kalau keduanya tidak sepaham. Ini merupakan
suatu tour de force bagi pendukung keutamaan Matius.36
Ada empat masalah dengan tour de force ini. Pertama, pandangan ini harus memiliki anggapan
awal kalau Matius menggunakan Lukas atau Lukas menggunakan Matius. Kalau ini asumsinya,
beberapa masalah muncul dan tidak mudah dijelaskan.
Kedua, mengenai presuposisi ini, kita harus bertanya mengapa injil kedua (i.e., Matius atau
Lukas menggunakan yang lain) begitu sering berbeda urutannya dari yang pertama. Jika Lukas
menggunakan Matius, sebagai contoh, mengapa dia membagi Kotbah di Bukit, meninggalkan
beberapa perikop? Lebih jauh, mengapa dia mengabaikan/menggantikan cerita kelahiran dengan
cerita yang kurang berwarna—dan yang kurang tepat bagi maksudnya?

Ketiga, pandangan ini tidak bisa dengan mudah menjelaskan banyaknya materi umum yang
terdapat di Matius dan Lukas, tapi tidak ada dalam Markus. Tapi “sekali kita menerima Matius
dan Lukas menggunakan satu sumber umum utama selain dari Markus untuk menjelaskan materi
umum ini, tersisa sedikit alasan untuk menolak teori keutamaan Markus.”37
Keempat, suatu penyelidikan seksama terhadap Mark 1:1–6:6 dan paralelnya dalam Matius dan
Lukas38 menunjukan bahwa alasan tidak samanya Lukas/Matius dengan urutan Markus sangat
sesuai dengan beragam tujuan penulisannya, sedangkan anggapan bahwa Markus mengatur
kembali materinya tidak cocok dengan pola manapun yang terdeteksi dalam injilnya.39
Singkatnya, walau terlalu berani mengatakan bahwa keutamaan Markus secara lengkap telah
ditunjukan oleh argumentasi urutan, hal ini tetap merupakan pandangan yang lebih baik. Saat
dicamkan kalau rekonstruksi sejarah berkaitan dengan probability vs. possibility, bukan bukti
absolut bagi atau melawan suatu posisi, keutamaan Markus lebih aman.

6. KEMIRIPAN PENULISAN

“Didalam injil Sinoptik teradapat beberapa kemiripan penulisan yang hanya bisa dijelaskan
dengan baik dengan keutamaan Markus. Hal ini meliputi beberapa penghilangan dan
pengkalimatan yang lebih masuk akal jika Matius dan/atau Lukas yang mengubah Markus
sebagai sumber bukan sebaliknya.”40
7. ARGUMENTASI MENGENAI REDAKSI
“Mungkin argumen paling berat sekarang ini yang mendukung keutamaan Markus meliputi
perbandingan injil sinoptik dalam masalah urutan untuk melihat penekanan
teologisnya.”41Sebagian besar penafsir berpegang pada keutamaan Markus (tafsiran dari Mann,
Guelich, dan Gundry menjadi pengecualian). “Pada umumnya kelihatannya Matius
menggunakan Markus untuk menyediakan penekanan redaksional yang jelas dan konsisten. Hal
yang sama bisa dikatakan tentang Lukas terhadap Markus. Sebaliknya, dari sudut pandang kritik
redaksi Markus, Markus menggunakan Matius (dan/atau Lukas) kelihatannya tidak
mungkin.”42Beberapa contoh bisa diberikan untuk menunjukan hal ini.
A. PENEKANAN REDAKSIONAL MATIUS DIBANDINGKAN DENGAN MARKUS DAN
LUKAS
1) “Anak Daud”43
Frase ini muncul sebelas kali dalam Matius, empat dalam Markus dan Lukas. Jumlah ini tidak
membenarkan apapun. Matius memulai injilnya dengan frase ini (1:1). Lebih jauh, saat suatu
perbandingan dibuat, perikop per perikop, bisa terlihat kalau inilah penekanan Matius. Cf.,
e.g., Matt 12:22-24/Mark 3:22/Luke 11:14-15. Jika Matius merupakan injil pertama, mengapa
Markus dan Lukas menghilangkan frase ini tujuh kali? Mereka tidak punya keengganan
terhadapnya dilihat dari keempat petunjuknya. Lebih jauh, empat petunjuk dalam Markus sesuai
dengan empat yang ada dalam Lukas, menunjukan Lukas menggunakan Markus tapi tidak
menyadari Matius.
2) Motif Pemenuhan
Sepuluh (atau sebelas) formula pembukaan Matius (“this was to fulfill...”) tidak diduplikat secara
sama baik dalam Markus atau Lukas. Karena baik Markus dan Lukas menggunakan formula
pembukaan yang lain (seperti “it is written”), hal ini menunjukan kalau mereka juga tertarik
menghubungkan kehidupan Yesus dengan PL. Tapi kenapa mereka menghilangkan seluruh
formulanya Matius? Lebih mudah percaya kalau Matius menambahkan hal ini terhadap salinan
dari Markus, untuk menunjukan kepada orang Kristen Yahudi kalau Yesus adalah Kristus.
“Bahwa formula kutipan adalah tambahan sekunder terhadap teks terlihat dalam 1:22; 2:15, 17,
23; 4:14; 8:17; 12:17; 13:35; 21:4; and 27:9. Bagian-bagian ini bisa diambil dari konteksnya, dan
walau kita bisa lebih miskin sebagai hasilnya, penghilangannya tidak akan pernah
diperhatikan.”44
B. BENTUK GAYA MARKUS DIBANDINGKAN DENGAN MATIUS
1) “Immediately”
Kata “immediately” (eujquv) secara khusus milik Markus, muncul lebih dari 40 kali. Setiap kali
Matius memiliki kata ini, selalu ada paralelnya dalam Markus. Lebih jauh, pengejaan
alternatif, eujqevw, hampir selalu memiliki paralel dalam Markus melalui eujquv. “Mengenai
18,293 kata yang ditemukan dalam Matius, 10,901 memiliki paralelnya dalam Markus. Didalam
10,901 kata ini, kata ‘immediately’ muncul tujuhbelas kali, tapi didalam 7,392 kata dalam
Matius yang tidak memiliki paralelnya dalam Markus, kata ini hanya muncul
sekali.”45 Mengenai hipotesis Griesbach, kita akan berharap melihat keduabelas contoh kata
“immediately” yang ada dalam materi tapi tidak ada paralelnya dalam Markus. Dengan kata lain,
penggunaan Markus konsisten keseluruhannya, sedangkan penambahan Matius hanya dalam
paralelnya dengan Markus. Ini dengan kuat menunjukan kalau Matius menggunakan Markus.
2) “For”
Markus menggunakan kata penjelas gavr dalam komentar editorialnya 34 kali (dari 66
penggunaan kata hubung ini). Matius, sebaliknya, menggunakan gavr 11 kali dalam komentar
editorialnya (dari total 123 kali penggunaannya), sepuluh memiliki paralel dengan Markus.
“Secara statistik [berasumsi dari keutamaan Matius], kita akan berharap ada kira-kira tujuh
klausa seperti itu [dalam materi Matius yang tidak memiliki paralel]. Sebaliknya, berdasar pada
keutamaan Markus, kita berharap pemunculan yang lebih besar akan bentuk gaya Markus
didalam bagian Matius yang memiliki paralel dengan Markus daripada bagian lainnya, dan inilah
yang kita temukan.”46
3) Historical Present
Markus memiliki 151 Historical Present, dibandingkan dengan Matius 78 dan Lukas sembilan.
Ada keengganan terhadap Historical Present oleh sebagian besar penulis literature, yang dengan
baik menjelaskan penggunaan Lukas (lima dari Historical Presentnya, ditemukan dalam
perumpamaan Yesus dan tidak berasal dari gaya ceritanya sendiri). Penggunaan konsisten dari
Historical Present oleh satu penulis daripada ketidakonsistenan penggunaannya oleh dua penulis
lainnya tidak hanya berarti Markus merupakan injil pertama tapi juga Lukas, setidaknya,
merasakan sebagian keengganan terhadap penggunaan Historical Present, dan akibatnya memilih
untuk membiarkannya bagi bentuk yang lebih literal.47
Singkatnya, argumen redaksional menambah beban pada keseluruhannya. Saat redaksional,
struktur kalimat, dan pola gaya yang sama timbul dalam satu injil tapi tidak konsisten dalam injil
lainnya, kita harus bertanya alasannya. Jika pola ini tidak penting dan hanya masalah gaya
(seperti penggunaan kata hubung), maka injil pertama dianggap yang memakainya secara lebih
konsisten. Sebaliknya, jika pola ini memiliki arti (e.g., “Anak Daud”) maka
penghilangan/penambahan hal ini oleh satu penulis pastilah disengaja. Mengenai hal ini, lebih
mudah melihat mengapa seorang penulis menambah ekspresi itu daripada menghilangkannya.
Melihat kedua hal itu, (pola yang penting dan tidak penting), Markus lebih terlihat sebagai
sumber bagi Matius, bukan sebaliknya.

8. TEOLOGI MARKUS YANG LEBIH PRIMITIVE

Ada banyak baris yang bisa kita gunakan untuk menggambarkan hal ini. Salah satu buktinya
adalah penggunaan kata “Tuhan” (kuvrio) dalam injil Sinoptik. Markus menggunakannya pada
Yesus hanya enam kali seperti yang ada dalam triple tradition; Matius, sebaliknya, limabelas kali
seperti yang ada dalam triple tradition. “Terlihat masuk akal, hanya melihat angka, untuk
mengerti semakin banyak contoh dimana Yesus disebut kyrios dalam Matius sebagai
perkembangan sekunder dimana judul favorite bagi gereja permulaan semakin banyak terlihat
dalam cerita injil.”48 Saat kita membandingkan ke dalam triple tradition, terbukti kalau Markus
tidak memiliki kata “Tuhan” saat Matius atau Lukas memiliki istilah yang lebih
primitive (seperti “Rabbi,” atau “Guru”), tapi dibeberapa bagian baik Matius atau Lukas
mengubah istilah Markus yang kurang ini dengan kata “Tuhan.”
9. KESIMPULAN

Untuk meringkas alasan keutamaan Markus, delapan argumen diberikan.

(1) Argumentasi mengenai panjang teks. Walau Injil Markus lebih pendek, dia bukanlah suatu
abridgment, atau suatu injil yang dibuat secara khusus dari kesamaan Matius-Lukas. Faktanya,
dimana perikopnya paralel dengan Matius dan/atau Lukas, cerita Markus biasanya yang paling
panjang. Kekayaan materi yang dibiarkan dari injil ini tidak bisa dijelaskan dengan hipotesis
Griesbach.
(2) Argumentasi mengenai struktur kalimat. Matius terutama Lukas menggunakan struktur
kalimat dan gaya penulisan yang lebih baik daripada Markus, hal ini menunjukan mereka
menggunakan Markus, tapi meningkatkannya.
(3) Argumentasi mengenai pembacaan yang lebih sulit. Mengenai analogi kebiasaan penulis
mula-mula, Lukas dan Matius kelihatannya menyingkirkan kesulitan yang ada dalam Injil
Markus dan membuat yang lebih baik. Jika keutamaan Matius dipegang, maka mengapa Markus
mengenalkan kesulitan seperti dan menjadi hal yang tidak bisa dijelaskan.
(4) Argumentasi mengenai kemiripan verbal. Ada lebih sedikit kemiripan verbal antara Matius-
Lukas daripada kemiripan verbal dua injil lain. Hal ini sulit dijelaskan dengan hipotesis
Griesbach, lebih mudah dengan hipotesis Lachmann/Streeter.
(5) Argumentasi mengenai kemiripan urutan. Lukas dan Matius tidak pernah mirip satu sama
lain saat keluar dari urutan Markus, tapi alasan mengenai hal ini berdasar pada keutamaan
Markus sudah tersedia sedangkan pada keutamaan Matius tidak.
(6) Argumentasi mengenai kemiripan penulisan. Sangat dekat dengan argumentasi redaksional,
hal ini menekankan pada analisa penulisan, lebih mudah melihat Matius menggunakan Markus
daripada sebaliknya.
(7) Argumentasi mengenai redaksi. Penekanan redaksi dalam Markus, terutama dalam gayanya,
tidak konsisten jika ditemukan dalam Matius dan Lukas, sedangkan kebalikannya tidak. Dengan
kata lain, gaya Markus cukup konsisten, sedangkan Lukas dan Matius tidak konsisten—saat
diparalelkan dengan Markus, ada konsistensi; saat berbeda, keduanya berjalan sendiri-sendiri.
Hal ini menunjukan Markuslah yang menjadi sumber bagi Matius dan Lukas.
(8) Argumentasi mengenai teologi Markus yang lebih primitive. Markus kelihatannya
menunjukan teologi yang lebih primitive daripada Lukas atau Matius. Hal ini mengatakan kalau
Matius dan Lukas menggunakan Markus, mengubah teks agar sesuai dengan maksud mereka.
Mengenai kedelapan argumen ini, salah satu yang paling meyakinkan bagi saya (sesuai urutan):
argumentasi mengenai urutan, argumentasi mengenai pembacaan Markus yang lebih sulit
(termasuk teologinya yang lebih primitive),49 argumentasi mengenai panjang, dan argumentasi
mengenai redaksi. Sebaliknya, hal yang gagal meyakinkan saya dari pemikiran Griesbach adalah
alasan mengapa Markus ditulis. Kalau sudah ditulis, mengapa perlu disimpan?50
Masih ada dua pertanyaan yang harus diselesaikan jika keutamaan Markus ingin ditegakan
sebagai hipotesa yang paling baik. Pertama, ada berbagai tempat dimana Matius dan Lukas
memiliki kesamaan material yang tidak ada dalam Markus. Hal ini menimbulkan pertanyaa
apakah keduanya menggunakan sumber yang sama atau salah satu meminjam dari yang lain.
Keutamaan Markus akan mengatakan kalau keduanya menggunakan sumber yang sama—yang
diberikan julukan “Q”51 (yang nature dan keberadaannya diperdebatkan)—sedangkan
pendukung keutamaan Matius berpendapat kalau Lukas menggunakan Matius. Kedua, ada
kemiripan kecil antara Matius dan Lukas dalam bagian triple tradition yang menunjukan ada
bentuk peminjaman penulisan antara keduanya—jika demikian, maka keutamaan Markus akan
gagal (karena Matius dan Lukas, dalam hal ini, tidak menggunakan Markus secara independen).
C. Keberadaan Q

Matius dan Lukas memiliki kesamaan sekitar 235 ayat dan tidak ditemukan dalam
Markus.52Kemiripan verbal antara keduanya sering begitu luar biasa seperti yang ditemukan
antara Matius dan Markus, Markus dan Lukas, atau Matius dan Markus dan Lukas. Cf.,
e.g., Matt 6:24/Luke 16:13; Matt 7:7-11/Luke 11:9-13. Hanya dua alasan tersedia bagi paralel
seperti itu: apakah salah satu penulis injil mengenal dan menggunakan injil lainnya, atau
keduanya menggunakan sumber yang sama. Keutamaan Lukas pasti tersingkir untuk beberapa
pertimbangan (tidak hanya struktur kalimat yang ditingkatkan, tapi juga jurang pemisah yang
besar dalam penggunaan Markus),53 membuat keutamaan Matius menjadi satu-satunya pilihan
bagi saling pinjam antar kitab injil. Ada beberapa pertimbangan melawan hal ini, dan juga
beberapa argumen yang mendukung keberadaan Q.
1. APAKAH LUKAS TIDAK MENGENAL MATIUS?

A. KURANGNYA PENAMBAHAN MATIUS DALAM LUKAS TERHADAP TRIPLE


TRADITION
“Salah satu argumen terkuat melawan penggunaan Matius oleh Lukas adalah fakta bahwa saat
Matius memiliki tambahan materi dalam triple tradition (‘penambahan Matius terhadap cerita
itu’), hal ini ‘tidak pernah’ ditemukan dalam Lukas.”54 Secara khusus, kita harus
memperhatikan motif pemenuhan dari Matius yang tidak diduplikasi dalam Lukas (cf. Matt 8:16-
17/Mark 1:32-34/Luke 4:40-41). Ada masalah ganda bagi pemikiran Griesbach dalam bagian-
bagian seperti ini: (1) Mengapa Lukas menghilangkan materi kaya seperti ini, terutama karena
hal ini bisa membantu maksud dari injilnya? (2) Bagaimana kita bisa mengandalkan fakta ini
kalau baik Lukas dan Markus menghilangkan materi ini? Didalam hipotesis Holtzmann/Streeter,
Lukas menyalin Markus, sedangkan Matius menambahkan materinya. “Jika Matius dan Lukas
menggunakan Markus secara independen, kita berharap penambahan editorial terhadap cerita
tidak akan banyak kemiripan satu sama lain. Tapi, semua tampak seperti ‘penambahan Matius’
dan ‘penambahan Lukas’ terhadap cerita. Dan inilah yang kita temukan.”55
B. PERBEDAAN KONTEKS LUKAS TERHADAP MATERI Q
Jika Lukas menggunakan Matius, mengapa dia tidak pernah menempatkan materi umum (tradisi
ganda) didalam konteks yang sama seperti yang muncul dalam Matius? Matius memiliki lima
bagian yang jelas tentang perkataan Yesus yang sebagian besar, tidak terdapat dalam Markus tapi
ada dalam Lukas. Setiap bagiannya diakhiri dengan “and when Jesus finished these sayings.”
Tapi Lukas kehilangan perkataan-perkataan ini diseluruh injilnya. Penjelasan paling umum
adalah Matius mengatur kembali materi Q kedalam lima topik, sedangkan Lukas hanya menyalin
Q kedalam dokumennya.56 “Tesis yang mengatakan kalau Lukas mendapat materi Q dari Matius
tidak bisa menjelaskan mengapa Lukas mengatur kembali materi ini menjadi sama sekali
berbeda dan dalam format yang ‘secara artistic lebih buruk’.”57
C. KONTEKS LUKAS YANG LEBIH PRIMITIVE TERHADAP MATERI Q
“Pengaturan materi dalam Matius dilakukan dengan sangat baik. Kotbah di Bukit (Matt. 5-7)
menjadi salah satu karya besar penulisan yang pernah ada. Mengapa Lukas, yang merupakan
penulis yang baik, memilih untuk merusak karya agung ini dan menyebar materi ini kedalam
gaya artistic yang lebih buruk diseluruh injilnya?”58 Sekali lagi, argumen ini beranggapan kalau
Matius telah mengatur kembali Q dan Lukas tidak, dan ini didukung oleh premise bahwa
pengaturan Lukas inferior. Argumen ini tidak bisa sebaik Stein dimana struktur Lukas juga
memiliki artistic yang tinggi, seperti yang telah ditunjukan. Tapi, hal ini tetap memberatkan: jika
struktur Lukas memiliki artistic yang tinggi seperti Matius, sepertinya kedua penulis mengatur
kembali materinya.
D. BENTUK DARI MATERI Q
Mengenai hipotesis Griesbach, jika Lukas menggunakan Matius, kita berharap Lukas memiliki
perkembangan yang lebih diperbaharui (dalam teologi, perkataan-perkataan, dll.), dan Matius
akan terlihat lebih primitive. Tapi, ada saat dimana Matius lebih berkembang secara teologis
(e.g., penggunaan kuvrio untuk menggambarkan Yesus, dll). Jika, keduanya menggunakan Q
(dan Markus) secara independen, kita berharap kedua injil ada diantara primitivity dan
perkembangan. Inilah yang ditemukan. Sebagai contoh, Doa Tuhan dalam Matt 6:9-13 lebih
diolah daripada didalam Luke 11:2-4 (terutama dalam penambahan “your will be done on earth
as it is in heaven”). Tapi pada saat yang sama, menunjukan primitivity yang lebih besar dalam
perkataan “forgive us our trespasses” sedangkan Lukas “forgive us our sins.” Didalam Matt 7:9-
11/Luke 11:11-13 kita melihat “your heavenly Father gives good things to those who ask him”
dalam Matius, sedangkan “gives the Holy Spirit” dalam Lukas. Lebih jauh, didalam Kotbah di
Bukit, Matius berbicara mengenai “the poor in spirit” dan mereka yang “hunger for
righteousness” sedangkan Lukas hanya merujuk pada yang miskin dan lapar. Matius jelas lebih
memiliki perkembangan artikulasi terhadap dampak perkataan Yesus daripada yang dilakukan
Lukas.59
Secara keseluruhan, Lukas lebih banyak memiliki pembacaan sulit daripada Matius dalam materi
umum. Hal ini sulit dijelaskan dengan keutamaan Matius. Terutama saat injil Lukas melibatkan
motif tertentu yang menguntungkan artikulasi Matius. Secara pribadi, saya menganggap hal ini
sebagai argumen terkuat melawan keutamaan Matius.

E. KURANGNYA KEMIRIPAN MATIUS DAN LUKAS DALAM HAL URUTAN


Walau (seperti yang telah ditunjukan) kurangnya kemiripan urutan Matius dan Lukas
tidak membuktikan keutamaan Markus, jika berasumsi dari keutamaan Markus, hal ini bisa
menunjukan kalau Matius dan Lukas menggunakan Markus secara independen. Maka dari itu,
setidaknya satu permutasi dibuang melalui bukti ini, yaitu, baik Matius menggunakan Lukas atau
Lukas menggunakan Matius sebagai sumber sekunder.60
F. KURANGNYA MATERI M DALAM LUKAS
Terakhir, fakta bahwa Lukas kekurangan materi ‘M’ (materi yang unik dikaitkan terhadap
Matius) dan, sebaliknya, fakta Matius kekurangan materi ‘L’, menunjukan kalau keduanya tidak
saling mengenal. Harus diperhatikan kalau ini bukan logika sirkular, walau kelihatannya seperti
itu. Saat kita mendefinisikan ‘M’ sebagai materi yang unik dikaitkan dengan Matius, maka Lukas
pasti kekurangan hal ini! Tapi ini bukan inti argumen. Ada begitu banyak materi dalam Matius—
dan materi yang kaya—yang mungkin telah digunakan oleh Lukas yang diketahuinya, bahwa dia
tidak menggunakannya menunjukan dia tidak tahu keberadaannya. (Hal yang sama bisa
dikatakan bagi Matius kekurangan materi ‘L’.) Sebagai contoh, Lukas tidak ada cerita orang
majus datang ke Yesus setelah kelahirannya (Matt 2:1-12)—walau mereka non Yahudi (motif
kunci dalam Lukas-Kisah Para Rasul). Pergi dari Mesir, Amanat Agung (sekali lagi, mengambil
motif yang relevan bagi pembaca non Yahudi) juga tidak ada. Faktanya, Lukas memiliki hampir
semua materi cerita (berlawanan dengan didactic) yang ada dalam Markus. Lebih jauh, cerita
kelahiran dalam Lukas begitu beda dari Matius sehingga kita bertanya mengapa dia tidak
berusaha mengharmonisasikannya lebih baik, dengan asumsi dia menganggap cerita Matius bisa
diandalkan.61
Seperti kata Stein,

Tentu saja tidak mungkin mengetahui apa yang dipikirkan Lukas saat dia menulis dan mengapa
dia menghilangkan hal ini atau cerita dari injilnya. Tindakan mental ini diluar kemampuan
eksegesis untuk merekonstruksinya. Tapi, masih mungkin membahas prosedur apa yang paling
mungkin dalam kerangka bagaimana penulis menangani materi yang ditemukan dalam injil.
Kelihatannya Lukas menggunakan Matius kurang memungkinkan, berkaitan dengan kurang
dimasukannya materi M kedalam injil Lukas.62
Dengan kata lain, rekonstruksi sejarah merupakan lingkup probability vs. possibility,
bukannya truth vs. falsehood atau certainty vs. uncertainty. Kepastiannya, mungkin saja Injil
Matius yang pertama—dan tidak ada argumen pendukung keutamaan Markus yang bisa secara
tuntas menghapus kemungkinan itu. Tapi mana yang paling mungkin merupakan masalah lain.
Argumentasi bagi keutamaan Markus lebih baik daripada anggapan diatas.63
Ringkasnya, jika Lukas tidak menggunakan Matius (seperti yang ditunjukan oleh bukti),
mengapa Matius dan Lukas memiliki begitu banyak materi umum yang tidak ditemukan dalam
Markus? Satu-satunya solusi adalah mereka mendapat informasinya dari sumber umum. Tapi
apakah sumbernya oral atau dokumen tertulis? Kita akan membahas pertanyaan ini dibagian
berikut, dan akan diakhiri dengan argumentasi bagi keberadaan Q.

2. APAKAH “Q” SEBUAH SUMBER TERTULIS?

Para sarjana telah memberi empat argumen utama kalau Q adalah satu dokumen tertulis.

A. KETEPATAN PENGKALIMATAN
Banyak perikop umum antara Matius dan Lukas memiliki kemiripan atau pengkalimatan yang
identik, hal yang umum bagi materi yang ada dalam triple tradition. Jika ketepatan dalam triple
tradition menunjukan Matius dan Lukas menggunakan sebuah dokumen tertulis—katakanlah
Markus—sebagai sumber, kelihatannya ketepatan double tradition mendukung adanya satu
dokumen tertulis yang dipakai oleh Matius dan Lukas—katakanlah, Q. Tapi ada dua hal yang
menghalangi: (1) Perikop dalam Matius-Lukas tidak sebanyak yang ada dalam Matius-Markus-
Lukas (atau Matius-Markus atau Markus-Lukas). (2) Beberapa perikop yang ada dalam Matius
dan Lukas kurang memiliki kesamaan pengkalimatan. Maka dari itu, Q tidak paralel dengan
Markus apakah dalam kuantitas (jumlah perikop) atau kualitas (pengkalimatan yang identik).
Buktinya secara keseluruhan mengatakan kalau Q adalah sebuah dokumen tertulis dan tradisi
oral.

B. URUTAN MATERI
Walau ada beberapa perdebatan mengenai urutan dalam materi Q antara Matius dan Lukas, ada
beberapa hubungan umum, dan sebagian bahkan mengejutkan.64 Tapi, “jika penggunaan Matius
dan Lukas terhadap Markus bisa menjadi pola bagaimana mereka menggunakan sumber-
sumbernya, setidaknya salah satunya tidak menggunakan sumber Q-nya dengan cara yang sama
dia menggunakan Markus!”65 Secara keseluruhan, argumen urutan tetap memiliki nilai, walau
ada kemungkinan Q merupakan dokumen tertulis dan tradisi oral.
C. “GANDA” DALAM MATIUS DAN LUKAS
Beberapa sarjana melihat doublets sebagai bukti utama Q berbentuk tulisan. Sebuah doublet
“merujuk pada munculnya kesamaan cerita atau teks dalam dua kitab
Injil.”66 Biasanya perkataan Yesus, walau para sarjana telah mendeteksi sejumlah kecil cerita-
cerita yang kelihatannya adalah doublets. Hal yang terpenting mengenai doublets adalah
sebagian besar, setengah dari doublet memiliki paralel dalam Markus dan setengahnya dalam Q.
Seluruhnya, para sarjana mendeteksi sebelas doublets dalam Lukas dan duapuluh dua dalam
Matius.67Sebagai contoh, Matius dua kali mencatat memotong bagian tubuh yang menyesatkan.
Matius mencatat perkataan ini dalam Matt 5:29-30 dan 18:8-9; ditemukan juga dalam Mark 9:45,
47. Tapi, hanya satu dari teks Matius yang memiliki paralel dalam Markus. Matius 18:8-9 paralel
dengan Mark 9:45, 47 dalam (1) pengaturannya berkaitan dengan perikop lainnya, (2) jumlah
kemiripan verbal,68 dan (3) urutan dan jumlah tubuh yang menyesatkan didalamperikop (Matt
5 terdapat mata dan tangan kanan; Matt 18/Mark 9 terdapat tangan, kaki, mata [‘kanan’ tidak
disebutkan dalam kedua bagian ini]).
Se-luar biasa contoh-contoh ini, mereka kurang membuktikan kalau Q adalah sebuah
sumber tertulis, walau menunjukan dengan baik kalau Matius dan Lukas memiliki beberapa
sumber umum disamping Markus.
D. SUATU GAYA DAN KOSA KATA UMUM
Argumen terakhir ini menganggap ada sebuah gaya dan kosa kata umum dalam materi Q, hal ini
menunjukan Q lebih dari tradisi oral. Tapi, perkataan dominical terlalu diatur oleh bentuk
kritis,69 juga oleh kemungkinan ipsissima verba dan kepastian ipsissima vox, bahwa hal ini tidak
bisa terbukti sebagai suatu dokumen tertulis.70 Akibatnya, sebagian besar sarjana meninggalkan
pendekatan ini diakhir abad keduapuluh.
Meringkas hal ini, keberadaan Q sangat diperlukan untuk menyatakan keutamaan Markus. Bagi
banyak sarjana, hal ini menjadi kelemahan utama dari hipotesis. Tapi setelah memberikan
masalah besar dari pendekatan lain terhadap saling tergantungnya kitab-kitab injil, keutamaan
Markus jauh lebih baik. Jika ini benar, maka Q memang ada. Tapi bentuknya seperti apa? Saya
cenderung menganggap Q mewakili sumber tertulis dan tradisi oral. Saya tidak menganggap
telah terbukti Q hanyalah sumber tertulis. Hal ini bisa diukur ketika kita membandingkan
penggunaan Markus dalam Matius-Lukas dengan Q. Jika Q merupakan satu sumber tertulis,
maka hal ini digunakan secara berbeda dari cara Markus memperlakukannya.

3. KESIMPULAN

Maksudnya kesimpulan, kita ingin membahas argumentasi-argumentasi yang melawan


keberadaan Q (apapun bentuk Q yang sebenarnya).

Ada tiga prinsip argumen yang melawan keberadaan Q: (1) Mengapa tidak disimpan? (2) Jika
ada, hanyalah berisi perkataan-perkataan dominical, tidak ada cerita kelahiran, kebangkitan, dll.
Apa bisa dimengerti dokumen seperti itu bisa dihasilkan? (3) “membutuhkan tumpang tindih
materi untuk menjelaskan kemiripan Matius-Lukas seperti yang kita temukan dalam cerita
baptisan . . . ; peristiwa Beelzebul . . . ; perumpamaan penabur . . . ; dan penugasan . . . .
Tumpang tindih dari materi Q dengan Markus sering dilihat sebagai hal memalukan bagi
hipotesis Q dan secara sarkastik disebut sebagai ‘blessed overlap.’”71 Kita akan membahas
argumen ini dalam gaya chiastic.
Pertama, kita mengharapkan ada sebagian yang tumpang tindih antara Q dan Markus, terutama
dalam perkataan-perkataan dominical. Kegandaan tidak hanya menunjukan hal ini, tapi fakta
bahwa keduanya berkaitan dengan pribadi yang sama menjadikan absennya tumpang tindih
menjadi tidak mungkin.
. . . pada dasar yang murni teoritis, tidak biasa jika dua sumber mengenai Yesus, seperti Markus
dan Q, tidak tumpang tindih. Lagi pula, mereka berkaitan dengan pribadi yang sama, dengan
kejadian hidup dan perkataanNya, jadi beberapa tumpang tindih diharapkan. Masalah tumpang
tindih bisa menjadi hal memalukan bagi hipotesis Q hanya jika hipotesisnya membutuhkan
absennya tumpang tindih dan pada dasarnya “tidak biasa” dalam contoh individual. Tumpang
tindih dalam cerita baptisan, sebagai contoh, sangat mengejutkan.72
Kedua, walau aneh ditelinga orang modern pikiran bahwa sebuah dokumen hanya berisi
perkataan-perkataan Yesus pernah ada—dan sangat berarti bagi orang Kristen mula-mula—
memiliki paralel-nya

(1) Pertama, dan yang terpenting adalah Injil Thomas berisi 114 kata-kata Yesus tanpa ada
keterkaitan diantaranya. Walau ini merupakan dokumen bidat yang penanggalannya tidak masuk
kanon, analoginya tidak salah: sebuah buku tentang perkataan Yesus dan berarti bagi gereja
mula-mula.

(2) Kedua, jika pernyataan Papias mengenai penulisan Matius terhadap kata logiva bagi Jesus
dalam bahasa Ibrani autentik, maka Matius sendiri bisa menulis sebuah buku atau beberapa
pamplet tentang kata-kata dominical.73 Didalam Fragments of Papias 2:16 (disimpan oleh
Eusebius), Papias berkata tentang Injil Matius:74 “Dan mengenai Matius dia berkata:
‘Sebaliknya [mengenai penulisan dalam bahasa Yunani],75 Matius mengatur kata-kata
itu76dalam dialek Ibrani, dan setiap orang menafsirkannya sebisa mungkin.’”
(3) Ketiga, ada beberapa agrapha “mengambang” disekitar dua atau tiga abad pertama gereja
dimana banyak penulis patristic merasakan mana yang merupakan perkataan-perkataan
dominical yang autentik. Beberapa diantaranya masuk kedalam MSS kitab-kitab Injil.
Kemungkinan sebagian dari Q telah disimpan bagi kita dalam agrapha. Dan jika tidak,
setidaknya sesuatu seperti Q telah disimpan dalam agrapha ini, walau dalam suatu cara yang
diakui terpisah-pisah.77
Ketiga, mengapa Q tidak disimpan? Seperti yang telah kita lihat, hal ini mungkin disimpan
sebagian—apakah sebagai bagian dari Matius (yang mungkin menulis sebagian pada awalnya),
atau dalam agrapha yang ditemukan dalam MSS injil dan diantara kutipan patristic. Tapi diatas
semua itu ada tiga pertimbangan. (1) Pertama, melihat kata pengantar Lukas, kelihatannya dia
menggunakan banyak materi yang tidak disimpan. Mengapa Q harus berbeda? Menurut semua
pandangan, injil kanonis menyaring dokumen tertulis mula-mula yang terbaik. (2) Kedua,
transmisi sejarah menunjukan kalau kitab-kitab non kanonis tidak disalin cukup banyak. (3)
Ketiga, para penulis patristic (dan para penulis masa lalu) seringkali menyebut buku-buku—
buku-buku yang sangat penting dan bernilai, dinilai dari gambaran mereka—yang tidak ada lagi.
Mengapa Q harus berbeda? Melihat semua itu, sangat wajar kita tidak punya Q (terutama jika
terpisah-pisah, dan sebagian, berbentuk tradisi oral). Memang, hal yang paling mengejutkan
adalah jika Q disimpan dari akhir abad pertama!78
D. Kemiripan Matius-Lukas terhadap Markus

Dalam bagian akhir mengenai masalah sinoptik, kita akan melihat apa yang diistilahkan dengan
“halangan terbesar dalam menerima hipotesa dua sumber”:

Pertanyaan utama dan halangan terbesar untuk menerima hipotesa dua sumber . . . melibatkan
masalah keragaman kemiripan Matius-Lukas terhadap Markus. Jika hal ini ‘mengharuskan’
Lukas mengenal (menggunakan) Matius, maka baik hipotesa Q dan keutamaan Markus
dipertanyakan. Q menjadi tidak diperlukan, karena keberadaannya tergantung pada
ketidaktahuan Matius akan karya Lukas demikian sebaliknya. Walau kita masih bisa berpegang
pada keutamaan Markus jika Lukas menggunakan Matius, banyak argumen bagi keutamaan
Markus akan dikompromi dan keutamaan Matius menjadi lebih menarik.79
Lebih spesifik lagi, terdapat perikop dalam triple tradition, empat perbedaan bentukkemiripan
kecil antara Matius dan Lukas yang tidak ada dalam Markus: (1) kemiripan
dalam penghilangan detil-detil yang terdapat dalam Markus; (2) kemiripan
dalam penambahandetil-detil yang tidak terdapat dalam Markus; (3) kemiripan dalam ekspresi
dan pengkalimatan yang lain dari Markus; dan (4) kemiripan dalam keragaman dari ekspresi
Markus. Secara keseluruhan, para sarjana telah mendeteksi antara 272 dan 770 kemiripan
kecil.80 Pendekatan kita akan melihat tiga kategori kemiripan kecil (diatur pada prinsip berbeda
dari yang diatas, walau tidak membuang satupun), dengan merespon pemikiran
Holtzmann/Streeter.
1. KEMIRIPAN MATIUS-LUKAS DALAM PENGHILANGAN

Sebagian besar kemiripan Matius-Lukas ada dalam kategori ini (180 dari 272, menurut Stoldt).
Ini cukup penting, karena “jika Matius dan Lukas menghilangkan 6,593 dan 8,038 kata dari
11,025 kata dalam Markus, ada banyak kemiripan dalam penghilangan itu sendiri!81 Tidak
hanya itu, tapi argumen ini memotong dua arah: Jika Markus merupakan injil terakhir,
bagaimana menjelaskan 180 penambahan -nya—terutama jika merupakan versi “abridged”?
Lebih jauh, atas asumsi keutamaan Markus, jika Matius dan Lukas ingin menambah materi dari
sumber lain (e.g., Q), sebagian besar yang mereka hilangkan cukup bisa diprediksi, melihat
pengulangan, ekspresi Aramaic Markus, dll.
2. KEMIRIPAN MATIUS-LUKAS DALAM STRUKTUR KATA DAN PENGEDITAN

Ada beberapa kemiripan antara Matius dan Lukas daripada Markus dalam struktur kata dan
pengeditannya. Berasumsikan keutamaan Matius, hal ini terlihat mengesankan. Tapi
berasumsikan keutamaan Markus, terlihat tidak relevan. Empat hal dibahas dibawah ini.

A. HISTORICAL PRESENT
Markus menggunakan historical present 151 kali; Matthew, 78; Luke, 9. Data ini bisa digunakan
untuk mendukung beberapa hipotesa berbeda. Stein meringkasnya dengan baik bagaimana
mereka menggunakan pemikiran Griesbach dan Holtzmann/Streeter:

Farmer berpendapat Lukas tidak memiliki keengganan kuat bagi penggunaan historical present
karena memiliki enam contohnya dalam materi non Markus. Argumen ini menyesatkan, karena
menurut Farmer, Lukas menggunakan Matius. Jika Lukas menghindari setidaknya duapuluh dua
dari tujuhpuluh delapan kali historical present yang ditemukan dalam Matius, kita tidak bisa
mengabaikan dia melakukan hal yang sama jika menggunakan Markus! Sebenarnya satu contoh
yang kita miliki dengan jelas memperlihatkan bagaimana historical present diperlakukan oleh
penulis injil sesudahnya ditemukan dalam Injil Lukas. Kecenderungan Lukas yang jelas, apakah
dia menggunakan Matius atau Markus, adalah menghilangkan historical present. Atas dasar
hipotesa dua dokumen, yang kita perlu lakukan dalam menjelaskan kemiripan ini adalah
menganggap Matius memiliki kecenderungan ini seperti Lukas walau tidak menyeluruh.
Sebaliknya, menurut hipotesa Griesbach, kita harus menjelaskan dua kecenderungan berlawanan
yang sama kuat: Lukas berusaha menghindari historical present dalam sumber Matiusnya, dan
Markus berusaha menambah historical present bagi sumber Matiusnya, walaupun sumber Lukas
menghindarinya. Untuk menjelaskan data ini, hipotesa Griesbach Hypothesis membutuhkan dua
kecenderungan yang berlawanan pada Markus dan Lukas. Hipotesis dua sumber tidak. Hipotesa
Griesbach juga kesulitan menjelaskan mengapa Markus, dengan kecenderungan kuatnya
menggunakan historical present, tidak mengikuti Matius dalam peristiwa dimana Matius
memiliki historical present dalam triple tradition: Matthew 8:26; 9:28; 15:12; 17:20; 19:7, dan 8.
Teori yang mengatakan Matius dan Lukas tidak saling mengenal tidak menjawab masalah
sebenarnya dalam tipe kemiripan ini terhadap Markus.82
B. PENGATURAN KATA SAMBUNG
Lebih dari 30 contoh Matius dan Lukas menggunakan dev sedangkan Markus dalam paralelnya
menggunakan kaiv. Ini tidak mendukung keutamaan Matius, karena (1) Matius dan Lukas
menggunakan dev kira-kira dua kali lebih banyak dari Markus; (2) Penulisan Yunani berusaha
menghindari konstruksi paratactic sederhana (terutama terlalu menggunakan kaiv)—maka itu,
penulis yang lebih literal akan menggantikan kaiv dengan kata sambung lain; (3) Ini menunjukan
kalau injil apokrifa yang didasarkan pada Markus cenderung menggantikan kaiv dengan dev.83
C. PENGGUNAAN KATA KERJA
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, Markus menggunakan fevrw dalam pengertian “to
lead” sedangkan Matius dan Lukas menggunakan a[gw yang lebih tepat. Kemiripan ini,
cukup bisa diprediksi, yang mendukung keutamaan Markus dan superioritas keahlian penulisan
Lukas dan Matius.

D. LAIN-LAIN
Sekali lagi, ada beberapa kemiripan lain diantara Matius dan Lukas yang cukup bisa diprediksi
yang mendukung keutamaan Markus. Sebagai contoh, Matius dan Lukas memiliki “Moses and
Elijah” yang lebih alami dan secara kronologis lebih benar sedangkan Markus “Elijah with
Moses” (Mark 9:4) dalam cerita transfigurasi; Matius dan Lukas memberi Herodes julukan yang
lebih akurat “tetrarch” sedangkan Markus menyebutnya “king” (Mark 6:14); Matius dan Markus
berbicara mengenai kebangkitan Yesus “on the third day” bukannya kata-kata “after three days”
yang lebih membingungkan (Mark 8:31; 10:34); dll.84 Memang, kemiripan kecil ini bisa
diprediksi, memberi dukungan bagi keutamaan Markus, bukannya mendukung hipotesa
Griesbach, semua menegaskan hipotesa dua sumber!
3. KEMIRIPAN MATIUS-LUKAS YANG TERPENTING

Pastinya, tidak semua kemiripan Matius-Lukas mampu menjelaskan dengan mudah apakah
keutamaan Markus itu benar. Sejumlah kemiripan yang dianggap penting berbeda pada masing-
masing sarjana: “Fitzmyer mendaftar enam: Matthew 26:68, 75; 17:3, 17; 9:7, 20 dan paralelnya;
Hawkins mendaftar duapuluh [-satu]; dan Stoldt kelihatannya mendaftar limapuluh
tujuh.”85 Diantara yang paling penting adalah (didaftarkan sesuai petunjuk keutamaan
Markus): Mark 1:7-8; 2:12; 14:65; 3:24, 26-29; 5:27; 6:33; 9:2, 19; 14:72.
Kita tidak akan membahas bagian ini satu per satu (tulisan ini sudah terlalu panjang!), kita akan
mengusulkan empat alasan mengapa kemiripan itu terjadi. Hal yang perlu diperhatikan ada dua:
(1) karena masalah sinoptik tidak bisa benar-benar diselesaikan pada satu masalah saja, tapi
didasarkan pada sejumlah bukti, contoh yang paling penting dari kemiripan Matius-Lukas sangat
membantu;86 (2) bentuk paling penting dari masalah meliputi tempat dimana Matius dan Lukas
dianggap lebih primitive dari Markus. Tapi, walaupun satu atau dua contoh bisa dihasilkan (dan
memang bisa), hal ini tidak meruntuhkan kualitas dan kuantitas contoh yang dihasilkan disisi
lain: dilihat dari segala sisi Injil Markus lebih primitive.
4. PENJELASAN KEMIRIPAN MATIUS-LUKAS

A. KETIDAKSENGAJAAN DISEBABKAN PERLAKUAN REDAKSIONAL MEREKA


TERHADAP MARKUS
Seperti yang telah kita bahas, ada banyak kemiripan yang tidak terlalu penting antara Matius dan
Lukas yang bisa dijelaskan dengan hal ini (e.g., penghilangan historical present), walau hanya
sedikit dan kalaupun ada, kemiripan yang penting juga bisa dijelaskan dengan cara ini.

B. TUMPANG TINDIHNYA Q
Walau kita harus berhati-hati agar tidak merujuk pada Q hanya untuk keluar dari masalah,87
Kita tidak bisa dimengerti kalau hanya ada Markus (atau Matius atau Lukas!) dan tidak ada
kumpulan perkataan-perkataan lain atau kumpulan tulisan seperti injil. Berkali-kali mereka harus
tumpang tindih. Secara hipotesis tidak ada alasan mengapa Matius dan Lukas tidak bisa
dipengaruhi oleh hal ini dalam penulisan injilnya. Jika Farmer bisa mengatakan tentang tradisi
yang tumpang tindih, mengapa Streeter tidak bisa? . . . Kemungkinan kemiripan Matius-Lukas
daripada Markus dalam cerita baptisan bisa dijelaskan dengan hal ini. Kemiripan lain yang
berkaitan dengan tumpang tindih adalah cerita pencobaan, kontroversi mengenai Beelzebul ,
perumpamaan penabur, dan penugasan.88
Melihat salah satu contoh diatas: dalam kotbah Yohanes Pembaptis, ketiga injil menulis
perkataannya, “I baptize you with water, but he will baptize you with the Holy Spirit” (Mark
1:8), baik Matius dan Lukas menambahkan kata “and with fire” dan kemudian mengenai
penampian (Matt 3:11-12/Luke 3:16-17). Tapi melihat pesan Yohanes Pembaptis yang terdapat
dalam keempat injil, jelas bahwa tradisi oral dikenal keempat penginjil ini. Terbukti juga dalam
perikop ini, dalam Markus dan tradisi oral Lukas dan Matius. Apakah dalam hal ini Q adalah
tradisi oral atau sumber tertulis, tidak perlu terkejut terjadinya tumpang tindih didalamnya.
C. KERUSAKAN TEKSTUAL
Kategori ini telah dikemukakan dalam berbagai cara. Sebagai contoh, Streeter merasa salinan
Matius dan Lukas yang kita miliki (i.e., kritik teks dari Westcott-Hort yang digunakan dimasa
kini) mungkin saja rusak. Maka itu, jika kita ingin memperbaharui teks dengan benar, kemiripan
kecil ini harus hilang. Walau ada kecocokan dalam kritik teks tentang principle of
disharmony,89 kita jangan menggunakan hal ini untuk mengabaikan bukti eksternal. Kalau tidak,
pendekatan ini akan terlihat mencurigakan. Sebagian besar karena kritik teks modern memiliki
kepercayaan yang baik dalam bukti eksternal. Tapi beberapa kemiripan yang penting dari
Matius-Lukas tetap ada (bahkan saat tidak ada MSS yang menghasilkan ketidakharmonisan).
Maka dari itu, penjelasan ini tidak bisa menangani seluruh data.90
D. TRADISI ORAL YANG TUMPANG TINDIH
Didalam argumen Stein untuk keutamaan Markus menghadapi kemiripan kecil Matius-Lukas,
dia mendaftar tradisi oral yang tumpang tindih terutama dari Q. Tapi jika Q = sumber
tertulis dan tradisi oral, maka ini bukan kategori berbeda.91 Tapi mengenai tradisi oral, beberapa
hal penting bisa dibuat: jika sebagian tradisi oral dikenal dan diperdengarkan kembali dari masa
awal, mereka akan lebih dikenal bagi Matius dan Lukas daripada Markus. Maka dari itu, jika
injil Markus melenceng dari tradisi oral, Matius dan Lukas diharapkan mengikuti tradisi oral
yang lebih dikenal.
Singkatnya, keempat alasan kemiripan kecil Matius-Lukas bisa menjelaskan, mengapa Matius
dan Lukas memiliki kemiripan kecil ini. Memang mereka bahkan menjelaskan kemiripan
Matius-Lukas yang paling penting. Tapi ada satu kategori kemiripan yang sulit dijelaskan
dengan hipotesa ini: meteri dalam triple tradition dimana Matius dan Lukas memiliki ekspresi
yang lebih primitive daripada Markus. Apakah ada bagian dimana frasa Markus lebih
berkembang daripada Matius dan Lukas? Jawabannya “ya.” Saya melihat satu teks dalam triple
tradition dimana Markus lebih berkembang daripada Matius-Lukas.92 Didalam Mark 14:62,
jawaban Yesus terhadap pertanyaan imam besar apakah Dia adalah Kristus adalah “I am”
sedangkan dalam Matius-Lukas jawabannya “you have said it/you say so” (Matt. 26:64/Luke
22:70).93 Walau dimungkinkan melihat tradisi oral memainkan peranan penting dalam teks
seperti ini, kita masih heran mengapa Matius dan Lukas tidak mengubah teks menjadi penegasan
yang lebih kuat seperti dalam Markus. Tapi, dalam gambaran keseluruhan, satu teks94 tidak
cukup untuk meruntuhkan keutamaan Markus—terutama saat ada beberapa bagian Markus yang
terlihat lebih primitive daripada Matius atau Lukas.
E. Kesimpulan dan Implikasi

Pada kesimpulan ini, begitu banyak bukti yang mendukung keutamaan Markus. Dengan usaha
keras William R. Farmer et al., masalah ini sekali lagi timbul dilingkaran dunia berbahasa
Inggris. Mungkin terobosan baru dalam melihat hubungan penulisan akan tiba. Sampai itu tiba,
kita harus beroperasi dibawa hipotesis tertentu. Punya saya adalah hipotesis dua sumber.
Implikasinya mempengaruhi siapa penulisnya, penanggalan, dan tuuan dari tiga injil pertama.
Secara khusus, wilayah ini telah mempengaruhi penanggalan Kisah Para Rasul. Jika Kisah Para
Rasul ditulis diakhir pemenjaraan Paulus pertama di Roma (c. 61-2 CE),95 maka Lukas
seharusnya mendahuluinya. Dan jika Lukas mendahuluinya, Makrus harus lebih dulu dari Lukas
(pertengahan sampai akhir 50-an kelihatannya paling mungkin). Lebih jauh, jika Matius dan
Lukas menggunakan Markus secara independen, sulit dimengerti jika Matius ditulis lebih awal
dari 62, bahkan jika dia disingkirkan seperti buah literature dari nascent Church. Pertengahan 60-
an kelihatannya merupakan penganggalan terakhir Matius. Saat penanggalan seperti itu diberikan
kepada setiap kitab, maka siapa yang menulisnya secara tradisi tidak bisa diserang. Dan tujuan
setiap kitab perlu ditemukan dalam kerangka penganggalannya. Ada satu implikasi yang bisa
didapat dari semua ini, mengenai penanggalan: jika Matius atau Lukas tidak saling mengenal,
tapi mengenal dan menggunakan Markus, berapa lama sebelum seseorang seperti Yohanes
menyadari seluruhkitab itu? Sejak Gardner-Smith bertahun-tahun yang lalu menunjukan
independensi Yohanes dari injil sinoptik, independensi ini semakin lama semakin luar biasa.
Tetap ada kemungkinan kalau Yohanes, ditulis dipertengahan 60-an
• Isi

Anda mungkin juga menyukai